You are on page 1of 10

CREATIVITY AND TALENT DEVELOPMENT

Dalam dunia pedidikan, peserta didik merupakan titik fokus yang strategis karena kepadanyalah bahan ajar melalu sebuah proses pengajaran diberikan. Dan tentunya peserta didik memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, mereka unik dengan seluruh potensi dan kapasitas yang ada pada diri mereka dan keunikan ini tidak dapat diseragamkan dengan satu aturan yang sama antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Para pendidik dan lembaga pendidikan harus menghargai perbedaan yang ada pada mereka. Keunikan yang terjadi pada peserta didik memang menimbulkan satu permasalahan tersendiri yang harus diketahui dan dipecahkan sehingga pengelolaan murid (peserta didik) dalam satu kerangka kerja yang terpadu mutlak diperhatikan, terutama pertimbangan pada pengembangan kreativitas, hal ini harus menjadi titik perhatian karena sistem pendidikan memang masih diakui lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberikan perhatian kepada pengembangan kreatif peserta didik. Hal ini terjadi dari konsep kreativitas yang masih kurang dipahami secara holistic, juga filsafat pendidikan yang sejak zaman penjajahan bermazhabkan azas tunggal seragam dan berorientasi pada kepentingankepentingan, sehingga pada akhirnya berdampak pada cara mengasuh, mendidik dan mengelola pembelajaran peserta didik. Kebutuhan akan kreativitas tampak dan dirasakan pada semua kegiatan manusia. Perkembangan akhir dari kreativitas akan terkait dengan Novemner 27, 2010 empat aspek, yaitu: aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Kreativitas akan muncul dari interaksi yang unik dengan lingkungannya.Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan mengujinya. Proses kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan (motivasi intristik) maupun dorongan eksternal. Motivasi intrinstik ini adalah intelegensi, memang secara historis kretivitas dan keberbakatan diartikan sebagai

missnatalinapurba@gmail.com

mempunyai intelegensi yang tinggi, dan tes intellejensi tradisional merupakan ciri utama untuk mengidentifikasikan anak berbakat intelektual tetapi pada akhirnya hal inipun menjadi masalah karena apabila kreativitas dan keberbakatan dilihat dari perspektif intelejensi berbagai talenta khusus yang ada pada peserta didik kurang diperhatikan yang akhirnya melestarikan dan mengembang biakkan Pendidikan Tradisional Konvensional yang berorientasi dan sangat menghargai kecerdasan linguistik dan logika matematik. Padahal, Teori psikologi pendidikan terbaru yang menghasilkan revolusi paradigma pemikiran tentang konsep kecerdasan diajukan oleh Prof. Gardner yang mengidentifikasikan bahwa dalam diri setiap anak apabila dirinya terlahir dengan otak yang normal dalam arti tidak ada kerusakan pada susunan syarafnya, maka setidaknya terdapat delapan macam kecerdasan yang Undang-undang dimiliki No.20 tentang sistem oleh pendidikan nasional mereka. 2003,

perundangan itu berbunyi " warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus".1 Baik secara tersurat ataupun tersirat UU No.20 tersebut telah mengamanatkan untuk adanya pengelolaan pelayanan khusus bagi anak-anak yang memiliki bakat dan kreativitas yang tinggi. Siswa berbakat di dalam kelas mungkin sudah menguasai materi pokok bahasan sebelum diberikan. Mereka memiliki kemampuan untuk belajar keterampilan dan konsep pembelajaran yang lebih maju. Untuk menunjang kemajuan peserta didik diperlukan modifikasi kurikulum.

Kurikulum secara umum mencakup semua pengalaman yang diperoleh peserta didik di sekolah, di rumah, dan di dalam masyarakat dan yang membantunya mewujudkan potensi-potensi dirinya. Jika kurikulum umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan pada umumnya, maka saat ini haruslah diupayakan penyelenggaraan kurikulum yang berdiferensi untuk memberikan pelayanan terhadap perbedaan dalam minat dan kemampuan peserta didik. Dalam melakukan kurikulum yang berbeda terhadap peserta didik yang mempunyai potensi keberbakatan yang tinggi,
1

_________ Depdikanas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas, 2003.

guru dapat merencanakan dan menyiapkan materi yang lebih kompleks, menyiapkan bahan ajar yang berbeda, atau mencari penempatan alternatif bagi siswa. Sehingga setiap peserta didik dapat belajar menurut

kecepatannya sendiri. Dalam paradigma berpikir masyarakat Indonesia tentang kreativitas, cukup banyak orangtua dan guru yang mempunyai pandangan bahwa kreativitas itu memerlukan iklim keterbukaan dan kebebasan, sehingga menimbulkan konflik dalam pembelajaran atau pengelolaan pendidikan, karena bertentangan dengan disiplin. Cara pandang ini sangatlah tidak tepat. Kreativitas justru menuntut disiplin agar dapat diwujudkan menjadi produk yang nyata dan bermakna. Displin disini terdiri dari disiplin dalam suatu bidang ilmu tertentu karena bagaimanapun kreativitas seseorang selalu terkait dengan bidang atau domain tertentu, dan kreativitas juga menuntut sikap disiplin internal untuk tidak hanya mempunyai gagasan tetapi juga dapat sampai pada tahap mengembangkan dan memperinci suatu gagasan atau tanggungjawab sampai tuntas.2 Suatu yang tidak terbantahkan jika masa depan membutuhkan generasi yang memiliki kemampuan menghadapi tantangan dan perubahan yang terjadi dalam era yang semakin mengglobal. Tetapi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia saat ini belum mempersiapkan para peserta didik dengan kemampuan berpikir dan sikap kreatif yang sangat menentukan keberhasilan mereka dalam memecahkan masalah. Kebutuhan akan kreativitas dalam penyelenggaraan pendidikan dewasa ini dirasakan merupakan kebutuhan setiap peserta didik. Dalam masa pembangunan dan era yang semakin mengglobal dan penuh persaingan ini setiap individu dituntut untuk mempersiapkan mentalnya agar mampu menghadapi tantangan-tantangan masa depan. Oleh karena itu, pengembangan potensi kreatif yang pada dasarnya ada pada setiap manusia terlebih pada mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa perlu dimulai sejak usia dini, Baik itu untuk perwujudan diri secara pribadi maupun untuk kelangsungan kemajuan bangsa.

http://nadhirin.blogspot.com/2009/03/manajemen-perserta-didik-dalam.html

Dalam pengembangan bakat dan kreativitas haruslah bertolak dari karakteristik keberbakatan dan juga kreativitas yang perlu dioptimalkan pada peserta didik yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Motivasi internal ditumbuhkan dengan memperhatikan bakat dan kreativitas individu serta menciptakan iklim yang menjamin kebebasan psikologis untuk ungkapan kreatif peserta didik di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat. Merupakan suatu tantangan bagi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia untuk dapat membina serta mengembangkan secara optimal bakat, minat, dan kemampuan setiap peserta didik sehingga dapat mewujudkan potensi diri sepenuhnya agar nantinya dapat memberikan sumbangan yang bermakna bagi pembangunan masyarakat dan negara. Teknik kreatif ataupun taksonomi belajar pada saat ini haruslah berfokus pada pengembangan bakat dan kreativitas yang diterapkan secara terpadu dan berkesinambungan pada semua mata pelajaran sesuai dengan konsep kurikulum berdiferensi untuk siswa berbakat. Dengan demikian diharapkan nantinya akan dihasilkan produk-produk dari kreativitas itu sendiri dalam bidang sains teknologi, olahraga, seni dan budaya.

Creativity, Gifted and Talent Kreatifitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan definisi kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi. Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas. Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four Ps Creativity, yaitu dimensi Person, Proses, Press dan Product sebagai berikut : 1. Definisi kreativitas dalam dimensi Person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif. (Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people)

2. Kreativitas dalam dimensi Process adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif. (Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking) 3. Definisi Kreativitas dalam dimensi Press adalah pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. (The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought) 4. Definisi Kreativitas dalam dimensi Product adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif. (Creativity is the ability to bring something new into existence)3 Menurut Poincar (1948) Definisi kreativitas adalah hasil dari peristiwa yang di mana ia memperoleh fungsi Fuchsiannya ( definition of creativity was result circumstances under which he stumbled upon deep results in fuchsian function). Menurut Pointcar ada 4 tahap dalam proses kreativitas yaitu: Tahap pertama terdiri dari bekerja keras untuk mendapatkan wawasan tentang masalah yang dihadapi. (The first stage consisted of working hard to get an insight into the problem at hand). Tahap kedua adalah ketika masalah ini disisihkan untuk periode waktu tertentu dan pikiran sibuk dengan masalah lain. (The second stage is when the problem is put aside for period of time and the mind is occupied wit the other problems.) Tahap ketiga adalah dimana tiba-tiba muncul solusi sementara pikiran mungkin terlibat dalam kegiatan yang tidak terkait lainnya. (The third stage is where the solution sunddenly appears while perhaps engaged in other unrelated activities)
3

James C. Kaufman., Robert J. Stenberg. The Cambridge Handbook Creativity. Cambridge University Press. 2010. p. 257.

Tahap keempat mengekspresikan hasilnya dengan bahasa atau tulisan. Pada tahap ini salah satu manfaatnya adalah membuat hasil kreativitas tersebut diketahui orang dan mencari kemungkinan dapat digunakan oleh orang banyak. (The fourth stage and the final stage which consist of expressing the results by language or writing. At this stage one verifies the result make precise, and look for possible extentions through utilization of the result )4 Sedangkan menurut Sternberg and Lubarts (1 999) Creativity was

ability to produce work that is both novel . And appropriate. 5 (kemampuan untuk melakukan kegiatan seperti novel dan karya sejenisnya) Dan menurut Hunsaker and Callahan (1995) describe three ways a relationship between creativity and talent development cab be formulated (Hunsaker dan Callahan menjelaskan ada 3 cara untuk menjelaskan hubungan antara kreativitas, perkembangan bakat yang bisa diformulasikan sebagai berikut): 1. Giftedness and talent can be view as separate abilities (anugerah dan bakat digambarkan terpisah dari kemampuan). 2. Creativity can be seen as a fundamental concept of giftedness (kreativitas dapat dilihat dari konsep dasar kreativitas). 3. Creativity can be considered as a separate category or style giftedness6 (kreativitas dipertimbangkan sebagai kategori yang terpisah atau gaya keberbakatan) Dilain pihak Csikzentmihalyl gemukakan bahwa bakat berbeda dengan kreativitas karena talenta berfokus pada kemampuan yang bisa dipelajari dan orang dapat meraih kesuksesan tanpa adanya talenta. (talenta differs from creativity because talent focuses on innate abilities and people can achieve sucsess without evidencing talent).7 Bakat dalam diri anak merupakan anugerah sejak lahir yang mesti disyukuri. Namun, orangtua tidak boleh hanya berdiam diri. Perlu stimulasi
4

Bharath Sirraman, Creativity, Giftedness and Talent. (The Montana Mathematics Enthusiat, The Unersity of Montana), 2008. p. 3 5 Ibid. p.4 6 Ibid. 7 Gilber Clark., Enid Zimmerman, Teaching Talented Art Students: Principles and Practice. (Collage Press: Columbia University)p. 11-12.

untuk mengasah bakatnya. Orangtua mana yang tidak ingin anaknya mengukir prestasi. Bakat saja tidak cukup membawa anak menorehkan prestasinya. Ditambah stimulasi dan dorongan, bakat akan menjadikan anak berprestasi. Berbakat memang salah satu kata dalam kamus pengasuhan orangtua yang sering menjadi perbincangan hangat. Namun, kata itu juga yang paling banyak disalahgunakan. Faktanya, sebagian besar anak-anak sebenarnya tidak berbakat. Saat ini hanya sekitar 2 persen sampai 5 persen anak yang memiliki kemampuan istimewa itu, tentunya dengan berbagai estimasi. Dari angka tersebut, bahkan hanya 1 dari 100 orang yang benar-benar berbakat.8 Untuk anak jenius, seperti bisa membaca di usia 2 tahun atau masuk perguruan tinggi pada umur 10 tahun, malah lebih jarang lagi, yaitu 1 sampai 2 orang dalam 1 juta anak. Meskipun telah banyak alat penstimulasi pada bayi agar mereka lebih berbakat, seperti video edukasi, mainan pembelajaran atau kelas pengayaan, tetap saja jumlah anak berbakat tidak merangkak naik. Intinya, orangtua sulit untuk menciptakan anak berbakat karena bakat merupakan anugerah dari Tuhan yang sudah tertanam sejak lahir. Yang saat ini bisa Anda lakukan adalah mengembangkan bakat tersebut ke jalan yang benar sehingga anak memiliki prestasi yang membanggakan. Namun, tetap yang menjadi prioritas dalam hal ini adalah kebahagiaan anak baik secara fisik maupun emosional. Orang tua pengekangan pertumbuhan tidak boleh memaksakan kehendak yang berujung pada yang anak. tentu Untuk berakibat buruk pada hal perkembangan Anda dan perlu

mewujudkan

tersebut,

memperhatikan saran dan berbagai nasihat dari ahlinya. Pertama, lupakan tentang kata berbakat terlebih dahulu. Anda tentu memiliki angan-angan tentang apa itu bakat karena tidak ada definisi standar selama ini. Secara umum, anak berbakat memiliki kemampuan khusus di suatu bidang tertentu. Lima ciri utama yang dikemukakan oleh US Department of Education pada 1993, yaitu anak berbakat unggul dalam segi

http://nadhirin.blogspot.com/2009/03/manajemen-perserta-didik-dalam.html

intelektual, akademis, kreatif, artistik, dan kepemimpinan. Jadi, tidak ada yang terkait dengan kinerja seorang bayi dan balita.9 Kata berbakat memang sering disalahpahami, kata Julia Roberts, direktur Center for Gifted Studies di Western Kentucky University, Amerika Serikat. Banyak orang belum bisa memahami sebuah anugerah karena mereka mengharapkan keajaiban,lanjutnya seperti dikutip laman parenting. com. Orangtua yang memiliki anak dengan kategori sangat mampu atau maju di satu bidang mungkin tidak merasa puas sampai orang lain resm i memberinya label berbakat. Banyak juga orang tua dari anak yang masih berusia di bawah 5 tahun menggunakan tes IQ untuk membuktikan kemampuan inteligensia anak mereka. Sebenarnya, tes IQ tidak menjadi patokan terkait sebelum dia masuk sekolah dan bahkan kemudian umumnya dianggap tidak dapat diandalkan. Mengapa? Karena bakat biasanya terkonsentrasi pada satu area saja dan tidak mengacu pada inteligensia secara keseluruhan seperti pada tes IQ. 10 Yang kedua, mulailah mendidik anak dengan hal-hal mendasar. Dalam tiga tahun pertama kehidupan, semua anak harus merasakan besarnya rasa aman dan kasih sayang. Dengan dipeluk, dicintai, dan memenuhi kebutuhan dasar anak, semua kegiatan tersebut sangatlah penting untuk pembelajaran mereka di masa depan. Otak yang masih berkembang membutuhkan stimulasi untuk tumbuh dan berubah. Satu hal tentang rasa mencintai adalah mengajarkannya hal-hal baru. Setiap kali bayi Anda mengenal mainan baru, kata-kata, suara, tekstur, rasa, bau, wajah, dan sebuah tempat, dia akan belajar. Anda tidak harus bekerja

Merylind Fried, Special Education: Contemporary Perspektives for School Professional. (Greensboro: The University of Sout Caroline), 2005. p.577. 10 Anak-anak berbakat adalah anak-anak yang memiliki inteligensi di atas rata-rata (biasanya didefinisikan memiliki IQ 130 atau lebih tinggi) dan/atau memiliki bakat yang luar biasa dalam beberapa bidang sperti musik, seni atau matematika. John W Santrock, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Salemba Humanika). 2009. p.284.

lembur dan menyediakan waktu lebih untuk membuat hal ini terjadi, segala sesuatu dalam hidup sehari-hari adalah baru bagi bayi.11 Ketiga, selalu berikan waktu dia untuk bermain. Anak balita sebenarnya tidak perlu program khusus untuk membuatnya seolah berbakat, seperti video edukasi atau permainan games di komputer. Tidak ada bukti konkret bahwa alat yang biasa disebut edutainment ini dapat meningkatkan kemampuan intelektual anak-anak. Kebanyakan pakar dan pendidik bahkan percaya bahwa anak-anak tidak mendapatkan manfaat lebih saat masuk preschool atau bentuk pendidikan anak usia dini yang berorientasi akademis lainnya. Yang jauh lebih penting adalah anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi semua hal baru tanpa kendala, dan orangtua serta guru juga harus tahu bagaimana mengedukasi anak bahwa belajar itu menyenangkan. Ketika (belajar) itu menyenangkan dan lucu, saat itulah (ilmu dan pelajaran) masuk ke kepala (anak), kata Robin Schader PhD, seorang penasihat pengasuhan orang tua di National Association for Gifted Children (NAGC). Penelitian ilmu syaraf mengungkapkan bahwa rasa senang itulah yang membuat otak kita ingin terus mengulang dan mengingat suatu kejadian dan itu pengulangan yang wajar sebagai pemicu untuk terus belajar. Hal ini membantu menjelaskan mengapa bermain adalah segalanya bagi anak-anak kecil. Begitulah cara mereka belajar, bereksperimen, bermain-main, menunjukkan kreativitas, bekerja melalui perasaan, latihan bersosialisasi, mengembangkan kemampuan bahasa dan matematika, serta melihat dunia dalam cara-cara baru.

11

http://www.voa-islam.com/muslimah/pendidikan/2010/10/07/10646/kunci-utama-mengembangkanbakat-anak/

DAFTAR PUSTAKA

_________ Depdikanas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas, 2003.

Clarck Gilbert., Enid Zimmerman. Teaching Teaching Talented Art Students: Principles and Practice. (Collage Press: Columbia University)2008.

Kaufman, James C., Robert

J. Stenberg. The Cambridge Handbook

Creativity. Cambridge University Press. 2010.

Fried, Merilynd Special Education: Contemporary Perspektives for School Professional. (Greensboro: The University of 2005. Sout Caroline).

Sirraman, Bharath. Creativity, Giftedness and Talent. (The Montana Mathematics Enthusiat, The Unersity of Montana), 2008.

Website: http://nadhirin.blogspot.com/2009/03/manajemen-perserta-didik-dalam.html http://www.voa-islam.com/muslimah/pendidikan/2010/10/07/10646/kunciutama-mengembangkan-bakat-anak/ http://nadhirin.blogspot.com/2009/03/manajemen-perserta-didik-dalam.html

10

You might also like