You are on page 1of 55

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Di masa sekarang ini, kita harus bisa lebih lagi menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan lebih peka dalam mendengar informasi khususnya dalam hal bangunan, misalnya bangunan gedung perkantoran, pabrik, rumah sakit, sekolah, dll. Secara umum bangunan tersebut terbuat dari material baja dan beton. Untukmenghemat biaya pembangunan biasanya pemerintah atau masyarakat umum menggunakan suatu konstruksi yang kuat misalnya konstruksi baja. Semua

pelaksanaan yang menyangkut struktur tidak luput dari material baja. Kebanyakan orang memilih baja sebagai bahan konstruksi bangunan yaitu karena baja memiliki keunggulan dibandingkan material yang lainnya : 1. Konstruksi baja memiliki berat sendiri yang relatif ringan dibandingkan dengan beton. 2. Pekerjaan konstruksi dapat dikerjakan di bengkel dan dilapangan, dapat dipasang, dibongkar dan dipindah-pindahkan. 3. Baja konstruksi memiliki regang dan tegangan yang tinggi 4. Harga pengerjaan konstruksinya lebih murah daripada beton bertulang. Disamping memiliki keuntungan baja bangunan memiliki berbagai keburukan atau kerugiannya sebagai konstruksi yaitu : 1. Baja konstruksi kurang kuat dari pengaruh karat, seperti terhadap udara,uap,air,air embun,air laut serta pengaruh zat kimia lainnya. 2. Baja konstruksi harus senantiasa dipelihara dalam kurun waktu yang ditentukan misalnya setiap lima dan sepuluh tahun sekali untuk menjamin kekuatan yan tetap. 3. Pemeliharaan yang dilakukan harus dicat, tetapi lapisan yang terkena karat harus dihilangkan dahulu dengan cara disikat dengan sikat baja atau dengan menggunakan pasir atau debu baja dengan menggunakan pesawat tiup, atau dengan cara kimiawi sehingga memerlukan biaya yang mahal. 4. Baja konstruksi tidak tahan terhadap kebakaran dan panas, sehingga bagian bajanya harus dibungkus misalnya dengan beton yang tahan panas.

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan material baja di atas, maka kami melakukan perencanaan gable dengan menggunakan struktur baja. Gedung yang menjadi objek perencanaan adalah Gedung Pabrik Biskuit tidak bertingkat berstruktur utama baja dan berlokasi di daerah pesisir Makassar.

B. Lokasi Bangunan Adapun lokasi bagunan pabrik yang direncanakan terletak di Makassar ( pesisir )

Gambar 1.1 Lokasi Bangunan

BAB II TEORI UMUM DAN METODOLOGI PERANCANGAN

A. Teori Umum Struktur Gable Frame merupakan salah satu bentuk kontruksi baja yang sering digunakan pada bangunan-bangunan teknik sipil dan salah satu prinsip yang digunakan dalam perencanaan struktur di bidang teknik sipil bahwa struktur bangunan aman dan ekonomis dalam pelaksanaannya. Mengingat beberapa keuntungan dan kelebihan baja sebagai bahan bangunan dibandingkan dengan bahan yang lain. Maka konstruksi baja banyak ditemukan pada pembangunan gedung. Misalnya, penggunaan gable frame untuk industri/pabrik, gudang, serta masih banyak bangunan-bangunan yang lainnya. Gable adalah suatu bangunan bertingkat satu, yang dibangun dengan atap pelana dengan rangka struktur yang non-rectangular. Struktur rangka gable terdiri dari rafter, kolom, haunch, pengaku ( stiffener ), perletakan ( base plate ).

Gambar 2.1 Gable Frame

B. Pembebanan Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Penentuan secara pasti besarnya beban yang bekerja pada suatu struktur selama umur layannya merupakan salah satu pekerjaan yang cukup sulit. Dan pada umumnya, penentuan besarnya beban hanya merupakan suatu estimasi saja. Meskipun beban yang bekerja pada suatu lokasi dari struktur dapat diketahui secara pasti, namun distribusi beban dari elemen ke elemen, dalam suatu struktur umumnya memerlukan asumsi dan pendekatan. Jika beban-beban yang bekerja pada suatu struktur telah di estimasi, maka masalah berikutnya adalah menentukan kombinasi-kombinasi beban yang paling dominan yang mungkin bekerja pada struktur tersebut. Besar beban yang bekerja pada suatu struktur diatur oleh peraturan pembebanan yang berlaku, sedangkan masalah kombinasi dari beban-beban yang bekerja telah diatur dalam SNI 03-1729-2002 pasal 6.2.2. beberapa jenis beban tersebut adalah:

a.

Beban mati ( Dead Loads) Beban mati adalah beban kerja akibat gravitasi yang tetap pada posisinya.

Berat struktur dipandang sebagai beban mati. berat dari semua bagian suatu gedung/bangunan yang bersifat tetap selama masa layan struktur, termasuk unsur-unsur tambahan, finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahakan dari bangunan atau gedung tersebut. Beban mati umumnya diketahui secara tepat seletah perencanaan selesai.

b.

Beban Hidup ( Live Loads) Beban gravitasi pada struktur, yang besar dan lokasinya bervariasi, disebut

beban hidup. Contoh contoh dari beban hidup ialah manusia, mebel, peralatan yang dapat bergerak, kendaraan, dan barang-barang dalam gudang. Beberapa

beban hidup secara praktis bisa permanen, sedangkan lainnya hanya bekerja sementara. Karena berat, lokasi dan kepadatan beban hidup sifatnya tidak diketahui, maka besar yang sesungguhnya dan posisi dari beban ini sangat sukar ditentukan. Oleh karena beban hidup yang digunakan sebagai beban kerja dalam perencanaan biasanya ditetapkan oleh peraturan bangunan dari Badan Pemerintah.

c.

Beban Gempa ( Earthquake Loads) Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada struktur

akibat adanya pergerakan tanah oleh gempa bumi, baik pergerakan arah vertikal maupun horisontal. Namun pada umumnya, percepatan tanah arah horisontal lebih besar dari arah vertikalnya, sehingga pengaruh gempa horisontal jauh lebih menentukan dari pada gempa vertikal.

d.

Beban Angin ( Wind Loads ) Beban angin diperhitungkan dengan menganggap adanya tekanan positif

(tiup) dan tekanan negatif (hisap), yang bekerja tegak lurus pada bidang atap. Menurut PPPURG 1987, tekanan tiup harus diambil minimal 25 kg/m2, kecuali untuk bangunan bangunan berikut: 1. Tekanan tiup ditepi laut hingga 5 km dari pantai harus diambil minimum 40 kg/m2. 2. Untuk bangunan didaerah lain yang kemungkinan tekanan tiupnya lebih dari 40 kg/m2, harus diambil sebesar p = V2/16 ( kg/m2), dengan V adalah kecepatan angin dalam m/s. 3. Untuk cerobong tekanan tiup dalam kg/m2harus ditentukan dengan rumus ( 42,5 + 0,6 h ), dengan h adalah tinggi cerobong seluruhnya dalam meter. Nilai tekanan tiup yang diperoleh dari hitungan diatas, harus dikalikan dengan suatu koefisen angin untuk mendapatkan gaya resultan yang bekerja pada bidang kontak tersebut. C. Balok

Balok umumnya dipandang sebagai batang yang terutama memikul beban gravitasi transversal, termasuk momen ujung balok pada struktur disebut juga sebagai gelagar ( biasanya balok terpenting dengan jarak antara yang lebar ); balok anak ( biasanya balok yang kurang penting dengan jarak antara yang rapat dan sering berbentuk seperti rangka batang ). Balok adalah gabungan dari elemen tarik dan elemen tekan.

Gambar 2.2 Penampang Balok

D. Kolom Kolom merupakan elemen utama pada struktur bangunan karena umumnya meneruskan beban dari balok atau lantai ke sistem pondasi dibawahnya. Kolom didefinisikan sebagai suatu komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral kecil. Sedangkan komponen struktur yang menahan beban aksial vertikal dengan rasio bagian tinggi dengan dimensi lateral terkecil kurang dari tiga dinamakan padestal.

E. Atap Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, debu, hujan, angin atau untuk

keperluan perlindungan. Bentuk atap berpengaruh terhadap keindahan suatu bangunan dan pemilihan atap hendaknya disesuaikan dengan iklim setempat, tampak yang dikehendaki oleh arsitek, biaya yang tersedia, dan material yang mudah didapat. Konstruksi rangka atap yang digunakan adalah rangka atap rafter.rangka atap atau rafter adalah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga berat sendiri dan sekaligus memberikan bentuk pada atap. Pada dasarnya konstruksi rafter akan berbeda satu sama lain. Setiap susunan rangka batang haruslah merupakan satu kesatuan bentuk kokoh yang nantinya mampu memikul beban yang bekerja padanya tanpa mengalami perubahan.

F. Dinding Dinding adalah bagian dari bangunan yang berfungsi sebagai pemisah antara ruangan luar dengan ruangan dalam, dan sebagai pembatas ruangan satu dengan ruangan lainnya. Selain itu dinding berfungsi pula sebagai penahan cahaya panas dari matahari, menahan tiupan angin dari luar, dan untuk menghindari gangguan binatang atau templas. Fungsi dinding secara umum : 1. Sebagai pemikul beban diatasnya, dinding harus dapat bertahan terhadap berat sendiri dan beban dari atas ( beban vertikal ). Selain itu dinding harus dapat bertahan terhadap beban dan desakan dari samping ( beban horizontal ). 2. Sebagai pembatas ruang yang harus mempunyai sifat : a. Privasi b. Indah dan bagus dalam skala, warna, tekstur. c. Dapat dibuat transparan. d. Sebagai peredam terhadap bunyi baik dari dalam maupun luar. 3. Pelindung terhadap ganguan dari luar. o Meredam sinar matahari sehingga dapat menahan atau mengurangi efek radiasinya, o Mengurangi atau menambah kehangatan udara dari luar/dalam.

o Isolasi terhadap suhu, baik dari luar maupun dalam ruangan. o Menahan air hujan dan kelembapan sehingga harus dilapisi dengan lapisan yang tahan air hujan dan kedap air. o Menahan hembusan angin. o Menghalangi datangnya gangguan dari luar.

G. Pelat Lantai Pelat lantai yang dimaksud adalah plat yang terbuat dari beton bertulang, dapat difungsikan sebagai lantai atau atap.Untuk pelat beton yang difungsikan sebagai lantai, tebal minimum adalah 12 cm, dengan tulang (besi beton) 2 lapis, yaitu menggunakan besi beton diameter 10 mm berjarak 10 cm pada lokasi momen maksimum, dan diameter 10 mm berjarak 20 cm pada lokasi momen minimum. Penyeragaman diameter besi beton agar memudahkan pengerjaan dilapangan. Berikut gambar plat lantai:

Gambar 2.3 Pelat Lantai

H. Sambungan Pada Perencanaan


Suatu konstruksi bangunan baja tersusun atas batang-batang baja yang digabung membentuk satu kesatuan bentuk konstruksi dengan menggunakan berbagai macam teknik sambungan. Adapun fungsi / tujuan sambungan baja antara lain :

1. Untuk menggabungkan beberapa batang baja membentuk kesatuan konstruksi sesuai kebutuhan.

2. Untuk mendapatkan ukuran baja sesuai kebutuhan (panjang, lebar, tebal, dan sebagainya). 3. Untuk memudahkan dalam penyetelan konstruksi baja di lapangan. 4. Untuk memudahkan penggantian bila suatu bagian / batang konstruksi mengalami rusak. 5. Untuk memberikan kemungkinan adanya bagian / batang konstruksi yang dapat bergerak missal peristiwa muai-susut baja akibat perubahan suhu.

Macam macam Sambungan : 1. Sambungan Keling Paku keling adalah salah satu metode penyambungan yang sederhana. sambungan keling umumnya diterapkan pada jembatan, bangunan, ketel, tangki, kapal Dan pesawat terbang. Penggunaan metode penyambungan dengan paku keling ini juga sangat baik digunakan untuk penyambungan pelat-pelat alumnium. Pengembangan Penggunaan rivet dewasa ini umumnya digunakan untuk pelat-pelat yang sukar dilas dan dipatri dengan ukuran yang relatif kecil. Setiap bentuk kepala rivet ini mempunyai kegunaan tersendiri, masing masing jenis mempunyai kekhususan dalam penggunaannya. Sambungan dengan paku keling ini umumnya bersifat permanent dan sulit untuk melepaskannya karena pada bagian ujung pangkalnya lebih besar daripada batang paku kelingnya. Gambar dibawah adalag berikut cara pemasangan pada paku keling.

2. Baut Baut yang digunakan pada sambungan struktural, baik baut A325 maupun baut A490 merupakan baut berkepala segi enam yang tebal. Keduanya memiliki mur segi enam tebal yang diberi standar dan simbol pabrik pada salah satu mukanya, bagian berulir baut dengan kepala segi enam lebih pendek dari pada baut standar yang lain, keadaan ini memperkecil kemungkinanadanya ulir pada tangkai baut yang memerlukan kekuatan maksimumnya

3. Sambungan Las Pengelasan adalah penggabungan logam dengan cara fusi. Logam leleh yang sangat panas dari batang las ditempelkan pada pelat yang disambung. Dengan demikian, titik hubung yang diperoleh akan homogen dan menerus. Sangat banyak jenis titik hubung las, tetapi sebagian besar merupakan variasi dari 2 jenis dasar, yaitu las tumpul dan las sudut.

Gambar las tumpul dan las sudut

4. Tahanan Nominal Baut o Suatu baut yang memikul beban terfaktor, Rn sesuai persyaratan LRFD harus memenuhi: Rn Ru Ru Rn Dimana: Rn = Tahanan nominal baut. = Faktor reduksi yang diambil sebesar 0,75.

*Rn berbeda-beda untuk masing-masing tipe sambungan.

o Tahanan geser suatu baut yang memikul gaya geser memenuhi persamaan: Rn = m.ri. fu^b. Ab, dimana ri Ab M = 0,50 ( baut tanpa ulir pada bidang geser )

fu^b = Kuat tarik baja, = Luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir = Jumlah bidang geser.

o Baut yang memikul gaya tarik tahanan nominalnya dihitung menurut: Rn = 0,75 fu^b Ab Rn = 0,75 fu^b Ab 5. Tahanan Nominal Sambungan Las o Dari LRFD persyaratan keamanan suatu struktur terpenuhi: .R R .R Ru , u, nwnw Dimana : Rnw Ru = Faktor tahanan. = Tahanan nominal per satuan panjang las. = Beban terfaktor persatuan panjang las

o Kuat las tumpul penetrasi penuh diterapkan bila gaya tarik atau gaya tekan aksial terhadap luas efektif dirumuskan dengan: . Rnw = 0,90 te. fy . Rnw = 0,90 te. fy o Apabila sambungan dibebani dengan gaya geser terhadap luas efektif dirumuskan dengan: 0,90 0,60 RR == 0,90 tete (( 0,60 fyfy ). nw nw ). o Kuat rencana per satuan panjang las sudut ditentukan sebagai berikut: RR == 0,75 tete (( 0,60 fyfy ). 0,75 0,60 nw nw ).

I.

Metodologi Perancangan

Mulai

Pengumpulan data dan literatur : - Internet - SNI Baja

Analisa pembebanan

Permodelan dengan SAP 2000 v.12 ( Mu)

Design Struktur ( Mn ) Mu Mn Ya Gambar Finishing Tidak

Selesai

BAB III PEMBAHASAN

A. Asumsi Awal ( Preliminary Design ) Beberapa asumsi awal yang digunakan dalam perencanaan Gable Frame pada daerah Makassar ( pesisir ) antara lain sebagai berikut : 1. Elemen Struktur Asumsi awal jenis dan dimensi elemen elemen struktur adalah jenis dan dimensi struktur yang berdasarkan PPPURG, SNI BAJA 2. Mutu Bahan Secara umum mutu bahan yang digunakan ialah sebagai berikut : BAJA BJ-41 Fy Fu E BJ 3. Data Tanah Jenis Tanah 4. Tipe Struktur Gedung Tipe Struktur Wilayah Gempa Kategori Gedung : Gable Frame : Wilayah 2 : Pabrik ( satu lantai ) : Sedang : 250 Mpa ( tegangan leleh baja ) : 410 Mpa ( tegangan total baja ) : 200000 Mpa ( modulus elastisitas baja ) : 7850 Kg/m3 (berat jenis baja )

B. Permodelan Struktur Struktur gedung dimodelkan secara 3 dimensi dengan menggunakan program SAP 2000 V.12 . Asumsi tumpuan dasar portal adalah Jepit, dengan langkah langkah permodelan dan pembebanan terlampir dan gambar hasil permodelan adalah sebagai berikut :

C. Analisa Beban Yang Bekerja 1. Pola Pembebanan Beban beban yang diperhitungkan pada struktur atap adalah, beban mati, beban hidup, beban hujan, beban angin dengan pola pembagian pembebanan sebagai berikut :

( belum )

2. Data Analisa Beban Struktur Penutup Atap : Jenis Berat : Seng : 10 kg / m2

Ketentuan Umum : Kuda kuda type GABLE Bentang kuda kuda Tinggi Kolom Jumlah kolom antar memanjang Jarak antar gording maksimum Sudut atap Jenis Profil : 16 m : 8,5 m : 9 buah : 2,5 m : 30 :

Gording menggunakan profil type Canal ( C ) Struktur kolom dan balok menggunkan profil IWF ( I )

Kuda kuda : Jarak antar kuda kuda : NO 1 2 3 4 5 6 7 8 LAMBANG K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 JARAK ( m ) 8.5 7 8.5 7.5 7.5 8.5 7 8.5

Jarak antar Gording : NO


1 2 3 4 5 6 7 8

LAMBANG
G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8

JARAK
2.3 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3

Profil Baja : Kolom Rafter Balok Gording Atap : WF 250x250x14x14 : WF 250 x 125 x 6 x 9 : WF 175x175x7,5x11 : C 100x50x20x3 ( tabel profil baja ) ( tabel profil baja ) ( tabel profil baja ) ( tabel profil baja )

: Seng ( asumsi )

D. Perhitungan Beban Struktur 1. Beban Mati Cara perhitungan dicontohkan untuk gording 1 Gording 1 Berat total, W = Berat penutup atap ( Seng ) = 10 kg/m2 Berat mati, D = Berat total x Jarak antar Gording = 10 x 2,3 = 23 kg/m2

2. Beban Hujan Gording 1 Beban hujan, H Beban hujan, H = 20 kg/m2 = Beban hujan x Jarak antar Gording

= 20 x 2,3 = 46 kg/m2

3. Beban Orang ( La ) La di tengah atap La di tepi atap Beban orang x La ( x ) = 100 kg/m2 = 200 kg/m2 = La x sin = 200 x 0,5 = 100 kg/m Beban orang x La ( y ) = La x cos = 200 x 0,866 = 173,21 kg/m

4. Beban Angin Beban angin diperhitungkan terhadap : a. Akibat angin kanan ( hisap dan tekan ) b. Akibat angin kiri ( hisap dan tekan )

Akibat angin Kiri Tekanan tiup minimum Beban angin Beban angin x Beban angin y W Wx Wy = 40 kg/m2 = Tek. Tiup min x koef. Angin x s = W x sin = W x cos

Angin Hisap Gording 1 : Beban angin Beban angin x Beban angin y W Wx Wy = 40 x -0,6 x 1,15 = -27,6 x 0,5 = 27,6 x 0,866 = -27,6 kg/m = -13,8 kg/m = 23,9 kg/m

Angin Tekan Gording 1 :

Beban angin Beban angin x Beban angin y

W Wx Wy

= 40 x 0,9 x 1,15 = 41,4 x 0,5 = 41,4 x 0,866

= 41,4 kg/m = 20,7 kg/m = 35,85 kg/m

Untuk pembebanan yang terjadi akibat Angin kanan sama dengan Angin kiri

5. Perhitungan Beban Struktur Rafter a. Analisa Beban Mati ( D ) = 10 kg/m2 = Berat penutup atap = 10 kg/m2 Berat mati = Berat total atap x jarak antar kuda kuda = 10 x ( 8,5 ) = 21,25 kg/m2 Berat Kuda kuda = L kuda kuda x Berat Penampang = 18,48 x 29,6 = 547,01 kg Berat Total Kuda2 = Banyak kuda kuda x Berat rafter = 9 x 547,01 = 4923,07 kg Berat mati tambahan =

Berat penutup atap Berat total atap

= = 27,35 kg

No kuda kuda 1 ke 2 2 ke 3 3 ke 4 4 ke 5 5 ke 6 6 ke 7 7 ke 8 8 ke 9

Beban Mati (D) kg/m ( w x L) 21,25 17,5 21,25 18,75 18,75 17,5 17,5 21,25

Beban Mati Tambahan (Dt) kg per joint

27,35

b. Analisa beban hujan ( H ) Berat air hujan W Berat air hujan, H = 20 kg/m2 = Berat air hujan x jarak antar rafter = 20 x (8,5) = 42,5 kg/m No kuda kuda 1 ke 2 2 ke 3 3 ke 4 4 ke 5 5 ke 6 6 ke 7 7 ke 8 8 ke 9 Beban Hujan (H) kg/m ( w x L) 42,5 35 42,5 37,5 37,5 42,5 35 42,5

c. Analisa Beban orang GAMBAR SENDIRI Tepi rafter ( P ) = 200 kg/m2

Tengah rafter ( P ) = 100 kg/m2

d. Beban Gempa pada perancangan

Arah Utara selatan T T u-s = 0,0488 H3/4 = 0,0488 ( 8,5 )3/4 = 0,24

Faktor spektrum gempa = 0,38 ( wilayah 2, tanah sedang ) Arah Barat Timur T T u-s = 0,0731 H3/4 = 0,0731 ( 8,5 )3/4 = 0,36 Faktor spektrum gempa = 0,38 ( wilayah 2, tanah sedang )

Berat rafter

= Jumlah rafter x panjang x berat profil = 9 x 18,48 x 29,6 = 4923,07 kg

Berat kolom

= Jumlah kolom x berat profil x tinggi kolom = 18 x 82,2 x 8,5 = 12576,6 kg

Berat balok

= Jumlah balok x berat profil x panjang balok = 2 x 82,2 x 63 = 10357,2 kg

Berat gording

= Jumlah gording x berat profil x panjang gording = 10 x 24 x 64,5 = 15480 kg

Berat Total

= 4923,07 + 12576,6 + 10357,2 + 15480 = 43336,87 kg

= = = 3659,56 kg

Gaya lateral per joint

= = 406,62 kg

6. Kombinasi Pembebanan Kombinasi kombinasi pembebanan yang dipakai pada analisis struktur perancangan gable frame dengan : Combo 1 Combo 2 Combo 3 Combo 4 Combo 5 Combo 6 Combo 7 Combo 8 Combo 9 Combo 10 Combo 11 Combo 12 Combo 13 1,4D 1,2D + 1,6L + 0,5La 1,2D + 1,6L + 0,5H 1,2D + 1,6La + 0,5L 1,2D + 1,6H + 0,8W 1,2D + 1,6W + 0,5L + 0,5La 1,2D + 1,6W + 0,5L + 0,5H 1,2D + 1,0E + 0,5L 1,2D - 1,0E + 0,5L 0,9D + 1,6W 0,9D - 1,6W 0,9D + 1,0 E 0,9D 1,0 E

A. Desain Struktur Gording Direncanakan gording menggunakan profil C.100.50 dengan data properties sebagai berikut : Bf H C T = 50 mm Sx Sy Ix Iy = 202 mm3 = 74 mm3 = 1010 mm4 = 230 mm4 rx ry A = 39,1 mm = 18,8 mm = 66,1 mm2

= 100 mm = 20 mm = 3 mm

r (Cy) = 18,6 mm

Desain rasio lebar terhadap tebal profil gording Sayap :


p
f

50 2 3

2t

8 33 0.38
200000 240

0 38 f

10 97

Badan :

1. Desain kuat lentur nominal dan kontrol kapasitas lentur gording

Kondisi leleh Modulus plastis penampang ( ( ) ( Kuat lentur nominal ) : : ) ( ( ) ( ))

Kondisi tekuk lateral 6450 mm > Maka, ( terjadi tekuk torsi lateral )

Kontrol kapasitas lentur gording :

2. Desain kuat geser nominal dan kontrol kapasitas geser gording didapat hasil analisis menngunakan program SAP v.12 adalah :

Kuat geser nominal gording : Karena < , maka nilai , dan kuat geser nominal gording adalah : ( Kontrol kapasitas geser gording : )

3. Lendutan Gording

Beban merata tidak terfaktor (q) : Akibat beban mati, q = 10 kg/m = 0,10 N/mm = 0,46 = 0,4 = 0,96

Akibat beban hujan, q = 46 Akibat beban angin, q = 40 Total Beban terpusat tidak terfaktor ( P ) : Akibat beban orang, P = 100 Maka, lendutan yang terjadi adalah :

= 1,0

Lendutan izin :

B. Desain struktur balok Diambil contoh perhitungan balok, dengan panjang bentang (L) = 6300 mm Direncanakan balok menggunakan WF. 175 x 175 x 7,5 x 11 dengan berat sendiri profil 40,2 kg/m, dan properties profil adalah sebagai berikut : Bf = 175 mm H = 175 mm = 11 mm Sx Sy Ix Iy = 330000 mm3 = 112000 mm3 = 2880 0 mm4 = 9840000 mm4 rx ry A r = 75 mm

= 43,8 mm = 5121 mm2 = 12 mm

= 7,5 mm

Berdasarkan analisa struktur menggunakan SAP, didapat momen dan gaya geser maksimum yang bekerja pada balok, yaitu :

Kondisi leleh Modulus plastis penampang ( ( ) ) ( ( ) ) ( ( ))

Kontrol rasio lebar terhadap tebal penampang balok : Sayap :

Badan

: =

Dari hasil kontrol rasio lebar terhadap tebal sayap dan badan penampang diatas, dapat disimpulkan bahwa profil balok IWF 175.175.7,5.11 termasuk penampang kompak.

Kontrol kapasitas lentur balok : Nilai yang menentukan adalah yang terendah :

Maka nilai kapasitas lentur balok dipastikan aman.

Analisa geser balok Berdasarkan hasil analisa struktur dengan program SAP didapat nilai gaya geser terfaktor maksimum :

Kuat geser nominal balok : Karena < , maka nilai , dan kuat geser nominal balok adalah :

Kontrol kapasitas geser balok :

C. Desain Struktur kolom Diambil contoh perhitungan kolom,dengan panjang kolom L = 8500 mm. Direncanakan kolom dengan profil H. 250, dengan data profil sebagai berikut: d Bf tw tf r A = H = 250 = 250 = 14 = 14 = 16 = 10470 mm mm mm mm mm mm2 Ix Iy Sx Sy rx ry = 115000000 mm4 = 388000000 mm4 = 919000 = 304000 = 105 = 60.9 mm3 mm3 mm mm

Berdasarkan analisis pada program SAP v.12 didapat data yang dibutuhkan untuk penampang kolom sebagai berikut :

1. Panjang efektif kolom ,KL Karena, kolom merupakan bagian struktur portal kaku bergoyang, maka panjang efektif kolom dihitung berdasarkan grafik nomogram yang terlampir.

Data balok yang berhubungan dengan kolom :

Gambar. Hubungan antara kolom dan balok tinjau

Balok BD (sumbu x sebelah kanan kolom) WF 250.250

Panjang efektif kolom AB arah x :

(karena join A adalah dasar kolom dengan tumpuan jepit) ( ( ) )

Dari nomogram portal bergoyang diperoleh nilai K,x = 0,85 , maka panjang efektif kolom K,xL = 0,85 . 8500 = 7225 mm

2. Kelangsingan Kolom Arah sumbu x : Aman.

3. Klasifikasi kekompakan penampang Badan penampang :


( ) ( )

sayap penampang :

penampang kompak.

penampang kompak.

4. Cek tekuk lentur torsi batang ( ( ( )( ) ) (( ( ) ) )

5. Kuat tekan kolom berdasarkan tekuk lentur Tegangan tekuk kritis elastis Fe : ( ) Tegangan tekuk lentur , Fcr :

Kuat tekan nominal kolom, Pn :

Kontrol kapasitas kuat tekan kolom :

6.

Kuat Geser kolom Ditinjau kolom dengan letak yang sama dengan letak kolom pada analisa tekan diatas dengan profil H.250

maka nilai Kuat geser nominal kolom :

Kontrol kapasitas kuat geser kolom :

Berdasarkan hasil perhitungan analisa kapasitas geser kolom diatas dapat disimpulkan bahwa kolom ditinjau dengan profil H.250.250 mampu menahan gaya geser yang bekerja.

D. Sambungan Antara Balok dan Kolom Berdasarkan hasil analisa struktur dengan menggunakan program SAP, didapat gaya gaya maksimum yang bekerja pada ujung balok dan pada posisi sambungan rencana yaitu : LRFD

Direncanakan sambungan menggunakan baut A-325 dan pelat sambung antara balok dan kolom dengan propertis sebagai berikut :

Baut

Pelat

Jumlah baut dalam satu baris, Jumlah baris baut,

1. Kontrol jarak antar baut Rencanakan jarak antar baut s dan jarak baut tepi dan :

Kontrol jarak antar baut rencana terhadap syarat jarak antar baut :

Syarat jarak minimum dan maksimum tepi baut smin smax = 1,5. db = 1,5 . 19 = 12. Tp = 12 . 9 = 28,5 mm < 56,25 mm = 108 mm > 56,25 mm

2. Menghitung Letak garis netral Lebar ekivalen pelat sambung ( sebagai pengganti baut yang tertarik ) :

Lebar efektif pelat sambung yang tertekan :

Letak garis netral dari sisi pelat sambung ( ( ) )

Dengan menggunakan persamaan abc, didapat nilai x :

( (

) ) (

...................................... ) ... .............

(1) (2) (3)

x1= 942,05 x2 = 668,25

Jadi letak garis netral dari sisi atas pelat adalah, x = 668,25 mm

GAMBAR TEGANGAN GESER LENTUR

3. Tegangan yang terjadi pada baut Berdasarkan grafik tegangan pelat sambung diatas didapat persamaan Mu yaitu : ( Dan didapat nilai 1 ) ( )

( (

) )

( (

) )

Dengan menggunakan persamaan segitiga ( ) ( )

didapat nilai 2 dan 3

Aman. ( ) ( ) Aman.

4. Gaya Tarik pada baut Gaya tarik satu buah baut :

Gaya tarik satu buah baut

Kuat nominal tarik baut

Kontrol kapasitas tarik satu baut :

5. Gaya geser pada baut Gaya geser yang ditahan oleh satu baut :

Kuat nominal geser satu baut

Kontrol kapasitas geser satu baut

6. Gaya tumpu pada baut Gaya tumpu yang ditahan satu baut :

Kuat tumpu nominal satu baut

Kontrol kapasitas tumpu satu baut :

7. Kombinasi gaya geser dan tarik baut Tegangan geser yang terjadi :

Kontrol kapasitas tegangan geser :

Gaya tarik 1 baut yang terjadi : Konstanta tegangan untuk baut A 325 ,

= 807 Mpa

= 621 Mpa Kontrol tahanan tarik baut :

Nilai tegangan kombinasi :

Kontrol tegangan kombinasi geser dan tarik :

Desain Struktur Fondasi 1. Data perencanaan Fondasi direncanakan fondasi telapak seperti gambar dibawah ini :

Gambar. dimensi dan bentuk fondasi rencana

Data Tanah : Tebal tanah, ht erat volume tanah t = 0,475 m = 18 friction angle = 0o

kN/m3 sudut gesek dalam, F = 0o

Kohesi, c Data Fondasi Rencana : lebar foot plat, B panjang foot plat, L tebal foot plat, hf berat beton bertulang c kuat tekan beton fc kuat leleh baja, fy selimut beton : foot plat, ds padestal, ds

= 80

kpa

= 1,5 m = 1,5 m = 1,5 m

lebar pedestal,bp panjang pedestal,Lp tinggi pedestal, hp

= 0,5 m = 0,5 m =1 m m m m

= 0,6 kN/m3 tulangan foot plat, D = 16 = 30 Mpa tulangan pedestal, D = 16 sengkang, =8

= 250 Mpa

= 75 = 30

mm mm

2. Analisa gaya gaya yang bekerja Hasil analisa struktur balok padestal pada program SAP 2000 Momen (kNm) Jenis Struktur Mu,x Balok padestal 50,633 Mu,y 0,707 Pu 47,068 Combo Gaya Aksial (kN) Jenis

3. Daya dukung tanah ijin Dari data tanah siatas maka didapat Nc, Nq, Ny dari tabel nilai nilai faktor kapasitas daya dukung Terzaqhi sebesar :

Nc 5,7 Q

Nq 1

Ny 1

= berat fondasi + berat tanah = hf . yc + ht . yt = 0,6 . 24 + 0,475 . 18 = 22,95 kN/m2

St

= cNc. (1 + 0,3. B/L) + q.Nq + 0,5. Yt . B. Ny.(1 0,2. B/L) = 80.5,7(1+0,3.1,5/1,5) + 22,95x1+0,5x18x1,5x1(1-0,2x1,5/1,5) = 626,55 kN/m2

4. Kontrol Tegangan tanah yang terjadi Tegangan tanah maksimal, dan minimal yang terjadi pada tanah adalah sebesar :

5. Kontrol kuat geser satu arah Tinggi efektif tekan beton bidang kritis satu arah :

= hf ds D/2 = 0,6 0,075 0,016/2 = 0,517 m

Lebar bidang kritis yang menerima tekanan keatas : a = L/2 Lp/2 d = 1,5/2 0,5/2 0,517 = 0,017 m Tegangan tanah pada bidang kritis yang menerima tekanan keatas : sa
= smin +

) (

) (

= 134,144 kN/m2

Gaya geser akibat tekanan tanah keatas : Vu =a.B


( )

= 0,017 x 1,5 x

= 3,43 kN

Kontrol kapasitas gaya geser beton : F.Vc = F. B.d = 0,75 x x (1,5 x 1000) x (0,517 x 1000)

=530948,5 N = 530,948 kN > Vu = 3,43 kN

Gambar Tegangan geser satu arah 6. Kontrol kuat geser dua arah Gaya geser akibat tekanan tanah keatas : Vu = ( B.L (bk + d). (hk + d)).
( ) ( )

= ( 1,5 x 1,5 (0,5 + 0,517) x (0,5 + 0,517) x = 29,034 kN

Rasio sisi panjang dan pendek padestal : c = hk / bk = 0,5/0,5 = 1

keliling bidang kritis fondasi : bo = 2.((bk + d)+ (hk + d)) = 2.((0,5 + 0,517) + (0,5 + 0,517))= 4,068m kontrol kapasitas gaya geser beton : Vc,1 =( =(

) )

( ) (

= 5759729 N = 5759,729 kN Vc,2 =( =( ).

) (

= 1919979,37 N = 1919,97 kN Vc,2 = x x (4,068 x 1000) x (0,517 x 1000)

= 3839819,9 N = 3839,81 kN Dipilih Vc yang paling kecil Vc = 1919,97 kN .Vc=0,75 1919,97=1439,97 kN >Vu =29,034 kN

6. Desain Tulangan Fondasi Tinggi efektif tekan beton bidang kritis satu arah : D = hf ds D/2 = 0,6 0,075 0,016/2 = 0,517 m

Jarak tepi padestal terhadap sisi luar foot plat : X = L/2 hp/2 = 1,5/2 0,5/2 = 0,5 m

Tegangan tanah pada tepi kolom : x = = +


( ( ) ( ) (( ) ))

= 105,893 kN/m

Momen yang terjadi pada fondasi : Mu = . x . x2 + ( = .105,893 .0,52+ ( x) . x2 105,893 )x0,52 = 15,68 kNm.

Faktor momen pikul : K = = = 73,33 kN/m2 = 0,073 N/mm2

Kmaks = 8,893

= 8,77

Rasio tulangan perlu : ( )= ( ) = 0,0016

Rasio tulangan balance : b = = = 0,09

Rasio tulangan maksimum : maks 0 75 . b = 0,75 x 0,09 = 0,07 Rasio tulangan Minimum : min = 1,4/fy = 1,4/240 = 0,006 Kontrol rasio tulangan : min > 0,006 > 0,0016 (diambil nilai = 0,0016)

luas tulangan perlu : As .b.d 0 0016 1000 (0 517 1000) 827 2 mm2

Luas tulangan untuk 1 tulangan : As = p. = .p.162 = 201, 062 mm2

Jumlah (n) dan jarak tulangan perlu (s) per-meter : n = Asperlu/ As 1 tulangan = 827,2 mm2 / 201,062 mm2 4 12 5 tulangan Aspakai = As 1tulangan x n = 201,062 mm2 x 5 = 1005,31 mm2 s= = 200 mm/m 200 mm/m

b. Tulangan Padestal Tulangan Pokok (vertikal) d = hk ds D/2 = 0,5 0,03 0,016/2 = 0,462 m faktor momen pikul : K = = = 24,06 kN/m2 = 0,024 N/mm2

Kmaks = 8,893 Tinggi blok tekan beton : a=( ). d = ( ) (0,462 x 1000) = 0,33 mm

Luas tulangan perlu : As,ul = As,u2 = = =


( )

= 17,53 mm2 = 1347,5 mm2

Dipilih yang besar As,u = 1347,5 mm2 Jumlah (n) dan jarak tulangan perlu (s) per-meter : n = As,u / As 1 tulangan =1347,5 mm2/201,062 mm2 6 702 7 tulangan Aspakai = As 1 tulangan x n = 201,062 mm2 x 7 = 1407,434 mm2 > As,u Oke!!

Tulangan sengkang Kontrol kapasitas geser balok : F.Vc = F.16. b. d = 0,75 x 16 x 500 x 462 x =15182869 N > Vu = 600 N Aman!

Dipakai tulangan sengkang 8 Jarak tulangan sengkang s d/2 462/2 231 mm 250 mm.

Gambar detail Pondasi Telapak

E. Desain Struktur Pelat Dasar Kolom Direncanakan pelat dasar kolom dengan tinjauan kolom yang mengalami gaya aksial paling maksimal, seperti gambar berikut : Data yang dibutuhkan dalam mendesain struktur pelat dasar kolom sesuai dengan analisis pada program SAP v.12 adalah :

Data kolom dan pedestal tinjau adalah : Kolom d bf tw tf fy = 250 mm = 250 mm =14 = 14 mm mm Pedestal fc bp hp A2 fu = 25 MPa

= 500 mm = 500 mm = 250000 = 370 MPa

= 240 Mpa

Direncanakan pelat dasar kolom dengan tinjauan gaya aksial dan momen yang bekerja, sesuai dengan asumsi tumPuan dasar kolom adalah jepit. 1. Asumsi dimensi pelat dasar kolom Direncanakan menggunakan pelat dasar kolom dengan dimensi : N = 500 mm B = 500 mm Luas pelat dasar kolom rencana, A1 Rasio luas pedestal terhadap luas baseplate

2. Tegangan ijin maksimum 3. Tekanan tumpu :

4. Menentukan jenis momen yang bekerja : ecrit = e= = = 246,13 (Momen Kecil )

= 1534,56 < 248,8

5. Panjang daerah tumpu, Y Asumsi jarak tepi angkur = 25 mm Jarak dari pusat kolom ke angkur, f = 500/2 25 = 225 mm (
(

)2 = (
)

)2 = 225625
( )

= 3637,49 < 225625

(Dimensi pelat OK)

Dari persamaan diatas maka nilai panjang daerah tumuan untuk metode LRFD adalah : Y =( ) ( )

=(

= 946,06mm ; 3,84 mm

6. Menghitung gaya tarik angkur Tu = qmaks. Y - Pu = 6905 (

= 3226089,95 N

7. Menghitung tebal pelat dasar kolom yang dibutuhkan Daerah tumpuan (at bearing interface) : m = (N 0,95d) = (500 0,95 . 400) = 60 karena Y = 420 > m = 60, maka tebal pelat dasar yang dibutuhkan adalah : tp, (req) = 1,5m
( )

= 1,5 . 60

= 21,59 mm

Daerah tarik (at tension interface) : x = N/2 d/2 25 = 500/2 400/2 25 = 25 tebal pelat dasar kolom yang dibutuhkan dengan metode ASD adalah : tp, (req) = 2,11 = 2,11 = 27,33

diambil tebal pelat paling maksimum yaitu tp = 80 mm

8. Desain angkur pelat dasar kolom Direncanakan menggunakan angkur D22 dengan Fu, angkur = 825 MPa Kuat tarik nominal 1 buah angkur : Tn = 0,75 . Aangkur . Fu,angkur = 0,75 . 379,94 . 825 = 235087,88N Kapasitas 1 buah angkur : .Tn = 0,75 . 235087,88N = 176315,91 N Jumlah angkur yang dibutuhkan : n= = = 18,29 18 buah angkur

Panjang angkur yang dibutuhkan : Lmin =

.D=

22 = 264 mm

Dipakai panjang angkur 300 mm.

F. Desain Struktur Rafter Direncanakan rafter menggunakan jenis profil IWF 250 x 125 x 6 x 9 seperti gambar di bawah ini : = 324000mm3 = 47000 mm3 rx ry = 27,9 mm = 104 mm = 3766 mm2 = 12 mm

= 125 mm = 250 mm =9 =6 mm mm

A r

Contoh Perhitungan Berdasarkan analisa struktur menggunakan SAP, didapat momen dan gaya geser maksimum yang bekerja pada rafter, yaitu : N.mm 13234 N

Kontrol rasio lebar terhadap tebal penampang rafter Sayap :

Badan :

Dari hasil kontrol rasio lebar terhadap tebal sayap dan badan penampang diatas, dapat disimpulkan bahwa profil rafter IWF 250 x 125 x 6 x 9 termasuk penampang kompak.

Analisa geser rafter Berdasarkan hasil analisa struktur dengan program SAP didapat nilai gaya geser terfaktor maksimum : Vu = 21286,77 N

Kuat geser nominal rafter : Karena < , maka nilai , dan kuat geser nominal balok adalah :

Kontrol kapasitas geser rafter : Penampang aman.

Analisa lendutan rafter Kendutan balok yang terjadi :

Beban merata tidak terfaktor : Akibat, Beban mati ( q ) Beban hujan ( q ) Beban angin ( q ) = 23 = 46 = 40 Total = 0,23 = 0,46 = 0,40 = 1,09 +

Beban Terpusat tidak Terfaktor ( P ) : Akibat, Beban orang, P = 100 = 1,00

Lendutan yang terjadi :

Cek interaksi tekan lentur

( (

) )

Maka, aman.

Pelat Tekuk Rafter Luas dari penampang plat pada rafter pengaku vertikal harus memenuhi : = 125 mm = 250 mm =9 =6 mm mm rx ry = 324000mm3 = 47000 mm3 = 27,9 mm = 104 mm A r = 3766 mm2 = 12 =405. =294. mm cm4 cm4

((

) ( (

( ) ( ) ) )

Diketahui : =9 = mm = 250 ( 2 x 9 ) = 232 mm

= 232 x 9 =1

= 2088

( ( ) ( )

Maka,

( (

)
(

( ) ( ) )

))

( (

)
(

) )

)) Aman.

untuk

Aman.

G. Sambungan Antara Kolom dan Rafter Berdasarkan hasil analisa struktur dengan menggunakan program SAP, didapat gaya gaya maksimum yang bekerja pada ujung rafter dan pada posisi sambungan rencana yaitu :

Direncanakan sambungan menggunakan baut A-325 dan pelat sambung antara rafter dan kolom dengan propertis sebagai berikut : Baut Pelat

Jumlah baut dalam satu baris, Jumlah baris baut,

1. Kontrol jarak antar baut Rencanakan jarak antar baut s dan jarak baut tepi dan :

Kontrol jarak antar baut rencana terhadap syarat jarak antar baut :

Syarat jarak minimum dan maksimum tepi baut smin smax = 1,5. db = 1,5 . 19 = 12. Tp = 12 . 9 = 28,5 mm < 56,25 mm = 108 mm > 56,25 mm

2. Menghitung Letak garis netral Lebar ekivalen pelat sambung ( sebagai pengganti baut yang tertarik ) :

Lebar efektif pelat sambung yang tertekan :

Letak garis netral dari sisi pelat sambung ( ( ) )

Dengan menggunakan persamaan abc, didapat nilai x :

( (

) ) (

...................................... ) ... .............

(1) (2) (3)

x1= 942,05

x2 = 668,25

Jadi letak garis netral dari sisi atas pelat adalah, x = 668,25 mm

GAMBAR TEGANGAN GESER LENTUR

3. Tegangan yang terjadi pada baut Berdasarkan grafik tegangan pelat sambung diatas didapat persamaan Mu yaitu : ( Dan didapat nilai 1 ) ( )

( (

) )

( (

) )

Dengan menggunakan persamaan segitiga ( ) ( )

didapat nilai 2 dan 3

Aman. ( ) ( )

Aman. 4. Gaya Tarik pada baut Gaya tarik satu buah baut :

Gaya tarik satu buah baut

Kuat nominal tarik baut

Kontrol kapasitas tarik satu baut :

5. Gaya geser pada baut Gaya geser yang ditahan oleh satu baut :

Kuat nominal geser satu baut

Kontrol kapasitas geser satu baut

6. Gaya tumpu pada baut Gaya tumpu yang ditahan satu baut :

Kuat tumpu nominal satu baut

Kontrol kapasitas tumpu satu baut :

7. Kombinasi gaya geser dan tarik baut Tegangan geser yang terjadi :

Kontrol kapasitas tegangan geser :

Gaya tarik 1 baut yang terjadi : Konstanta tegangan untuk baut A 325 ,

= 807 Mpa = 621 Mpa

Kontrol tahanan tarik baut :

Nilai tegangan kombinasi :

Kontrol tegangan kombinasi geser dan tarik :

H. Sambungan Antar Rafter Berdasarkan hasil analisa struktur dengan menggunakan program SAP, didapat gaya gaya maksimum yang bekerja pada ujung rafter dan pada posisi sambungan rencana yaitu :

Baut ulir ( bor ) diameter

= 80 mm

Tipe Baut A-325 dengan properties sebagai berikut : Baut Pelat

1.

Kontrol Kekuatan Baut Perhitungan gaya aksial yang diterima setiap baut :

Perhitungan kuat geser baut :

Perhitungan kuar tumpu baut

Perhitungan kuat tarik baut

Rumus interaksi geser dan kuat tarik baut


2 2

( ( Rut

(
2

) 1 ) ( Rut
2

) 1

2. Menghitung Letak garis netral Lebar ekivalen pelat sambung ( sebagai pengganti baut yang tertarik ) :

Lebar efektif pelat sambung yang tertekan :

Letak garis netral dari sisi pelat sambung ( ( ) )

Dengan menggunakan persamaan abc, didapat nilai x :

( (

) ) (

...................................... ) ...

(1) (2)

............. x1= 942,05

(3)

x2 = 668,25

Jadi letak garis netral dari sisi atas pelat adalah, x = 668,25 mm

GAMBAR TEGANGAN GESER LENTUR 3. Tegangan yang terjadi pada baut Berdasarkan grafik tegangan pelat sambung diatas didapat persamaan Mu yaitu : ( Dan didapat nilai 1 ) ( )

( (

) )

( (

) )

Dengan menggunakan persamaan segitiga ( ) ( )

didapat nilai 2 dan 3

Aman. ( ) ( ) Aman.

4. Gaya Tarik pada baut Gaya tarik satu buah baut :

Gaya tarik satu buah baut

Kuat nominal tarik baut

Kontrol kapasitas tarik satu baut :

5. Gaya geser pada baut Gaya geser yang ditahan oleh satu baut :

Kuat nominal geser satu baut

Kontrol kapasitas geser satu baut

6. Gaya tumpu pada baut Gaya tumpu yang ditahan satu baut :

Kuat tumpu nominal satu baut

Kontrol kapasitas tumpu satu baut :

7. Kombinasi gaya geser dan tarik baut Tegangan geser yang terjadi :

Kontrol kapasitas tegangan geser :

Gaya tarik 1 baut yang terjadi :

Konstanta tegangan untuk baut A 325 ,

= 807 Mpa = 621 Mpa

Kontrol tahanan tarik baut :

Nilai tegangan kombinasi :

Kontrol tegangan kombinasi geser dan tarik :

You might also like