You are on page 1of 79

BAB I PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG Tahun 2001 merupakan tahun yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia, karena sejak tahun 2001 tersebut telah terjadi perubahan yang sangat fundamental di dalam pola pengaturan hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pola pengaturan hubungan antara Pusat dan Daerah yang semula bersifat sentralistik di masa Orde Baru yang diterjemahkan melalui Undang Undang No 5 tahun 1974, telah dirubah dalam suatu pola hubungan yang lebih bersifat desentralisasi, dimanifestasikan melalui dasar hukum Undang Undang No 22 tahun 1999 serta Undang Undang No 25 tahun 1999. Besaran perubahan yang dikehendaki dalam reformasi tersebut dapat disimak dari pergeseran sejumlah model dan paradigma pemerintahan daerah, dari structural efficiency model yang menekankan efisiensi dan keseragaman pemerintahan lokal dirubah menjadi local democracy model dengan penekanan pada nilai-nilai demokrasi dan keberagaman di dalam

penyelenggaraan pemerintahan lokal (Bhenyamin Hoessein, 2002). Namun kemudian, pada perkembangannya Undang-Undang tersebut digantikan oleh Undang-Undang terbaru, yakni Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, sumber pendapatan daerah terdiri dari: (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (2) Dana perimbangan, (3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Sedangkan Dana Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, juga disebutkan bahwa sumber PAD terdiri dari: (1) Hasil pajak daerah; (2) Hasil retribusi daerah; (3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; (4) Lain-lain PAD yang sah. Berdasarkan Undang-Undang di atas, pemerintah daerah dituntut untuk mengatur keuangannya sendiri serta mengelolanya sebagai sumber pendapatan daerah. Pemerintah daerah berhak untuk membuat kebijakan mengenai pendapatan daerah tanpa campur tangan pemerintah pusat. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang

bersangkutan. Hal ini dilakukan agar masing-masing rumah tangga daerah dapat membiayai pembangunan daerahnya secara maksimal. Sumber pembiayaan terpenting adalah sumber pembiayaan yang dikenal dengan istilah PAD (Pendapatan Asli Daerah) di mana komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah. PAD juga menjadi sumber daya sepenuhnya dapat dikelola oleh daerah adalah dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Secara teoritis pengukuran kemandirian Daerah diukur dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), oleh karena itu upaya/usaha peningkatan penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)

perlu mendapat perhatian yang serius dengan tujuan agar daerah tidak terlalu menggantungkan keuangan pada pemerintah tingkat atas tetapi harus mampu mandiri sesuai cita-cita otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Otonomi daerah merupakan aplikasi dari suatu kebijakan yang menetapkan bahwa kabupaten maupun kota sebagai titik beratnya. Inti dari pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya untuk memaksimalkan hasil yang akan dicapai sekaligus menghindari kerumitan dan hal-hal yang menghambat pelaksanaan otonomi daerah. Dengan demikian, tuntutan masyarakat dapat diwujudkan secara nyata dengan penerapan otonomi daerah luas dan kelangsungan pelayanan umum tidak diabaikan, serta memelihara

kesinambungan fiskal secara nasional. Terwujudnya pelaksanaan otonomi daerah, terjadi melalui penyerahan sejumlah kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah di mana implementasi kebijakan desentralisasi banyak faktor pendukung. Salah satu faktor pendukung yang menentukan keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah untuk membiayai pelaksanaan kekuasaan/kewenangan yang dimilikinya, di samping faktor-faktor lain seperti kemampuan personalia di daerah dan kelembagaan pemerintah daerah. Dalam pembangunan Daerah perlu dikembangkan ide-ide potensi daerah dalam menggali sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang maksimal. Untuk mencapainya perlu adanya keseimbangan antara sumber daya yang ada dan pemanfaatan potensi yang dimiliki masing-masing daerah. Pembangunan Daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa terlepas dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom daerah mempunyai

kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasar prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab di daerah secara proporsional dan berkeadilan, jauh dari praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme serta adanya perimbangan antara keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.(Widjaja,2002:7) Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai sumber pendapatan daerah merupakan sumber penerimaan yang sangat potensial dalam mendukung striktur APBD serta meningkatkan kemampuan daerah dalam membiayai semua kegiatan yang telah direncanakan. Setiap daerah pasti memiliki Pendapatan Asli Daerah, yang tiap periode harus dijaga serta ditingkatkan guna membiayai secara rutin dalam rangka memberikan pelayanan terbaik pada warganya. Namun perlu diketahui karakteristik dan kondisi serta sumber daya manusia yang dimiliki oleh masing-masing daerah itu berbeda. Karena perbedaan tersebut maka alokasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) tiap daerah berbeda. Daerah Kota Jambi yang menjadi obyek penelitian ini, yaitu menrupakan suatu daerah yang masih berkembang dan memiliki beberapa hambatan untuk menjalankan otonomi daerahnya secara utuh dan menyeluruh. Masalah tersebut karena terhambat masalah adanya pendapatan yang terbatas. Penelitian ini mengambil data dari tahun 2000 2009. Sehubungan dengan hal itu, banyak sekali hasil pendapatan dari daerah itu sendiri yang dapat membantu upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

Dalam hal ini penulis mencoba melihat peluang peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari Retribusi Parkir yang mungkin mempunyai potensi bagus untuk meningkatkan hasil Pendapatan asli Daerah dalam upaya pembiayaan pembangunan di Kota Jambi. Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan didalam mencapai target penerimaan Retribusi Parkir adalah faktor kesadaran baik dari wajib bayar maupun para petugas pemungut Retribusi Parkir. Berdasarkan paparan di atas dan dengan adanya fakta-fakta yang perlu dikaji dan diobsevasi lebih dalam maka peneliti bermaksud meneliti dengan judul Kontribusi Retribusi Parkir sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Jambi.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dikemukakan rumusan masalah yang menjadi dasar pokok/fokus penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran besarnya pendapatan retribusi parkir di Kota Jambi? 2. Bagaimana kontribusi retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)? 3. Apakah upaya pemerintah Kota Jambi untuk meningkaktan Pendapatan Retribusi Parkir dalam rangka usaha peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ?

C.

Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka hasil penelitian memiliki tujuan sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui gambaran besarnya pendapatan retribusi parkir di Kota Jambi 2. Untuk mengetahui kontribusi retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) 3. Untuk mengidentifikasi upaya-upaya pemerintah Kota Jambi untuk meningkaktan Pendapatan Retribusi Parkir dalam rangka usaha

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

D.

Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan maka manfaat yang

diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti Hasil peneliti ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam

pengembangan pengetahuan yang selama ini telah diperoleh di bangku kuliah dan harapkan dapat mengetahui perkembangan retribusi parkir terutama di Kota Jambi yang sangat erat hubungannya dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga akan lebih bermanfaat dalam meningkatkan bidang rencana

pembiayaan pembangunan daerah. Khususnya Pemerintah Kota Jambi yang dalam hal ini sedang merencanakan pembangunan sarana dan prasarana dalam rangka kenaikan Pendapatan Asli Daerah.

2. Bagi Instansi Terkait a. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan sehubungan dengan penentuan kebijakan pemerintah Daerah Kota Jambi dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah b. Untuk mengetahui sasaran pokok pemerintah Kota Jambi dalam merencanakan pembangunan yang berhubungan dengan retribusi parkir.

3. Bagi Universitas ............................... Bagi Jurusan ..................... melalui hasil dan bahasan penelitian ini sebagai bahan dokumentasi ilmiah yang berguna bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

4. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk perencanaan penelitian yang berhubungan dengan ekonomi kedaerahan misalnya dalam hal ini di Kota Jambi.

E.

Asumsi Penelitian Asumsi dasar pada penelitian ini sebagai berikut:

1.

Retribusi parkir merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang memiliki kontribusi cukup penting terhadap penerimaan PAD Kota Jambi.

2.

PAD merupakan sumber penerimaan yang benarbenar digali dari masyarakat dan akan kembali lagi kepada masyarakat lewat pembangunan sarana dan prasarana

maupun program yang bersifat intangible. 3. Di antara semua komponen PAD, pajak dan retribusi daerah merupakan penyumbang terbesar, sehingga muncul anggapan bahwasanya PAD identik dengan pajak dan retribusi daerah.

F. 1.

Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian terfokus pada hasil retribusi parkir di Kota Jambi Karena banyak sekali hasil sektor-sektor lain yang dapat mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang digunakan untuk memberi arahan dan gambaran mengenai masalah inti yang ada dalam suatu penelitian.

2.

Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian adalah hal-hal yang membatasi masalah yang

berhubungan dengan penelitian. Penelitian ini terfokus pada retribusi parkir saja. Digunakan untuk mengetahui peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kota Jambi dari penelitian ini dapat diketahui adanya peningkatan atau penurunan pada retribusi parkir di Kota Jambi

G.

Definisi Operasional Untuk menghindari ketidakjelasan dalam pemahaman variabel-variabel dalam penelitian, maka akan dijelaskan definisi operasional dari variabelvariabel tersebut sebagai berikut. 1. Retribusi parkir adalah pungutan pemerintah daerah sebagai pembayaran jasa atas penggunaan pelayanan penyediaan layanan parkir. 2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah salah satu komponen sumber penerimaan keuangan daerah di samping penerimaan lainnya berupa dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yang sah.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Otonomi Daerah Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (UndangUndang No.32 Tahun 2004). Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang menganut asas otonomi dan tugas pembantu dalam menyelenggarakan pemerintahannya. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyaakat melalui peningkatan hasil-hasil sumberdaya yang ada di daerah tersebut. (Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah). Sedangkan daerah otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah daerah dengan otonomi adalah proses peralihan sistem dekonsentrasi ke sistem desentralisasi. Otonomi adalah penyerahan urusan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang bersifat operasional dalam

rangka sistem birokrasi pemerintahan. Tujuan otonomi adalah mencapai efisiensi dan efektivitas dalam pelayanan kepada masyarakat. Setiap daerah diberi kewenangan untuk membentuk suatu paket otonomi yang konsisten dengan kapasitas dan kebutuhannya. Dalam negara yang majemuk seperti Indonesia, satu ukuran belum tentu cocok untuk semua. Dalam proses ini lembaga-lembaga pemerintahan daerah perlu dilibatkan oleh masing-masing Pemerintah Kabupaten/ Kota, termasuk DPRD untuk menjamin proses desentralisasi secara lebih baik dan bertanggungjawab, di mana mereka sebagai salah satu stakeholder yang memiliki kepentingan mendalam untuk mensukseskan otonomi daerah. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, masyarakat. Menurut Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah: Tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat serta peningkatan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu secara nyata, dinamis, dan bertanggungjawab. Nyata berarti pemberian otonomi pada daerah didasarkan pada faktorfaktor perhitungan, tindakan dan kebijaksanaan yang benarbenar menjamin daerah yang bersangkutan, dapat mengurus partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban kepada

rumah tangganya sendiri. Dinamis artinya didasarkan pada kondisi perkembangan dan pembangunan. Bertanggungjawab adalah pemberian otonomi yang diupayakan untuk

memperlancar pembangunan dipelosok tanah air. Apabila dilihat dari sisi kepentingan Pemda, maka ada tiga tujuan utama otonomi daerah yaitu: a. Untuk mewujudkan political equality, artinya melalui otonomi daerah diharapkan akan lebih membuka

kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas politik ditingkat lokal maupun daerah. b. Untuk menciptakan local accountability, artinya dengan otonomi akan meningkatkan kemampuan Pemda dalam memperhatikan hak-hak masyarakat. c. Untuk mewujudkan local responsibility, artinya dengan otonomi daerah diharapkan akan mempermudah antisipasi terhadap

berbagai masalah yang muncul dan sekaligus menigkatkan akselerasi pembangunan social dan ekonomi daerah. Ciri utama suatu daerah mampu melaksanakan otonomi daerah sebagai berikut. a. Kemampuan keuangan daerah, yang berarti daerah tersebut memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber-sumber

keuangan, mengelola dan menggunakan keuangannya sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah. b. Ketergantungan kepada pemerintah pusat harus seminimal mungkin, oleh karena itu, PAD harus menjadi sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah. 1. Pembentukan Daerah Berdasarkan pokok pikiran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pembentukan daerah otonomi ditetapkan sebagai berikut. a. Undang-undang pembentukan daerah

antara lain mencakup nama, cakupan wilayah, batas ibukota, kewenangan menyelenggarakan urusan pemerintahan, penunjukan penjabat kepala daerah, pengisian keanggotaan DPRD, pengalihan kepegawaian,

pendanaan, peralatan, dan dokumen, serta perangkat daerah. b. Pembentukan daerah dapat berupa

penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. c. Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan. Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus memenuhi syarat-syarat berikut. a. Syarat administratif, untuk provinsi

meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/ kota dan Bupati/ Walikota

yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi, persetujuan DPRD provinsi induk dan Gubernur, serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri. Syarat administratif kabupaten/kota meliputi adanya persetujuan DPRD

kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan Gubernur serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri. b. Syarat teknis, meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. c. Syarat fisik meliputi paling sedikit 5 (lima) kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi dan paling sedikit 5 (lima) kecamatan untuk pembentukan kabupaten, dan 4 (empat) kecamatan untuk pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan.

2. Kewenangan Daerah Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, kewenangan pemerintah pusat mencakup urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan agama. Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh UndangUndang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah (Pusat). Dalam urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di luar urusan pemerintahan, Pemerintah dapat: a. urusan pemerintahan; b. melimpahkan sebagian urusan menyelenggarakan sendiri sebagian

pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah; c. menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan/ atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, yang diselenggarakan berdasarkan kriteria, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan sebagai berikut. a. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi: 1). pembangunan; 2). pengawasan tata ruang; 3). ketentraman masyarakat; 4). 5). penyediaan sarana dan prasarana umum; penanganan bidang kesehatan; penyelenggaraan ketertiban umum dan perencanaan, pemanfaatan, dan perencanaan dan pengendalian

6).

penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;

7). kabupaten/kota; 8). kabupaten/kota; 9).

penanggulangan masalah sosial lintas

pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas

fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota;

10). 11). kabupaten/kota; 12). sipil; 13). pemerintahan; 14).

pengendalian lingkungan hidup; pelayanan pertanahan termasuk lintas

pelayanan kependudukan, dan catatan

pelayanan

administrasi

umum

pelayanan modal termasuk lintas kabupaten/kota;

administrasi

penanaman

15).

penyelenggaraan

pelayanan

dasar

lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota; 16). urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. b. Sedangkan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/ kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi: 1). perencanaan dan pengendalian pembangunan; 2). perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; 3). penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; 4). penyediaan sarana dan prasarana umum; 5). penanganan bidang kesehatan; 6). penyelenggaraan pendidikan; 7). penanggulangan masalah sosial; 8). pelayanan bidang ketenagakerjaan; 9). fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; 10). pengendalian lingkungan hidup; 11). pelayanan pertanahan; 12). pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; 13). pelayanan administrasi umum pemerintahan; 14). pelayanan administrasi penanaman modal; 15). penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; 16). urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundangundangan. Urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

3. Keuangan Daerah Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan lain yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka APBD. Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan self-supporting dalam bidang keuangan. Dengan perkataan lain, faktor keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Berikut ini akan dijelaskan gambar tenang pembagian keuangan berdasakan konsep otonomi daerah.

Demokratisasi Desentralisasi

Reformasi

Keuangan UU 22/1999

Kuangan UU 25/1999

Pusat Daerah Kewenangan yg luas, nyata & bertangggung jawab

Pusat Daerah perluasan Tax Base dana perimbangan

Sumber dana Beban & tanggungjaw ab

Gambar 2.1. Pola Kewenangan dan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah di Era Otonomi Daerah Sumber : DJPKPD

Di dalam TAP MPR No. IV/MPR/2000 ditegaskan bahwa: Kebijakan desentralisasi Daerah diarahkan untuk mencapai peningkatan pelayanan publik dan pengembangan kreativitas Pemda, keselarasan hubungan antara Pusat dan Daerah serta antar Daerah itu sendiri dalam kewenangan dan keuangan untuk menjamin peningkatan rasa kebangsaan, demokrasi dan kesejahteraan serta penciptaan ruang yang lebih luas bagi kemandirian Daerah.

Sebagai konsekuensi dari pemberian otonomi yang luas maka sumber-sumber keuangan telah banyak bergeser ke Daerah baik melalui perluasan basis pajak (taxing power) maupun dana perimbangan. Hal ini

sejalan dengan makna desentralisasi fiskal yang mengandung pengertian bahwa kepada Daerah diberikan: (1) kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri yang dilakukan dalam wadahPendapatan Asli Daerah (PAD) yang sumber utamanya adalah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan tetap mendasarkan batas kewajaran. (2) didukung dengan perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan pengertian di atas dapat kita lihat Ruang lingkup keuangan daerah adalah sebagai berikut : a. hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman; b. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga; c. penerimaan daerah; d. pendapatan daerah; e. pengeluaran daerah; f. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah;dan

g. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum. Sedangkan pengelolaan daerah yang diatur dalam peraturan daerah ini meliputi: a. asas umum pengelolaan keuangan daerah; b. pejabat-pejabat yang mengelola keuangan daerah; c. struktur APBD; d. penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD; e. penyusunan dan penetapan APBD; f. pelaksanaan dan perubahan APBD; g. penatausahaan keuangan daerah; h. pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; i. pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD; j. pengelolaan kas daerah; k. Pengelolaan piutang daerah; l. Pengelolaan investasi daerah; m. Pengelolaan barang milik daerah; n. Pengelolaan dana cadangan; o. Pengelolaan utang daerah; p. Pembinaan dan penggawasan pengelolaan keuangan daerah; q. penyelesaian kerugian daerah; r. pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah; s. pengaturan pengelolaan keuangan daerah. (sumber: peraturan daerah provinsi jambi nomor 2 tahun 2009 tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah)

B. Retribusi Parkir Sebelum membahas tentang retribusi parkir kita akan membahas terlebih dahulu tentang konsep retribusi daerah yang merupakan salah satu sumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Retribusi dapat diartikan sebagai

pungutan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai akibat adanya kontra prestasi tersebut yang diberikan didasarkan oleh atas

Pemda/pembayaran

prestasi/pelayanan yang diberikan Pemerintah Daerah yang langsung dinikmati secara perseorangan oleh warga

masyarakat dan pelaksanaannya didasarkan atas peraturan yang berlaku (Halim, 2001:121). Yang dimaksud retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi/badan.(Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah). Pemungutan retribusi daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Undang-Undang yang mengatur tentang pajak dan retribusi daerah adalah Undang-Undang No.34 tahun 2000. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang berisi penentuan tarif dan tata cara pemungutan pajak dan retribusi daerah ditetapkan dengan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Retribusi daerah merupakan salah satu sumber

penerimaan daerah yang cukup besar dalam memberikan sumbangan terhadap PAD. Retribusi daerah yang merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada

masyarakat sebagai kontraprestasi atas jasa dan/atau barang

yang disediakan oleh daerah, berdasarkan sifatnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: a. Sifat pemungutannya dilihat dari sifat

pemungutannya hanya berlaku untuk orang tertentu yaitu bagi yang menikmati jasa pemerintah yang dapat ditunjuk, yang merupakan timbale balik atas jasa atau barang yang telah disediakan oleh pemerintah setempat. b. Sifat paksaannya pemungutan retribusi yang

berdasarkan atas peraturan-peraturan yang berlaku umum, dan dalam pelaksanaannya dapat dipaksakan, yaitu barang siapa yang ingin mendapatkan suatu prestasi tertentu dari pemerintah, maka harus membayar retribusi. Jadi sifat paksaan pada retribusi daerah bersifat ekonomis sehingga pada hakikatnya diserahkan pada pihak yang

bersangkutan untuk membayar/ tidak. Seperti halnya dengan pajak daerah, retribusi daerah juga mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Fungsi sebagai sumber keuangan Negara,

maksudnya adalah bahwa retribusi digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan uang dari rakyat ke kas Negara untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran yang bersifat rutin maupun untuk

pembangunan.

b.

Fungsi mengatur maksudnya adalah bahwa retribusi digunakan sebagaibalat untuk mengatur/melaksanakan

kebijakan Negara dalam laporan sosial dan ekonomi. Dalam Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, retribusi dibagi menjadi tiga golongan yaitu: a. Jasa umum Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan/diberikan oleh Pemerintaj Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, dapat digolongkan yang termasuk jenis retribusi jasa umum antara lain: 1) Retribusi pelayanan kesehatan 2) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan 3) Retribusi panggantian biaya cetak KTP dan akte catatan sipil 4) Retribusi pelayanan pemakaman dan penguburan mayat 5) Retribusi parkir ditepi jalan umum 6) Retribusi parkir 7) Retribusi air bersih 8) Retribusi pengujian kendaraan bermotor 9) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran

10) Retribusi penggantian biaya cetak peta 11) Retribusi pengujian kapal perikanan b. Jasa usaha Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang diberikan atau disediakan oleh Pemda dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Jenis-jenis retribusi jasa usaha adalah: 1) Reribusi pemakaian kekayaan daerah 2) Retribusi parkir grosir dan pertokoan 3) Retribusi terminal 4) Retribusi tempat khusus parkir 5) Retribusi tempat penitipan anak 6) Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa 7) Retribusi penyedotan kakus 8) Retribusi rumah potong hewan 9) Retribusi tempat pendaratan kapal 10) Retribusi rekreasi dan olah raga 11) Retribusi penyeberangan diatas air 12) Retribusi pengolahan limbah air 13) Retribusi penjualan produk asli daerah c. Perijinan tertentu Retribusi perijinan tertentu adalah retribusi atas

kegiatan tertentu Pemda dalam rangka pemberian izin kepada

orang pribadi/badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, peraturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana/fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis-jenis retribusi perijinan tertentu adalah: 1) Retribusi ijin peruntukan penggunaan tanah 2) Retribusi ijin mendirikan bangunan 3) Retribusi ijin tempat penjualan minuman beralkohol 4) Retribusi ijin gangguan 5) Rertribusi ijin trayek 6) Retribusi ijin pengambilan hasil hutan ikutan Berdasarkan penggolongan retribusi diatas maka tiap daerah dapat memungut retribusi sesuai dengan kebutuhan masing-masing berdasarkan prestasi yang ada. Di Kota Jambi sendiri memiliki 52 macam retribusi. Pemerintah Daerah Kota Jambi juga mengeluarkan Pertaturan Daerah Kota Jambi tentang Retribusi Parkir.

C. Pendapatan Asli Daerah (PAD) PAD adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. PAD diusahakan atau dicari oleh setiap tingkatan Pemerintah Daerah melalui otonomi yang dimilikinya, dengan tetap berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang mengatur penggalian sumbersumber keuangan daerah tersebut.

Dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, disebutkan bahwa sumber PAD terdiri dari: 1. Hasil pajak daerah; 2. Hasil retribusi daerah; 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4. Lain-lain PAD yang sah. Tuntutan peningkatan PAD semakin besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, pembiayaan, dan dokumentasi (P3D) ke daerah dalam jumlah besar. Sumber-sumber penerimaan daerah yang potensial harus digali secara maksimal, namun tentu saja dalam koridor peraturan perundangundangan yang berlaku, termasuk di antaranya adalah pajak daerah dan retribusi daerah yang memang telah sejak lama menjadi unsur PAD yang utama. Untuk dapat meningkatkan PAD dari sumber pajak dan retribusi daerah, pemerintah daerah harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya terutama aparat perpajakan, baik kualitas intelektual maupun kualitas moralnya, sehingga mampu menggali sumber-sumber pajak dan retribusi daerah baik melalui cara intensifikasi maupun melalui cara ekstensifikasi dengan menggali objek-objek pajak yang baru. Menurut Sutedi (2009:157) pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber

pendapatan daerah yang penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Ketergantungan Daerah terhadap bantuan Pusat harus seminimal mungkin, sehingga PAD khususnya pajak dan retribusi daerah harus menjadi sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan Pusat dan Daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan negara. Berkaitan dengan hal tersebut, optimalisasi sumber-sumber PAD perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Untuk itu diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan. Dalam jangka pendek, kegiatan yang paling mudah dan dapat segera dilakukan adalah dengan melakukan intensifikasi terhadap terhadap objek atau sumber pendapatan daerah yang sudah ada, terutama melalui pemanfaatan teknologi informasi. Secara umum, menurut Sutedi (2009:161) upaya yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan melalui optimalisasi intensifikasi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, antara lain dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: a. Memperluas basis penerimaan Tindakan yang dilakukan untuk memperluas basis penerimaan, yang dalam perhitungan ekonomi yang dianggap potensial, antara lain yaitu mengidentifikasi pembayar pajak baru/ potensial dan jumlah pembayar pajak, memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian, menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan.

b.

Memperkuat proses pemungutan Upaya yang dilakukan antara lain mempercepat penyusunan Perda, mengubah tarif, khususnya tarif retribusi dan peningkatan SDM.

c.

Meningkatkan pengawasan Hal ini dapat ditingkatkan yaitu antara lain dengan melakukan pemeriksaan secara dadakan dan berkala, memperbaiki proses

pengawasan, menerapkan sanksi terhadap penunggak pajak dan sanksi terhadap pihak fiskus, serta meningkatkan pembayaran pajak dan pelayanan yang diberikan oleh daerah. d. biaya pemungutan Tindakan yang dilakukan oleh daerah yaitu antara lain memperbaiki prosedur administrasi pajak melalui penyederhanaan administrasi pajak, meningkatkan efisiensi pemungutan dari setiap jenis pemungutan. e. Meningkatkan perencanaan yang lebih baik Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di daerah. kapasitas penerimaan melalui Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan

Berkaitan dengan hal tersebut, ada gagasan yang berkembang di kalangan para pakar internasional, akademisi maupun praktisi di bidang desentralisasi fiskal, untuk menambahkan taxing power kepada Pemerintah Daerah. Dengan demikian, sumber pembiayaan bagi daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah PAD, Dana Perimbangan, Pinjaman

Daerah, dan lain-lain penerimaan daerah yang sah. Pajak daerah dan retribusi daerah, yang merupakan salah satu komponen PAD, seharusnya merupakan sumber penerimaan utama bagi daerah, sehingga ketergantungan daerah kepada Pemerintah Pusat (Dana Perimbangan) semakin berkurang, yang pada gilirannya daerah diharapkan akan memiliki akuntabilitas yang tinggi kepada masyarakat lokal.

D. Pengertian Kontribusi Menurut diterbitkan Kamus Balai Umum Pustaka Bahasa yang Indonesia dimaksud (KUBI) dengan

oleh

kontribusi adalah: (1) Uang iuran; (2) Sumbangan Dilihat dari pengertian kontribusi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), jika dikaitkan dengan retribusi parkir berarti sumbangan/uang iuran yang berasal dari penerimaan retribusi parkir dibagi dengan penerimaan dari PAD. Untuk mengetahui kontribusi dari retribusi parkir terhadap PAD (Halim, 2001:155).
Kontribusi Re tribusiParkir = Re tribusiParkir x100% PAD

E. Pengertian Peningkatan Menurut KUBI diterbitkan Balai Pustaka yang dimaksud dengan peningkatan adalah: (1) Hal keadaan tumbuh; (2) Perkembangan. Untuk

mengetahui peningkatan retribusi parkir, maka dapat dihitungdengan cara sebagai berikut(Halim, 2001:155).
Peningka tan Re tribusiParkir = Re alisasiTahunX Re alisasiTah unX 1 x100% Re alisasiTahunX

F. Penelitian Terdahulu Dalam peneltiaan sebagai suatu karya ilmiah ini juga melihat dan mengkaji penelitian-penelitian yang sudah ada lebih dulu sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan peneltian. Penelitian yang dilakukan oleh Manurung Wahidin tentang

Pengelolaan Retribusi Parkir Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Jayapura dilakukan kajian potensi penerimaan retribusi parkir mobil dan sepeda motor dari lokasi parkir yang dikelola dan dari lokasi parkir yang potensial dikelola. Untuk meningkatkan potensi penerimaan tersebut upaya yang dilakukan adalah melaksanakan undian karcis berhadiah. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan undian karcis berhadiah, dilakukan jajak pendapat terhadap 500 responden atau penggunan jasa parkir mobil dan sepeda motor. Hasilnya menunjukkan 82,60% pengguna jasa parkir setuju apabila diadakan undian karcis berhadiah dan berusaha menerima karcis parkir setiap membayar uang parkir. Berdasarkan persentasi tingkat keberhasilan tersebut, maka dapat diketahui besarnya peluang penerimaan retribusi parkir mobil dan sepeda motor dari lokasi parkir yang dikelola dan dari lokasi parkir yang potensial dikelola yakni sebesarRp. 553.831.498.-. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rikky Eka Saputra tentang Efektivitas Pengelolaan Retribusi Parkir Terminal Arjosari Sebagai Upaya

Memperbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten ....... menggunakan teknik penelitian Metode deskriptif analisis melalui pengumpulan data teknik wawancara observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan efektivitas pengelolaan retribusi parkir terminal dapat dikatakan efektif. Keefetivan tersebut dapat dilihat yaitu dengan menetapkan Perda No 3 Tahun 2001 tentang retribusi terminal didukung dengan penempatan petugas parkir yang berpengalaman den berpendidikan, melengkapi fasilitas sarana dan prasarana kerja petugas parkir, pengawasan distribusi karcis parkir yang ketat dengan memberikan tanda khusus seperti tanggal pengeluaran dan emboss angka, pelaporan atas perolehan retribusi parkir terminal didukung dengan pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh UPTD Terminal, Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan setiap bulannya. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Arief dilatarbelakangi oleh maraknya aksi demo tukang parkir di kawasan Malioboro, Yogyakarta yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pekerja Parkir Yogyakarta (FKPPY), mereka menuntut dicabutnya Peraturan Daerah (Perda) Kota Yogyakarta No.17 tahun 2002. Sebagai alasan demo tersebut tukang parkir mengeluhkan resiko yang dipikul seperti jika terjadi kehilangan sepeda motor/mobil, tukang parkir harus menaggung sebesar 50% dari barang hilang, pembagian persentase hasil parkir juga dinilai merugikan tukang parkir karena 60% disetor ke Pemerintah Kota (Pemko) Yogyakarta, sisanya untuk tukang parkir.Sedangkan kondisi yang sering dialami pengguna parkir yang menerima karcis parkir bekas pakai (digunakan berulang-ulang), juga penarikan tanpa bukti karcis parkir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi implementasi pasca diberlakukannya kebijakan perda no. 17 tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Perparkiran didalamnya mengatur mengenai kewajiban dan hak juru parkir dan pengguna parkir di tepi jalan umum dan perda no.19 Tahun 2002 tetang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum, didalamnya mengatur mengenai penetapan tarif parkir baru yang lebih mahal dari tarif sebelumnya dan besarnya berdasarkan kawasan parkir, mengkaji persepsi pengguna parkir dan juru parkir di tepi jalan umum dalam menilai Tingkat Implementasi Kebijakan perda dimaksud, menganalisis upaya-upaya perbaikan sistem parkir. Penelitian dilakukan dengan

menganalisis persepsi responden pengguna parkir dan juru parkir di tepi jalan umum yang berada di kawasan khusus (kawasan dengan permintaan parkir dan penetapan tarif parkirnya paling tinggi) dan Kawasan I (kawasan dengan permintaan parkir dan tarif parkirnya lebih rendah dibandingkan kawasan khusus) terhadap penilaian tingkat implementasi dan tingkat harapan dari kebijakan perda no.17 dan no.19 tahun 2002. Analisis penelitian yang digunakan adalah uji tabulasi silang untuk mengetahui hubungan yang berpengaruh pada penilaian tingkat implementasi terhadap biodata dan karakter responden, Importan Performance Analysis untuk menganalisis tingkat implementasi dan tingkat harapan. Hasil dari penelitian ini antara lain: sebagai berikut: (1).masih rendahnya pemahaman terhadap perda no.17 dan no.19 Tahun 2002 di kalangan masyarakat khususnya pengguna parkir dan juru parkir di tepi jalan umum, sehinga pelaksanaanya belum dapat secara maksimal; (2)..dampak terhadap pendapatan Jukir 25% naik dan sisanya 24% pendapatannya tetap dan 51% pendapatannya turun; sedangkan. pendapatan

daerah dari restribusi parkir sampai bulan Nopember 2003 tercapai 41% dari target sebesar Rp.1.125.000,000,- (untuk pendapatan retribusi parkir pada kawasan khusus ,I, II, dan III ditambah dengan parkir langganan) dimana penetapan target pendapatan yang berdasarkan pada satu lokasi untuk satu juru parkir, tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan, (3).pemberantasan Juru parkir yang tidak memiliki surat tugas sulit dilakukan oleh petugas dari Dinas Perhubungan kota Yogyakarta, walaupun sudah dilakukan tindakan penertiban secara rutin dan sifatnya mendadak. Penelitian terdahulu tersebut bawah ini: Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu
No 1 Peneliti Manurung Wahidin Metode/ Teknik Pengelolaan Metode retribusi parkir Deskriptif dalam upaya Kuantitatif peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Jayapura Judul Hasil Dengan menggunakan 500 responden jasa parkir, sebanyak 82,60% responden setuju bila diadakan undian karcis parkir berhadiah sehingga dapat meningkatkan PAD Kota Jayapura yang semua 263.240.600 menjadi 553.831.498.

dapat dilihat seperti dalam tabel di

Rikky Eka Efektivitas Saputra Pengelolaan Retribusi Parkir Terminal Arjosari sebagai Upaya Memperbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Malang Muhamma Implementasi d Arief Kebijakan Parkir Di Tepi Jalan

Metode deskriptif analisis (teknik wawancara observasi, dan dokumentasi

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan efektivitas pengelolaan retribusi parkir terminal dapat dikatakan efektif.

uji tabulasi 1).masih rendahnya silang pemahaman terhadap perda no.17 dan no.19 Tahun 2002

Umum Kota Yogyakarta.

di kalangan masyarakat (2)dampak terhadap pendapatan Jukir 25% naik dan sisanya 24% pendapatannya tetap dan 51% pendapatannya turun; sedangkan. pendapatan daerah dari restribusi parkir sampai bulan Nopember 2003 tercapai 41% dari target sebesar Rp.1.125.000,000,(3).pemberantasan Juru parkir yang tidak memiliki surat tugas sulit dilakukan oleh petugas dari Dinas Perhubungan kota Yogyakarta, walaupun sudah dilakukan tindakan penertiban secara rutin dan sifatnya mendadak.

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini ingin menggambarkan adanya peningkatan atau penurunan dari pendapatan asli daerah yang dilihat dari angka-angka hasil retribusi parkir dari tahun ke tahun. Juga dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi retribusi parkir untuk hasil Pendapatan Asli Daerah (APD). Karena dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdapat beberapa komponen yang tidak hanya dari retribusi parkir, sehingga disini dapat dilihat seberapa persen sumbangsih dari retribusi parkir yang masuk dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Yang kemudian akan dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan pemerintah guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya pada retribusi parkir di Kota Jambi Rancangan penelitian yang digunakan adalah survey dokumentatif dan analisis data yang dipakai adalah data sekunder. Yang nantinya akan digunakan untuk menggambarkan hasil dari retribusi parkir, seberapa besar kontribusi retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Jambi dalam usaha peningkatan hasil retribusi parkir. Tabel 3.1. Masalah,Metode, Sumber Data dan Teknik Analisis
Masalah Metode Besarnya pendapatan Survey Eksploratif Retribusi Parkir Kontribusi Retribusi Survey Eksploratif Parkir Terhadap PAD Sumber Data Tehnik Analisis Dinas Terkait - Menggunakan data Retribusi Parkir sekunder Kota Jambi - Tehnik Analisis Prosentase Dinas Terkait - Menggunakan data Retribusi Parkir sekunder Kota Jambi - Tehnik Analisis Kontribusi

Upaya yang dilakukan Survey Eksploratif Dinas Terkait Pemerintah dalam dan wawancara Retribusi Parkir rangka Meningkatkan Kota Jambi PAD dari retridusi parkir

- Menggunakan sekunder dan wawancara - Sistem Target - Potensi lokasi kinerja

data hasil atau

B.

Lokasi Penelitian Penelitain ini dilakukan di Pemerintahan daerah Kota Jambi dengan

asumsi bahwa meskipun termasuk kabupaten berkembang, namun Kota Jambi mermpunyai tingkat mobilitas baik dari orang maupun barang yang semakin meningkat. Hal ini ditandai semakin banyaknya jumlah kendaraan yang ada di Kota ini.

C.

Populasi Dan Sampel Menurut Sugiyono (2009:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini yaitu retribusi parkir selama 11 (sebelas) tahun, yakni mulai tahun 1998 hingga tahun 2008. Adapun populasi tersebut dijelaskan dalam tabel berikut. Tabel 3.2 Populasi Retribusi Parkir
Retribusi Parkir (Tahun) 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Realisasi (Rp) 677345985.00 700000000.00 1067552306.00 1155678250.00 1337339860.00 1427526240.00 1456104270.00 1476480690.00 1584567500.00 1700143900.00

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:118). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sampling purposive, yakni teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah retribusi parkir Kota Jambi selama 5 (lima) tahun, yakni mulai tahun 2000 hingga tahun 2009. Adapun rincian sampel penelitian sebagai berikut.

Tabel 3.3 Rincian Sampel


Retribusi Parkir (Tahun) 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Realisasi (Rp) 700000000.00 1067552306.00 1155678250.00 1337339860.00 1427526240.00 1456104270.00 1476480690.00 1584567500.00 1700143900.00

Pertimbangan yang diambil dalam menentukan sampel adalah: 1. Pada kurun waktu tahun 1999 - 2007 realisasi penerimaan retribusi parkir tidak pernah mengalami penurunan, melainkan selalu mengalami peningkatan. 2. Pada kurun waktu tahun 2000-2009 tidak pernah terjadi hambatan besar.

D.

Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada Dinas Perhubungan Daerah Kota Jambi

yang dalam hal ini Dinas tersebut sangat berhubungan dengan retribusi parkir dan

mempunyai keinginan untuk lebih meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya. Sehingga penulis memfokuskan penelitiannya pada Dinas Perhubungan Daerah Kota Jambi.

E.

Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen: 1. Observasi Tehnik observasi adalah tehnik pengumpulan data atau informasi dengan cara mempelajari dan menggunakan catatan-catatan yang ada dalam pemerintahan dan sepanjang tidak melanggar rahasia jabatan. Data yang digunakan/diambil adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya melalui survey eksploratif yaitu pengambilan data-data laporan pendapatan daerah di Dinas

Perhubungan Daerah Kota Jambi yang diambil dari tahun 2000 2009. Penulis mengambil data yang diperlukan dan menganalisisnya. 2. Suatu tehnik Wawancara pengumpulan data atau informasi melalui

wawancara/dialog secara langsung dengan obyek atau pihak yang terkait tertulis maupun lisan yaitu Kepada Kepala Bagian Dinas Perhubungan Daerah Kota Jambi. 3. Mempelajari dan mengambil data-data yang dianggap penting dan dengan mengamati secara langsung pada obyek yang diteliti. Dalam hal ini adalah

kepala

Dinas

Pengelolaan

Parkir

Kota

Jambi

dan

karyawan.

F.

Metode Analisis Data Tahap-tahap dalam pengumpulan data tersebut dapat dilihat sebagai

berikut: 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini penulis menyiapkan segala sesuatu yang sekiranya diperlukan dalam penelitian baik dari segi teknis maupun dari segi administrative. Yang termasuk dalam tahap ini adalah penulis membuat surat izin melakukan penelitian di Dinas Indakop, PPKAD dan BPS Kabupaten ....... sebagai sumber pengumpulan pencarian data. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini penulis mengumpulkan informasi maupun data yang diperlukan oleh peneliti untuk keperluan lapangan. Yang termasuk dalam tahap ini yakni penulis mencari informasi yang sesuai dengan apa saja yang perlu diteliti dalam penelitian tersebut. 3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data Pada tahap ini data yang diperoleh dari hasil statistik ( angka-angka ) yang yang diperoleh yang masih relevan, oleh peneliti diadakan pengecekan terhadap kelengkapan data kemudian data tersebut disusun dan diolah untuk dapat dijadikan data yang siap untuk dianalisis sesuai dengan analisis data yang digunakan. Metode analisa data yang dipakai:

Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Data Sekunder dengan menggunakan data/angka-angka dan prosentase yang di sajikan dalam bentuk tabel. Dengan metode ini dapat digambarkan seberapa besar pendapatan asli daerah Dinas Perhubungan Daerah Kota Jambi dan juga akan diketahui seberapa besar prosentase kontribusi retribusi parkir dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

a. Teknik Analisa Prosentase Teknik Analisa Prosentase digunakan untuk mengetahui perkembangan retribusi parkir. Disamping itu juga untuk mengetahui berapa besar kenaikan dan penurunan dalam tiap-tiap tahun sehingga kita akan lebih mudah untuk mengetahuinya, adapun rumus yang digunakan adalah:

Keterangan: PPRP : Perkembangan Penerimaan Retribusi Parkir PRPTh-n PRPTh-n-1 : Penerimaan Retribusi Parkir : Penerimaan Retribusi Parkir Tahun Sebelumnya

Teknik ini digunakan untuk mengetahui perkembangan pendapatan asli daerah disamping untuk mengetahui berapa besar kenaikan atau penurunan di tiap tahunnya, adapun rumusnya adalah:

Keterangan : PPAD : PerkembangannPendapatan Asli Daerah

PADTh-1 PADTh-n-1

: Pendapatan Asli Daerah Tahun Yang Bersangkutan : Pendapatan Asli Daerah Tahun Sebelumnya

b. Analisis Kontribusi Analisis kontribusi ini untuk mengetahui berapa besarnya kontribusi penerimaan parkir tiap-tiap tahunya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Rumus yang digunakan adalah :

Keterangan : KPRP PRP Thn PAD Thn : Kontribusi Penerimaan Retribusi Parkir. : Penerimaan Retribusi parkir Tahun yang bersangkutan : Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun yang Bersangkutan

G.

Pengecekan Keabsahan Data Untuk memperoleh keabsahan data, penelitian melakukan uji kresdibilitas

(Nasution,1988:157). Kresdibilitas mengacu pada validitas atau kepercayaan akan kebenaran data yang diperoleh, tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada di lapangan. Dalam menetapkan keabsahan data yang diperlukan tehnik pemeriksaan yang digunakan sebagai berikut: - Teknik Triangulasi

Untuk memperoleh data yang akurat dalam arti teruji kebenaran datanya, maka peneliti bisa menempuh cara yaitu triangulasi. Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu. Teknik triangulasi dibedakan menjadi 4 (empat) macam yaitu pemeriksaan yang memanfaatkan sumber, metode, penyidik, dan teori (Maleong, 2000:178). Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan 3 (tiga) tehnik yakni sumber, metode, dan teori. Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan teknik triangulasi yakni dengan cara membaca peraturan daerah yang mengatur tentang retribusi parkir yang ada di Dinas Perhubungan Daerah Kota Jambi, setelah membaca peraturan daerah maka peneliti kemudian bertanya langsung terhadap pihak yang berkompeten dibidangnya seperti para staf pegawai Dinas Perhubungan Daerah Kota Jambi apakah peraturan daerah tersebut dalam prakteknya sudah dilaksanakan sepenuhnya atau belum dan bertanya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan retribusi parkir termasuk upaya-upaya yang sedang ditempuh.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Data hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti mengenai Kontribusi Retribusi Parkir sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Jambi dapat dipaparkan sebagai berikut.

A. Gambaran Umum Kota Jambi Secara geografis Kota Jambi sebelah utara, barat, selatan dan timur berbatasan dengan kabupaten Muaro Jambi, dengan kata lain Kota Jambi ini wilayahnya dikelilingi oleh kabupaten Muaro Jambi. Kota Jambi berada pada ketinggian rata-rata 10 sampai 60 meter di atas permukaan laut. Secara geografis posisi Kota Jambi berada pada : 010 30 2,98 - 010 40 1,07 Lintang Selatan dan 103 40 1,67 - 103 40 0,22 Bujur Timur. Luas Kota Jambi 205,38 Km yang terdiri dari : (1) Kecamatan Kotabaru = 77,78 Km (37,87 %); (2) Kecamatan Jambi Selatan = 34,07 Km (16,59 %); (3) Kecamatan Jelutung = 7,92 Km ( 3,86 %); (4) Kecamatan Parkir Jambi = 4,02 Km ( 1,96 %); (5) Kecamatan Telanaipura = 30,39 Km (14,80 %); (6) Kecamtan Danau Teluk = 15,70 Km (7,64 %); (7) Kecamatan Pelayangan = 15,29 Km (7,44 %); (8) Kecamatan Jambi Timur = 20,21 Km (9,84 %). Berikut secara rinci dapat dilihat di tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Jambi


No 1 2 3 4 5 6 7 8 Kecamatan Kota Baru Jambi Selatan Jelutung Parkir Jambi Telanaipura Danau Teluk Pelayangan Jambi Timur Total Luas (Km) 77,78 34,07 7.92 4.02 30,39 15,70 15,29 20,21 205,38

Selama tahun 2008 rata-rata suhu di Kota Jambi berkisar antara 26,1C sampai 27,0C. Dengan suhu maksimum 31,9C yang terjadi pada bulan Mei dan Agustus dan suhu minimum 22,6C terjadi pada bulan Agustus. Curah hujan di Kota Jambi selama tahun 2008 beragam antara 26,8 mm sampai 331,2 mm, dengan jumlah hari hujan antara 13 hari sampai 25 hari per bulannya. Kecepatan angin di tiap bulan hampir merata antara 12 knots hinggai 25 knots. Sedangkan ratarata kelembaban udara berkisar 80% - 86%. Kota Jambi terdiri dari 8 (delapan) kecamatan, 62 (enam puluh dua) kelurahan dengan perincian : (1) Kotabaru 10 Kelurahan; (2) Jambi Selatan 9 Kelurahan; (3) Jelutung 7 Kelurahan; (4) Parkir Jambi 4 Kelurahan; (5) Telanaipura 11 Kelurahan; (6) Danau Teluk 5 Kelurahan; (7) Pelayangan 6 Kelurahan; (8) Jambi Timur 10 Kelurahan. Sedangkan untuk data kependudukan Kota Jambi Dalam pada tahun 2008 tercatat penduduk Kota Jambi 523.572 jiwa (berdasarkan data BPS Kota Jambi). Dilihat dari segi kepadatan penduduk tahun 2008 maka kepadatan per Km2 menurut Kecamatan adalah sebagai berikut: (1) Kec.Kotabaru = 1.641 org/km2; (2) Kec.Jambi Selatan= 3.546 org/km2; (3) Kec.Jelutung = 7.979 org/km2; (4) Kec.ParkirJambi = 3.804 org/km2; (5) Kec.Telanaipura = 2.518

org/km2; (6) Kec.DanauTeluk = 865 org/km2; (7) Kec.Pelayangan = 892 org/km2; (8) Kec.Jambi Timur= 4.599 org/km2.

Gambar 4.1. Peta Kota Jambi Kota Jambi sebagai suatu Kota yang maju juga tentunya memiliki Visi dan Misi. Visi Kota Jambi adalah : Sebagai simpul pelayanan regional terutama dalam agribisnis dan sebagai wilayah komplemen utama terhadap pusat pertumbuhan regional Sumatera tahun 2015. Dalam kaitan rumusan visi tersebut, maka ditetapkan batasan konsep yang berkaitan dengan masing-masing ide yang terdapat dalam visi, yaitu; a. simpul pelayanan regional menunjukkan keberadaan Kota Jambi sebagai tempat bertemunya berbagai bentuk penyediaan jasa yang meliputi pelayanan antar daerah (kabupaten) disekelilingnya, pelayanan dengan propinsi lain, bahkan pelayanan keberbagai bentuk wilayah perdagangan regional yang melibatkan berbagai bangsa.

b. agribisnis menunjukkan keterlibatan pemerintah Kota Jambi sebagai suatu wilayah yang pada kenyataannya menjadi pusat dari berbagai bentuk usaha pengolahan, khususnya bidang pertanian. Secara historis kenyataan ini didukung dengan sejarah panjang Kota Jambi sejak abad ke-15 yang menjadi pusat kegiatan perdagangan antar bangsa, jauh sebelum Indonesia merdeka. c. status komplemen utama (penunjang) menunjukkan kesetaraan antar wilayah yang terdapat dalam setiap aktivitas perdagangan. Kesetaraan menunjukkan posisi yang turut menentukan atas kinerja perdagangan yang terjadi. Kesetaraan ini secara lebih sempit khususnya terjadi di Wilayah Sumatera.

Dari visi diatas, maka dapat dijabarkan misi yang memuat berbagai aspek kehidupan yang menjadi penggerak terhadap terwujudnya misi tersebut. Misi Kota Jambi adalah : a. Mewujudkan sumberdaya manusia yang memiliki integritas moral, kemampuan intelektual, dan keterampilan profesional. b. Mengembangkan kawasan perdagangan, jasa dan industri yang mampu menciptakan keterkaitan erat dengan wilayah melalui kerjasama baik regional maupun global yang saling menguntungkan yang berbasis kepada ekonomi kerakyatan. c. Menciptakan sistem jaringan transportasi dan komunikasi yang efektif, efisien dan dinamis serta terpadu dengan mengembangkan simpul-simpul jasa sarana dan prasarana yang terinterkoneksi dan saling mendukung, serasi untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal kota.

d. Menciptakan Kota Jambi menjadi kota yang bersih, aman dan tertib serta estetik melalui pendekatan kota hutan tropis yang ramah lingkungan dan mendukung bagi berkembangnya sosial budaya dan ekonomi masyarakat. e. Mewujudkan pemerintahan yang bersih, efektif dan efisien, berwibawa dan terpercaya melalui sistem pengawasan dan pembinaan yang sinergis dan berkesinambungan. f. Meningkatkan jaminan keamanan warga kota melalui supremasi hukum. g. Melibatkan masyarakat ke dalam proses pengambilan kebijakan publik baik dalam proses, pelaksanaan dan pengawasan dengan menyediakan saluran dan mekanisme keterlibatannya. Semboyan Jambi Kota BERADAT (Bersih Aman dan Tertib) merupakan wujud usaha untuk menggerakan masyarakat agar memelihara dan tetap menjaga kebersihan, keamanan dan ketertiban Kota Jambi dalam Gerakan Budaya Bersih.

TUJUAN Tujuan pembangunan Kota Jambi tercantum dalam rencana strategis (Renstra) Kota Jambi tahun 2004-2008 adalah : 1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta iman dan takwa (Imtak) guna mendukung visi Kota Jambi. 2. Mewujudkan struktur ruang kota yang optimal, efisien, seimbang, dinamis dan lestari, sehingga dapat menunjang aktivitas pelayanan dan pengembangan kota.

3.

Meningkatakan penyediaan sarana dan prasarana dasar perkotaan untuk mendukung aktivitas masyarakat.

4.

Meningkatkan peranan sektor industri, perdagangan dan jasa serta pariwisata dalam struktur Kota Jambi, baik dalam peningkatan PDRB maupun dalam penyerapan tenaga kerja.

5.

Meningkatkan penerimaan daerah dari berbagai sumber, dalam rangka mewujudkan kemandirian daerah serta meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan lahan.

6.

Mewujudkan pelayanan prima di segala sektor melalui peningkatan SDM aparatur yang berkualitas, profesional, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, serta peningkatan kinerja dinas/instansi pemerintah.

7.

Menciptakan kerjasama dengan daerah dan kota lain terutama yang berbatasan dengan Kota Jambi dan kerjasama dengan pihak lain, baik di dalam maupun di luar negeri, guna mendorong perkembangan usaha, ekonomi, pendidikan, seni, budaya dan pariwisata.

8.

Meningkatkan

keterlibatan

dan

peran

serta

masyarakat dalam setiap proses pembangunan baik perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian pembangunan.

KEBIJAKAN Untuk merealisasikan tujuan pembangunan tersebut, maka disusunlah kebijakan dan prioritas strategis pembangunan Kota Jambi, sebagai berikut :

Bidang Sosial Budaya >> Membangun Pendidikan Arah kebijakan adalah mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu, meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, termasuk mengembangkan kepustakaan daerah. >> Meningkatkan Kualitas Kesehatan Arah kebijakan adalah mengupayakan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat yang berhasil dan berdaya guna, meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi, serta dukungan sarana dan prasarana. >> Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Arah kebijakan adalah pembangunan keluarga dan kesejahteraan sosial serta terlaksananya pelayanan kesejahteraan sosial bagi penduduk. >> Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Arah kebijakan adalah dengan meningkatkan kualitas penyelenggara pemerintahan (good governance), mengelola sumber daya daerah dan meningkatkan kualitas layanan publik.

Bidang Ekonomi dan Keuangan Daerah >> Pengembangan kawasan Industri, Perdagangan dan Jasa Arah kebijakan adalah pengembangan kawasan perdagangan dan jasa dengan memperhatikan aspek lingkungan, keamanan, ketertiban, kenyamanan dan estetika kota, sosial budaya, kondisi geografis dan historis serta menumbuhkembangkan industri kecil dan menengah.

>> Membangun Keuangan Daerah Arah kebijakan adalah meningkatkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan keuangan daerah secara profesional, efisien, transparan dan bertanggungjawab serta meningkatkan penerimaan dan kinerja pengelolaan Pendapatan Asli Daerah secara signifikan untuk mendukung pembiayaan kegiatan pelayanan masyarakat dan pembangunan.

Bidang Fisik, Sarana dan Prasarana >> Meningkatkan Kapasitas Kota Arah kebijakan adalah meningkatkan kapasitas kota dengan membangun dan memantapkan ketersediaan, kecukupan dan kelayakan infrastruktur dasar perkotaan. >> Perbaikan Lingkungan Hidup Arah kebijakan adalah meningkatkan pengelolaan perkotaan dengan memperhatikan aspek daya dukung lingkungan. >> Meningkatkan Implementasi Dokumen Penataan Ruang yang Berlaku Arah kebijakan adalah mengendalikan pemanfaatan ruang kota, sehingga mampu mewujudkan ruang kota yang dapat menampung segala aktifitas perkotaan dengan tetap memperhatikan daya dukung lahan.

B. Istilah-istilah yang Berkaitan dengan Retribusi Parkir di Kota Jambi Menurut Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 6 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah, untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan hokum yang menurut peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran Pemerintah Daerah. Masa Retribusi adalah adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa pelayanan tertentu dari Pemerintah Daerah. Sedangkan nama Retribusi Parkir, dipungut atas pelayanan penyediaan fasilitas parkir yang dikelola Pemerintah Daerah dan khusus disediakan untuk pengguna area parkir. Objek retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas parkir yang dikelola Pemerintah Daerah dan khusus disediakan untuk pemilik kendaraan baik itu roda dua ataupun roda emapat. Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan hukum yang menggunakan pelayanan fasilitas parkir.

C. Retribusi Parkir Sebagai Bagian Retribusi Daerah Menurut Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 6 Tahun 2000 tentang Parkir Tentang Retribusi Parkir Berdasarkan Perda Kota Jambi Tahun 2000 menyatakan bahwa: a. Parkir adalah kegiatan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat

sementara b. Tempat parkir umum adalah tempat yang disediakan untuk parkir umum meliputi badan jalan, halaman pertokoan, objek wisata dan pelataran lingkungan atau gedung yang telah ditentukan oleh Pemerintah Kota sebagai fasilitas umum untuk parkir c. Tempat parkir khusus adalah tempat parkir yang disediakan oleh badan hukum swasta dan / atau perorangan bukan pemerintah d. Tempat pakir insidentil adalah tempat parkir yang tidak tetap untuk kepentingan suatu kegiatan dan / atau keramaian baik menggunakan fasilitas umum ataupun fasilitas sendiri; e. Retribusi parkir adalah Pembayaran atas pemanfaatan jasa pengaturan dan penggunaan tempat parkir f. Sewa parkir adalah pembayaran atas penggunaan tempat parkir khusus;

1. Pengelolaan Parkir Menurut Perda Nomor 6 Tahun 2000 tentang Parkir 1.1. Lembaga Penanggung Jawab Penyelenggaraan dan pengelolaan tempat parkir umum, patkir khusus yang dikelola oleh swasta dan parkir insidentil dilakukan dan / atau diawasi oleh Pemerintah Daerah.Walikota menunjuk Dinas Perhubungan untuk melaksanakan tugas tersebut dengan keputusan Walikota. Dinas Perhubungan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan perparkiran melaksanakan tugas dan kewajiban serta bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan perparkiran kepada masyarakat yang meliputi kegiatan:

a. Lalu lintas kendaraan masuk dan keluar serta penataan kendaraan ditempat parkir. b. Penyerahan karcis retribusi parkir dan menerima pembayaran retribusi sebagai imbalan jasa pelayanan parkir. c. Pengaturan keamanan lalu lintas dan ketertiban kendaraan yang diparkir. Dinas ini mempunyai tugas dan kewajiban melaksanakan sebagian urusan Pemerintah Daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan di bidang Perhubungan. Sedangkan untuk fungsinya antara lain:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Perhubungan. 2. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan pelayanan umum di bidang Perhubungan. 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Perhubungan. 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sesuai Peraturan Daerah Kota Jambi nomor 57 tahun 2008 tentang pembentukan, kedudukan, tugas pokok dan struktur organisasi dinas perhubungan sebagai unsur pelaksana pemerintah Kota Jambi memiliki struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

Gambar 2.4. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan 1.2. Sistem yang dipakai dalam pelaksanaan kegiatan pemungutan Retribusi Parkir: 1. Prinsip Dalam Penetapan Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi Parkir a. Prinsip dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi dimaksudkan untuk menutup biaya penyelenggaraan penyediaan pelayanan fasilitas parkir dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

b. Biaya sebagaimana dimaksud meliputi biaya penyusutan, biaya operasional dan pemeliharaan. 2. Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi Parkir 1. Sruktur dan besarnya tarif digolongkan berdasarkan jenis kendaraan yaitu roda dua atau roda empat. 2. Struktur dan besarnya tarif Retribusi secara rinci tercantum pada Peraturan tentang Retribusi Parkir Kota Jambi. 1. Setiap kendaraan yang menggunakan tempat parkir umum dipungut retribusi parkir setiap kali parkir :
No 1 2 3 4 5 6 7 Jenis Kendaraan Untuk mobil truk dengan gandengan, trailer Untuk mobil bus besar Untuk mobil bus kota Untuk mobil penumpang umum (oplet, taksi, bajaj) Untuk mobil pariwisata dan pick up Untuk mobil penumpang Untuk kendaraan roda 2 (dua) Jumlah Rp. 3.000,Rp. 2.000,Rp. 1.500,Rp. 1.000,Rp. 1.000,Rp. 500,Rp. 300,-

2. Setiap kendaraan yang beroperasi dalam wilayah kota Jambi dapat membayar retribusi pada saat pengujian kendaraan per 6 (enam) bulan yang besarnya :
No 1 2 3 4 5 Jenis Kendaraan Untuk mobil truk dengan gandengan, trailer Untuk mobil bus besar Untuk mobil bus kota Untuk mobil penumpang umum (oplet, taksi, bajaj) Untuk mobil pariwisata dan pick up Jumlah Rp. 20.000,Rp. 20.000,Rp. 10.000,Rp. 10.000,Rp. 10.000,-

3.

Parkir di dalam terminal/sub terminal tarif retribusi parkir ditetapkan besarnya:


No 1 2 Jenis Kendaraan Untuk mobil truk dengan gandengan, trailer Untuk mobil bus besar Jumlah Rp. 3.000,Rp. 2.000,-

3 4 5 6 7

Untuk mobil bus kota Untuk mobil penumpang umum (oplet, taksi, bajaj) Untuk mobil pariwisata dan pick up Untuk mobil penumpang Untuk kendaraan roda 2 (dua)

Rp. 1.500,Rp. 1.000,Rp. 1.000,Rp. 500,Rp. 300,-

4. Parkir ditempat khusus / di kawasan wisata besarnya tarif retribusi parkir ditetapkan besarnya :
No 1 2 3 4 5 6 7 Jenis Kendaraan Untuk mobil truk dengan gandengan, trailer Untuk mobil bus besar Untuk mobil bus kota Untuk mobil penumpang umum (oplet, taksi, bajaj) Untuk mobil pariwisata dan pick up Untuk mobil penumpang Untuk kendaraan roda 2 (dua) Jumlah Rp. 5.000,Rp. 5.000,Rp. 2.000,Rp. 1.500,Rp. 2.000,Rp. 1.500,Rp. 500,-

3. Tata Cara Pembayaran Retribusi Parkir 1) Pembayaran Retribusi dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRDSKRD yang diterbitkan oleh pejabat yang ditunjuk dan SKRD Tambahan. 2) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka penerimaan Retribusi Daerah harus disetorkan ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 (satu) kali 24 (dua puluh empat) jam atau dalam waktu yang ditetapkan oleh Walikota. 3) Apabila pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang ditentukan sebagaimana, maka dikenakan sanksi administasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan maksimal 12 (dua belas) bulan dengan menerbitkan STRD.

4) Apabila pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang ditentukan, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 4% (empat persen) setiap bulan maksimal 12 (dua belas) bulan dengan menerbitkan STRD Tambahan. 5) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai. 6) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan izin kepada wajib retribusi untuk mengangsur Retribusi yang terutang dalam kurun waktu tertentu dengan alas an yang dapat dipertanggungjawabkan. 7) Tata cara pembayaran ditetapkan oleh Walikota . 8) Atas pembayaran retribusi maka diberikan tanda bukti pembayaran. 9) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan. 10) Bentuk, isi, kualitas, ukuran buku tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan Retribusi telah ditetapkan oleh Walikota.

D. Pendapatan Asli Daerah Kota Jambi tahun 1999 2007 Pendapatan Asli Daerah adalah Komponen dari Anggaran dan Pembelanjaan Daerah (APBD) untuk membiayai pembangunan dan melancarkan roda pemerintahan, karena itu tiap-tiap sumber pendapatan daerah dapat dipungut semaksimal mungkin. Pendapatan daerah juga sebagai usaha daerah untuk memperoleh pendapatan atau hasil tetap yang nanti di masukkan ke kas daerah yang diatur dalam peratuan daerah untuk membiayai pengeluaran daerah yang

telah ditetapkan dalam APBD. Dengan demikian Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diperoleh berdasarkan potensi daerah yang dikelola dan dikembangkan oleh daerah sendiri. Oleh sebab itu Pendapatan Daerah merupakan salah satu komponen sumber keuangan yang pada setiap tahun terkadang mengalami kenaikan terkadang pula mengalami penurunan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Jambi
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Pendapatan Asli Daerah(Rp dalam juta) 21.346.900.000,00 24.579.703.082,27 27.953.302.609,24 18.245.610.000,00 26.005.893.206,00 34.264.481.413,02 35.456.450.250,00 38.091.111.699,00 45.524.560.586,69 Prosentase (%) 0 15.14 13.73 - 34.73 42.53 31.76 3.48 7.43 19,51 Kenaikan/Penururnan PAD (Rp) 0 3232803082.27 3373599526.97 -9707692609.24 7760283206.00 8258588207.02 1191968836.98 2634661449.00 7433448887.69

Jumlah Rata-rata

271468012846.2 2 30163112538

98.85 10.98

24177660587 2686406732

Sumber Data : BPS Kota Jambi dan sudah diolah

Perhitungan Perkembangan Pendapatan Asli Daerah

1. 2. 3. 4. 5.

24.579.703.082,27 - 21.346.900.000,00 x100% = 15,14% 21.346.900.000,00 27.953.302.609,24 - 24.579.703.082,27 x100% = 13,73% 24.579.703.082,27 18.245.610.000,00 - 27.953.302.609,24 x100% = - 34.73% 27.953.302.609,24 26.005.893.206,00 - 18.245.610.000,00 x100% = 42.53% 18.245.610.000,00 34.264.481.413,02 - 26.005.893.206,00 x100% = 31.76% 26.005.893.206,00

6. 7. 8.

35.456.450.250,00 - 34.264.481.413,02 x100% = 3,48% 34.264.481.413,02 38.091.111.699,00 - 35.456.450.250,00 x100% = 7,43% 35.456.450.250,00 45.524.560.586,69 - 38.091.111.699,00 x100% = 19,51% 38.091.111.699,00

Dari tabel 4.1 dapat dilihat total perkembangan penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kota Jambi mengalami angka peningkatan dari tahun ketahun. Rata-rata kenaikan penerimaan Pendapatan Asli Daerah sebesar 10,98% pertahun. Kecuali pada tahun 2002 yang juga mengalami penurunan dari Rp. 27.953.302.609,24 pada tahun 2001 menjadi Rp.18.245.610.000,00 pada tahun 2002 atau sebesar 34,73%. Sehingga dapat disimpulkan hasil dari perkembangan Pendapatan Asli Daerah di Kota Jambi rata-rata adalah baik.

E. Hasil Realisasi Retribusi Parkir Kota Jambi Tahun 1999 2008 Tabel 4.2 Hasil Target dan Realisasi Retribusi Parkir di Kota Jambi Tahun 1999 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Realisasi Retribusi Parkir (Rp) 700000000.00 1067552306.00 1155678250.00 1337339860.00 1427526240.00 1456104270.00 1476480690.00 1584567500.00 1700143900.00

11905393 016
Jumlah Rata rata kenaikan

1322821446

Sumber Data : Dinas Pendapatan Kota Jambi dan sudah diolah Tabel 4.3 Prosentase Retribusi Parkir di Kota Jambi Tahun 1999 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Realisasi Retribusi Parkir (Rp) 700000000.00 1067552306.00 1155678250.00 1337339860.00 1427526240.00 1456104270.00 1476480690.00 1584567500.00 1700143900.00 Kenaikan/penurun an Retribusi Parkir(%) 0.0 52.5 8.3 15.7 6.7 2.0 1.4 7.3 7.3 Kenaikan/penurunan Retribusi Parkir (Rp) 0 367552306 88125944 181661610 90186380 28578030 20376420 108086810 115576400

119053930 16
Jumlah Rata-rata

101.2 1000143900

1322821446

11.24

111127100

Sumber Data : Dinas Perhubungan Kota Jambi Perhitungan Perkembangan Retribusi Parkir 1.
1.067.552.306,00 - 700.000.000,00 x100% = 52,5% 700.000.000,00 1.155.678.250,00 - 1.067.552.306,00 x100% = 8,3% 1.067.552.306,00 1.337.339.860,00 - 1.155.678.250,00 x100% = 15,7% 1.155.678.250,00 1.427.526.240,00 - 1.337.339.860,00 1.337.339.860,00 1.456.104.270,00 - 1.427.526.240,00 1.427.526.240,00

2.

3.

4.

x100% = 6,7%

5.

x100% = 2,0%

6.

1.476.480.690,00 - 1.456.104.270,00 1.456.104.270,00 1.584.567.500,00 - 1.476.480.690,00 1.476.480.690,00 1.700.143.900,00 - 1.584.567.500,00 1.584.567.500,00

x100% = 1,4%

7.

x100% = 7,3%

8.

x100% = 7,3%

Retribusi Parkir merupakan pungutan yang harus dibayar sebagai akibat penggunaan jasa yng disesediakan oleh pemerintah daerah dalam area parkir. Dalam Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 6 tahun 2000 Retribusi Parkir, Pasal 1 huruf ( L ) menyatakan bahwa, Retribusi parkir adalah Pembayaran atas pemanfaatan jasa pengaturan dan penggunaan tempat parkir. Dalam hal ini Retribusi Parkir sering mengalami kenaikan dan penurunan tergantung pada kondisi ekonomi saat ini, sehingga terkadang dapat menghasilkan retribusi yang banyak terkadang pula menghasilkan retribusi yang sedikit seperti halnya tabel diatas.

F. Kontribusi Penerimaan Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Tabel 4.4 Kontribusi Penerimaan Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Jambi Tahun 1999 2008
Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 Retribusi Parkir (Rp) 700000000.00 1067552306.00 1155678250.00 1337339860.00 1427526240.00 PAD (Rp) 21.346.900.000,00 24.579.703.082,27 27.953.302.609,24 18.245.610.000,00 26.005.893.206,00 Kontribusi (%) 3.28 4.34 4.13 7.33 5.49

2004 2005 2006 2007

1456104270.00 1476480690.00 1584567500.00 1700143900.00 Jumlah rata-rata

34.264.481.413,02 35.456.450.250,00 38.091.111.699,00 45.524.560.586,69

4.25 4.16 4.16 3.73

271468012846.22 30163112538

40.88 4.54

Sumber Data : Dinas Perhubungan dan BPS Kota Jambi Perhitungan Kontribusi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

700.000.000,00 x100% = 3,28% 21.346.900.000,00

1.067.552.306,00 x100% = 4,34% 24.579.703.082,27

1.155.678.250,00 x100% = 4,13% 27.953.302.609,24

1.337.339.860,00 x100% = 7,33% 18.245.610.000,00

1.427.526.240,00 x100% = 5,49% 26.005.893.206,00

1.456.104.270,00 x100% = 4,25% 34.264.481.413,02

1.476.480.690,00 x100% = 4,16% 35.456.450.250,00

1.584.567.500,00 x100% = 4,16% 38.091.111.699,00

1.700.143.900,00 x100% = 3,73% 45.524.560.586,69

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh berdasarkan potensi daerah yang dikelola dan dikembangkan oleh daerah tersebut. Adapun dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dikatakan bahwa ada Pendapatan Daerah sendiri dan juga Pendapatan Daerah lainnya, artinya Pendapatan Daerah itu terdiri dari Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Non Asli Daerah yaitu pendapatan yang berasal dari dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dalam Undang-undang no 32 tahun 2004 disebutkan bahwa yang termasuk Pendapatan Asli Daerah adalah hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Maka Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu komponen pendapatan daerah, karena selain pendapatan asli daerah daerah juga mempunyai pendapatan yang sebagaimana disebut diatas. Dengan demikian Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diterima oleh daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan Nomor 32 Tahun 2004. Maka setiap daerah pasti menginginkan Pendapatan Asli Daerah setiap tahunnya mengalami kenaikan terutama pada Retribusi Parkir. Dari tabel 4.4 diatas tahun anggaran 1999 - 2007 dan data 9 (sembilan) tahun merupakan data kontribusi penerimaan Retribusi Parkir terhadap pendapatan asli daerah yang dihitung untuk mengetahui besar kecilnya kontribusi. Jadi selama kurun waktu 9 (sembilan) tahun rata-rata kontribusi perkembangan penerimaan Retribusi Parkir terhadap pendapatan asli daerah sebesar 4.54%. Hal ini menunjukkan bahwa Retribusi Parkir tidak terlalu memberikan

pengaruh/peranan yang cukup berarti terhadap Pendapatan Asli Daerah khususnya Pemerintah Daerah Kota Jambi. ...kalo kontribusi penerimaan retribusi parkir terhadap pendapatan asli daerah dirasakan sangat kecil, karena selain dari retribusi parkir masih banyak pemasukan yang berasal dari sektor lain, misalnya parkir, kebersihan, dan lainnya... ...pihak pengelolaan parkir sendiri sudah berusaha untuk yang terbaik agar penerimaan retribusi parkir semakin baik, namun jika digunakan untuk sumbangsih ke PAD ya hasilnya masih relatif kecil, tidak ada 10% sumbangsihnya ke PAD rata-rata tiap tahunnya... Bingkai 1: Deskripsi wawancara tentang seberapa besar kontribusi Retribusi Parkir untuk PAD. G. Kendala yang Menghambat Pemungutan Retribusi Parkir 1. Faktor Keamanan dan Kenyamanan Parkir Keamanan serta kenyamanan dari area parkir juga bisa mempengaruhi penerimaan dari Retribusi Parkir. Keamanan dari parkir ini berhubungan dengan tidak sepenuhnya kendaraan yang sudah diparkir itu aman,misalya hilangnya helm dan kadang juga kupon karcis yang mudah ditiru (biasanya ada di parkir ilegal) oleh pencuri sepeda motor. Selain itu faktor kenyamanan juga mempengaruhi retribusi parkir misalnya pemberian tutup pada kendaraan pengguna jasa parkir masih jarang dilakukan. 2. Faktor Sistem dan Prosedur Penyetoran Retribusi Parkir a. Terlambatnya penyetoran Retribusi Parkir dari para petugas pemungut. Banyak uang dari hasil Retribusi Parkir tidak dapat segera disetorkan ke Dinas Perhubungan. b. Lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Jambi terhadap pelaksanaan pemungutan Retribusi Parkir. Walaupun telah

dilaksanakan pengawasan baik secara langsung maupun tidak langsung, namun pengawasan ini menjadi tidak efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan terbatasnya jumlah personil Dinas Perhubungan dan kurangnya pengawasan terhadap para pemungut Retribusi Parkir yang tersebar di seluruh Kota Jambi. Selain itu hal ini juga karena semakin banyaknya pengelola parkir ilegal.

Wawancara yang dilakukan dengan sejumlah personil pemungut retribusi parkir. Wawancara berkaitan dengan hambatan-hambatan yang ada dalam parkir. ...kendalanya biasanya masalah kenyamanan yang biasanya datang dari petugas parkir, misalnya tidak memberi penutup di kendaraan atau kadang juga pengguna fasilitas parkir tidak dibantu pada saat memasukkan atau menegeluarkan kendaraannya, terutama sepeda motor.... ...selain itu semakin banyaknya juga pengelola parkir ilegal...

Bingkai 2 : Wawancara dengan personil pemungut Retribusi Parkir tentang hambatan-hambatan yang ada di dalam parkir.

H. Usaha Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Parkir Untuk meningkatkan Penerimaan Retribusi Parkir khususnya, maka akan di lakukan analisa data dengan menggunakan metode analisa diskriptif, dengan

tujuan untuk melukiskan atau menggambarkan fenomena atau kejadian secara sistimatis dan faktual berdasarkan data yang telah ada. Usaha peningkatan hasil Retribusi Parkir yang dilakukan Pemerintah tersebut dibuktikan dari hasil wawancara sebagai berikut:

Wawancara dilakukan dengan Bapak Djuwari selaku Kepala Bidang Pengelolaan Parkir. Saat beliau ada waktu longgar di ruang kerjanya. ...kalo pemerintah sendiri juga mempunyai upaya peningkatan dalam hasil retribusi parkirnya, yaitu dengan dua cara, Usaha Intensifikasi dan Usaha Ekstensifikasi usaha intensifikasi sendiri berfokus pada peningkatan kinerja para pemungut retribusi, peningkatan pelayanan terhadap para pengguna fasilitas kalo usaha ekstensifikasi ya dengan menambah titik-titik parkir yang semulai 112 titik menjadi 124 dengan melihat potensi yang ada dan lokasi serta para pengunjungnya

Bingkai 3: Deskripsi hasil wawancara tentang usaha peningkatan Retribusi Parkir dan penjelasan usaha ekstensifikasi dan intensifikasi.

I. Strategi yang Dilakukan Pemerintah Daerah Dalam Pemungutan Retribusi Parkir Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diperoleh data bahwa strategi yang dilakukan pemerintah Kota Jambi yang dalam hal ini pelaksanaan

keseharian

dalam

pemungutan

Retribusi

Parkir

ditangani

oleh

Dinas

Perhubungan, adalah menggunakan sistem target dengan memperhatikan potensi lokasi atau kinerja petugas pemungut retribusi yang bersangkutan. Pernyaan ini dikemukakan oleh Bapak Mulyadi Kepala Kantor Pengelola Parkir, beliau menyatakan bahwa strategi yang selama ini digunakan untuk memungut pendapatan dari Retribusi Parkir adalah dengan menggunakan sistem target dengan memperhatikan potensi lokasi atau kinerja petugas pemungut retribusi yang bersangkutan sehingga dapat dikatakan bahwa target untuk masing-masing lokasi titik parkir yang berada di Kota Jambi dan antara titik parkir yang ramai oleh pengguna dan titik parkir yang kurang ramai dikunjungi pelanggan, target yang ditetapkan untuk menyetorkan pendapatan dari pegelolaan parkir adalah berbeda. Strategi yang dilakukan Pemerintah tersebut dibuktikan dari hasil wawancara berikut: ...strategi yang selama ini digunakan untuk memungut pendapatan dari retribusi parkir adalah dengan menggunakan sistem target dengan memperhatikan potensi lokasi atau kinerja petugas pemungut retribusi yang bersangkutan... ...biasanya target untuk lokasi titik parkir yang ramai dikunjungi dan yang tidak itu dibedakan... Bingkai 4 : Deskripsi tentang wawancara dengan kepala kantor pengelolaan parkir Bapak Mulyadi tentang strategi yang digunakan dalam peningkatan hasil retribusi.

BAB V PEMBAHASAN

Hasil analisis data yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah adanya kontribusi retribusi parkir untuk Pendapatan Asli Daerah adalah hanya sebesar 4.54%. rata-rata di tiap tahunnya. Ini menunjukan adanya sumbangsih yang tidak terlalu besar dalam Pendapatan Asli Daerah. Dari penelitian yang ada dapat dilihat masih adanya kendala-kendala dalam pemungutan retribusi parkir. Antara lain kurangnya kesadaran pengelola parkir untuk membayar retribusi kepada petugas dan juga terlambatnya setoran yang diserahkan kepada dinas perhubungan. Terbatasnya personil pemungut dan pengawas retribusi juga menjadikan kendala sehingga tidak dapat mengawasi personil pengelola yang sering melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam pembayaran retribusi, dan faktor-faktor lain. Keadaan itu juga semakin diperparah dengan banyaknya pengelola fasilitas parkir yang tidak mau didata karena tidak ingin dibebani oleh sistem setoran, padahal jumlahnya relatif banyak yang akhirnya membuat PAD Kota Jambi semakin menurun. Pemerintah berupaya sebisa mungkin agar hasil dari retribusi parkir di tahun-tahun berikutnya meningkat dan dapat memberikan sumbangsih/kontribusi yang lebih besar dalam Pendapatan Asli Daerah. Upaya pemerintah tersebut dengan dua cara yaitu usaha intensifikasi dan ekstensifikasi. Jadi dengan adanya usaha-usaha dari pemerintah tersebut diharapkan retribusi parkir akan dapat memberikan sumbangsih yang lebih besar untuk Pendapatan Asli Daerah.

A. Gambaran Retribusi Parkir di Kota Jambi Berdasarkan data pada tabel 4.2 perkembangan penerimaan retribusi parkir yang diambil mulai tahun 1999 - 2007 dengan jumlah periode 9 (sembilan) tahun, dapat di hitung berdasarkan analisa data agar mengetahui perubahan dalam rupiah maupun prosentase tiap tahunnya. Dapat dilihat bahwa perkembangan penerimaan retribusi parkir yang ada tiap tahun mengalami peningkatan, pendapatan yang tetap dan bahkan penurunan. Hal ini dapat dilihat bahwa perkembangan penerimaan retribusi parkir dari tahun 1999 sebesar Rp.700.000.000,00 atau sebesar 52,5% dari tahun 1999. Meskipun dari Tabel 4.1. tersebut dapat dilihat bahwa realisasi retribusi parkir selalu mengalami peningkatan, namun peningkatannya tidak terlalu besar bahkan bias dikatakan peningkatan yang cenderung menurun sehingga dapat dilihat prosentasenya juga menurun seperti pada tahun 2000 sebesar 52,5% menjadi hanya 8,3% di tahun 2001. Hal ini karena ketidaktepatan waktu oleh pengelola fasilitas parkir menyerahkan setoran retribusi. Dari Tabel tersebut juga bisa kita lihat peningkatan realisasi retribusi parkir yang paling kecil yaitu pada tahun 2005 yaitu sebesar 1,4%. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pendataan titik lokasi parkir yang seharusnya bisa mendatangkan pendapatan bagi Kota Jambi. Selanjutnya menginjak tahun 2006 perkembangan penerimaan retribusi parkir mengalami kenaikan kembali baik itu nominal realisasi retribusi parkir dan juga besarnya prosentasenya yaitu Rp.1.584.567.500,00 atau sebesar 7,3% dari tahun sebelumnya yang mengalami kondisi keuangan retribusi parkir yang prosentasenya menurun yang drastis. Kemudian tahun 2007 juga terjadi peningkatan retribusi parkir meskipun tipis yaitu Rp. 1.700.143.900,00 atau

sebesar 7,3% juga.

Ini menunjukkan adanya kenaikan ataupun penurunan

pendapatan retribusi parkir disebabkan berbagai faktor yang mempengaruhi di tiap tahunnya. Jadi dapat disimpulkan selama periode 9 (sembilan) tahun rata-rata pemenuhan perkembangan/kenaikan retribusi parkir pertahunnya sebesar 11,24%.

B. Kontribusi Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dari tabel 4.4 tahun anggaran 1999 - 2007 selama 9 tahun dapat dilihat kontribusi penerimaan retribusi parkir terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Jambi yang dihitung untuk mengetahui besar kecilnya kontribusi. Berdasarkan perhitungan persentase dari tahun sebelumnya, bahwa kontribusi penerimaan retribusi parkir terhadap pendapatan asli daerah pada tahun 1999 sebesar 3,28 % merupakan kontribusi yang cukup bagi pendapatan asli daerah. Selanjutnya mulai tahun 2000 kontribusi penerimaan retribusi parkir terhadap pendapatan asli daerah mengalami terus mengalami peningkatan meskipun peningkatannya tidak terlalu besar. Namun dari tabel tersebut dapat kita lihat peningakatan prosentase kontribusi yang paling besar yaitu pada tahun 2002 yaitu sebesar 7,33%. Hal ini dikarenakan memang menurunnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2003 kontribusi penerimaan retribusi parkir terhadap pendapatan asli daerah meningkat pula sebesar 5,49% yang diperoleh dari realisasi retribusi parkir dan PAD yang juga sama-sama naik. Akan tetapi pada tahun 2004 sampai tahun 2007 prosentase kontribusi penerimaan retribusi parkir terhadap pendapatan asli daerah mengalami

penurunan yang tipis dari tahun sebelumnya sebesar 4.25% dikarenakan adanya pengawasan yang kurang optimal dari instansi sehingga data titik area parkir yang ilegal. Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa Retribusi Parkir tidak terlalu memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah khususnya Pemerintah Daerah Kota Jambi. Pendapatan retribusi parkir dari tahun ke tahun cenderung naik, namun memang peningkatannya memang cenderung sedikit dari tahun ke tahun. Peningkatan yang paling besar yaitu pada tahun 2000 yaitu sebesar 1.067.552.306,00 dari 700.000.000,00 pada tahun sebelumnya yaitu tahun 1999. Jika dilihat dari prosentase seberapa besar kontribusi retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka sumbangsih dari retribusi parkir sangat kecil, rata-ratanya hasil pendapatan Retribusi Parkir dibanding dengan Pendapatan Asli Daerah adalah sebesar 4,54% pertahun dapat dilihat dalam tabel 4.4 dari tahun 1999 hingga tahun 2007 sumbangsih retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah prosentasenya semakin menurun, memang terjadi kenaikan dalam pendapatan retribusi parkir, akan tetapi kenaikan itu tidak memberi sumbangsih yang cukup berarti terhadap Pendapatan Asli Daerah jika dibandingkan dengan kenaikan PAD. Ini diakibatkan kurangnya kesadaran pengelola parkir untuk membayar retribusi kepada petugas dan juga terlambatnya setoran yang diserahkan kepada dinas perhubungan. Selain itu juga terbatasnya personil pemungut dan pengawas retribusi yang juga menjadikan kendala sehingga tidak dapat mengawasi pihak personil parkir yang sering melakukan pelanggaran-pelanggara dalam pembayaran retribusi. Sealin itu juga semakin

diperparah dengan banyaknya pengelola fasilitas parkir yang tidak mau didata karena tidak ingin dibebani oleh sistem setoran, padahal jumlahnya relatif banyak yang akhirnya membuat PAD Kota Jambi semakin menurun. Maka dengan adanya hal ini, pemerintah selalu berupaya bagaimana pendapatan dari retribusi parkir bisa lebih meningkat sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Jambi.

C. Upaya yang Dilakukan Pemerintah Kota Jambi untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Melalui Retribusi Parkir 1. Usaha Intensifikasi a. Pembinaan terhadap para pemungut retribusi parkir oleh Dinas Perhubungan yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan sekali. b. Penyetoran dilakukan secara langsung setiap hari dan disetorkan ke Bendahara Umum untuk memperkecil terjadinya penyimpangan-

penyimpangan. c. Pengawasan terhadap pelaksanaan penyetoran retribusi parkir langsung dan tidak langsung pada saat pemungutan setoran di lapangan. 2. Usaha Ekstensifikasi Ekstensifikasi retribusi daerah merupakan usaha untuk meningkatkan penerimaan retribusi daerah dengan cara menggali atau mencari

sumber-sumber retribusi daerah yang baru. Ekstensifikasi yang dimaksud disini adalah rencana Pemerintah Kota Jambi untuk mengadakan

Perluasan/penambahan titik area lokasi parkir dengan melihat situasi dan kondisi yang ada. Artinya apabila di wilayah Kota Jambi terdapat beberapa lokasi baru yang memungkinkan untuk dilaksanakan serta proses

pelaksanaannya tidak menimbulkan masalah atau kerugian bagi masyarakat, maka Dinas Perhubungan akan segera mengesahkan lokasi tersebut dan menjadikan prasarana parkir baru tersebut beserta dengan Peraturan Daerah. Perbedaan penelitian sekarang dengan beberapa penelitiaan terdahulu diatas adalah pada lokasi penelitian dan variabel yang akan diteliti. Pada penelitian ini lokasi penelitian adalah di Kota Jambi dan variabel yang diteliti adalah kontribusi retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah. Maka dalam skripsi ini penulis ingin meneliti seberapa besar peranan retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Jambi. Dengan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa faktor apa saja yang mempengaruhi besar atau kecilnya hasil dari retribusi parkir itu sendiri. Sehingga pemerintah setempat mampu mengambil kebijaksanaan yang baik guna meningkatkan prosentase hasil retribusi parkir yang secara otomatis akan menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Selama 9 (sembilan) tahun mulai tahun 1999 2007 dapat dilihat bahwa perkembangan penerimaan retribusi parkir yang ada tiap tahun mengalami peningkatan meskipun peningkatannya tidak terlalu besar sehingga dapat disimpulkan selama periode 9 (sembilan) tahun rata-rata pemenuhan perkembangan/kenaikan retribusi parkir pertahunnya sebesar 11,24%. 2. Target retribusi parkir di tiap tahunnya sebenarnya selalu terpenuhi, akan tetapi prosentasenya tetap kecil. Dikarenakan hasil dari retribusi lain lebih tinggi, sehingga prosentase hasil dari retribusi parkir menurun. Kontribusi hasil retribusi parkir mempunyai peranan yang tidak cukup besar terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Kontribusi retribusi parkir di tiap tahunnya rata-rata kurang dari 5% yaitu hanya sebesar 4,54%. ini berarti kontribusi retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah sangatlah kecil. Dalam hal ini pemerintah harus melakukan kebijakan-kebijakan baru agar potensi parkir tersebut semakin bagus dan berkembang. 3. Upaya yang dilakukan pemerintah Kota Jambi yaitu dengan usaha ekstensifikasi dan intensifikasi. Usaha ekstensifikasi dikaitkan dengan meningkatkan atau menambah jumlah area titik lokasi parkir yang baru karena berdasarkan prosentase tiap-tiap tahun diperoleh kenyataan bahwa dengan usaha ekstensifikasi jumlah penerimaan selalu mengalami

peningkatan.

Usaha

intensifikasi

dirasa

lebih

mendukung

untuk

peningkatan hasil Retribusi parkir tersebut.

B. Saran 1. Jika Pemerintah Daerah menghendaki kenaikan hasil retribusi parkir, maka perlu adanya sistem pembayaran yang rutin kepada Kas Daerah. 2. Penambahan jumlah aparat pemungut dan tingkat pengawasan lapangan yang ketat, agar aparat pemungut melaksanakan tugasnya sebagaimana yang telah ditetapkan. 3. Penyuluhan akan wajib retribusi, ketepatan waktu pembayaran oleh pihak pengelola parkir dan pengawasan yang bagus kegiatan operasional retribusi parkir serta adanya oknum-oknum yang bertindak tegas dalam pelanggaranpelanggaran yang terjadi dalam kegiatan retribusi, operasionalisme retribusi parkir dapat berjalan dengan baik. Sedangkan usaha Ekstensifikasi terhadap retribusi parkir perlu dilakukan dengan adanya perluasan atau penambahan titik-titik area parkir dan juga dengan melakukan usaha intensifikasi dengan mengoptimalkan penarikan retribusi parkir. mengadakan perluasan parkir dan pembaharuan fasilitas yang telah ada dengan menambah los-los atau bedak-bedak baru dalam parkir, dan itupun dilakukan bila memang benar-benar perlu di lakukan. Dengan demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis berikan yaitu untuk memacu dan meningkatkan Perkembangan Penerimaan Retribusi Parkir Daerah Kota Jambi yang diharapkan di tahun-tahun berikutnya pendapatan dari

retribusi parkir dapat meningkat. Sehingga Pendapatan Asli Daerah pun ikut meningkat.

Daftar Rujukan Abdullah, Rozali. 2002. Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Suatu Alternatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Amirin. 1986. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: CV Rajawali. Arief Muhammad, ____, Implementasi Kebijakan Parkir Di Tepi Jalan Umum Kota Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. BPK tentang Perhitungan APBD Pemerintah Kota Jambi Tahun Anggaran 2004. BPS Kota Jambi Dinas Perhubungan Kota Jambi.go.id Kaho, Riwu. 2002. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Katalog BPS : 1403.1571. tentang Kota Jambi Dalam Angka pada tahun 2009/2010. BPS Kota Jambi dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Jambi
Muljana, B. S. Perencanaan Pembangunan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Daerah Kota Jambi nomor 6 tahun 2000 tentang Retribusi Parkir. Saputra Eka Rikky. ----. Efektivitas Pengelolaan Retribusi Parkir Terminal Arjosari sebagai Upaya Memperbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Malang. Skripsi tidak diterbitkan Sujamto. 1993. Perspektif Otonomi Daerah. Jakarta: Rineka Cipta. Sujamto., noerdin, Achmad, Sumarno, H. 1991. Pokok -Pokok Pemerintahan di Daerah. Jakarta: PT Melton Putra. Suparmoko, M., Irawan. 1992. Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Todaro, Michael, P.1999. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Undang-undang Republik Indonesia nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Undang-undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Wahidin, Manurung. ----. Pengelolaan retribusi parkir dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Jayapura. Skripsi tidak diterbitkan Widjaja, HAW. 1992. Titik Berat Otonomi (pada daerah tingkat II) . Jakarta: Divisi Buku Perguruan Tinggi. Widjaja, HAW. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia .Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

You might also like