Professional Documents
Culture Documents
HOSPES
Hospes (inang = hewan penjamu) adalah hewan yang
menderita kerugian akibat harus menberikan makan parasit. Hospes dapat dibedakan berdasarkan :
Stadium Parasit Perlu tidaknya hospes
primer) adalah hospes yang memberikan makan untuk hidup parasit stadium seksual atau dewasa. Contoh : salah satu penyakit malaria unggas disebabkan oleh protozoa Plasmodium malariae, dimana bentuk seksualnya (makrogamet dan mikrogamet) ditemukan didalam tubuh nyamuk, sedangkan stadium Schizon dan Merozoit ditemukan didalam darah unggas. Jadi pada kasus malaria unggas ini, nyamuk adalah sebagai hospes definitive.
sekunder, hospes alternative, inang antara) adalah hospes yang memberikan makan untuk hidup parasit stadium aseksual atau belum dewasa. Contoh : pada kasus malaria seperti dituliskan terdahulu, stadium Schizon dan Merozoit ditemukan didalam sel darah merah unggas, sehingga unggas sebagai hospes intermedier. Contoh lain pada infeksi cacing hati Fasciola gigantica, stadium (mirasidium, sporokista, redia dan serkaria) berkembang didalam tubuh siput air tawar (Lymnaea sp), sehingga siput disebut sebagai hospes intermedier
Berdasarkan perlu tidaknya hospes untuk kelangsungan hidup parasit, maka hospes dapat dibedakan menjadi :
HOSPES ESENSIAL adalah hospes yang keberadaannya
dalam siklus hidup parasit merupakan satu keharusan. Contoh : dalam siklus cacing hati Fasciola gigantica, siput air tawar genus Lymnaea harus ada untuk kelengkapan siklus hidup parasit, sehingga Lymnaea disebut Hospes Esensial
keberadaannya dalam siklus hidup parasit tidak merupakan satu keharusan. Contoh : dalam siklus hidup Cacing Ascaridia galli yang menginfeksi ayam, cacing tanah tidak merupakan hospes yang harus ada, karena tanpa cacing tanahpun siklus hidup cacing masih bisa berlangsung.
adalah organisme yang memindahkan parasit stadium infektif dari penderita ke organisme penerima. Secara umum vector dapat dibedakan menjadi :
VEKTOR MEKANIK, bila agen penyakit tidak
mengalami perkembang biakan dalam tubuh vector. Contoh : penyebaran penyakit surra oleh protozoa Trypanosoma evansi pada kuda, lalat Tabanus sp, Hippobosca sp dan Stomoxys sp merupakan vector mekanik karena didalam tubuh lalat tersebut Trypanosoma sp tidak mengalami perkembangan.
perkembang biakan atau pendewasaan dalam tubuh vector. Kalau didalam tubuh vector hanya terjadi pendewasaan saja dari agen penyakit disebut : CYCLODEVELOPMENTAL dan apabila selain terjadi pendewasaan juga terjadi perkembang biakan (penggandaan, perbanyakan) dari agen penyakit disebut CYCLOPROPAGATIVE dan apabila dalam tubuh vector hanya terjadi perkembang biakan dari agen penyakit disebut PROPAGATIVE.
Dirofillaria immitis cacing jantung anjing terjadi karena larva cacing yang disebut Mikrofilaria diisap bersama darah oleh nyamuk Aedes aegypti. Didalam tubuh nyamuk microfilaria akan berkembang menjadi larva stadium 1 larva stadium, 2 dan larva stadium 3 yang bersifat infeksius. Jadi didalam tubuh vector terjadi perkembangan microfilaria dari L1, L2, L3.
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah (selanjutnya ditulis DL) adalah
suatu tes darah yang diminta oleh dokter untuk mengetahui sel darah pasien, juga menjadi rangkaian pemeriksaan awal saat pasien berobat di rumah sakit. pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa. melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. melihat kemajuan atau respon terapi. Mendeteksi anemia, berbagai macam penyakit infeksi, leukemia dll.
Sampel
Sel darah merah, yaitu sel yang berfungsi membawa
oksigen. Sel darah putih, berguna sebagai pertahanan tubuh dalam melawan kuman penyebab infeksi. Hemoglobin, protein yang dikandung sel darah merah, yang mampu mengikat oksigen. Hematokrit, perbandingan (dalam persen) antara sel darah merah dan jumlah plasma darah. Trombosit, yaitu sel yang membantu penggumpalan darah jika terjadi perdarahan.
Tata laksana
Untuk pemeriksaan darah biasanya dipakai darah
kapiler atau darah vena. Sediakanlah dulu semua alat yang diperlukan; pipet, Hb-Meter, semprit, jarum, wadah darah, kamar hitung dsb. Tangan yang akan diambil darahnya haruslah steril dan bersih; jika perlu cucilah dengan sabun terlebih dahulu.
Darah Kapiler
Pada orang dewasa pakailah ujung jari atau anak daun
telinga untuk mengambil darah kapiler. Bersihkan tempat yang akan diambil darahnya memakai alkohol 70% dan biarkan sampai kering lagi. Peganglah bagian yang akan diambil darhnya supaya tidak bergerak dan tekan sedikit agar mengurangi nyeri. Suntik dengan cepat dengan lanset steril. Tusukan harus cukup DALAM supaya darah mudah keluar. Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan memakai segumpal kapas kering. Tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
Darah Vena
Orang dewasa biasanya dipakai disalah satu vena dalam fossa
cubiti; pada bayi vena jugularis superficialis dapat dipakai atau darah dari sinus sagital superior. Bersihkan tempat itu dengan alkohol 70% dan biarkan sampai kering kembali. Jika memakai vena fossa cubiti; pasanglah ikatan pembendung pada lengan atas dan mintalah orang itu menggempal dan membuka tangannya berkali-kali agar vena jelas terlihat. Suntiklah vena fossa cubiti dengan jarum steril dan semprit dalam tangan kanan sampai uung jarum mauk ke lumen vena. Lepaskan pengikat tangan dan perlahan-lahan tarik pengisap semprit sampai jumlah darah yang dikehendaki. Angkat jarum dari semprit an alirkan darah ke dalam wadah.
Hematokrit : 35 45 %
LED : 0 10 mm/jam (pria), 0 20 mm/jam (wanita)
yaitu sumber infeksi, cara penularan dan adanya hospes yang ditulari. Efek gabungan dari faktor ini menentukan penyebaran dan menetapnya parasit pada waktu dan tempat tertentu. Penyakit yang disebabkan oleh parasit dapat bersifat menahun disertai dengan sedikit atau tanpa gejala.
yang diperiksa fecesnya. Mengetahui tingkat infeksi cacing yang diderita orang yang diperiksa pecesnya. Mengetahui teknik pemeriksaan telur pada tinja anakanak. Mengetahui bentuk-bentuk dari cacing parasit, bentuk telur maupun larva agar kita mudah untuk mengenali dan melakukan tindakan efektif baik untuk pencegahan maupun pengobatan terhadap infeksi caing parasit kepada pasien yang diperiksa.
dua macam cara pemeriksaan, yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode natif, metode apung, dan metode harada mori. Sedangkan pemeriksaan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode kato.
Pemeriksaan Kualitatif
Metode Natif
Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara: Cara pemeriksaan ini menggunakan larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%. Penggunaa eosin 2% dimaksudkan untuk lebih jelas membedakan telur-telur cacing dengan kotoran disekitarnya. Maksud : Menemukan telur cacing parasit pada feces yang diperiksa. Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit pada seseorang yang diperiksa fecesnya.
Pemeriksaan Kualitatif
Metode Apung (Flotation method) Metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula
atau larutan gula jenuh yang didasarkan atas BD (Berat Jenis) telur sehingga telur akan mengapung dan mudah diamati. Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses yang mengandung sedikit telur. Cara: Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis larutan yang digunakan, sehingga telur-telur terapung dipermukaan dan juga untuk memisahkan partikelpartikel yang besar yang terdapat dalam tinja.
Pemeriksaan ini hanya berhasil untuk telur-telur Nematoda, Schistostoma,
Dibothriosephalus, telur yang berpori-pori dari famili Taenidae, telur-telur Achantocephala ataupun telur Ascaris yang infertil.
Pemeriksaan Kualitatif
Maksud : Mengetahui adanya telur cacing parasit usus
untuk infeksi ringan. Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit usus pada seseorang yang diperiksa fecesnya.
Pemeriksaan Kualitatif
Metode Harada Mori
Metode ini digunakan untuk menentukan dan
mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma Duodenale, Necator Americanus, Srongyloides Stercolaris dan Trichostronngilus yang didapatkan dari feses yang diperiksa. Teknin ini memungkinkan telur cacing dapat berkembang menjadi larva infektif pada kertas saring basah selama kurang lebih 7 hari, kemudian larva ini akan ditemukan didalam air yang terdapat pada ujung kantong plastik.
Pemeriksaan Kualitatif
Maksud : Mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma
Duodenale, Necator Americanus, Srongyloides Stercolaris dan Trichostronngilus spatau mencari larva cacing-cacing parasit usus yang menetas diluar tubuh hospes Tujuan : Mengetahuia adanya infeksi cacing tambang
Pemeriksaan Kuantitatif
Metode Kato
Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear
tecnique) atau disebut teknik Kato. Pengganti kaca tutup seperti teknik digunakan sepotong cellahane tape. Teknik ini lebih banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih banyak tinja. Teknik ini dianjurkan untuk Pemeriksaan secara massal karena lebih sederhana dan murah. Morfologi telur cacing cukup jelas untuk membuat diagnosa.
Pemeriksaan Kuantitatif
Maksud : Menemukan adanya telur cacing parasit dan
menghitung jumlah telur Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit dan untuk mengetahui berat ringannya infeksi cacing parasit usus
Imunologi
Genetik
Faktor genetik
A. Eritrosit atau seL darah merah 1. Kelainan pd membran sel darah merah : ditemukan reseptor sbg tempat melekatnya merozoit Plasmodium. Co reseptor : Antigen Duffy (Fyb) P.vivax Glikoforin A P. falciparum, Ovalositosis/Eliptositosis P.vivax, P.falciparum, dan P.malariae
parasit seperti T.gondii, T.cruzi, dan L.donovani pada sel limfosit yg berperan adalah gen MHC (Mayor Histocompability Complex) yg terdiri dari MHC kelas I dan MHC kelas II. MHC kelas I berhubungan dengan respons imun selular, sedangkan MHC kelas II berhubungan dengan respons imun humoral
CTL = cara ini memerlukan presentasi antigen oleh molekul MHC kelas I terhadap sel T CD8+, sehingga akan terjadi lisis dari sel target Limfokin = zat-zat larut yg dihasilkan oleh sel limfosit T ini akan meningkatkan aktivitas sel efektor untuk mengeliminasi parasit baik dengan bantuan antibodi maupun tanpa antibodi Sel NK = Sel ini tidak termasuk dalam sel limfosit T ataupun sel limfosit B. Mempunyai aktivitas sitotoksik dan dapat menghasilkan IFNY.
Contoh beberapa tes humoral : IDT (Immunodiffusion test) CIEP (Counter Immuno Electrophoresis) Tes Hemaglutinasi Tes fluoresensi Tes ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) Radioimmunoassay Tes dengan komplemen
Parasit penyebab Trias sakit adalah Cacing jenis nematoda usus yg ditularkan melalui tanah dan disebut soil transmitted helmints dan merupakan infekssi campuran antara :
1.
Ascaris Lumbricoides
Gejala yg timbul disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Gangguan larvanya dapat menyebabkan eosinofilia. Gangguan yg disebabkan cacing dewasanya yg menyebabkan penderita mengalami gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi.
1.
Cacing Trichuris pada infeksi berat, terutama pada anak, tersebar di seluruh kolon dan rektum. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya terjadi perdarahan. Di samping itu cacing ini menghisap darah hospesnya sehingga dapat menyebabkan anemia. Trichuris inilah yg menyebabkan Trias diare, anemia, dan berat badan turun
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja. Pada Ascaris Lumbricoides dewasa diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui mulut atau hidung karena muntah, maupun melalui tinja. Oksantel-pirantel pamoat adalah obat yg dapat digunakan untuk infeksi campuran A. lumbricoides dan T. trichiura ini .
kekebalan humoral, yg menggunakan antibodi sebagai efektornya. Cara antibodi mengeliminasi parasit ini adalah dgn bekerja sama dengan sel. Sel akan berikatan dengan antibodi pada bagian Fe, sedangkan target selatau sel yg terinfeksi akan berikatan dengan Fab dari imunoglobulin (=antibodi). Sel yg bekerja sama dalam kasus ini adalah eosinofil, yg jika ditambahkan pada penderita infeksi cacing tsb akan mati. Termasuk imunodiagnosis reaksi humoral kelas Ig E karena umumnya Ig E meninggi pada infeksi cacing.