You are on page 1of 6

Tugas Akhir

Bab I Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang pesat belakangan ini di

Indonesia, perlu didukung pula dengan pembangunan yang dapat menunjang perkembangan tersebut seperti pembangunan perkantoran, hotel, tempat perbelanjaan, tempat tinggal dan lain sebagainya. Meningkatnya akan kebutuhan gedung perkantoran mengakibatkan meningkat pula kebutuhan lahan tempat gedung tersebut berdiri. Seperti diketahui lahan di daerah kota seperti Jakarta sudah sangat terbatas. Oleh karenanya pengoptimalan pembangunan lahan ini dibuat dengan cara membangun gedung bertingkat. Bangunan bertingkat erat kaitannya dengan suatu kota dan kepadatan penduduk, keterbatasan lahan dan harga lahan yang sangat tinggi. Perancangan sebuah gedung bertingkat tinggi harus mengutamakan ketahanan strukturnya terutama ketahanan terhadap gempa. Keamanan terhadap penggunanya merupakan hal yang sangat penting selain kenyamanan, keindahan ataupun efisiensi dari bangunan tersebut. Menurut Standar Nasional Indonesia SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, struktur bangunan gedung dibedakan kedalam 2 (dua) kategori, yaitu : 1. 2. Struktur Bangunan Gedung Beraturan dan Struktur Bangunan Gedung tidak Beraturan

Adapun yang dimaksud dengan bangunan gedung beraturan menurut SNI 031726-2002 adalah struktur gedung yang memenuhi kriteria antara lain sebagai berikut : Tinggi struktur gedung diukur dari tarf penjepitan lateral tidak lebih dari 10 (sepuluh) tingkat atau 40 meter. Denah bangunan gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari
1

Tugas Akhir

Bab I Pendahuluan

25 % dari ukuran terbesar denah struktur bangunan gedung dalam arah tonjolan tersebut. Denah struktur bangunan gedung tidak menunjukkan coakan sudut kalaupun mempunyai coakan sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari 15 % dari ukuran terbesar denah struktur bangunan gedung dalam arah sisi coakan tersebut. Sistem struktur bangunan gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan, tanpa adanya tingkat lunak (soft story). Tingkat lunak adalah suatu tingkat dimana kekakuan lateralnya adalah kurang dari 70 % kekakuan lateral tingkat di atasnya atau kurang dari 80 % kekakuan lateral rerata tiga tingkat di atasnya. Dalam hal ini yang dimaksud dengan kekakuan lateral suatu tingkat adalah gaya geser yang bila bekerja di tingkat itu menyebabkan satu satuan simpangan antar tingkat. Sistem struktur bangunan gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya setiap lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150 % dari berat lantai tingkat di atasnya atau bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak perlu memenuhi ketentuan ini. Sistem struktur bangunan gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang atau bukaan yang luasnya lebih dari 50 % luas seluruh lantai tingkat. Kalaupun ada lantai tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya tidak boleh melebihi 20 % dari jumlah lantai tingkat seluruhnya. Perhitungan analisis gaya gempa yang sederhana tapi dapat memberikan gambaran gaya gempa yang terjadi pada gedung secara tepat semakin dibutuhkan. Analisis dinamis merupakan analisis yang paling tepat digunakan untuk merencanakan gambaran gaya gempa yang terjadi pada suatu struktur, namun merupakan analisis yang rumit sehingga kebanyakan pada gedung berturan ( tinggi gedung 40 meter ) sering digunakan metode analisis statis ekuivalen yang dirasa cukup mudah dalam perhitungannya. Untuk struktur bangunan beraturan, pengaruh Gempa Rencana dapat ditinjau sebagai pengaruh beban gempa yang berperilaku statik, yaitu suatu representasi dari beban gempa setelah disederhanakan dan di modifikasi. Gaya

Tugas Akhir

Bab I Pendahuluan

inersia yang bekerja pada suatu massa akibat beban gempa setelah disederhanakan menjadi ekuivalen beban statis dan analisisnya dapat dilakukan berdasarkan Analisis Statik Ekuivalen, yaitu suatu analisis dinamis yang hanya memperhatikan ragam getar mode/ragam pertama. Ragam mode pertama tersebut dapat dianggap mengikuti garis lurus (tidak lagi garis lengkung), dan respons dinamik strukturnya dapat ditampilkan seolah-olah sebagai akibat dari suatu beban gempa statik ekuivalen. Sedangkan struktur bangunan gedung yang tidak memenuhi kriteria kriteria seperti di atas, dikategorikan sebagai struktur bangunan gedung yang tidak beraturan. Untuk struktur bangunan gedung yang tidak beraturan, pengaruh Gempa Rencana harus ditinjau sebagai pengaruh pembebanan gempa yang berperilaku dinamik, dan analisisnya dilakukan berdasarkan analisis respons dinamik, yaitu suatu analisis dinamik yang memperhatikan semua ragam getar yang mungkin terjadi pada struktur. Analisis dinamis secara umum terbagi menjadi 2 analisis yaitu: analisis respons Spektrum, yaitu suatu cara analisis dinamik struktur dimana pada suatu model matematik dari suatu struktur diberlakukan suatu spektrum respons gempa rencana, dan berdasarkan itu ditentukan respons struktur terhadap gempa rencana tersebut melalui superposisi dari respons masing-masing ragamnya. Analisis ini umumnya dapat dipakai untuk menentukan respons elastik dari struktur-struktur gedung dengan derajat kebebasan banyak (MDOF), dimana responsnya merupakan superposisi respons masing-masing ragam getaran bandul sederhana satu derajat kebebasan (SDOF). Pada analisis respons spektra, jumlah ragam getar yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam harus sedemikian rupa sehingga partisipasi massa ragam efektif dalam menghasilkan respons total harus mencapai sekurang-kurangnya 90 %. Analisis respons dinamik riwayat waktu, yaitu suatu cara analisis untuk menentukan riwayat waktu respons dinamik struktur gedung 3 dimensi yang berlaku elastic penuh terhadap gerakan tanah akibat gempa rencana pada taraf pembebanan gempa nominal sebagai data masukan, dimana respons dinamik dalam setiap interval waktu dihitung dengan metoda integrasi langsung atau dapat juga melalui metoda analisis ragam.

Tugas Akhir

Bab I Pendahuluan

Perbedaan cara analisis struktur bangunan 40 meter dan bangunan di atas 40 meter menunjukan bahwa terdapat hal-hal yang membedakan perilaku struktur akibat beban gempa, sehingga ingin di kaji lebih dalam, berkaitan dengan pengaruhnya terhadap desain perencanaan kolom khususnya.

1.2

Rumusan Masalah Pada struktur gedung yang beraturan, baik pembebanan maupun analisis

gaya gempanya bisa dilakukan dengan dua cara yaitu analisis statis ekuivalen dan analisis dinamis, namun pada kenyataannya penggunaan analisis statis ekuivalen lebih banyak dipakai dikarenakan perhitungannya lebih sederhana walaupun penyelesainnya bersifat tunggal (single solution). Oleh sebab itu akan dikaji seberapa besarkah pengaruh penggunaan 2 metode pada bangunan 36, 40 dan 44 meter terhadap hasil perencanaan struktur meliputi besar simpangan dan gaya dalam yang terjadi.

1.3

Maksud dan Tujuan Maksud dari kajian ini adalah melakukan analisis perencanaan sebuah

gedung bertingkat akibat pembebanan gempa menggunakan 2 metode yang berbeda yaitu metode statis ekuivalen dan dinamis, dengan 3 variabel ketinggian gedung yaitu 36, 40, dan 44 meter. Dari analisis di atas ingin diketahui efektivitas kedua metode tersebut dengan membandingkan besar simpangan maksimum pada kolom dan gaya-gaya dalam yang terjadi sehingga memenuhi persyaratan SNI 031726-2002. Adapun tujuan analisis ini adalah mendapatkan metode yang paling efektif untuk analisis struktur bangunan bertingkat beraturan dan tidak beraturan akibat gaya gempa berdasarkan desain jumlah tulangan kolom yang diperlukan.

1.4

Batasan Masalah Dalam membandingkan analisis statik ekuivalen dan analisis dinamik pada

perancangan bangunan gedung bertingkat ini, kajian dibatasi pada : 1) Analisis dinamik menggunakan Analisis Ragam Spektrum Respons,

Tugas Akhir

Bab I Pendahuluan

2) Wilayah kegempaan dari strukrur bangunan menurut pembagian wilayah gempa Indonesia. 3) Sebagian analisis, baik statis maupun dinamis menggunakan software yang banyak digunakan sekarang yaitu Staad Pro, Maple dll.

1.5

Metodologi Pembahasan Metode dan teknik pembahasan perencanaan secara garis besar dilakukan

sebagai berikut : 1) Mengumpulkan data perencanaan yang didapat dari dosen pembimbing serta asumsi dari penulis untuk data yang masih diperlukan guna perhitungan perencanaan. 2) Mengumpulkan data beban, yang didapat dari asumsi data beban sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. 3) Menghitung desain penampang untuk input di perhitungan gaya gempa untuk perbandingan besar simpangan di tiap ketinggian pada lantai teratas. 4) Melakukan perhitungan struktur dengan bantuan program komputer yaitu SAP2000 , selanjutnya melakukan perhitungan analisis gaya atau beben gempa dengan analisis statik ekuivalen dan dinamis sesuai dengan peraturan ketahanan gempa untuk bangunan SNI 03-1726-2002. 5) Membuat tabel pembanding hasil gaya dalam dan pembesian pada masingmasing metode. 6) Membuat gambar kerja struktur bangunan serta dimensi elemen struktur yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dilapangan sesuai hasil perhitungan.

1.6 Sistematika Penulisan Penulisan tugas akhir ini memakai sistematika yang disusun dalam 5 (lima) bab, yaitu diantaranya : BAB I : Pendahuluan Menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan penulisan, ruang lingkup dan pembatasan masalah, metodologi pembahasan, dan sistematika penulisan. B A B II : Tinjauan Pustaka

Tugas Akhir

Bab I Pendahuluan

Menjelaskan mengenai uraian umum pemodelan struktur, konsep dasar perencanaan, dasar-dasar analisa dan desain, analisa material struktur, program analisa struktur. B A B III : Metodologi Penelitian Menjelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan, tentang metode-metode dan peraturan-peraturan yang akan dipakai dan diterapkan, juga cara penginputan program analis struktur, prediksi pendimensian struktur. B A B IV : Analisa Menjelaskan tentang perhitungan analisis tulangan struktur bangunan. Perhitungan pembebanan gempa, simpangan, tulangan untuk tangga, pelat, balok dan kolom. Melakukan perbandingan hasil dari analisa yang telah dilakukan yaitu antara statik ekuivalen dan dinamik respons spektrum pada masing-masing bangunan 36 meter, 40 meter dan 44 meter. B A B VII : Penutup Menjelaskan mengenai penarikan kesimpulan meliputi dan persiapan hitungan berat elemen

reakapitulasi perbandingan yang telah dilakukan meliputi base shear, simpangan dan berat pembesian, serta komentar mengenai hasil tersebut.

You might also like