You are on page 1of 2

2.1.

1 Pembelajaran Fisika di Era Globalisasi Pembelajaran fisika saat ini diharapkan dapat membantu siswa untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul dari lingkungannya. Permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari memerlukan informasi dalam memecahkannya. Oleh karena itu, kemampuan sains yang di antaranya mengolah informasi dan memecahkan masalah sangat penting bagi siswa agar memililiki kemampuan dan peluang yang lebih besar untuk menyesuaikan diri dengan dinamika kehidupan masyarakat. Ada berbagai cara dalam belajar sains, menurut Liliasari (2010) berdasarkan kedalamannya ada 4 cara mempelajari sains: (1) sains sebagai cara berpikir; (2) sains sebagai cara untuk menyelidiki; (3) sains sebagai pengetahuan; (4) sains dan interaksinya dengan teknologi dan masyarakat. Dari ke-4 Cara belajar sains, saat ini pembelajaran sains lebih memberikan porsi berlimpah kepada cara belajar sains sebagai pengetahuan, cara belajar sain dan interaksinya dengan teknologi dan masyaraka, sains sebagai cara untuk menyelidiki dan sains sebagai cara berpikir masih kurang di aplikasikan oleh pendidik, terutama sains sebagai cara berpikir. Belajar sains, pada hakekatnya kegiatan berpikir yang dikembangkan melalui 8 macam keterampilan generik sains (Brotosiswoyo, 2000), yang meliputi: (1) pengamatan langsung dan tak langsung (direct and indirect observation) ; (2) kesadaran tentang skala besaran (sense of scale); (3) bahasa simbolik (symbolic language); (4) kerangka logika taat-asas (logical self-consistency) dari hukum alam; (5) inferensi logika (logical inference); (6) hukum sebab-akibat (causality); (7) pemodelan matematik (mathematical modeling); (8) membangun konsep (concept formation). Sains termasuk fisika, dikembangkan dengan tujuan untuk memahami gejala alam. Rasa keingintahuan terhadap gejala alam tersebut mendorong ilmuwan melakukan proses penyelidikan ilmiah. Untuk melakukan penyelidikan ilmiah diperlukan keterampilan generik sains. Menurut Wiyanto (2008) dalam IPA, termasuk fisika, kemampuan berpikir dan pemecahan masalah (problem solving) bukanlah hal yang asing. Dalam semua proses penemuan ilmiah, yang terdiri dari konsep, dan sistem konseptual (prinsip, teori, hukum), ilmuwan menempuh prosedur yang menuntut kemampuan berpikir dan problem solving tingkat tinggi yang disebut dengan istilah proses ilmiah atau kerja ilmiah (dooing science). Oleh karena itu, sesuai dengan karakteristik tersebut pendidikan sains/fisika

diharapkan tidak sekedar transfer pengetahuan hasil temuan para ilmuwan, tetapi juga mampu mengembangkan kemampuan berpikir melalui proses bekerja ilmiah seperti yang dilakukan oleh ilmuwan. Proses penyelidikan ilmiah meliputi langkah-langkah: mengeksplorasi gejala dan merumuskan masalah, menciptakan penjelasan sementara (hipotesis), memikirkan rancangan percobaan untuk menguji hipotesis dan memprediksi hasil yang diharapkan sebagai konsekuensi deduktif jika percobaan direalisasikan, mengumpulkan data melalui pengamatan dan pengukuran, kemudian membandingkan data dengan konsekuensi deduktif yang dijabarkan dari hipotesis. Proses berpikir yang mengaitkan hipotesis, rancangan perconbaan, dan prediksi tersebut membentuk pola inferensi logika jika...dan...maka.... (Wiyanto, 2008). Tujuan utama pembelajaran fisika adalah membantu siswa memperoleh pengetahuan dasar secukupnya (a modest amount of basic knowledge) yang dapat digunakan secara fleksibel. Alasannya: (1) tujuan pembelajaran sains bukan untuk mengumpulakan fakta tetapi untuk memperoleh kemampuan menggunakan sejumlah kecil (secukupnya) pengetahuan dasar yang berguna dalam memprediksi dan menjelaskan atau memecahkan berbagai gejala atau masalah, (2)siswa hidup dalam dunia yang kompleks dan terus berubah, mereka akan memperoleh keuntungan sedikt dari pengetahuan yang dihafalkan atau kurang dipahami. Pengetahuan fisika yang diperolehnya akan berguna baginya hanya jika mereka dapat mengelolanya secara fleksibel dengan masalah yang dihadapinya, menurut Wiyanto (2008).

You might also like