You are on page 1of 27

Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah keadaan terjadinya tekanan darah tinggi akibat penyakit tertentu. Macam : - Hipertensi akibat penggunaan estrogen - Hipertensi akibat penyakit ginjal - Hipertensi renovaskular - Hipertensi akibat hiperaldosteron primer - Hipertensi pada kehamilan, dll

Peningkatan tekanan darah pada wanita pengguna

kontrasepsi oral disebabkan oleh expansi volume karena meningkatnya aktivitas sistem reninangiotensin-aldosteron Bersifat reversible Lebih sering pada usia > 35th dgn riwayat penggunaan kontrasepsi > 5th Peningkatan bisa lebih dari 140/90 mmHg

Hipertensi bisa disebabkan karena kelainan

glomerolus, tubulus interstitial dan kelainan polikistik. Kebanyakan kasus berhubungan dengan peningkatan volume intravaskuler atau peningkatan aktivitas sistem renin-engiotensin-aldosteron

Sterosis arteri renalis terdapat pada 1-2% pasien

dengan hipertensi. lebih sering pada wanita berusia < 50 tahun. Kelainan pembuluh darah ginjal yang lain adalah stenosis karena aterosklerosis pada arteri renalis proximal. Mekanisme dari terjadinya hipertensi ialah peningkatan pelepasan renin karena penurunan aliran darah ginjal dan tekanan perfusi

Hipertensi renovaskular harus dicurigai pada beberapa

keadaan : (1) onset pada usia <20 tahun atau > 50 tahun, (2) adanya bruit di epigastrium atau bruit arteri renals, (3) adanya aterosklerosis pada aorta atau arteriarteri perifer, (4) bila terdapat penurunan fungsi ginjal yang tiba-tiba setelah pengaturan dari angiotensinconverting enzym inhibitor

Pasien dengan sekresi aldosteron berlebihan terdapat

pada 0,5% dari seluruh kasus hipertensi. Lesi biasanya terletak pada adenoma adrenal, tetapi beberapa pasien memiliki hiperplasia adrenal bilateral

Klasifikasi :

Preeklamsia- eklamsia 2. Hipertensi kronik (preexisting hypertension) 3. Preeklamsia pada hipertensi kronik 4. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat
1.

1.Preeklamsia adalah hipertensi dan proteinuria yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu pada perempuan yang sebelumnya normotensi 2. Hipertensi kronik tekanan darah sistolik lebih atau sama denga 140mmHg atau tekanan diastolik lebih dari 90mmHg yang telah ada sebelum kehamilan

3. Preeklamsia pada hipertensi kronik adalah hipertensi pada peremupuan hamil yang kemudian mengalami proteinuria , atau adanya kenaikan mendadak tekanan darah ,proteinuria, trombositopenia 4. Hipertensi gestasional atau yang sesaat dapat terjadi pada kehamilan 20mgg tapi tanpa proteinuria.

Hiperkalemia karena berbagai penyebab, akromegali,

hipertiroidisme, beberapa pengobatan khususnya dengan siklosporin dan NSAID, dapat dihubungkan dengan hipertensi sekunder.

gejala yang membuat pasien datang ke dokter

berhubungan dengan 3 hal: (1) peningkatan tekanan darah itu sendiri, (2) penyakit hipertensi vaskular dan (3) penyakit lain yang menyertai (pada hipertensi sekunder).

Peningkatan tekanan darah menimbulkan gejala

antara lain sakit kepala biasanya pada regio occipital yang terasa pada saat pasien bangun tidur pagi hari dan hilang secara spontan. Gejala lain diantaranya pusing, palpitasi, mudah lelah dan impoten. Gejala karena penyakit hipertensi vaskular diantaranya termasuk epitaksis, hematuria, pandangan kabur karena perubahan pada retina, angina pektoris dan dispneu karena gagal jantung

Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi

menjadi 2 jenis penatalaksanaan : 1. secara non-farmako 2. secara farmako

Menghilangkan stress Pengaturan diet Olahraga teratur Menurunkan berat badan (bila diperlukan) Kontrol faktor resiko lain yang bisa memperberat terjadinya aterosklerosis.

Olahraga teratur dianjurkan sesuai dengan status

batas kardiovaskular pasien. Olahraga tidak hanya membantu menurunkan berat badan tetapi juga terbukti menurunkan tekanan arteri. Olahraga isotonik (seperti berenang, joging) lebih baik daripada olahraga isometrik (seperti angkat beban)

Pengobatan hipertensi berlandasrkan beberapa prinsip: 1. pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan 2.

3.

4. 5.

pengobatan kausal, pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi; upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat antihipertensi selain dengan perubahan gaya hidup; pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan kemungkinan besar untuk seumur hidup; pengobatan menggunakan algoritma yang dianjurkan The Joint National Commitee on Detection, Evaluatio and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII).

1.Diuretik Diuretik mempunyai efek antihipertensi dengan cara menurunkan volume ekstraseluler dan plasma sehingga terjadi penurunan curah jantung. Hidroklorotiazid merupakan jenis yang sering dipakai pada pengobatan hipertensi. Pada pemberian oral obat ini dimulai bekerja setelah 1 jam dan mempunyai jangka waktu kerja selama 8 12 jam. Dosis yang sering dipakai adalah 25 50 mg, 1 2 kali tiap hari.

Apabila diharapkan efek jangka panjang dapat

digunakan klortalidon yang dapat diberikan dengan dosis 25 100 mg tiap hari . Efek samping yang sering dijumpai adalah hipokalemia, hiponatremia, hiperurisemia, dan gangguan lain seperti kelemahan otot, muntah dan pusing

Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada

saat pusat vasomotor otak seperti pada pemberian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti reserpin dan guanetidin Metildopa mempunyai efek antihipertensi dengan menurunkan tonus simpatik secara sentral Efek samping dapat berupa anemia hemolitik, gangguan faal hati, dan kadang-kadang dapat timbul hepatitis kronik. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan pada kehamilan tanpa menimbulkan banyak efek samping

Klonidin mempunyai cara kerja yang tidak berbeda

dengan metildopa yaitu mempengaruhi tonus simpatik secara sentral. Dosis yang diperlukan lebih rendah yaitu 0,1 0,2 mg tiap hari dengan dosis terbagi. Efek samping yang timbul adalah sedasi, rasa lelah, rasa kering dan mukosa mulut dan bibir, impotensi, dan pusing. Obat ini tidak boleh dihentikan pemberiannya secara mendadak karena adanya rebound effect yaitu peninggian tekanan darah secara cepat. Kelebihan klonidin adalah dapat diberikan secara parenteral dengan saat mulai kerja yang cepat sehingga dapat digunakan pada kegawatan hipertensi

Mekanisme antihipertensi obat ini adalah melalui

penurunan curah jantung dan penekanan sekresi renin. Obat golongan ini dibedakan dalam 2 jenis: (1) yang menghambat reseptor beta I; (2) yang menghambat reseptor beta 1 dan 2. Penyakit beta yang kardio-selektif berarti hanya menghambat reseptor beta 1. Akan tetapi, dosis tinggi obat ini juga menghambat reseptor beta 2 sehingga penyekat beta tidak dianjurkan pada pasien yang telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronkial.

Berdasarkan kelarutannya dalam air dan lemak,

penyekat beta dibedakan menjadi dua golongan: (1) golongan yang larut dalam lemak seperti asebutolol, alprenolol, metoprolol, oksprenolo, pindolol, propanolol, dan timolol, yang mempunyai waktu paruh yang relatif pendek, yaitu 2 6 jam ; (2) golongan yang lebih larut dalam air dan dieliminasi melalui ginjal seperti atenolol, nadolol, praktolol dan sotalol yang mempunyai waktu paruh yang lebih panjang, yaitu 6 24 jam, sehingga dapat diberikan satu kali sehari

Efek samping yang timbul lebih banyak disebabkan

oleh efek blokade terhadap reseptor beta dan tidak berhubungan dengan dosis. Kontraindikasi penyekat beta adalah pada pasien asma bronkial, gagal jantung, dan blok atrioventrikular. Efek samping bradikardia dapat diperkecil jika dipilih obat yang mengandung instrinsic sympathomimetic activity (ISA). Penyekat beta yang mengandung ISA, misalnya pindolol, menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi tahanan perifer yang disebabkan oleh efek vasodilatasi tanpa mempengaruhi curah jantung.

Yang termasuk golongan ini adalah doksazosin,

prazosin, hidralazin, minoksidil, diazoksid, dan sodium nitroprusid. Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah. Hidralazin, minoksidil, dan diazoksid bekerja pada arteri sehingga penurunan resistensi pembuluh darah akan diikuti oleh peninggian aktivitas simpatik. Peninggian aktivitas simpatik ini akan menimbulkan takikardia dan peninggian kontraktilitas otot miokard yang akan mengakibatkan peningkatan curah jantung.

You might also like