You are on page 1of 10

Peter Lewis Hamonangan Panjaitan NPM : 1106139651 No HP : 081348686810 email : calgara_76@yahoo.

com

NUKLIR DAN POTENSI PLTN DI INDONESIA

Latar Belakang Indonesia merupakan surga dari energy alternatif, energy alternative tersebut antara lain adalah hidro, panas bumi, surya, uranium dan thorium, biomassa, angin, arus laut dan shale gas. Hal ini dikarenakan Indonesia tepat terletak di garis khatulistiwa sehingga surya menjadi salah satu energy alternative, ini juga menandakan matahari yang terus menyinari Indonesia sepanjang tahun sehingga berbagai macam tumbuhan mendapat energy yang cukup untuk berkembang di Indonesia dan dapat dijadikan solusi bahan bakar. Karena energy surya yang menggerakkan udara, maka Indonesia juga memiliki energy angin, Indonesia juga merupakan negara kepulauan yang 70% wilayahnya adalah lautan sehingga Indonesia dapat memanfaatkan arus laut sebagai energy alternative. Indonesia juga memiliki lading uranium yang menjadi bahan bakar energy nuklir. Terakhir adalah Indonesia merupakan jalur cincin api sehingga banyak muncul kerucut gunung api, ini adalah potensi energy air terjun (hidro) dan panas bumi (Geothermal). Melihat sumber sumber energy tersebut, seharusnya Indonesia dapat meninggalkan energy fosil dan beralih kepada energy alternative. Tetapi kenyataannya Indonesia sangat bergantung terhadap energy fosil yang cadangannya mulai menipis. Pembangkit listrik di Indonesia menghasilkan 40 ribu megawatt listrik, dan energy fosil adalah sumber utama pembangkit listrik tersebut. Sehingga mengakibatkan permintaan sumber daya fosil terus meningkat secara drastic dan harganya pun makin melambung tinggi. Oleh karena itu adalah wajar bagi Indonesia jika masih saja kekurangan energy, karena banyaknya energy yang belum dimanfaatkan dan untuk energy fosil saja Indonesia masih harus berebut dengan negara asing. Perumusan Masalah Energy nuklir merupakan energy baru di Indonesia, mengingat bahwa sebenarnya energy nuklir sudah lama diterapkan sebagai pembangkit listrik (Rusia adalah negara pertama menerapkan PLTN untuk jaringan listrik pada 27 Juni 1954). Terdorong oleh keberhasilan Rusia menerapkan PLTN, maka pemerintah Indonesia berdsarkan Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun
1958, pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang kemudian disempurnakan menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN)berdasarkan UU

NO. 31 Tahun 1964 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Atom. Tetapi ironisnya adalah hanya ada 3 reaktor nuklir sampai saat ini yaitu Yogyakarta (100 kilowatt), Bandung (2 megawatt), dan Serpong (30 megawatt), tenaga yang dihasilkan ini sangat jauh dari kapasitas pembangkit listrik tenaga nuklir yang sesungguhnya yaitu dalam kurun waktu 10 tahun PLTN berkapasitas 1000 megawatt dapat dibangun dengan biaya Rp. 20 trillun. Biaya yang sangat tinggi tersebut adalah untuk menjamin tingkat keamanan yang terbaik ( misal : pelindung reactor tidak akan hancur meski ditabrak oleh pesawat terbang). Melihat kemampuan PLTN, maka energy nuklir memiliki potensi yang sangat besar untuk menyelamatkan Indonesia dari krisis energy.

Pendekatan Masalah Jika mendengar nuklir maka di pikiran orang pada umumnya adalah bom atom Hiroshima dan Nagasaki pada perang dunia ke II tahun 1945. Padahal jika dilihat dari sisi energy, nuklir adalah solusi energy untuk krisis energy Indonesia saat ini. Energi nuklir yang dimaksud adalah akibat adanya reaksi nuklir, reaksi nuklir adalah proses dimana dua nuclei atau partikel nuklir bertubrukan, proses ini menghasilkan produk yang berbeda dengan produk awal partikel tersebut. Ada dua reaksi nuklir yaitu reaksi fusi dan fisi, dimana reaksi fusi nuklir adalah reaksi peleburan dua atau lebih inti atom menjadi atom baru dan menhasilkan energi, sebaliknya untuk reaksi fisi nuklir adalah pembelahan inti atom yang diakibatkan terjadinya tubrukan antar inti atom dan juga menghasilkan energy dan juga menjadi atom baru yang bermassa lebih kecil, reaksi fisi nuklir juga menghasilkan radiasi elektromagnetik.

Reaksi fisi nuklir adalah basis untuk reactor nuklir pada pembangkit listrik, sebenarnya reaksi fisi ini bisa terjadi pada setiap inti atom yang ada, namun perlu diketahui bahwa Uranium adalah atom yang mudah untuk terjadinya reaksi fisi pada atom tersebut. Pada Uranium, adalah Uranium-235 yang paling mudah untuk terjadinya reaksi fisi. Proses reaksi fisi ini terjadu pada saat neutron bertubrukan dengan uranium-235, akibatnya atom uranium akan terbagi menjadi dua buah atom, yaitu atom Kripton (Kr-92) dan Barium (Ba-141). Tubrukan tersebut menghasilkan 2 3 neutron baru, selnajutnya neutron ini akan bertubrukan kembali dengan uranium-235 lainnya sehingga memunculkan 2 3 neutron baru lagi. Reaksi seperti ini akan terjadi terus menerus secara perlahan di dalam reactor nuklir. Pada saat proses reaksi berlangsung, energy panas yang sangat besar juga dihasilkan dari proses reaksi fisi tersebut. Energi panas ini timbul akibat energy kinetic akibat tubrukan antar partikel lalu diredam oleh moderator (pemberlambat neutron). Pada proses perlambatan inilah energy kinetic diubah menjadi panas atau energy termal. Energi termal yang dihasilkan oleh reaksi pembelahan 1 kg uranium-235 murni adalah 17 milyar kilokalori, ini jika dibandingkan dengan dengan energy termal pada batu bara maka sama dengan 2,4 juta kg atau 2400 ton batubara, atau jika dibandingkan dengan minyak bumi maka 1 gram uranium-235 adalah sama dengan 2000 liter minyak bumi. Berikut adalah perbandingan bahan bakar yang dibutuhkan untuk sumber energy pembnagkit listrik berkapasitas 1000 megawatt selama 1 tahun.

Energi panas inilah yang dimanfaatkan oleh pembangkit listrik untuk memanaskan air sehingga menimbulkan uap air lalu memutar turbin dan membangkitkan listrik pada generator. Air disini berfungsi juga untuk membantu reaksi pembelahan, karena neutron yang dilepaskan memiliki kecepatan yang lebih besar 10.000 km/detik. Jadi neutron yang cepat ini mampu bergerak bebas tanpa dirintangi atau dihalangi oleh atom atom uranium atau atom atom kelongsongannya. Sehingga untuk mempermudah neutron tersebut ditangkap atau bertubrukan dengan atoim uranium maka kecepatan neutron tersebut harus diperlambat. Jadi zat (disini yang umum dipakai adalah air) yang dapat memperlambat neutron disebut moderator. Pengolahan data Nuklir dan energy listrik

Nuklir adalah salah satu sumber energy pembangkit listrik dunia, ini dibuktikan dari adanya 437 PLTN di dunia yang menyuplai sekitar 16% kebutuhan listrik dunia (menurut International atomic Energy Agency). Meningkatnya kebutuhan listrik seiring majunya teknologi industry dan menipisnya cadangan energy fosil maka membuat banyak negara di Eropa, Asia dan Amerika membangun 67 pembangkit baru. Sedangkan untuk Asia yang sebagian besar negara berkembang menjadi benua yang paling giat untuk membangun PLTN. Instalasi besar besaran dilakukan oleh Cina, India, Pakistan dan Korea. Disamping perbandingan produksi energy antara energy fosil dan energy nuklir yang cukup jauh, energy nuklir menjadi solusi energy dunia diakibatkan oleh emisi lingkungan (CO2 (karbon dioksida), SO2 (sulfur dioksida) dan NOx (nitrogen dioksida) serta debu yang mengandung logam berat) dan masalah transportasi bahan bakar dari tambang menuju lokasi pembangkitan listrik. Emisi dari pembangkit listrik energy fosil ini memicu peningkatan efek rumah kaca dan juga polusi terhadapa lingkungan hidup sekitar sehingga berujung pada pemanasan global. Sehingga PLTN adalah pembangkit listrik yang ramah lingkungan.

Grafik : KONTRIBUSI TERHADAP PEMANASAN GLOBAL (CO2 eq./KWh) ; Sumber IAEA 2006 Ukuran untuk pembangkit listrik adalah kwh (kilowatt jam) dan jika dibandingkan dengan pembangkit listrik energi yang lain, pembangkit listrik energi Nuklir merupakan sumber energi yang paling tinggi kerapatan energinya (jumlah energi persatuan volume atau massa). Ini dapat dilihat dari perbandingan energy 1 kg sebagai berikut : 1 kg uranium dapat menghasilkan energi sekitar 50.000 kwh (kilo watt jam) 1 kg batubara hanya dapat menghasilkan energi sekitar 3 kwh (kilo watt jam) 1 kg minyak bumi hanya dapat menghasilkan sekitar 4 kwh (kilo watt jam) Proses Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dapat dilihat dari gambar sebagai berikut :

1. Proses reaksi fisi terjadi pada reactor vessel yang dikontrol oleh control rods, control rods sendiri terbuat bahan yang dapat menyerap neutron. Ini berfungsi untuk mencegah terjadinya overheating pada reactor vessel. 2. Air yang berfungsi sebagai coolant, membawa panas dari reactor dan memutar turbin dan memutar generator. Listrik dari generator disalurkan pada transformer sebelum masuk ke jaringan listrik 3. Uap air yang digunakan untuk memutar turbin masuk ke condenser untuk digunakan kembali atau didinginkan dengan cooling tower sebelum dibuang ke luar.

Masalah selanjutnya dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah masalah limbah radioaktif dan terjaminnya keselamatan dari radiasi nuklir. Karena alasan yang paling utama dalam PLTN adalah kedua masalah tersebut. Berikut adalah cara prosedur dari PLTN.

Seperti diatas sudah dibahas tentang proses reaksi dalam PLTN dan gambar di atas ini adalah proses tentang sebelum dan sesudah PLTN, dan cara daur ulang dan pengolahan limbah uranium. Berikut penjelasannya secara singkat : 1. Penambangan, Pemurnian dan Pengayaan Uranium hasil penambangan dimurnikan sehingga menghasilkan uranium alam yang mengandung uranium belah. Uranium belah tersebut mengandung uranium 235 sekitar 0,7% dan untuk proses reaksi dalam reactor nuklir diperlukan 3 5 % U-235. Oleh karena itu diperlukan proses pengayaan uranium dengan fasilitas pengayaan sehingga menjadi UF 6. Hasil konversi UF6 menjadi UO2 yang menjadi bahan bakar reaktor nuklir. 2. Fabrikasi Bahan Bakar Selanjutnya uranium yang telah dikonversi (UO2) dimampatkan menjadi pellet yang akan dimasukkan kedalam kelongsong logam. Kelongsong logam tersebut disusun menjadi bundle bahan bakar. 3. Bahan Bakar Bekas Bahan bakar yang telah dipakai disimpan dalam kolam pendingin untuk periode waktu tertentu lalu dikirim dan dilah pada fasilitas olah-ulang. 4. Penyimpanan Sementara Penyimpanan ini bertujuan untuk menyimpan bahan bakar bekas sebelum diproses oleh fasilitas olah-ulang. 5. Proses Limbah Radioaktif Limbah dikelompokkan menjadi Limbah radioaktif tingkat rendah (LTR), sedang (LTS) dan tinggi (LTT). Untuk LTR dan LTS dilakukan proses disposal yang lokasi untuk disposalnya sudah mendapat izin lokasi, konstruksi dan operasi dari badan pengawas. Sedangkan untuk LTT dilakukan pengolahan tertutup atau bisa dikembalikan, dikirim ke negara yang dapat mengolah LTT tersebut. Setelah limbah diproses, PLTN harus selalu memantau tingkat radiasi.

Potensi PLTN di Indonesia

Aspek Cadangan Bahan Baku Indonesia memiliki cadangan uranium yang cukup untuk dijadikan bahan baku PLTN, bahan baku yang sudah diteliti adalah 53 ribu ton, dimana 29 ribu ton di Kalimantan barat dan 24 ribu ton di Bangka Belitung. Kemungkinan cadangan uranium yang cukup juga ada Papua tetapi hal ini belum diteliti lebih lanjut oleh BATAN. Menurut BATAN, jika untuk menyuplai bahan bakar suatu PLTN yang berkapasitas 1000 MW maka dibutuhkan uranium sebanyak 200 ton per tahunnya. Ini berarti PLTN tersebut bisa beroperasi selama 145 tahun hanya dengan menggunakan cadangan Kalimantan Barat. Tetapi untuk penambangan menurut BATAN, masih lebih murah untuk mengimpor bahan bakar daripada menambangnya sendiri, hal ini dikarenakan murahnya bahan bakar uranium tersebut masih murah. Aspek kemampuan fabrikasi dan lokasi Indonesia sudah memiliki Undang undang yang membentuk Badan khusus untuk Nuklir yaitu BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) pada tahun 1964 dan telah memiliki 3 reaktor nuklir sampai saat ini yaitu Yogyakarta (100 kilowatt), Bandung (2 megawatt), dan Serpong (30 megawatt), tenaga yang dihasilkan ini sangat jauh dari kapasitas pembangkit listrik tenaga nuklir yang sesungguhnya. Ini membuktikan Indonesia sudah mampu mengolah dan mendaur ulang bahan bakar nuklir tersebut. BATAN mewakili Indonesia sudah melakukan pencarian lokasi yang baik utnuk PLTN semenjak tahun 1991 dan hasilnya sudah menemukan dua lokasi yaitu di kaki Gundung Muria (Jawa Tengah) dan di kawasan pantai utara Banten, dan menurut Koran Tempo, BATAN sedang meneliti dan menyurvei lokasi ketiga untuk potensi PLTN yaitu di pulau Bangka. Survei ini sendiri dilakukan pada tahun 2011 yaitu Kabupaten Bangka barat dan selatan, biaya untuk survei ini memakan sekitar Rp 147 milyar. Mahalnya biaya ini dikarenakan proses survei tersebut antara lain pengeboran tanah guna menemukan dan menentukan tanah yang kuat untuk menahan beban sebesar 300 ribu ton pada luasan lingkaran sebesar 60 m. Juga untuk menentukan aman atau tidak lokasi tersebut dilakan survei seismic (lokasi jauh dari gempa) dan survei oseanografi (terlindung dari tsunami).

Analisis Sekarang pertanyaannya adalah mengapa di Indonesia hanya ada 3 reaktor nulklir, padahal BATAN berdiri dari tahun 1964. Kemungkinan tersebut antara lain :

1. Pendekatan secara sosial kurang Di Indonesia nuklir adalah hal yang tabu, dimana jika ada kata nuklir maka masyarakat di Indonesia sudah berpikir bom atom dan cacat atau kematian akibat radiasi nuklir, padahal kenyataannya radiasi nuklir telah banyak diterapkan pada bidang kesehatan, pertanian dan peternakan. Jika pandangan masyarakat tentang nuklir sudah salah, maka pasti muncul penentangan penentangan dari berbagai elemen masyarakat di Indonesia tentang nuklir, entah itu direkayasa atau tidak, namun penolakan itu pasti ada. Jika penolakan itu ada maka minat masyarakat Indonesia untuk nuklir akan sangat sedikit, maka SDM Indonesia untuk nuklir pun akan sedikit. Contohnya saja untuk Jurusan nuklir di Universitas universitas di Indonesia masih sangat sedikit dibanding jurusan lainnya. Jika SDM yang kurang maka akan sulit untuk mendirikan dan meneliti PLTN. Hal ini menurut saya bisa diatasi dengan pemerintah melakukan komunitas atau dialog yang secara intensif agar masyarakat mengerti mengenai Nuklir yang utamanya adalah mengenai jaminan keselamatan. Untuk masalah lokasi PLTN, mungkin masyarakat setempat akan menolak akan pembangunan industry nuklir tersebut, hal ini dapat diatasi dengan pemerintah dapat memberikan insentif bagi masyarakat yang daerahnya dibangun PLTN. Insentif tersebut tidak hanya semata uang, namun bisa seperti listrik gratis atau pendidikan gratis. 2. Aspek politik (Kurangnya alokasi dana untuk PLTN) Politik di Indonesia cenderung membela pihak yang memiliki uang daripada pihak yang membutuhkan. Contohnya saja untuk energy fosil, Indonesia (diwakili Pertamina) masih harus bersaing dengan pihak asing untuk berebut jatah energy padahal energy tersebut ada diwilayah Indonesia. Untuk menutupi kekurangan jatah tersebut pemerintah harus mengimpor bahan bakar energy dan menyubsidi bahan bakar masyarakat agar harga tidak mahal. Biaya subsidi tersebut adalah 10% dari biaya APBN Indonesia yaitu 1600 trilyun rupiah. Belum lagi sebagian besar biaya APBN hanya untuk birokrasi, belum lagi membayar utang negara. Karena masalah inilah, pemerintah mengatakan tidak ada dana untuk membangun PLTN. Menurut saya hal ini dapat diatasi dengan pemerintah pusat memberikan kebebasan untuk pemerintah daerah untuk berkreasi dengan nuklir tanpa harus memberikan persetujuan menggunakan biaya APBN karena akan malah menimbulkan potensi korupsi dan lainnya. Menurut pemerintah daerah Kalimantan Barat sudah siap untuk menggunakan uranium milik mereka dengan memulai kajian awal tentang pembangunan PLTN.

Kesimpulan Dari Uraian diatas maka penulis mencoba menarik kesimpulan mengenai judul NUKLIR DAN POTENSI PLTN DI INDONESIA, antara lain sebagai berikut : 1. PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) pada dasarnya sama dengan Pembangkit listrik lainnya namun untuk menggerakkan turbin, PLTN menggunakan reactor nuklir sebagai sumber panas untuk mengubah air menjadi uap lalu memutar turbin. 2. Reaksi yang terjadi pada reactor nuklir pada umumnya adalah reaksi fisi uranium-235 dimana U-235 dibelah dengan ditembak atau ditubrukkan dengan neutron, sehingga menimbulkan panas akibat energy kinetic yang dirubah menjadi energy panas. 3. Energi yang dibangkitkan oleh 1 kg uranium murni adalah sama dengan 2400 ton batubara. Ini menandakan betapa besarnya energy yang bisa dibangkitkan PLTN tanpa harus merusak lingkungan dengan emisi dan debu logam. 4. Proses pengolahan limbah nuklir dan keamanan reactor nuklir adalah sangatlah penting untuk PLTN, karena kekurangan PLTN adalah masalah limbah dan mahalnya fasilitas untuk menjadi jaminan keselamatan tersebut. 5. Indonesia memiliki potensi nuklir yang cukup besar antara lain 53 ribu ton uranium dan kemungkinan tambang uranium lainnya di Indonesia. Badan untuk mengolah nuklir di Indonesia juga sudah ada semenjak 1964 dan telah memiliki 3 reaktor nuklir berskala kurang dari 30MW. 6. Hambatan Nuklir di Indonesia adalah pendekatan social pemerintah pada masyarakat nuklir masih kurang dan kurangnya dana untuk PLTN akibat aspek politik. Mengakitbatkan kurangnya SDM dan usaha untuk membangun PLTN.

Opini Masa depan Nuklir di Indonesia akan sangat lamban terwujud jika kajian, laporan, atau proposal BATAN selalu ditolak oleh pemerintah. Untuk mewujudkan PLTN berskala besar di Indonesia, pemerintah harus peduli untuk mengajak masyarakat mengenal nuklir dan mengalokasikan dana dan waktu untuk pembangunan PLTN. Untuk awalnya pasti akan rugi atau tidak maksimal dalam membangun PLTN. Tetapi ini tidak semata mata hanya masalah duit namun juga masalah keberlangsungan energy di Indonesia dan lingkungan hidup di Indonesia jika hanya bergantung dari energy fosil yang cadangannya terus menipis maka lamban laun Indonesia pasti akan muncul masa krisis energy yang sangat besar di Indonesia.

You might also like