You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Pembangunan Rumah Sakit Akademik Universitas Brawijaya memberikan

dampak positif dan negatif. Dampak negatif berupa meningkatnya tekanan terhadap lingkungan. Hal ini terjadi karena pembangunan yang kurang memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan setempat, yang pada akhirnya meningkatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup tersebut menjadi beban sosial, yang pada akhirnya masyarakat dan pemerintah yang harus menanggung biaya pemulihannya. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan berakibat pada masalah-masalah yang semakin kompleks dan sulit penanganannya. Oleh karenanya pembangunan RSAUB yang harus dilakukan adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan yaitu pembangunan yang memadukan lingkungan hidup dengan sumber daya alam, untuk mencapai keberlanjutan pembangunan yang menjadi jaminan bagi kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meminimasi dampak negatif yang timbul dari suatu kegiatan maka dilakukan penyusunan kajian kelayakan lingkungan berupa AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau RKL & RPL (Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup). Kedua instrumen lingkungan ini disatu sisi merupakan kajian kelayakan lingkungan bagi kegiatan yang akan memulai usaha tetapi disisi lain juga merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin memulai usaha. Sehingga melalui dokumen ini dapat diketahui dampak yang akan timbul dari suatu kegiatan kemudian bagaimana dampakdampak tersebut dikelola baik dampak negatif maupun dampak positif. Rencana Pengelolaan Lingkungan hidup selanjutnya disebut RKL dalam upaya penanganan dampak penting terhadap lingkungan yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan. Rencana Pemantauan Lingkungan hidup selanjutnya disebut RPL adalah upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

1.2.

Maksud dan Tujuan RKL adalah dokumen yang memuat upaya-upaya untuk mencegah,

mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang bersifat negatif serta memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan. Upaya-upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil arahan dasar-dasar pengelolaan dampak yang dihasilkan dari kajian ANDAL. Tujuan dilaksanakannya Rencana Pengelolaan Lingkungan ini adalah : 1. Untuk merumuskan upaya-upaya yang akan dilakukan oleh pemrakarsa dalam rangka melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian dampak negatif penting dan memaksimalkan dampak positif yang diperkirakan tumbuh/ timbul akibat kegiatan pembangunan RSAUB. 2. Untuk menyusun dokumen resmi dan mengikat yang nerupakan pedoman bagi pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan. Sedangkan Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dapat digunakan sebagai berikut : 1. Acuan dalam melaksanakan pemantauan lingkungan sebagai hasil pengelolaan lingkungan. 2. Acuan untuk melihat efektifitas upaya pengelolaan lingkungan. 3. Dokumen tertulis yang mengikat semua pihak yang terkait.

1.3.

Kegunaan Dilaksanakan Pemantauan Lingkungan Hidup

1.3.1. Bagi pemerintah, AMDAL bermanfaat untuk : Mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemborosan sumber daya alam secara lebih luas.

Menghindari timbulnya konflik dengan masyarakat dan kegiatan lain di sekitarnya. Menjaga agar pelaksanaan pembangunan tetap sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup. Bahan bagi rencana pengembangan wilayah dan tata ruang.

1.3.2. Bagi pemrakarsa, AMDAL bermanfaat untuk :

Menjamin keberlangsungan usaha dan/atau kegiatan karena adanya proporsi aspek ekonomis, teknis dan lingkungan.

Menghemat dalam pemanfaatan sumber daya (modal, bahan baku, energi).

Memberikan panduan untuk menjalin interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar sehingga terhindar dari konflik sosial yang saling merugikan.

Sebagai bukti ketaatan hukum, seperti perijinan.

1.3.3. Bagi masyarakat, AMDAL bermanfaat untuk :

Mengetahui sejak dini dampak positif dan negatif akibat adanya suatu kegiatan sehingga dapat menghindari terjadinya dampak negatif dan dapat memperoleh dampak positif dari kegiatan tersebut.

Melaksanakan kontrol terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan pemrakarsa kegiatan, sehingga kepentingan kedua belah pihak saling dihormati dan dilindungi.

Terlibat dalam proses pengambilan keputusan terhadap rencana pembangunan yang mempunyai pengaruh terhadap nasib dan kepentingan mereka.

1.4. Kedudukan RKL dalam AMDAL Menurut Suratmo, (1999) kedudukan RKL dalam AMDAL dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Penanganan dampak harus mencakup pertimbangan lingkungan 2. Beberapa jenis dampak hanya memerlukan cara penanganan yang sederhana, dan dampaknya terhadap lingkungan adalah kecil 3. Penanganan dampak dimulai dan pemilihan alternative 4. Penanganandampak memerlukan biaya 5. Kebanyakan pemrakarsa tidak berminat untuk mengembangkan ditapak positif oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan upaya pengelolaan dampak positif

1.5. Peraturan Perundang-undangan Dalam penyempurnaan Studi Amdal, beberapa peraturan-peraturan yang digunakan sebagai acuan adalah peraturan-peraturan yang diberlakukan oleh Pemerintah RI untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan diantaranya sebagai berikut : 1. Undang Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 2. Undang-undang RI No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan. 4. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep02/MENKLH/I/1998 Tentang Pedoman Penentuan Baku Mutu Lingkungan. 5. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep14/MENKLH/3/1994 Tentang Pedoman Umum Penyusunan AMDAL. 6. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep13/MENKLH/3/1994 Tentang Pedoman Penyusunan Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi AMDAL. 7. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep14/MENKLH/3/1994 Tentang Pedoman Umum Penyusunan AMDAL. 8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-39/MENLH/08/1996 Tentang Jenis Kegiatan Yang Harus Dilengkapi Dengan AMDAL. 9. Keputusan Kepala BAPEDDAL No. Kep-056 Tahun 1994 Tentang Pedoman Penentuan Dampak Penting. 10. Keputusan Kepala BAPEDDAL No. 299/II/1996 Tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Pemyusunan AMDAL.

BAB II PENDEKATAN PENGELOLAAN AMDAL

2.1. Pendekatan pengelolaan lingkungan Setiap rencana usaha atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan

dampak penting, diperlukan upaya pengelolaan sehingga dampak yang timbul dapatditoleransi lingkungan. Untuk itu, pemrakarsa wajib melakukan pengelolaan lingkungan pada setiap tahap kegiatannya sesuai dengan jenis dampak yangterjadi. Dalam pengembangan dampak positif dan pencegahan terjadinya dampak negatif, pengelolaan dilakukan dengan pendekatan sosial ekonomi, kelembagaan,dan teknologi. Pendekatan sosial ekonomi menjelaskan aspek sosial ekonomi,pendekatan kelembagaan menentukan lembaga yang terkait, dan pendekatanteknologi menguraikan pilihan teknologi yang digunakan dalam upaya pengendalian dampak. 2.1.1. Pendekatan teknologi Pendekatan teknologi dalam pengelolaan lingkungan dilakukan pada tahap konstruksi dan pasca konstruksi. Pada prinsipnya pendekatan teknologi adalah penggunaan teknologi yang dapat meminimalkan dampak lingkungan dan secara ekonomis tidak merugikan pemrakarsa. Masa pembangunan RSAUB memilik 3 tahap yaitu tahap pra, konstruksi dan pasca, dari tahap tersebut memiliki masalah serta dampak yang ditimbulkan. a. Pra Konstruksi Pra konstruksi merupakan pekerjaan persiapan sebelum konstruksi di mulai untuk memudahkan pekerjaan, pada pembangunan RSAUB kegiatan yang dilakukan adalah pengukuran kondisi geologi tanah pada lahan bertujuan untuk mengetahui besar kekuatan tanah untuk menahan bangunan RSAUB. Pendekatan teknologi yang dilakukan adalah pemilihan tanah yang digunakan jangan terlalu banyak, sebab proses pemakaian bor dalam jumlah banyak kekuatan struktur tanah menurun. Selain itu pemakain menggunakan softaware digitasi dirasa sudah mampu mengetahui kondisi geologi tanpa harus menggali.

b. Konstruksi Pekerjaan pembangunan RSAUB merupakan suatu proyek pembangunan besar, menghabiskan biaya kurang lebih 600miliar rupiah. Pelaksanaan memerlukan waktu yang cukup lama, maka diperlukan adanya suatu

manajemen proyek yang baik guna meminimalisir permahasalan yang timbul. Masalah yang terjadi adalah saat pengerjaan dimana peralatan dan material yang digunakan sangatlah besar dan banyak, hal itu mengakibatkan areal lahan bermasalah pada pola tanah sehingga memungkinkan terjadinya banjir, pendekatan yang dilakukan adalah pembuatan sistem drainase yang baik. c. Pasca Konstruksi Pada pasca pembangunan RSAUB ini pendekatan teknologi adalah limbah sampah organik dan anorganik beserta peralatan medis dari RSAUB. Pekerjaan ini menimbulkan dampak besar dan penting berupa pencemaran limbah rumah sakit. Pendekatan teknologi untuk pencemaran dapat dilakukan dengan pembuatan IPAL pada tempat-tempat tertentu. Penanganan pencemaran udara oleh bau limbah pada prinsipnya adalah dengan cara menjaga tempat pengelolaan limbah. 2.1.2.Pendekatan sosial ekonomi Contoh pada tahap prakonstruksi (persiapan). Rencana kegiatan pembebasan tanah berpotensi menimbulkan dampak penting berupa keresahan masyarakat.Dalam hal ini pendekatan sosial ekonomi yang dapat dilakukan pemrakarsa,antara lain adalah: (a) Pemrakarsa bersama instansi terkait melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang rencana kegiatan dan manfaatnya bagi masyarakat, daerah,dan atau negara. (b) Pemrakarsa melakukan musyawarah mufakat dengan pemilik tanah (tidak melalui perantara atau pihak ketiga) untuk menentukan besar nilai tanah,tanaman, dan atau bangunan, dengan tetap berpedoman pada ketentuan yang berlaku. (c) Penduduk menerima uang penggantian tanah secara utuh, pemrakarsa tidak menggunakan jasa pihak ketiga dan sebaiknya pembayaran dilakukan melalui bank.

(d) Pemrakarsa mengutamakan penduduk yang terkena pembebasan lahan menjadi tenaga kerja, sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan perusahaan. Contoh pada tahap konstruksi (pekerjaan fisik) pembangunan RSAUB. Kegiatan pengangkutan material menimbulkan dampak penting berupa kerusakan jalan. Untuk itu, pemrakarsa wajib memperbaiki jalan yang rusak dan sebaiknya jalan tersebut menjadi lebih baik daripada sebelum ada kegiatan pemrakarsa. Contoh pada tahap pasca konstruksi (operasional), ternyata limbah cairnya mengakibatkan pencemaran terhadap sumur penduduk di sekitarnya. Pendekatan sosial ekonomi untuk menanggulangi. Pencemaran air sumur tersebut dapat dilakukan pemrakarsa dengan

menyediakan air bersih bagi penduduk, misalnya membuat sumur dalam (sumur bor).Untuk meningkatkan dampak positif pada tahap pasca konstruksi,pemrakarsa sebaiknya mengalokasikan dana sosial untuk membantu dan atau membina masyarakat di sekitarnya. Misalnya, bantuan untuk perbaikan atau pem-bangunan tempat ibadah, perbaikan jalan, dan lain-lain. 2.1.3. Pendekatan institusi Sehubungan dengan contoh di atas, untuk kegiatan pembebasan tanah, pendekatan kelembagaan (institusi) yang dilakukan pemrakarsa bergantung padalokasi rencana lokasi kegiatan. Dalam hal pembebasan lahan, pemrakarsa bekerjasama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) , Badan Pertanahan Nasional (BPN),dan Camat untuk memberikan penjelasan melalui penyuluhan tentang usaha atau kegiatan yang akan dilakukan. Demikian juga dalam pendataan lahan, tanaman tumbuh, dan bangunan yang akan dibebaskan, serta penentuan besarnya ganti rugi harus dicapai melalui musyawarah mufakat, tanpa adanya tekanan atau intimidasi terhadap anggota masyarakat.Untuk melakukan perbaikan jalan, misalnya pemrakarsa dapat bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU), sedangkan untuk pencemaran udara dan perairan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda). Dalam masalah ketenagakerjaan,pemrakarsa melakukan koordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja dan masalah social lainnya bekerja sama dengan Bapedalda. 2.2. Pendekatan (Instrumen) Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam pengelolaan lingkungan hidup terdapat 8 pendekatan/instrumen. Pemilihan pendekatan/instrumen mana yang akan digunakan tergantung pada karakteristik lingkungan yang menonjol dan permasalahan lingkungan yang ada. Adapun 8 pendekatan tersebut adalah :

2.2.1. Pendekatan Teknologis Melalui pendekatan ini, maka teknologi yang membawa dampak kerusakan lingkungan diganti dengan teknologi yang ramah lingkungan (teknologi bersih), juga dikembangkan teknologi pengelolaan limbah. Dalam hal ini diterapkan prinsip 4 R, yang terdiri dari reuse (pemakaian kembali, reduce (pengurangan), recycle (daur ulang) dan recovery. 2.2.2. Pendekatan Administrasi, Hukum dan Peraturan Pendekatan ini dilakukan dengan jalan melakukan penataan dan pengaturan terhadap manusia sebagai pelaku lingkungan, sehingga perilaku manusia dapat terkendali, yang pada akhirnya diharapkan dampak negartif dari kegiatannya terhadap lingkungan akan berkurang atau dapat diatasi. Pendekatan ini dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu : mengikat (ada konsekuensi hukuman), seperti AMDAL (Peraturan Pemerintah No. 51 Th 1993). UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan), UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan), baku mutu, tata ruang dll. Suka rela (ada konsekuensi di masyarakat nasional/internasional) seperti ecolabelling, sertifikat halal 2.2.3. Pendekatan Ekonomis Dalam pendekatan ini, setiap komponen lingkungan dianggap mempunyai harga ekonomi dan dilakukan evaluasi terhadap perubahan lingkungan. Jika diketahui harga lingkungan sangat mahal. Maka diharapkan manusia akan berhati-hati terhadap lingkungannya. Dalam ekonomi lingkungan, barang lingkungan dianggap sebagai barang produksi sehingga faktor lingkungan diinternalkan/dimasukkan ke dalam biaya produksi. Dengan demikian lingkungan merupakan barang yang sangat berharga 2.2.4. Pendekatan Pendidikan/Pelatihan Kondisi mayarakat yang masih kurang informasi lingkungan, atau mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan yang masih rendah, atau merasa tidak mempunyai kapasitas dalam pengelolaan lingkungan, ataupun sebagai korban ketidakadilan dalam pengelolaan lingkungan, maka untuk mengantisipasi semua kondisi tersebut diperlukan pendidikan dan pelatihan mengenai lingkungan hidup dan pengelolaannya.

Pendidikan/Pelatihan ini dapat dilakukan secara formal maupun informal 2.2.5. Pendekatan Sosial Budaya Keragaman sosial budaya dalam masyarakat akan mempengaruhi pandangan dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan, sehingga tidak dapat dilakukan

generalisasi dalam pengelolaan lingkungan di tiap wilayah masyarakat. Jadi pengelolaan lingkungan akan bersifat lokal dan spesifik untuk suatu wilayah tertentu. Harus diperhatikan juga adanya indigenous knowledge (pengetahuan lokal) yang merupakan kearifan tradisional/masyarakat setempat dalam pengelolaan lingkungan. 2.2.6. Pendekatan Sosio-Politik Dengan adanya konflik kepentingan antar berbagai pihak, maka harus dilakukan upaya mengelola konflik tersebut dan dapat memecahkan permasalahan dengan musyawarah secara bijaksana, sehingga dapat tercipta win-win solution diantara pihakpihak yang berkonflik. Pendekatan sosio-politik ini biasanya digunakan untuk menyelesaikan konflik kepentingan antar wilayah/antar sektor/antar kelompok etnik. 2.2.7. Pendekatan Ekologis Pendekatan ini dianggap sebagai satu-satunya pendekatan yang mendasarkan diri pada kepentingan altruistic, dan cenderung mengacu pada strategi konservasi dunia. Strategi konservasi dunia mencakup 3 hal, yaitu : Perlindungan proses ekologis yang penting sebagai sistem penyangga kehidupan Pengawetan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya Pemanfaatan jenis dan ekosistem secara lestari Adapun kelemahan/kendala dalam pendekatan ini adalah : Ketidaksempurnaan informasi keilmuan bagi suatu persoalan lingkungan Penentuan batas ekosistem sangat relatif Adanya alternatif mekanisme pemecahan persoalan lingkungan yang tidak siap dihadapi oleh masyarakat 2.2.8. Pendekatan Agama Moral dan sikap mental manusia sebagai pengelola lingkungan merupakan landasan dasar bagi manusia untuk mensikapi lingkungan hidupnya. Moral dan sikap manusia itu sangat dipengaruhi oleh ketaatan pada agamanya, sedangkan agama mengatur manusia dan memberi arahan dalam mengelola bumi/lingkungan hidupnya. Jadi, dengan pendekatan pada agama diharapkan manusia akan lebih arif dan bijaksana terhadap lingkungannya.

BAB III RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

3.1. Dampak Penting dan Sumber Dampak Besar dan Penting Dampak negatif dari pembangunan Rumah Sakit Akademik Universitas Brawijaya adalah adanya masyarakat yang menolak pembangunan karena takut dengan berbagai alasan yang ditimbulkan. a. Dampak Pra konstruksi . Kegaduhan suara yang ditimbul saat proyek berlangsung Bahaya material yang dipakai Lalu lalang para pekerja dan alat konstruksi

b. Dampak Pasca Konstruksi pencemaran limbah rumah sakit, penempatan kamar mayat, penggusuran pedagang kaki lima Kemacetan.

RSAUB ini dirancang sebagai rumah sakit internasional. Sehingga konsepnya

sangat berbeda dengan rumah sakit pada umumnya. Di kawasan ini selain gedungnya mewah, suasananya akan didesain seperti mall. Karena itu dipastikan tidak ada pedagang kaki lima yang mangkal di sana. Justru berbagai layanan dan jasa seperti asuransi, perbankan yang akan menghiasi lantai dasar dari bangunan itu. Selain itu pihak UB juga sudah memikirkan masalah keamanan lingkungan. Rencananya akan dilibatkan Karang Taruna sebagai mitra untuk masalah keamanan ini. Masyarakat yang menolak pembangunan ini adalah sumber dampak besar pembangunan rumah sakit ini. Pencemaran limbah rumah sakit dapat diminimalkan dengan pembuatan IPAL di sekitar rumah sakit. Pedagang kaki lima yang sebelumnya berjualan dimana rumah sakit dibangun seharusnya diberikan tempat pengganti berjualan. Pembangunan RSAUB juga memberikan dampak positif. Letaknya yang strategis dapat dijangkau oleh masyarakat kota Malang. RSAUB dapat memberikan manfaat bagi masyarakat antara lain memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat kota Malang.

3.2. Tolak Ukur Dampak Pada bab sebelumnya telah dibahas bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan RSAUB, dari permasalahn tersebut diperlukan adanya tolak ukur. c. Dampak Pra konstruksi Kegaduhan suara yang ditimbul saat proyek berlangsung Tolak ukur : Kenyamanan masyarakat yang tinggal maupun yang melakukan usaha di sekitar Bahaya material yang dipakai. Tolak ukur : Keselamatan para pekerja dan masyarakat sekitar. Lalu lalang para pekerja dan alat konstruksi Tolak ukur : Pengguna jalan soekarno hatta berdampak kemacetan d. Dampak Pasca Konstruksi pencemaran limbah rumah sakit, Tolak ukur : Kesehatan lingkungan bagi masyarakat setempat. penempatan kamar mayat, Tolak ukur : Kenyamanan masyarakat setempat penggusuran pedagang kaki lima Tolak ukur : Lahan untuk usaha PKL Kemacetan. Tolak ukur : Pemakai jalan soekarno hatta bertambah hingga kapasitas jalan tidak memenuhi. 3.3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Dampak strategis dikelola untuk suatu pembangunan RSAUB adalah pencemaran limbah. Tujuan upaya pengelolaan lingkungan hidup rumah sakit ini secara spesifik adalah mengendalikan mutu limbah cair yang diolah dengan tahapan sebagai berikut : 1. Unit operasi : untuk menghilangkan kontaminan air limbah dengan cara fisik 2. Unit proses : untuk menghilangkan kontaminan air limbah dengan cara biologis atau kimiawi. 3. Reaktor : tempat/wadah atau bangunan struktur penyimpanan dengan segala peralatannya dimana unit operasi dan unit proses berlangsung.

4. Sistem pengolahan air limbah : kombinasi dari unit operasi dan unit proses yang didesain untuk mengurangi kontaminan tertentu dari air limbah sehingga mencapai tingkat tertentu yang diperkenankan.

Gambar 3.1. Contoh Pengelolaan Air Limbah

Pengolahan primer Tujuan pengolahan primer adalah menghilangkan bahan padatan dari air limbah. Umumnya berupa pengolahan fisik. Unitnya antara lain : screen, comminutor, grit channel , sedimentasi/klarifier. Pengolahan sekunder Umumnya merupakan pengolahan biologis untuk mengkonversi bahan organik koloid dan terlarut menjadi bahan (yang disebut biomass) yang bisa mengendap

di bak sedimentasi. Unit pengolahan sekunder antara lain : activated sludge, trickling filter, rotating biological contactor (RBC), aerobic pond, anaerobic pond Pengolahan tersier Merupakan pengolahan lanjutan apabila diperlukan misalnya untuk

menghilangkan padatan tersuspensi dan nutrien. Unitnya misalnya adsorpsi, desinfeksi Pengolahan lumpur Dalam setiap pengolahan air limbah akan dihasilkan hasil samping (by product) berupa lumpur. Lumpur ini juga memerlukan penanganan khusus sebelum dibuang atau digunakan kembali, mengingat dalam lumpur ini masih mengandung kontaminan-kontaminan. Pada dasarnya ada lima katagori utama pengolahan lumpur yang diterapkan secara berurutan yakni pengkonsentrasian / pemekatan, stabilisasi, pengkondisian, pelepasan air dan pengeringan / pembakaran.

3.4. Pengelolaan Lingkungan Hidup 2.1.1. Pendekatan teknologi Pada pembangunan RSAUB ini pendekatan teknologi adalah pada pekerjaan pembukaan lahan RSAUB. Pekerjaan ini menimbulkan dampak besar dan penting berupa pencemaran limbah rumah sakit. Pendekatan teknologi untuk pencemaran dapat dilakukan dengan pembuatan IPAL pada tempat-tempat tertentu. Penanganan pencemaran udara oleh bau limbah pada prinsipnya adalah dengan cara menjaga tempat pengelolaan limbah. 2.1.2. Pendekatan sosial ekonomi Contoh pada tahap konstruksi (pekerjaan fisik) pembangunan RSAUB. Kegiatan pengangkutan material menimbulkan dampak penting berupa kerusakan jalan. Untuk itu, pemrakarsa wajib memperbaiki jalan yang rusak dan sebaiknya jalan tersebut menjadi lebih baik daripada sebelum ada kegiatan pemrakarsa. Contoh pada tahap pasca konstruksi (operasional), ternyata limbah cairnya mengakibatkan pencemaran terhadap sumur penduduk di sekitarnya. Pendekatan sosial ekonomi untuk menanggulangi. Pencemaran air sumur tersebut dapat dilakukan pemrakarsa dengan

menyediakan air bersih bagi penduduk, misalnya membuat sumur dalam (sumur bor).Untuk meningkatkan dampak positif pada tahap pasca konstruksi,pemrakarsa sebaiknya mengalokasikan dana sosial untuk membantu dan atau membina masyarakat

di sekitarnya. Misalnya, bantuan untuk perbaikan atau pem-bangunan tempat ibadah, perbaikan jalan, dan lain-lain. 2.1.3. Pendekatan institusi Sehubungan dengan contoh di atas, untuk kegiatan pembebasan tanah, pendekatan kelembagaan (institusi) yang dilakukan pemrakarsa bergantung padalokasi rencana lokasi kegiatan. Dalam hal pembebasan lahan, pemrakarsa bekerjasama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) , Badan Pertanahan Nasional (BPN),dan Camat untuk memberikan penjelasan melalui penyuluhan tentang usaha atau kegiatan yang akan dilakukan. Demikian juga dalam pendataan lahan, tanaman tumbuh, dan bangunan yang akan dibebaskan, serta penentuan besarnya ganti rugi harus dicapai melalui musyawarah mufakat, tanpa adanya tekanan atau intimidasi terhadap anggota masyarakat.Untuk melakukan perbaikan jalan, misalnya pemrakarsa dapat bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU), sedangkan untuk pencemaran udara dan perairan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda). Dalam masalah ketenagakerjaan,pemrakarsa melakukan koordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja dan masalah social lainnya bekerja sama dengan Bapedalda.

3.5.

Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Pembangunan IPAL RSAUB merupakan masalah terbesar, menjadi masalah

topic alasan penolakan tentang pembangunan RSAUB. Lokasi Pembangunan IPAL : Lokasi : lantai bawah/dalam tanah bangunan Teknologi: penggunaan alat modern dengan pengelolaan sendiri agar saat proses pembuangan berdampak kecil.

Gambar 3.2. Lokasi RSAUB

3.6.

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Dampak suatu usaha atau kegiatan dikatakan bersifat kumulatif bila pada

awalnya dampak tersebut tidak tampak atau tidak dianggap penting, tetapi karena aktivitas tersebut bekerja berulang kali atau terus menerus, maka lama kelamaan dampaknya bersifat kumulatif. Dengan demikian dampak suatu usaha atau kegiatan tergolong penting bila: 1. Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus, sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya; 2. Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu, sehingga tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya; 3. Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang saling memperkuat (sinergetik). 4. Berbalik atau Tidak Berbaliknya Dampak Dampak kegiatan terhadap lingkungan ada yang bersifat dapat dipulihkan, namun ada pula yang tidak dapat dipulihkan walau dengan intervensi manusia sekalipun. Dalam hal ini maka dampak bersifat penting bila : Perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia.

3.7.

Pembiayaan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Biaya investasi : Pembelian pengelolaan lingkungan hidup serta kegiatan teknis. Biaya personil dan biaya operasional : Pmeliharaan peralatan pengolahan limbah.

3.8.

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup Pelaksana : Universitas Brawijaya Pengawas : Pedagang kaki lima Pelaporan : KAPEDALDA Kota Malang.

BAB IV PUSTAKA

http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/dokumen-publikasi/doc_download/55-kepkano56-tahun-1994 http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/amdal-compatibility-mode.pdf http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-11419-Paper.pdf http://www.undip.ac.id/download/chafid-amdal-SG.pdf http://www.idonbiu.com/2009/04/karya-tulis-studi-analisis-dampak.html

http://t.co/q7ELiBdm 1 week ago http://t.co/rKuSs4Do 1 week ago

BAB V LAMPIRAN

Lampiran 1 Didisain Seperti Mall

MALANG- Proses mengurus perizinan untuk pembangunan rumah sakit akademik Universitas Brawijaya (RSAUB) terus dilakukan. Rencananya hari Kamis besok, tim analisa dampak lingkungan (Amdal) UB akan melakukan tahapan sosialisasi kepada

seluruh warga dan juga pejabat pemerintahan setempat. Ini bukan sosialisasi, tapi ini adalah tahapan yang harus dilalui dalam proses amdal. Yaitu konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak dari pembangunan rumah sakit itu, ungkap Konsultan Perencana RSAUB, Swasono Heddy kepada Malang Post. Ditambahkan, pertemuan ini akan dihadiri warga masyarakat, RT RW, lurah, Koramil dan Polsek setempat. Materi sosialisasi diantaranya menyangkut dampak positif dan negatif dari pembangunan itu. Tim sekaligus akan memaparkan apa solusinya dan bagaimana teknologi bisa diterapkan untuk meminimalisirnya. Hasil konsultasi publik terbuka ini selanjutnya akan dibawa ke Pemkot Malang untuk penyelesaian IMB. Kami tidak mempermasalahkan ada warga yang setuju atau tidak, tugas kami hanya mengkaji lingkungan dan memberikan solusi jika ada dampak negatifnya, ucapnya. Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) UB ini melanjutkan proses mengurus Amdal ini ditargetkan bisa rampung awal Desember mendatang. Meski demikian lanjutnya dokumen penyelesaian Amdal ini tidak akan menghambat pembangunan RSAUB. Bahkan Amdal RSSA saja menurutnya baru diselesaikan pada 2002 lalu. Poin yang menjadi kajian dalam proses amdal ini termasuk soal keberadaan kamar mayat. Kalau sebelumnya lokasinya ditempatkan di bagian belakang rumah sakit atau dekat dengan perumahan warga, maka akan dikaji untuk dipindah. Juga maslah IPAL yang rencananya akan digeser ke depan sehingga baunya tidak sampai ke perumahan warga.Berbagai dampak sosial inilah yang akan dikaji sehingga tidak merugikan warga. Termasuk juga masalah banjir yang menjadi ketakutan warga, kami akan survey ke lapangan untuk mencari pemecahannya, tegasnya. Heddy menegaskan RSAUB ini dirancang sebagai rumah sakit internasional. Sehingga konsepnya sangat berbeda dengan rumah sakit pada umumnya. Di kawasan ini selain gedungnya mewah, suasananya akan didesain seperti mall. Karena itu dipastikan tidak ada pedagang kaki lima yang mangkal di sana. Justru berbagai layanan dan jasa seperti asuransi, perbankan yang akan menghiasi lantai dasar dari bangunan itu. Selain itu pihak UB juga sudah memikirkan masalah keamanan lingkungan. Rencananya akan dilibatkan Karang Taruna sebagai mitra untuk masalah keamanan ini. Jika konsultasi publik ini rampung, maka hasilnya akan kami seminarkan dengan Badan Lingkungan Hidup Kota Malang. Dan rencananya November bisa presentasi di hadapan wali Kota. Sehingga pada Desember masalah amdal bisa tuntas, imbuhnya. (oci/nug)

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

You might also like