You are on page 1of 54

1

Jero Budi D, M.Pd.Si.


NIA. 12166180005
Prodi Pendidikan Matematika
FKIP Universitas Borneo
Modul PLPG Guru Kelas


2

Pendalaman Materi Berbasis UKA


1) Prinsip dan Teori Pembelajaran Matematika
2) Media Pembelajaran Matematika
3) Operasi Bilangan Bulat
4) Bilangan Pecahan
5) Fungsi dan Penalaran Matematika
6) Geometri dan Pengukuran
7) Statistika

Disajikian pada
Pendidikan dan latihan Profesi Guru
(PLPG)
Rayon 145 Universitas Borneo Tarakan

Oleh
JeroBudiDarmayasa,S.Pd.,M.Pd.Si
(ProdiPendidikanMatematika,FKIP,UBT)
Email:jerosongan@gmail.com
Blog:jerobudy.blogspot.com

PLPG 2012


3



A. PENDAHULUAN
SK : 1. Menguasai Kompetensi Pedagogik Pembelajaran
Matematika SD/MI
KD : 1.1 Menguasai prinsip, teori dan strategi pembelajaran
serta teknik asesmen yang tepat pada pembelajaran
matematika
Indikator : 1.1.1 Merancang aktivitas pembelajaran berdasarkan
prinsip dan teori pembelajaran matematika
1.1.2 Merancang pembelajaran matematika yang
menggunakan gradasi mulai representasi konkrit,
simbolik, dan abstrak agar siswa dapat
mengkonstruksi pengetahuan
1.1.3 Mengombinasikan beragam strategi pembelajaran
matematika untuk mencapai pembelajaran yang aktif,
kreatif, dan menyenangkan
Petunjuk
Belajar
: 1. Pelajari materi prasyarat dan ringkasan materi
2. Pahami penyelesaian latihan soal langkah demi langkah
3. Kerjakan tes formatif tanpa melihat kembali ringkasan
materi
4. Lihat kunci jawaban dan ukur tingkat penguasaan materi
anda

B. KEGIATAN BELAJAR (KB)
1) Teori Belajar
Salah satu teori belajar yang banyak
berpengaruh terhadap karakteristik
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar
(SD) yaitu teori belajar kognitif yang
dikembangkan oleh Piaget (1896-1980).
Piaget mengemukakan bahwa prose kognitif
anak dibagi menjadi lima tahapan,
diantaranya:


4
Skema kerangka kognitif / kerangka referensi
Asimilasi proses sso memasukkan pengetahuan baru ke dalam
pengetahuan yg sudah ada
Akomodasi menyesuaikan diri dengan infomasi yg baru
Organisasi mengelompokkan perilaku/ konsep kedalam kelompok2 yg
terpisah ke dalm sistem kognitif yang lebih tertib, lancar; dengan
menggunakan kategori2 meningkatkan LTM
Ekulibirasi bergerak dari satu tahap ke tahap yg lain rawan
konflik dalam usahanya memahami unia (dsekulibium). Jika berhasil
akan mendapatkan keseimbangan pemikiran
Disamping itu, Piaget membagi tahap perkembangan kognitif anak menjadi
empat tahap yaitu:
1. Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)
2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
3. Tahap operasi konkret (7-11 tahun)
4. Tahap operasi formal (mulai 11 atau 12 tahun)
Setiap tahapan secara kulaitatif sangat berbeda. Berikut ini ciri-ciri
setiap tahapan, yaitu:
1. Tahap Sensorimotorik
Tahap sensorimotoorik diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan
yang lebih spesifik, diantaranya:
a) Periode 1: refleks (0 1 bulan)
b) Periode 2: kebiasaan (1 4 bulan)
c) Periode 3: reproduksi (4 8 bulan)
d) Periode 4: koordinasi skemata (8 12 bulan)
e) Periode 5: eksperimen (12 18 bulan)
f) Periode 6: representasi (18 24 bulan)
Ciri-ciri perkembangan anak pada tahap ini yaitu:
a) Didasarkan tindakan praktis.
b) Inteligensi bersifat aksi, bukan refleksi.
c) Menyangkut jarak yang pendek antara subjek dan objek.
d) Mengenai periode sensorimotor:
Umur hanyalah pendekatan. Periode-periode tergantung pd
banyak faktor: lingkungan sosial dan kematangan fisik.

Urutan periode tetap.
Perkembangan gradual dan merupakan proses yang kontinu.


5

2. Tahap Praoperasional
Tahap praoperasional ditandani dengan adanya fungsi semiotik (simbol)
yang terjadi pada rentang usia 2-4 tahun. Selain itu, ditandai dengan
adanya perkembangan pemikiran intuitif pada rentang usia 4-7 tahun.
Untuk fungsi semiotik memiliki ciri khusus, yaitu adanya imitasi tak
langsung dari bendanya sendiri (Contoh: anak bermain kue-kuean
sendiri, pasar-pasaran); Permainan simbolis. (Contoh: mobil-mobilan
dengan balok-balok kecil); Permainan simbolis dapat merupakan
ungkapan diri anak; dapat menggambar realistis tetapi tidak
proporsional (Contoh: gambar rumah dan pepohonan tegak lurus di
lereng pegunungan); mengetahui bentuk-bentuk dasar geometris (bulat,
bundar, persegi).
3. Tahap Operasi Konkrit
a) tentang sifat reversibilitas dan kekekalan.
b) Berpikir decentering, seriasi, klasifikasi, kesimpulan probalistis.
c) Tidak lagi egosentris.
d) Masih terbatas pada hal-hal konkret.
e) Belum dapat memecahkan persoalan yang abstrak.
4. Tahap Operasi Formal
a) Mulai perkembangan reasoning dan logika remaja.
b) Asimilasi dan akomodasi berperan membentuk skema lebih
menyeluruh.
c) Pemikiran remaja = dewasa secara kualitas, namun beda kuantitas,
skema org dewasa lebih banyak.
d) Pemikiran deduktif, induktif dan abstraktif.
Secara umum, teori belajar kognitif merekomendasikan prinsip dan
implikasinya dalam proses belajar mengajar, meliputi:
a) belajar aktif, akan menghindarkan siswa dari kebosanan
b) belajar lewat interaksi sosial,manusia
c) belajar lewat pengalaman sendiri,pada pembelajaran ini proses mencari
ilmu dilakukan secara tidak sengaja, jadi siswa merasa tidak terpaksa
untuk belajar
Implikasi dalam pembelajaran:


6
a) Bahasa dan cara berfikir siswa berbeda dengan orang dewasa. Oleh
karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir siswa.
b) Siswa-siswa akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik. Guru harus membantu siswa agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c) Bahan yang harus dipelajari siswa hendaknya dirasakan baru tetapi
tidak asing.
d) Berikan peluang agar siswa belajar sesuai tahap.
e) Di dalam kelas, siswa-siswa hendaknya diberi peluang untuk saling
berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

2) Pembelajaran Matematika Menggunakan Sistem Gradasi
Dalam pembelajaran Matematika, terutama untuk kelas rendah diperlukan
tahapan mulai dari tingkat konsep-pengaitan-simbol. Ketiga tahap
tersebut lebih jelasnya disajikan dalam gambar berikut.







Level Konsep (Concept Level)
Siswa membangun pemahamannya tentang
kalimat matematika dengan cara
mengeskplorasi bentuk bilangan di bawah 10
dalam konteks nyata atau benda-benda
konkrit. Pada level ini, siswa
mendemonstrasikan tingkat pemahamannya
dengan cara:
- Membangun model konkrit dalam berbagai bentuk manipulasi.
- Menjelaskan apa yang mereka buat dengan menggunakan kalimat
matematika



7


Level Pengaitan (Conecting Level)
Siswa pada umumnya tidak dapat menemukan
symbol-simbol matematika dalam konteks
lingkungan alami. Cenderung pengalaman pertama
mereka menemukan symbol-simbol matematika
terjadi di sekolah terutama saat melakukan
kegiatan tertentu yang berkaitan dengan
matematika. Numerik dan symbol matematika
diperkenalkan pada mereka pada tahap pengaitan. Simbol-simbol
matematika (misalnya: + , -, x, : , =) bahkan lebih abstrak dari kalimat
matematika yang mereka sajikan. PErsamaan-persamaan matematika
harus diperkenalkan berbasis pada pengalaman langsung.
Siswa memvisualisasikan symbol-simbol dalam memecahkan masalah
bilangan dengan menggunakan manipulasi. Pada level ini, mereka
menujukka pemahaman mereka dengan cara:
- Merancang model konkrit dengan berbagai variasi manipulasi dan
menuliskan persamaan matematika yang tepat
- Menggunakan persamaan yang ada dan menghubungkannya dengan
manipulasi yang dikerjakan atau menggunakan soal cerita. Guru hanya
mencatat symbol-simbol matematikanya.

Tahap Penyimpulan (Symbolic Level)
Pada tahap ini, siswa mencatat persamaan kemudian merepresentasikan
dalam bentuk pola nbilangan konkrit. Bahkan mereka akan membangun
konsepnya sendiri. Pada tahap ini, siswa mulai belajar untuk mebayangka
(memvisualisasikan) suatu konsep tertentu dan menuliskanya dalam
simbu-simbul matematika

3) Strategi Pembelajaran Matematika
Beberapa strategi atau pendekatan pembelajaran dapat diterapkan dalam
pembelajaran matematika di SD. Berikut ini akan disajika beberapa
diantaranya
a) Open-Ended Problem
Open-ended Problem adalah problem/masalah yang diformulasikan
memeliki multijawaban yang benar (soal terbuka). Open-ended


8
bertujuan untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola
pikir matematika siswa melalui problem posing secara simultan.
Keunggulan Open-ended:
Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering
mengekspresikan idenya.
Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan matematika secara komprehensif.
Siswa dengan kemapuan matematika rendah dapat merespon
permasalahan dengan cara mereka sendiri.
Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau
penjelasan.
Siswa memiliki pengelaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam
menjawab permasalahan.
Kelemahan Open-ended:
Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi
siswa bukanlah pekerjaan mudah.
Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat
sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana
merespon permasalahan yang diberikan.
Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau
mencemaskan jawaban mereka.
Mungkin ada sebagaian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar
mereka mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka
hadapi
Implementasi Open-ended pada pembelajaran matematika di SD;
1. Pembelajaran Bilangan Cacah
Contoh: Dua buah bilangan cacah a dan b jika dijumlahkan hasilnya 10.
tentukan bilangan a dan b, serta tentukan hasil kali a dengan b!
Alernatif penyelesaian:
Jika a = 1 maka b = 9, a x b = 1 x 9 = 9
Jika a = 2 maka b = 8, a x b = 2 x 8 = 16
Jika a = 3 maka b = 7, a x b = 3 x 7 = 27
dst



9
2. Pembelajaran Bangun Datar
Contoh: Sebuah segitiga dengan luas daerah 16 cm
2
. Berapa cm tinggi
segitiga tersebut?
Alternatif penyelesaian:
Jika alasnya 2, maka 16
2
) 16 )( 2 ( 2
= = =
a
L
t
Jika a = 4, maka 8
4
) 16 )( 2 ( 2
= = =
a
L
t
dst
3. Pembelajaran Bangun Ruang
Contoh: Suatu kardus makanan berbentuk balok dengan volume 48 cm
3
.
Berapakah panjang, lebar dan tinggi kardus tersebut?
Alternatif penyelesaian:
Jika panjangnya 6 dan lebarnya 4, maka tingginya 2
Jika panjangnya 8 dan lebarnya 4, maka tingginya 1,5
dst
b) Problem Posing
Problem possing adalah kegiatan pengajuan soal yang dilakukan setelah
siswa menguasai konsep dari suatu materi matematika.
Studi Kasus:
Misalkan kita sedang mendiskusikan materi bangun datar yaitu tentang
luas Persegipanjang, konsep yang perlu dikuasai oleh siswa adalah:

Dari konsep di atas, guru dapat menerapkan problem possing dalam tiga
model yang berbeda, yaitu;
Bentuk Pertama: Pengajuan pra-solusi (presolution posing) yaitu
seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan.
Contoh (perintah guru):
Buatlah sebuah soal tentang Luas Persegipanjang yang diketahui
panjang dan lebarnya!
Contoh 1 (pekerjaan siswa):
Sebuah meja berbentuk persegipanjang dengan panjang 4 m dan lebar
3 m. Hitunglah luas meja tersebut!



10
Penyelesaian:
Memahami masalah:
Dik: Persegi panjang, p= 4 m, l = 3 m
Ditanya: Luas = .?
Rencana: Luas = p x l
Pelaksanaan: Luas = p x l
= 4 x 3
= 12 m
Mengecek Kembali: 12 : 3 = 4
Bentuk Kedua: Pengajuan didalam solusi (within-solution posing),
yaitu seorang siswa merumuskan ulang soal seperti yang telah
diselesaikan.
Contoh (perintah guru):
Buatlah sebuah soal dan penyelesaian seperti soal pada contoh 1 diatas
di atas!
Contoh 2 (pekerjaan siswa):
Sebuah meja berbentuk persegipanjang dengan panjang 7 m dan
lebar 5 m. Hitunglah luas meja tersebut!
Bentuk Ketiga: Pengajuan setelah solusi (post solution posing), yaitu
seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah
diselesaikan untuk membuat soal yang baru.
Contoh (perintah guru):
Konstruksi sebuah soal dengan memodifikasi soal pada contoh 2 di
atas dimana yang diketahui Luas dan panjangnya dan tentukan
lebarnya!
Contoh 3 (pekerjaan siswa):
Sebuah meja berbentuk persegipanjang luasnya 12 m. Jika
panjangnya 4 m, tentukanlah lebar persegipanjang tersebut!
Selain open-ednde dan problem possing, masih terdapat banyak sekali
pendekatan pembelajaran matematika, misalnya problem based learning,
problem solving, model kooperatif (STAD, TAI, Jigsaw, NHT), dan
Inkuiri. Untuk pembelajaran inkuiri akan dibahas pada modul lain pada
halaman berikutnya.




11
C. RANGKUMAN
















D. TES FORMATIF
1. Sebutkan tahap-tahap perkembangan kognitif anak menurut teori kognitif
Piaget!
2. Tuliskan tahapan pembelajaran matematika untuk siswa SD kelas rendah!
3. Konstruksi sebuah pembelajaran matematika SD dengan menggunakan
pendekatan open-ended problem!
4. Diketahui Segitiga dengan alas 10 cm dan tinggi 7 cm. Hitung Luas daerah
Segitiga tersebut!
5. Konstruksi sebuah soal dengan memodifikasi soal no 1 di atas dimana
diketahui luas dan alasnya, serta hitung tingginya!

6. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
Kunci jawaban dan rubrik penskoran ada pada halaman tersendiri


1) Piaget membagi tahap perkembangan anak menjadi 4 tahapan,
yaitu: Tahap sensorimotorik (0-2 tahun), Tahap praoperasional
(2-7 tahun), Tahap operasi konkret (7-11 tahun), Tahap operasi
formal (mulai 11 atau 12 tahun).
2) Untuk kelas renndah, pembelajaran matematika hendaknya
mengikuti tahapan: konsep (konkrit)-pengaitan (koneksi)-simbolik
(abstrak)
3) Beberapa pendekatann pembelajaran yang dapat diterapkan
dalam pemeblajaran matematika SD, diantaranya: open-ended
problem, problem possing, problem based learning, kooperatif
learning, inkuiri, dan yang lainnya




12



A. PENDAHULUAN
SK : 2. Menguasai Kompetensi Pedagogik Pembelajaran
Matematika SD/MI
KD : 1.2 Menguasai prinsip, teori dan strategi pembelajaran
serta teknik asesmen yang tepat pada pembelajaran
matematika
Indikator : 1.2.1 Memilih media pembelajaran yang tepat untuk
pembelajaran operasi bilangan bulat
1.2.2 Memilih media pembelajaran yang tepat untuk
operasi bilangan pecahan
1.2.3 Memilih media pembelajaran yang tepat untuk
pembelajaran geometri dan pengukuran
Petunjuk
Belajar
: 5. Pelajari materi prasyarat dan ringkasan materi
6. Pahami penyelesaian latihan soal langkah demi langkah
7. Kerjakan tes formatif tanpa melihat kembali
ringkasan materi
8. Lihat kunci jawaban dan ukur tingkat penguasaan
materi anda

B. KEGIATAN BELAJAR (KB)
1) Media Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
Media pembelajaran adalah semua benda yang dapat mejadi perantara dalam
terjadinya pembelajaran. Oleh karena itu, alat peraga dan sarana belajar
lainya jika dilihat dari fungsinya dapat disebut sebagai media pembelajran.
Untuk belajar matematika, terutama di sekolah dasar, keberadaan media
pembelajaran khususnya dalam bentuk alat peraga sangat dibutuhkan. Hal ini
mengingat karakteristik pembelajran matematika di kelas rendah yang harus
diawali dengan benda konkrit. Setiap bidang kajian matematika SD


13
memerlukan meda/alat peraga yang berbeda-beda. Berikut beberapa
diantaranya;
a. Papan tulis, buku tulis, dan daun pintu yang berbetuk persegipanjang dapat
berfungsi sebagai ala peraga pada saat guru menerangkan materi bangun
datar
b. Tutup botol, permen, buah rambutan, buah jambu, kerang, kelereng serta
benda lainnya dapat digunakan sebagi media pembelajaran pada materi
operasi bilangan asli
c. Papan berpaku dapat digunakan sebagai media pembelajaran bangun datar
baik pada tahap pengenalan (kelas rendah) ataupun menghitung luas
daerahnya
d. Kartu bilangan dapat digunakan sebagai media pembelajaran bilangan bulat
e. Papan Planel dan daftar gambar dapat digunakan dalam pembelajaran
mengurutkan bilangan
f. Garis bilangan bulat dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran
operasi bilangan bulat, kecuali perkalian bilangan negati dengan bilangan
positif atau negatif
g. Dadu bilangan bulat dapat digunakan melaksanakan proses belajar
mengajar operasi bilangan bulat lebih menyenangkan
h. Kertas karton, lakban, gunting adalah media yang dapat membantu siswa
menemukan bentuk jaring-jarning kubus dan balok
i. Penggaris berskala dapat digunakan untuk memebantu siswa dalam
pengukuran







14
C. RANGKUMAN







D. TES FORMATIF
1. Sebutkan dua media pembelajarn yang dapat digunakan dalam pembelajaran
bilangan bulat serta jelaskan cara penggunaannya!

2. Sebutkan dua media pembelajaran yang dapat digunakan dalam bangn datar
serta jelaskan cara penggunaannya!

3. Sebutkan dua media pembelajaran yang dapat digunakan dalam bangn datar
serta jelaskan cara penggunaannya!

E. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
Kunci jawaban dan rubrik penskoran ada pada halaman terpisah

Media pembelajaran adalah semua benda yang dapat mejadi
perantara dalam terjadinya pembelajaran
Media pembelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik
materi matematika yang akan didiskusikan di dalam kelas


15



A. PENDAHULUAN
SK : 2. Menguasai konsep dan metode keilmuan matematika
yang mendukung profesionalisme
KD : 2.1 Menguasai konsep bilangan, operasi, algoritma, dan
sifat-sifat bilangan bulat
Indikator : 2.1.1 Menganalisis dan menerapkan urutan operasi pada
bilangan bulat
2.1.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
sifat distribusi bilangan bulat
Petunjuk
Belajar
: 9. Pelajari materi prasyarat dan ringkasan materi
10. Pahami penyelesaian latihan soal langkah demi langkah
11. Kerjakan tes formatif tanpa melihat kembali
ringkasan materi
12. Lihat kunci jawaban dan ukur tingkat penguasaan
materi anda

B. KEGIATAN BELAJAR (KB)
1) Tinjauan Materi
Dalam berbicara tentang matematika maka kita tidak akan lepas dari
pembicaraan tentang bilangan. Berbagai jenis bilangan yang kita kenal dalam
matematika diantaranya: Bilangan real, rasional, integer, bulat, asli,
irrasional. Untuk dapat lebih memahami struktur dari setiap bilangan
tersebut, berikut ini digambarkan diagramnya:



Bilangan real
rasional
integer
bulat
asli Irrasional


16
Namun yang akan didiskusikan pada pertemuan saat ini adalah bilangan bulat.
Baik bilangan bulat positif, bilangan bulat negative dan nol. Seperti yang
digambarkan di atas, kombinasi antara bilangan bulat positif, bilangan bulat
negative dan nol disebut sebagai Integer. Namun dalam instilah yang telash
kita kenal, integer lebih sering disebut sebagai bilangan bulat. Oleh karena itu,
integer (bilangan bulat) dapat dituliskan sebagai berikut:
B = {,-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, }
Bilangan bulat dapat disajikan dalam garis bilangan bulat, sebagai berikut:

Operasi Bilangan Bulat
Operasi adalah metode menggabungkan bilangan-bilangan, seperti penjumlahan,
pengurangann perkalian, dan pembagian. Mengetahui cara mengerjakan suatu
operasi sama pentingnya dengan mengetahui urutan pengerjaannya. Untuk
kepentingan tersebut, berikut ini merupakan urutan operasi dalam bilangan
bulat.
1. Kurung
2. Pangkat
3. Kali dan Bagi (dari kiri ke kanan)
4. Tambah dan Kurang (dari kiri ke kanan)
Keempat urutan operasi di atas akan lebih mudah diingat dengan membuat
singkatan KUPANGLIGITAN.


17
Urutan operasi di atas berarti bahwa dalam menyelesaikan operasi bilangan
bulat, operasi yang berada dalam tanda kurung harus dikerjakan pertama kali,
baru kemudian disusul dengan pengerjaan pangkat, kali dan bagi, dan yang
paling akhir adalah pengerjaan operasi tambah dan kuran dengan urutan dari
kiri ke kanan.
Contoh 1:
1. 3 + 5 x 7 = 3 + 35 = 38
2. (1 + 3) x (8 2) = 4 x 6= 24

Sifat-sifat Operasi Bilangan Bulat
(1) Penjumlahan
a. Tertutup a + b e bilangan bulat
b. Komutatif a + b = b + a
c. Asosiatif (a + b) + c = a + (b + c)
(2) Pengurangan
Lawan (invers) a b = a + (-b)
(3) Perkalian
a. Tertutup a x b e bilangan bulat
b. Komutatif a x b = b x a
c. Asosiatif (a x b) x c = a x (b x c)
d. Unsur identitas a x 1 = a
e. Distributif a (b + c) = ab + ac
a (b - c) = ab ac
(4) Pembagian
Kebalikan (invers) dari perkalian
a : b = a x 1/b


18
Penggunaan Operasi Bilangan Bulat dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat banyak permasalahan yang dapat
diselesaikan dengan memanfaatkan operasi bilangan bulat. Untuk dapat lebih
memahaminya, perhatikan contoh berikut:
Contoh 2:
Suhu di puncak gunung adalah -8
o
C sedangkan suhu di kaki gunung adalah 15
o
C,
tentukanlah perbedaan antara suhu di puncak gunung dengan suhu di kaki
gunung!
Penyelesaian:
Perbedaan suhun = 15
0
-(-8
0
)
= 15
0
+ 8
0

= 23
0

Jadi sperbedaan suhu adalah sebesar 23
0



C. RANGKUMAN
















Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan negatif dan
bilangan cacah.
Urutan operasi bilangan bulat: Ku-Pang-Li-Gi-Ta-N
Untuk a, b, c bilangan bulat, berlaku:
a) Tertutup : a + b dan a x b hasilnya bilangan bulat
b) Komutatif: a + b = b + a dan ax b = b x a
c) Assosiatif : (a + b) + c = a + (b + c) dan (a x b) x c = a x (b x c)
d) Identitas : a + 0 = a dan a x 1 = a
e) Distributif : a ( b + c) = (a x b) + (a x c)
a ( b c) = (a x b) (a x c)


19
D. TES FORMATIF
1. Tentukan hasil dari operasi bilangan bulat berikut:
a. (3 + 2) x 3 + 3
2
= ..
b. -2 x (3 + 4) 7 =
c. (-2 + 7) x (3
2
4) = .
d. -12 ( -3 + 7 ) : (- 8 x - 2) = .
2. Gunakan sifat distributif untuk menyelesaikan masalah berikut:
a. 3 ( 2 + 5) = (3 x 2) + ( n x 5), maka n = ......
b. n ( 3 4) = (-2 x 3) (-2 x 4), maka n = ......
3. Pada bulan januari, Dina memiliki utang sebesar Rp. 8.000.000,00 di Bank
Swasta. Karena mendapat cukup banyak rejeki, pada awal bulan Pebruari ia
melunasi utangnya sebesar Rp. 7.500.000,00. Apakah Dina masih punya utang
atau tidak?. Jika ya, berapa sisa utangnya?
4. Suhu di atas permukaan laut pada pukul pukul 22.00 adalah 18
0
C dan setiap
pertambahan ketinggian 50 m, suhu berkurang 1
0
C. Jika lantai 7 gedung
perpustakaan UBT tingginya 200 m di atas permukaan laut, berapa suhu di
lantai 7 pada saat bersamaan?
E. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
No Kunci Jawaban
1 a. 24
b. -21
c. 25
d. -3
2 a. 3
b. -2
3 Ya. Rp. 500.000,00
4 14
0
C




20



A. PENDAHULUAN
SK : 3. Menguasai konsep dan metode keilmuan matematika
yang mendukung profesionalisme
KD : 2.2 Menguasai konsep bilangan, operasi, algoritma, dan
sifat-sifat bilangan pecahan
Indikator : 2.2.1 Menganalisis dan menerapkan sifat-sifat urutan
bilangan pecahan
2.2.2 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan bilangan
pecahan
2.2.3 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan
perbandingan/rasio
Petunjuk
Belajar
: 13. Pelajari materi prasyarat dan ringkasan materi
14. Pahami penyelesaian latihan soal langkah demi langkah
15. Kerjakan tes formatif tanpa melihat kembali
ringkasan materi
16. Lihat kunci jawaban dan ukur tingkat penguasaan
materi anda

B. KEGIATAN BELAJAR (KB)
2) Tinjauan Materi
Pengertian Pecahan
Pecahan melambangkan perbandingan bagian yang sama dari suatu benda
terhadap keseluruhan dari suatu benda atau himpunan bagian yang sama
terhadap keseluruhan dari suatu himpunan.
Contoh 1

Gambar 1a


21
Gambar 1a mewakili bilangan satu. Selanjutnya jika gambar 1a luas
daerahnya dibagi menjadi 2 bagian yang sama besar dan kongruen, maka
akan menghasilkan daerah bagian seperti pada gambar 1b berikut.




Gambar 1b
Berdasarkan gambar 1b, maka lambang bagian yang diarsir adalah
1
2
(baca: s
atu per dua) .

Contoh 2





Gambar 2a
Berdasarkan gambar 2a, banyaknya anggota pada himpunan A adalah 10.
Selanjutnya perhatikan gambar 2b berikut ini.










A
B





22
Jika salah satu anggota dari himpuna A di arsir, maka perbandingan anggota
himpunan yang diarsir tersebut terhadap himpunan A menciptakan lambang
pecahan
3
10
(baca:tiga per sepuluh).




Macam-macam Pecahan
1. Pecahan murni atau sejati
Pecahan murni atau pecahan sejati adalah pecahan yang pembilangnya
lebih kecil dari penyebutnya sehingga tidak dapat disederhanakan lagi.
Contoh :
1
4
,
2
7
,
7
13
dan seterusnya
2. Pecahan campuran
Pecahan campuran adalah pecahan yang terdiri dari bilangan bulat dan
pecahan murni/sejati.
Contoh: 1
1
2
, 2
3
4
, dan seterusnya
Pecahan senilai
Pecahan senilai adalah pecahan yang penulisannya berbeda tapi
mempunyai hasil bagi yang sama.
Perhatikan gambar berikut ini.
1/3 1/3





1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6
Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat
dinyatakan/dilambangkan dengan

, dinamakan pembilang dan


dinamakan penyebut. Dimana dan b adalah bilangan bulat,
dan b


23
Luas daerah yang diarsir adalah :

1
6
+
1
6
+
1
6
+
1
6
=
4
6
sama juga dengan
1
3
+
1
3
=
2
3

Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan
a. Jika Pembilangnya sama
Perhatikan pecahan-pecahan berikut:
8
2
,
6
2
,
4
2
,
3
2
,
8
3
,
6
3
4
3
. Tiga pecahan
pertama pembilangnya sama yaitu 3, dengan penyebut yang berbeda.
Begitu juga dengan empat pecahan berikutnya pembilangnya sama yaitu 2,
sementara penyebutnnya berbeda. Untuk kasus seperti ini, untuk pecahan
positif yang penyebutnya bernilai lebih kecil bernilai lebih besar dari
pecahan yang penyebutnya lebih kecil. Sementara untuk pecahan negatif,
berlaku sebaliknya. Sehingga, dari bilangan-bilangan di atas diperoleh:
8
3
6
3
4
3
> > dan
8
2
6
2
4
2
3
2
> > >
b. Bila Penyebutnya sama
Perhatikan pecahan berikut:
7
3
dan
7
5
. Untuk kasus penyebut sama,
pecahan yang nilai pembilanya lebih besar memiliki nilai pecahan lebih
besar dari yang lainnya. Sehingga dari dua bilangan di atas, diperoleh hasil
perbandingan sebagai berikut:
7
5
>
7
3

c. Bila Pembilang dan Penyebutnya tidak sama
Jika terdapat beberapa pecahan dengan pembilang dan penyebut tidak
sama, untuk membanndingkanya dilakukan dengan cara menyamakan
penyebut atau pembilanganya. Setelah itu, gunakann konsep (a) atau (b) di
atas untuk langkah selanjutnya. Untuk menyamakan pembilang atau


24
penyebut, diperlukan pemahaman tentang kelipatan persekutuan terkecil
(KPK).
Contoh:
Urutkan bilangan berikut dari yang terkecil:
3
2
,
5
3
, dan
7
5

Penyelesaian:
Cara I: samakan pembilangnya
KPK dari 2, 3, dan 5 dalah 30, maka:
45
30
15
15
3
2
3
2
= = x
50
30
10
10
5
3
5
3
= = x
42
30
6
6
7
5
7
5
= = x
Karena pembilanya sama yaitu 30 dan urutan penyebutnya dari yang
terkecil yaitu: 42, 45, dan 50 maka urutan pecahan di atas dari yang terkecil
yaitu:
7
5
3
2
5
3
< <

Operasi Hitung Pecahan
Pada bagian ini, operasi hitung pecahan yang akan disampaikan meliputi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Berikut ini beberapa
konsep yang perlu dipahami, diantaranya:
a. Penjumlahan Pecahan
o Penjumlahan pecahan berpenyebut sama. Untuk menetukan hasil dari
penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama perlu diingat jumlahkan
pembilangnya, tetapi penyebutnya tidak perlu dijumlahkan. Untuk
lebih mudah mengingat, perhatikan ilustrasi berikut:


25

Contoh:
5
3
5
1 2
5
1
5
2
=
+
= +

o Penjumlahan pecahan dengan penyebut yang tidak sama. Untuk
menentukan hasil penjumlahan dua pecahan atau lebih dengan penyebut
tidak sama, maka terlebih dahulu harus dilakukan penyamaan penyebut
dengan cara menentukan hasil kali antar penyebut atau mencari
KPK-nya. Perhatikan ilustrasi berikut:



Contoh:
5
3
3
2
+ =
15
19
15
9 10
3 5
3 3
5 3
5 2
=
+
= +
x
x
x
x

b. Pengurangan Pecahan
o Pengurangan pecahan berpenyebut sama. Untuk menetukan hasil
daripenguranga dua pecahan berpenyebut sama perlu diingat
kurangkan pembilangnya, tetapi penyebutnya tidak perlu
dikurangkan. Untuk lebih mudah mengingat, perhatikan ilustrasi
berikut:



Contoh:
5
1
5
1 2
5
1
5
2
=

=

c
b a
c
b
c
a +
= +

d x b
b x c d x a
b x d
b x c
d x b
d x a
d
c
b
a ) ( ) ( +
= + = +

c
b a
c
b
c
a
=



26
o Pengurangan pecahan dengan penyebut yang tidak sama. Untuk
menentukan hasil pengurangan dua pecahan atau lebih dengan penyebut
tidak sama, maka terlebih dahulu harus dilakukan penyamaan penyebut
dengan cara menentukan hasil kali antar penyebut atau mencari
KPK-nya. Perhatikan ilustrasi berikut:



Contoh:
5
3
3
2
=
15
1
15
9 10
3 5
3 3
5 3
5 2
=

=
x
x
x
x

c. Perkalian Pecahan
Untuk menentukan hasil kali antara pecahan dengan pecahan, perlu diingat
bahwa kalikan pembilang dengan pembilang dan kalikan penyebut
dengan penyebut. Perhatikan ilustrasi berikut:



Contoh:
35
6
7 5
2 3
7
2
5
3
= =
x
x
x
d. Pembagian Pecahan
Untuk menentukan hasil pembagian pecahan oleh pecahan, perlu diingat
bahwa nyatakan bentuk pembagian kedalam bentuk perkalian dan
lakukan pertukaran anntara pembilang dan penyebut pada bilangan
pecahan yang berperan sebagai pembagi. Perhatikan ilustrasi berikut:

d x b
b x c d x a
b x d
b x c
d x b
d x a
d
c
b
a ) ( ) (
= =

d x b
c x a
d
c
x
b
a
=
c x b
d x a
c
d
x
b
a
d
c
b
a
= = :


27
Contoh:
10
21
2 5
7 3
2
7
5
3
7
2
:
5
3
= = =
x
x
x

Perbandingan (Rasio)
Seperti yang telah disebutkan di atas, bilangan pecahan bisa
melambangkan bagian atau perbandingan. Bilangan pecahan menyatakan
perbandingan dapat dituliskan dalam bentuk a : b (dibaca a berbanding b).
Misalnya, Rudi memiliki 8 buah rambutan dan Irwan memiliki 6 buah
rambutan. Maka perbandingan banyaknya rambutan yang dimiliki oleh Rudi
dan Irwan dapat dituliskan dalam bentuk 8 : 6. Dapat disederhanakan menjadi
4 :3. Disisi lain, penerapan pecahan dalam bentuk perbandingan sangat
membantu dalam penyelesaian masalah sehari-hari.
Jika diketahui seutas tali panjangnya k meter dan dibagi menjadi 2 bagian
dengan perbandingan bagian I : bagian 2 = m : n , maka panjang tali bagian
I dan bagian II dapat ditentukan sebagai berikut:



Contoh:
Diketahui seutas tali panjangnya 54 m. Jika tali tersebut dipotong menjadi
dua bagian dengan perbandingan 2 : 7, Hitunglah panjang masing-masing
potongan!
Penyelesaian;
Diketahui panjang tali semula (k) = 54
Potongan I : potongan II = 2 : 7
Ditanya: panjang potongan I = .....
panjang potongan II = ......
Panjang bagian I = k
n m
m
.
+
Panjang bagian I = k
n m
n
.
+



28
Jawab:
Potongan I = ( ) ( ) 12 54
9
2
54
9 2
2
= =
|
|
.
|

\
|
+

Potongan II = ( ) ( ) 42 54
9
7
54
9 2
7
= =
|
|
.
|

\
|
+
Jadi, potongan I panjangnya 12 m dan
potongan II panjangnya 42 m


C. RANGKUMAN




















D. TES FORMATIF
1. Diketahui bilangan pecahan: ; 0,65; 72%. Urutkan bilangan pecahan di atas
dari yang terkecil atau sebaliknya!
2. Urutkan bilangan-bilangan berikut dari yang terbesar:
9
8
,
7
6
,
5
4
!
Bilangan pecahan dapat menyatakan bagian dan dapat
menyatakan perbandingan (rasio). Bilngan pecahan dituliskan dalam
bentuk
b
a
dengan a disebut pembilang dan b disebut penyebut.
Untuk mengurutkan beberapa pecahan dari yang terkecil
atau sebaliknya, perlu dilakukan penyamaan penyebut atau
pembilang terlebih dahulu.
Konsep pecahan dalam bentuk perbandingan dapat digunakan
untuk memecahkan masalah sehari-hari, yaitu: Jika diketahui
seutas tali panjangnya k meter dan dibagi menjadi 2 bagian dengan
perbandingan bagian I : bagian 2 = m : n , maka panjang tali
bagian I dan bagian II dapat ditentukan sebagai berikut:
Panjang bagian I = k
n m
m
.
+
Panjang bagian I = k
n m
n
.
+





29
3. Pak Jero mempunyai 12,5 kg beras Krayan, kemudian membeli lagi 2,5 kg. Jika
beras tersebut dimasukan kedalam kantong plastik masing-masing berisi
3
1
kg.
Berapa banyak kantong yang dibutuhkan?

4. Umur Dedi berbanding umur Nani adalah 3:5. Jumlah umur Dedi dan Nani 32
tahun. Jika Umur Wawan setengah kali umur Nani dan Umur Rama sepertiga
umur Dedi. Hitunglah jumlah Umur Wawan dan Rama!

5. Seutas tali panjangnya 63 m, dipotong menjadi dua bagian dengan
perbandingan antara potongan pertama dan potongan kedua yaitu 4 : 5. Jika
4
1
dari potongan pertama digunakan untuk mengikat kayu bakar, berapa m
panjang tali pengikat kayu bakar?

E. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
No Kunci Jawaban
2
Urutan dari yang terkecil: 0,65 ; 72% ;
4
3

Urutan dari yang terbesar:
4
3
; 72% ; 0,65
2
Urutan dari yang terbesar:
5
4
,
7
6
,
9
8

3 45 kantong
4 14 tahun
5 7 m




30



A. PENDAHULUAN
SK : 4. Menguasai konsep dan metode keilmuan matematika
yang mendukung profesionalisme
KD : 2.3 Menguasai konsep bilangan, operasi, algoritma, dan
sifat-sifat bilangan pecahan
Indikator : 2.3.1 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan pola
bilangan
2.3.2 Menyelesaikan masalah dengan menggunakan
persamaan yang memuat variabel
Petunjuk
Belajar
: 17. Pelajari materi prasyarat dan ringkasan materi
18. Pahami penyelesaian latihan soal langkah demi langkah
19. Kerjakan tes formatif tanpa melihat kembali
ringkasan materi
20. Lihat kunci jawaban dan ukur tingkat penguasaan
materi anda

B. KEGIATAN BELAJAR (KB)
1) Pola Bilangan
Dalam matematika, bilangan dapat disusun membentuk pola tertentu.
Beberapa bentuk pola bilangan, diantaranya:
a) Pola Bilangan Segitiga






(3) (6) (10) (15)


31
b) Pola bilangan Persegi



1 4 9 16
c) Pola Bilangan Persegi Panjang



2 6 12 20
d) Pola Bilangan Fibonaci
1, 2, 3, 5, 8,,.Bilangan ke-n merupakan jumlah dari bilangan ke
n-1
dan
bilangan ken-2!

2) Persamaan yang Memuat Variabel
Pada pokok bahasan aljabar dikenal koeffisien, variabel, dan konstanta.
Perhatikan bentuk aljabar berikut:
ax + b
Bentuk aljabar di atas terdiri dari dua suku.
Suku pertama : ax
Suku kedua :b
Koefisien :a
Variabel :x
Konstanta : b
Contoh:
Tentukan koefisien, variabel dan konstanta dari bentuk aljabar berikut:
a. 4x + 5


32
b. 2y 3
c. 4 2y
Penyelesaian:
a. Koefisien : 4, variabel : x, dan konstanta : 5
b. Koefisien : 2, variabel : y, dan konstanta : -3
c. Koefisien : -2, variabel : y, dan konstanta : 4

Perkalian Bentuk Aljabar
Salah satu operasi bentuk aljabar adalah perkalian. Perkalian suku satu
dengan suku dua dan perkalian suku dua dengan suku dua akan disajikan pada
bagian ini.
a. Perkalian suku satu dengan suku dua
Pada prinsipnya, perkalian suku satu dengan suku dua memenuhi aturan
berikut:


Contoh:
Tentukan hasil kali bentuk aljabar berikut:
1. 2x (x -4)
2. x (-3x + 3)


Penyelesaian:
1. 2x (x -4) = 2x
2
8x
2. -3x
2
+ 3x

x ( x + a ) = x
2
+ ax



33
b. Perkalian suku dua dengan suku dua
Hasil kali antara suku dua dengan suku dua dapat ditentukan dengan
aturan berikut:

(x + a) (x + b) = x.x + x.b + a.x + a.b
= x
2
+ (a+b) x + ab



Contoh:
Tentukan hasil kali bentuk aljabar berikut;
1. (2x + 3) (x -2)
2. (x -3) (3x -1)
Penyelesaian:
1. (2x + 3) (x -2) = 2x .x + 2x (-2) + 3 . x + 3 (-2)
= 2x
2
4x + 3x -6
= 2x
2
x - 6
2. (x - 3) (3x - 1) = x .3x + x (-1) + (-3) . 3x + (-3) (-1)
= 3x
2
x - 9x + 3
= 3x
2
10x + 3







34
Memfaktorkan Bentuk Aljabar
Memfaktorkan merupakan kebalikan dari perkalian bentuk aljabar.
Memfaktorkan bentuk aljabar berarti mengubah bentuk perkalian menjadi
bentuk penjumlahan. Bentuk aljabar x
2
+ bx + c dapat difaktorkan dengan
aturan sebagai berikut:




Contoh:
Faktorkan bentuk aljabar berikut:
1. x
2
+ 3x + 2
2. x
2
9x 10
Penyelesaian:
1. Misalkan faktor dari x
2
+ 3x + 2 = (x + p) (x + q)
p + q = 3
p . q = 2
p.q = 2, berarti p dan q faktor dari 2.
Faktor dari 2 = 1, 2
Karena 1 + 2 = 3 p = 1 dan q = 2
sehingga:
x
2
+ 3x + 2 = (x + 1) (x + 2)

2. Misalkan faktor dari:
x
2
- 9x - 10 = (x + p) (x + q)
p + q = -9
p . q = -10
p.q = -10, berarti p dan q faktor dari -10.
Faktor dari
-10 = -1 x 10 -1 + 10 = 9
= 1 x (-10) 1 + (-10) = -9 M emenuhi p + q = -9
= -2 x 5 -2 + 5 = 3
= 2 x (-2) 2 + (-5) = -3 sehingga: x
2
- 9x - 10 = (x + 1) (x - 10)

x
2
+ bx + c = (x + p) (x + q)
dengan: p + q = b dan p . q = c




35
C. RANGKUMAN


















D. TES FORMATIF
1. Tentukan 2 bilangan berikutnya dari pola bilangan di bawah ini:
a. 3, 5, 7, 9, . . .
b. 2, 4, 8, 14, . . .
c. 3, 6, 12, 24, . . .
2. Seorang anak mempunyai kegemaran mengumpulkan prangko. Pada hari
pertama dia mengumpulkan 4 prangko, hari kedua mengumpulkan 6, hari
ketiga 8, dan pada hari seterusnya mengikuti pola yang ada sampai pada hari
ketujuh. Berapa banyaknya prangko yang dikumpulkan oleh anak tersebut
pada hari ke-6?
3. Pada sebuah stadion terdapat 8 baris kursi penonton. Pada baris pertama ada
20 kursi, baris kedua 25, baris ketiga 30. Jika pola ini berlanjut, berapa
banyaknya kursi pada barisan ke 7?
4. Selisih panjang alas dan tinggi sebuah jajaran genjang adalah 3. Jika luas
jajaran genjang 40 cm
2
, hitung panjang alas dan tingginya!
5. Sebuah persegipanjang panjangnya (2x-3) cm dan lebarya (x+2) cm.
Tentukanlah:
a. Luas persegipanjang (dalam variabel x)!
b. Luas persegipanjang jika x = 6 cm!
Pola Bilangan merupakan sederetan bilangan yang membentuk pola
dengan aturan tertentu.
Pola bilangan segitiga : 1, 3, 6, 10, . . .
Pola Bilangan Persegi : 1, 4, 9, 16, . . .
Pola Bilangan persegipanjang : 2, 6, 12, 20, . . .
Pola bilangan Fibonaci : 1, 2, 3, 5, 8, 11, . . .

Operasi bentuk aljabar:
Perkalian suku satu dengan suku dua: x ( x + a ) = x
2
+ ax
Perkalian suku dua dengan suku dua: (x + a)(x + b) = x
2
+ (a + b) x + ab
Memfaktorkan bentuk aljabar:
x
2
+ bx + c = (x + p)(x + q), dengan p + q = b, p.q = c


36
E. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
No Kunci Jawaban
3 a. 11, 13
b. 22, 32
c. 48, 96
2 14 perangko
3 55 kursi
4 a = 8, t = 5 atau a = 5, t = 8
5 a. L = x
2
+ x 6
b. 72 cm
2





37



A. PENDAHULUAN
SK : 5. Menguasai konsep dan metode keilmuan matematika
yang mendukung profesionalisme
KD : 2.4 Menguasai konsep bilangan, operasi, algoritma, dan
sifat-sifat bilangan pecahan
Indikator : 2.4.1 Menganalisis dan menerapkan sifat-sifat segiempat
2.4.2 Menganalisis dan menerapkan sifat-sifat
kesejajaran garis
2.4.3 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan waktu,
jarak, dan kecepatan
Petunjuk
Belajar
: 21. Pelajari materi prasyarat dan ringkasan materi
22. Pahami penyelesaian latihan soal langkah demi langkah
23. Kerjakan tes formatif tanpa melihat kembali
ringkasan materi
24. Lihat kunci jawaban dan ukur tingkat penguasaan
materi anda

B. KEGIATAN BELAJAR (KB)
1) Titik dan Garis
Titik, garis, bidang, dan ruang merupakan ide dasar yang tidak memiliki
definisi dalam geometri.
Titik
Dalam kehidupan sehari-hari, titik dapat dikaitkan dengan ujung jarum yang
tajam, ujung pensil, ujung paku baja serta noktah yang menunjukkan suatu
kota pada peta. Suatu titik biasanya dinamai dengan sebah huruf kapital.

Pada gambar di atas secara berturut-turut menunjukkan titik A, titik B, dan
titik C
.A .B .C


38
Garis
Disisi lain, himpunan titik-titik akan membentuk sebuah garis. Suatu garis
lurus mempunyai panjang tak berhingga, dapat diperpanjang pada kedua
arahnya dan tidak mempunyai tebal atau tipis. Garis bisa dinamai dengan
sebuah huruf kecil atau dengan dua huruf kapital.


Gambar 1
Garis pada gambar 1 di atas dinamakan garis PQ atau QP. Bisa juga disebut
garis g. Jika diketahui sebarang dua garis k dan l, maka kedudukan garis k
dan l bisa sejajar, berpotongan, atau bersilangan.
Dua garis adalah sejajar jika kedua garis itu terletak pada satu bidang
dan tidak mempunyai titik persekutuan (titik potong).




Gambar 2.
Garis g sejajar dengan garis h (g//h)
Dua garis disebut berpotongan jika kedua garis itu mempunyai satu titik
persekutuan (titik potong)



Gambar 3
Garis k berpotongan dengan garis l
.P .Q
g
h
k
l
m


39
Dua garis bersilangan adalah dua garis yang tidak terletak pada satu
bidang dan tidak mempunyai titik sekutu.



Gambar 4
Garis m bersilangan dengan garis n
Ruas Garis
Jika pada garis PQ (gambar 1) diambil dua titik sebarang titik A dan B,
maka himpunan titik-titik P, Q dan titik-titik diantara A dan B disebut
sebagai ruas garis AB




Gambar 6
Ruas garis AB



Sinar garis
Sinar garis AB adalah gabungan antara titik A dan tengahan garis yang
memuat semua titik, misalnya B, pada garis AB yang terletak pada pihak
yang sama dari titik A.



n
.A
.B
.A
.B


40
Contoh:
Perhatikan gambar berikut, kemudian tulisakan pasangan garis yang sejajar:





Jawab: Pasangan garis yang sejajar yaitu:
AB//DC, AB//EF, AB//HG, DC//HG, DC//EF, EF//HG
AE//BF, AE//CG, AE//DH, BF/CG/ BF//DH, CG//DH
AD//BC, AD//EH, AD//FG, BC//FG, BC//EH, FG//EH

2) Segi Empat
Segiempat merupakan bentuk segi banyak yang paling banyak jenisnya. Segi
banyak ini memiliki empat sisi yang membentuk empat sudut. Ada beberapa
sifat yang dapat dilihat untuk membedakan antara segiempat yang satu
dengan segiempat lainnya:
a. Sisi-sisi yang berhadapan sejajar atau tidak
b. Sudut-sudutnya merupakan sudut siku-siku atau tidak
c. Sisi-sisinya mempunyai panjang yang sama atau tidak
Untuk dapat lebih memahami sifat-sifat dari masing-masing segiempat,
berikut ini adalah definisi dari beberapa bangun geometri segiempat,
diantaranya:
a) Persegipanjang adalah segiempat dengan empat sudutnya siku-siku
Perhatikan gambar berikut:
Untuk menghitung keliling (K) digunakan rumus:



K = p + l + p + l
= 2p + 2l
= 2 (p + l)
p
l
A B
C
D
E F
G H


41
Dan untuk menghitung luas daerah persegipanjang, digunakan rumus:
Dengan p = panjang, l = lebar

b) Persegi adalah segiempat dengan empat sisi sama panjang dan empat
sudutnya siku-siku
Perhatikan gambar berikut:
Untuk menghitung Keleiling (K) persegi dapat digunakan
rumus:

Sementara, luas daerah persegi dapat dihitung dengan menggunakan
rumus: dengan s = panjang sisi

c) Jajaran Genjang adalah segiempat dengan dua pasang sisi-sisinya yang
berhadapan sejajar
Perhatikan gambar berikut:
Luas daerah jajaran genjang dapat
dihitung dengan rumus:

d) Layang-layang adalah segiempat dengan dua pasang sisi yang
berdekatan sama panjang
Perhatikan gambar berikut:
Pada layang-layang disamping,
kelilingnya dapat ditentukan
dengan menjumlahkan panjang
keempat sisinya, yaitu:

L = a x t

L = p x l
a
t
L = s x s = s
2

A
B
C
D
K = AB + BC + CD + DA



42
Karena AB = AD dan BC = DC, maka keliling layang-layang ABCD dapat
disederahanakan menjadi:
Untuk menghitung luas daerah layang-layang ABCD, misalkan diagonal AC
= d
1
dan diagonal BD = d
2
, sehingga luas daerahnya dapat dihitung
sebagai berikut:





e) Belah Ketupat adalah segiempat dengan empat sisi-sisinya sama panjang
Perhatikan gambar berikut:
Karena keempat sisi pada belah ketupat sama
panjang, yaitu AB = BC = CD = DA = s, maka keliling
belah ketupat dapat ditentukan sebagai berikut:


Luas daerah belah ketupat adalah setengah dari hasil kali diagonal-
diagonalnya. Pada belah ketupat ABCD di atas, AC dan BD adalah
diagonal. Jika AC disebut sebagai diagonal 1 (d
1
) dann BD disebut
diagonal 2 (d
2
), maka luas belah ketupat ABCD adalah:





K = 2 (AB + BC)

L =
2
1
x AC x BD
=
2
1
x diagonal 1 x diagonal 2
=
2
1
x d
1
x d
2


A
B
C
D
K = 4s

L =
2
1
x AC x BD
=
2
1
x diagonal 1 x diagonal 2
=
2
1
x d
1
x d
2




43
f) Trapesium adalah segiempat dengan tepat satu pasang sisinya sejajar.
Perhatikan gambar berikut:
Pada trapesium ABCD, kelilingnya
merupakan hasil penjumlahan keempat
sisinya, yaitu:


Luas daerah trapesium adalah setengah dari hasil kali jumlah sisi-sisi
sejajar dengan tingginya. Pada belah ketupat ABCD di atas, AB dan CD
merupakan sisi-sisi sejajar dan t adalah tinggi trapesium. Jika AB
dilambangkan dengan b dan CD dilambangkan dengan a, maka luas daerah
trapesium ABCD adalah:



Contoh soal dan penyelesaian:
1. Diketahui sebuah persegipanjang panjangnya 8 cm dan lebarnya 6 cm.
Berapa luas persegipanjang tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui: p = 8 cm dan l = 6 cm
Ditanya : L = .....?
Jawab :
L = p x l
= 8 x 6
= 48 cm
2

Jadi, luas persegipanjang adalah 48 cm
2

2. Sebuah belah ketupat luasnya 96 cm. Jika panjang salahh satu diagonalnya
12 cm, berapa panjang diagonal yang lainnya?


A
B
C D
b
t
a
L = AB = BC + CD + DA

L =
2
1
x (AB + CD) x t
=
2
) ( t b a +




44
Penyelesaian:
Diketahui : L = 96 cm
2

d
1
= 12 cm
Ditanya : d
2
= .....?
Jawab :
L =
2
1
x d
1
x d
2
96 =
2
1
x 12 x d
2
96 = 6 d
2
d
2
=
6
96

d
2
= 16

Jadi, luas panjang diagonal yang satunya 16cm

3. Perhatikan gambar berikut:
Jika luas trapesium ABCD adalah 44
cm, hitunglah jumlah sisi-sisi
sejajarnya!




Penyelesaian:
Untuk dapat menentukan penyelesaian dari soal di atas, gambar yang
diketahui
Dengan menggunakan teorema
Phytagoras, diperoleh panjang AE = FB
= 3 cm, sehingga:
b = AE + EF + FB
b = 3 + EF + 3
b = DC + 6
b = a + 6





A
B
C D
b
4
a
5
A
B
C D
b
4
a
5
E F
5 4


45
Luas trapesium:
8
16 2
6 2 22
2 ) 6 2 ( 44
2
4 . ) 6 (
44
2
) (
=
=
+ =
+ =
+ +
=
+
=
a
a
a
a
a a
t b a
L

Karena b = a + 6, berarti
b = 8 + 6 = 14

A dan b adalah sisi-sisi yang sejajar,
sehingga jumlahnya:
a + b = 8 + 14 = 22

3) Waktu, Jarak, dan Kecepatan
Waktu, jarak, dan kecepatan merupakan tiga besaran yang saling
berhubungan. Untuk dapat menempuh jarak tertentu dibutuhkan waktu dan
kecepatan. Jika jarak yang ditempuh konstan, waktu dan kecepatan memiliki
hubungan berbanding terbalik. Artinya, semakin tinggi kecepatan perpindahan
(gerak) maka waktu tempuh akan semakin kecil, begitu huga sebaliknya.
Secara matematika, hubungan ketiga besaran dituliskan sebagai berikut:
Keterangan:
S = jarak yang ditempuh (km)
V = kecepatan rata-rata (km/jam)
t = Waktu tempuh (jam)




Contoh:
Sebuah pesawat Boeing 737-900ER terbang dari Balikpapan menuju Tarakan,
take-off pukul 09.35 dan landing pukul 10.29. Jika jarak antara Balikapapan
dan Tarakan 900 km, hitunglah kecepatan rata-rata pesawat tersebut!
Penyelesaian:
Diketahui: Waktu (t) = 10.31 - 09.35 = 54 menit =
60
54
jam = 0,9 jam
Jarak (s) = 900 km
Ditanya: kecepatan (v) = .......?
Jawab:
jam km
t
s
v / 1000
9 , 0
900
= = =
Jadi, kecepatan pesawat tersebut adalah 1000 km/jam
s = v . t
t
s
v =
v
s
t =


46
C. RANGKUMAN






















D. TES FORMATIF
1. Diketahui sebuah belah ketupat dengan panjang diagonal masing-masing sisi
10 cm dan 24 cm. Hitunglah jumlah panjang sepasang sisi yang sejajar!
2. Diketahui jajargenjang dengan panjang sisi bilangan asli dan luas daerah 72
cm
2
. Jika panjang alas berbanding tinggi 2 : 1. Tentukan jumlah panjang dua
pasang sisi yang sejajar!
3. Diketahui persegipanjang dengan sisi bilangan asli dan panjang diagonalnya 15
cm. Jika panjang berbanding lebarnya 4:3, hitunglah jumlah panjang dua
pasang sisi yang sejajar!
Dua garis adalah sejajar jika kedua garis itu terletak pada satu
bidang dan tidak mempunyai titik persekutuan (titik potong).
Keliling dan Luas Segi empat
Keliling Luas
Persegipanjang K = 2 (p + l) L = p x l
Persegi K = 4s L = s
2

Jajaran Genjang K = s + s + s + s L = a x t
Belah Ketupat K = 4s
L =
2
2 1
d x d

Layang-layang K = s + s + s + s
L =
2
2 1
d x d

Trapesium K = s + s + s + s
L =
2
t x sejajar sisi jml

Hubungan antara jarak, waktu, dan kecepatan, yaitu:

S = v . t


47
4. Sebuah speedboat berlayar dari pelabuhan Tanjung Selor menuju Tarakan
dalam waktu 1 jam 15 menit. Jika kecepatan rata-rata speedboat 80 km/jam,
hitunglah jarak antara Tanjung Selor dan Tarakan!
5. Seorang mahasiswa menggunakan sepeda motor dari Juata Laut menuju
Pantai Amal Tarakan dengan kecepatan rata-rata 50 km/jam. Jika jarak
antara Juata Laut dengan Pantai Amal 40 km, tentukan waktu yang
dibutuhkan mahasiswa tersebut!

E. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
No Kunci Jawaban
4 26 cm
2 36 cm
3 42 cm
4 100 km
5 0,8 jam




48



A. PENDAHULUAN
SK : 6. Menguasai konsep dan metode keilmuan matematika
yang mendukung profesionalisme
KD : 2.5 Menguasai konsep probabilitas dan statistika
Indikator : 2.5.1 Menyajikan data dalam bentuk diagram
2.5.2 Memecahkan masalah berkaitan dengan rata-rata
Petunjuk
Belajar
: 25. Pelajari materi prasyarat dan ringkasan materi
26. Pahami penyelesaian latihan soal langkah demi langkah
27. Kerjakan tes formatif tanpa melihat kembali
ringkasan materi
28. Lihat kunci jawaban dan ukur tingkat penguasaan
materi anda

B. KEGIATAN BELAJAR (KB)
1) Menyajikan Data dalam Bentuk Diagram
Statistika adalah kajian matematika yang berkaitan erat dengan data.
Sebagai ilustrasi, dari 341 orang peserta PLPG Mata Pelajaran (Mapel) guru
kelas berasal dari 6 kabupaten/Kota di Kaltim bagian Utara dengan distribusi
sebagai berikut: Tarakan (47 orang), Malinau (48 orang), Tana Tidung (6
orang), Nunukan (37 orang), Bulongan (100), Berau (103). Data di atas dapat
disajikan dalam bentuk tabel, diagram , dan diagram lingkaran.
a. Tabel Frekuensi
Data banyaknya peserta sertifikasi guru mapel Guru Kelas yang ikut PLPG
di Rayon 145 UBT untuk kuota tahn 2012 dapat disajikan dalam bentuk
tabel, sebagai berikut:
Tabel 1.
Banyaknya peserta PLGP Mapel Guru Kelas per Kabupaten
Kabupaten/Kota Banyak Peserta
Tarakan 47
Malinau 48
Tana Tidung 6
Nunukan 37


49
Bulongan 100
Berau 103
Total 341
b. Diagram Batang
Selain dalam bentuk tabel, untuk mempermudah membaca atau
menampilkan dalam bentuk yang lebih menarik maka data dapat disajikan
dalam bentuk diagram batang. Pada diagram batang, sumbu-X menyatakan
asal kabupaten dan sumbu-Y menyatakan frekuensi. Berikut ini akan
disajikan data tersebut di atas.


c. Diagram Lingkaran
Untuk melihat tingkat persentase peserta dari masing-masing kabupaten,
data lebih mudah dibaca jika disajikan dalam bentuk diagram lingkaran.
Untuk menyusun diagram lingkaran, ikuti langkah berikut:
Ketahui fakta bahwa jumlah besar sudut sebuah lingkaran penuh adalah
360
0

Tentukan besar sudut/persentase setiap bagian, caranya:
- Tarakan
0 0
62 , 49 360
341
47
= x atau % 78 , 13 360
341
47
0
= x
- Malinau
0 0
67 , 50 360
341
48
= x atau % 08 , 14 360
341
48
0
= x
- Tana Tidung
0 0
33 , 6 360
341
6
= x atau % 76 , 1 360
341
6
0
= x
- Nunukan
0 0
06 , 39 360
341
37
= x atau % 85 , 10 360
341
37
0
= x
0
20
40
60
80
100
120
Tarakan Malinau Tana Tidung Nunukan Bulongan Berau


50
Tarakan;
13,78%
Malinau;
14,08%
Tana Tidung;
1,76%
Nunukan;
10,85%
Bulongan;
29,33%
Berau; 30,21%
- Bulongan
0 0
57 , 105 360
341
100
= x atau % 33 , 29 360
341
100
0
= x
- Berau
0 0
74 , 108 360
341
103
= x atau % 21 , 30 360
341
103
0
= x

Lukis diagram sesuai sudut/persentase di atas











2) Menghitung Rata-rata
Menghitung rata-rata dari sejumlah data dilakukan dengan menjumlahkan
nilai seluruh data dan kemudian membaginya dengan banyaknya data. Misalkan
terdapat sebanyak n data sebagai berikut: x
1
, x
2
, x
3
, ...., x
n
. Rata-rata dari
data di atas dapat dihitung sebagai berikut;




Keterangan:
__
x : rata-rata
n
x : data ke-n
1
x : data ke-1 n : banyaknya data

Contoh:
Setelah dilaksanakan ujian susulan terhadap 10 orang siswa, diperoleh nilai
sebagai berikut: 65, 68, 73, 85, 67, 52, 64, 86, 74, 66. Hitunglah rata-rata
nilai ujian di atas!




n
x x x x
x
n
+ + + +
=
.....
3 2 1
__



51
Penyelesaian:
70
10
700
10
66 74 86 64 52 67 83 73 68 65
.....
3 2 1
__
=
=
+ + + + + + + + +
=
+ + + +
=
n
x x x x
x
n

Jadi rata-rata nilainya adalah 70

Jika data yang dikumpulkan secara bertahap atau data lebih terdiri dari dua
kelompok yang berbeda, maka rata-rata gabungannya dapat ditentukan
sebagai berikut:



n
1
= banyak data kelompok pertama
n
2
= banyak data kelompok kedua
x
1
= nilai rata-rata kelompok pertama
x
2
= nilai rata-rata kelompok kedua
x = rata-rata gabungan kelompok pertama dan kedua
Contoh:
Nilai rata-rata dari 6 orang siswa adalah 75. Jika Andi melaksanakan ujian
susulan maka rata-rata Ujian menjadi 76. Berapa nilai ujian Andi?
Penyelesaian:
Diketahui:
gab x
__
= 76 n
1
= 6
1
__
x = 75 n
2
= 1
Ditanya:
2
__
x = .......?

2 1
2 2
1
__
1
__
n n
x n x n
x gab
+
+
=



52
Jawab:
82
450 532
7
450
76
1 6
) ( ) 1 ( ) 75 ( ) 6 (
76
2
__
2
__
2
__
2
__
2 1
2 2
1
__
1
__
=
+ =
+
=
+
+
=
+
+
=
x
x
x
x
n n
x n x n
x gab

Jadi nilai Andi adalah 82

C. RANGKUMAN
















D. TES FORMATIF
1. Banyaknya ikan yang diperoleh oleh sekelompok nelayan dalam satu minggu
terakhir disajikan dalam tabel berikut:
Hari Banyak Tangkapan Ikan
(kg)
Senin 25
Selasa 30
Untuk kepentingan tertentu, data dapat disajikan dalam bentuk tabel,
diagram batang, dan diagram lingkaran. Untuk diagram batang, sumbu-
Y biasanya memuat informasi tentang frekuensi data. Jika data akan
disajikan dalam bentuk persentase, maka lebih tepat disajikan dalam
diagram lingkaran.
Disamping itu, jika terdapat sejumlah data maka rata-ratanya dapat
dihitung sebagai berikut:
Rata-rata data tungga :
n
x x x x
x
n
+ + + +
=
.....
3 2 1
__

Rata-rata gabungan :
2 1
2 2
1
__
1
__
n n
x n x n
x gab
+
+
=


53
0
10
20
30
40
50
60
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Senin
11%
Selasa
14%
Rabu
9%
Kamis
20%
Jumat
10%
Sabtu
13%
Minggu
23%
Rabu 20
Kamis 45
Jumat 22
Sabtu 28
Minggu 50
Sajikan data di atas dalam diagram batang dan diagram lingkaran!
2. Buatlah data fiktif tentang banyaknya siswa kelas I s/d kelas VI di SD
tempat bapak/ibu mengajar, kemudian sajikan dalam bentuk tabel, diagram
batang, dan diagram lingkaran!
3. Dari 60 orang guru yang mengikuti PLPG tahap IV, daimbil secara acak 8
orang dan diketahui nilai UKA masing-masing adalah 38, 34, 52, 37, 30, 33,
39, 40. Hitunglah rata-rata nilai UKA dari 8 guru tersebut!
4. Rata-rata nilai dari 9 orang siswa adalah 78. Jika Ramy mengikuti ujian
susulan maka rata-rata kelas menjadi 78,5. Berapa nilai ujian Ramy?

E. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
1. a. Diagram batang













b. Diagram Lingkaran









54
2. Menyesuaikan dengan data yang dibuat.

3. 38,57

4. 83




<<< Selamat Belajar>>>

You might also like