You are on page 1of 41

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Efektivitas Dalam kampus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada pengaruhnya, akibatnya. Efektivitas adalah adanya kesesuaian anatara orang yang melaksanakan tugas dengan sasarn yang dituju dan bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional (Peter Salim: 1991;33). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat

dikemukakan bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari anggota. Efektivitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusahan melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Said, 1981:83). Pada dasarnya efektivitas merupakan tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan. Soejono Soekanto (1986:25) mengemukakan bahwa efektivitas berasal dari kata effektivies yang berarti taraf sampai atau sejauh mana suatu kelompok mencapai tujuan. Selanjutnya, menurut Emerson Handayaningrat (1985:38) bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Efektivitas adalah hasil/guna berhasil sesuai dengan tujuan, hal ini sejalan dengan pengertian menurut tim penyusun kamus pusat pembinaan den pengembangan bahasa (1989), efektivitas berarti: (a) ada efeknya (akibat/pengaruh), (b) manjur.mujarab, (c) membawa hasil guna, dan (d)
10

11

mulai berlaku. Menurut Wojo Wasito S.DKK. (1991 ; 228) mengartikan efektive adalah berhasil, tepat, sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Suharsimi Arikunto (2004 ; 51 ) Efektivitas adalah taraf tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan, sedangkan Redin (1990 ; 51) mengatakan bahwa pengeloloan yang efektif ialah apabila pengelolaan itu dilakukan dengan kriteria sebagi berikut. (1) Membuat pekerjaan yang benar, (2) Mengkreasikan alternative - alternative, (3) Mengoptimalkan sumber-sumber pendidikan, (4) Memperoleh hasil pendidikan, (5) Menunjukan keuntungan pendidikan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dikatakan efektif apabila pekerjaan itu memberikan hasil yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Efektif merupakan landasan untuk mencapai sukses. Jadi efektivitas berkenaan dengan derajat pencapaian tujuan, baik secara eksplisit maupun implisit, yaitu seberapa jauh tujuan tersebut tercapai. Efektivitas adalah suatu kondisi yang menunjukan tingkat tercapainya suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu tujuan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. B. Ciri-ciri Efektifitas Menurut Harry Firman (1987) keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. 2. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional. 3. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar. Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang digambarkan diatas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya

12

ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi tinjauantinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks. C. Pengukuran Efektivitas Aspek-aspek efektivitas berdasarkan pendapat Asnawi Sujud (1990 ;151) tentang pengantar efektivitas dapat dijelaskan bahwa efektivitas suatu program yang dapat dilihat sebagai berikut: a. Aspek tugas atau fungsi Lembaga dikatakan efektif jika lembaga tersebut dapat melaksanakan tugas atau fungsinya, begitu juga dengan suatu program pembelajaran akan efektif jika tugas dan fungsinya baik sebagai guru ataupun siswa dapat dilaksanakan dengan baik. b. Aspek rencana program Yang dimaksud dengan rencana atau program disini adalah rencana pengajaran yang terprogram, yaitu jika Rencana Program Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya

hambatan maka rencana atau program dikatakan efektif. c. Aspek ketentuan dan aturan Efektivitas suatu program juga dapat dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses kegiatan. Aspek ini mencakup aturan aturan

13

baik yang berhubungan dengan guru maupun yang berhubungan dengan peserta didik atau siswa, jika aturan ini dilaksanakan dengan baik berarti ketentuan atau aturan telah berlaku secara efektif. d. Aspek tujuan atau kondisi ideal Suatu program kegiatan dikatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan atau kondisi ideal program tersebut dapat tercapai dengan baik berarti program tersebut dikatakan efektif, Begitu juga pada program pembelajaran kompetensi tune-up disini dapat dikatakan efektip apabila setelah pembelajarannya siswa mampu menguasai kompetensi tunup sesuai dengan tujuan dan waktu pembelajaran yang telah ditetapkan. Menurut pendapat Mahmudi dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan (Mahmudi, 2005:92). Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa efektivitas mempunyai hubungan timbal balik antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output, maka semakin efektif suatu program atau kegiatan. Efektivitas berfokus pada outcome (hasil), program, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending wisely. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1 mengenai hubungan arti efektivitas di bawah ini. Gambar 2.1 Hubungan Efektivitas Efektivitas =

Sumber: Mahmudi, 2005:92. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka efektivitas adalah menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang mengacu

14

pada hasil guna daripada suatu organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya. Hal ini berarti, bahwa pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah semata-mata hasil atau tujuan yang dikehendaki. Pandangan yang sama menurut pendapat Peter F. Drucker yang dikutip H.A.S. Moenir dalam bukunya Manajemen Umum di Indonesia yang mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: Effectivennes, on the other hand, is the ability to choose appropriate objectives. An effective manager is one who selects the right things to get done. (Efektivitas, pada sisi lain, menjadi kemampuan untuk memilih sasaran hasil sesuai. Seorang manajer efektif adalah satu yang memilih kebenaran untuk melaksanakan) (dalam Moenir, 2006:166). Memperhatikan pendapat para ahli di atas, bahwa konsep efektivitas merupakan suatu konsep yang bersifat multidimensional, artinya dalam mendefinisikan efektivitas berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki walaupun tujuan akhir dari efektivitas adalah pencapaian tujuan. Kriteria efektivitas yang diharapkan adalah suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Berdasarkan pengertian efektivitas yang telah dijelaskan diatas maka Pengukuran efektivitas pada penelitian ini adalah merujuk pada Mahmudi dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik yang mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa efektifitas diartikan tercapainya sasaran, waktu, dan tujuan atau hasil kegiatan yang telah ditentukan sebelumnya, Dengan kata lain, efektivitas merupakan perbandingan antara hasil dengan apa yang telah ditentukan sebelumnya. Pada penelitian ini Evaluasi hasil pembelajaran Kompetensi Tuneup

15

dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi tersebut. Sehingga materi mata diklat Tuneup dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Adapun kriteria Efektivitas terkait dengan pencapaian atau hasil dari kompetensi tuneup oleh sisiwa kelas XII sekolah Menengah Kejuruan Negri 1 Luragung, Di bawah ini merupakan kriteria keefektivan Ketuntasan belajar sekurang-kurangnya 95 % dari jumlah siswa dapat memperoleh nilai > 75 dalam peningkatan hasil belajar. D. Pengertian Kompetensi Kompetensi dinyatakan sebagai seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (Mendiknas, 045/U/2002). Catano (1998) menjelaskan pengertian kompetensi dari berbagai sumber, Beberapa diantaranya adalah: 1. Kompetensi adalah kombinasi dari motif, sifat, keterampilan, aspek citra diri seseorang atau peran sosial, atau suatu bagian dari pengetahuan yang relevan. Dengan kata lain, kompetensi adalah setiap karakteristik individu yang mungkin terkait dengan

kesuksesan kinerja (Boyatzis, 1982, dalam Catano, 1998). 2. Pola karakteristik dan terukur pengetahuan, keterampilan, perilaku, keyakinan, nilai-nilai, sifat dan motif yang mendasari, dan kemampuan kerja yang cepat dalam mengaplikasikan pekerjaan (Linkage, Inc., 1996: 5, dalam Catano, 1998). 3. Keterampilan dan sifat-sifat yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menjadi efektif dalam pekerjaan (Manisfield, 1996, dalam Catano, 1998). 4. Keterampilan, pengetahuan, kemampuan dan perilaku yang

diperlukan untuk terlaksananya tugas pekerjaan (Mirabile, 1995: 13, dalam Catano, 1998).

16

5. Perilaku yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dasar dan untuk meningkatkan prestasi kerja lebih tinggi (Miyawaki, 1996, dalam Catano, 1998). 6. Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari individu yang kausal berkaitan dengan kinerja yang efektif dan/atau superior kriteria direferensikan dalam pekerjaan atau situasi (Spencer & Spencer, 1993). Definisi lain menyatakan kompetensi sebagai pengetahuan,

keterampilan, sikap dan perilaku yang menjadi karakteristik dari performance yang berhasil dalam konteks yang spesifik (Cracklin & Carroll, 1998). Kompetensi merupakan aspekaspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja yang superior (LOMAs Dictionary, 1998). Dari definisi-definisi tersebut di atas, terdapat tiga hal pokok yang tercakup dalam pengertian kompetensi, yaitu: 1. Kompetensi merupakan gabungan berbagai karakteristik individu. Kompetensi tidak terdiri dari satu karakteristik saja. Kompetensi merupakan gabungan dari pengetahuan, keterampilan, sikap, dan karakteristik dasar lainnya dari individu. 2. Kompetensi selalu berkaitan dengan kinerja/perilaku. Kompetensi tampil dalam bentuk kinerja/perilaku yang dapat diobservasi dan diukur (measurable). Jika potensi yang belum ditampilkan dalam bentuk perilaku yang dapat observasi/diukur tidak dapat

dikategorikan sebagai kompetensi. 3. Kompetensi merupakan kriteria yang mampu membedakan mereka yang memiliki kinerja yang unggul dan yang rata-rata. Kompetensi bukan sekedar aspek-aspek yang menjadi prasyarat suatu jabatan, tetapi merupakan aspek-aspek Hanya yang menentukan optimalitas karakteristik-karakteristik yang

keberhasilan

kinerja.

mendasari kinerja yang berhasil/efektif yang dapat dikategorikan

17

sebagai kompetensi. Demikian karakteristik yang mendasari kinerja yang tidak efektif juga tidak dapat dikategorikan kedalam kompetensi. Oleh karena itu tidak semua aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja itu merupakan kompetensi. Kompetensi hanya merupakan aspek-aspek pribadi (sikap, keterampilan, motif, dan karakteristik lainnya) yang dapat diukur dan esensial untuk pencapaian kinerja yang berhasil. Kompetensi menghasilkan perilaku-perilaku kritikal dalam pekerjaan yang

membedakan mereka yang menampilkan kinerja yang superior dan yang tidak. E. Jenis-jenis kompetensi Jenis-jenis kompetensi minimalnya dapat dibedakan menjadi lima jenis kompetensi diantaranya adalah kompetensi dasar, kompetensi umum, kompetensi akademik, kompetensi vokasional dan kompetensi profesional. 1. Kompetensi dasar Kompetensi dasar adalah kecakapan, kebiasaan atau

keterampilan-keterampilan awaal dan esensial yang harus dikuasai siswa untuk menguasai kompetensi-kompetensi yang lebih tinggi (pengembangan diri). Berbicara, membaca, menulis dan berhitung pemulaan dikelassatu, merupakan kompetensi dasar bagi penguasaan kompetensi yang lebih tinggi dalam bicalistung di kelas-kelas selanjutnya. Dan bicalistung merupakan kompetensi dasar bagi penguasaan mata-mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa, Matematika dll, di SD, SMP, SMA/SMK dan perguruan tunggi. Kompetensi dasar juga mencakup penguasaan kecakapan dan keterampilan untuk menjaga, memelihara, mempertahankan dan mengembangkan diri, baik secara fisik, sosial, intelektual maupun moral. Dalam konsep ini kompetensi dasar tidak hanya kompetensi yang harus dikuasai anak untuk belajar lebih lanjut., tetapi juga yang harus dikuasai anak, remaja dan orang dewasa untuk eksistensi

18

dirinya. Menjaga dan mempertahankan nama baik, harga diri, dan reputasi merupakan kompetensi dasar yang harus dikuasai bukan hanya oleh anak-anak tetapi juga remaja dan orang dewasa. 2. Kompetesni Umum Kompetensi umum, merupakan penguasaan kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga, di sekolah, dimasyarakat, ataupun dilingkungan kerja. Kecakapan menyebrang ditempat penyebrangan,

menghidupkan -mematikan radio dan tv, naik bis umum naik tangga berjalan, naik lift, menggunakan telepon, menulis surat, mengendarai sepeda atau sepeda motor, merawat kompor, kulkas, mesin dan lain sebaginya. Merupakan contoh dari kompetensi umum. Dalam kehidupan dewasa ini penguasaan komputer, bahasa inggris, penguasaan informasi-informasi aktual yang disebarkan hampir setiap detikm,merupakan kompetensi umum yang harus dikuasai warga masyarakat/warga duniasaat ini. Ketunaan dalam penguasaan kompetensi-kompetensi ketertinggalan. 3. Kompetensi Akademik Kompetensi akademik merupakan kemampuan, kecerdasan, keterampilan menerapkan teori, konsep, kaidah, prinsip, model, didalam kehidupan. Kompetensi akademik juga berkenaan dengan penerapan dan pengembangan kecakapan dan keterampilan berpikir tahap tinggi, yaitu berpikir analitis, sintetis evaluatf pemecahan masalah dan kreatifitas. Para siswa tidak hanya di tuntut mengetahui dan mengerti teori, kaidah, prinsip dan konsep-konsep yang mereka terima dalam berbidang ilmu (IPA, IPS, Matematika, Bahasa dll), lebih dari itu mereka harus mampu menerapkan dan tersebut dapat mengakibatkan

menggunakannya dalam kehidupan, mampu mencari penyebab dan

19

memecahkan masalah yang dihadapi, dan kalau mungkin mampu menemukan hal yang baru. 4. Kompetensi vokasional Kompetensi vokasional adalah berkenaan dengan

pengembangan kecakapan dan keterampilan dalam satu bidang pekerjaan. Kompetensi vokasional bisa berkenaan dengan

penguasaan kecakapan dan keterampilan kerja pada tahap prakarya (prakejuruan), kejuruan dan tahap vokasional. Pengembangan kompetensi vokasional dilaksanakan dalam program pembelajaran atau mata-mata pelajaran praktik, baik di Sekolah Menengah Kejuruan, program Diploma maupun pendidikan dan latihan. Karena pengembangan kompetensi vokasional diarahkan pada penguasaan kompetensi kerja, dan perkembangan tuntutan kerja dewasa ini semakin tinggi, maka kompetensi vokasional yang harus dikuasai oleh para lulusan pendidikan kejuruan, diploma dan diklat haruslah kompetensi standar, yaitu kompetensi yang sesuai dengan standar kerja. 5. Kompetensi profesional Kompetensi propesional yaitu merupakan penguasaan

kecakapan, kebiasaan, keterampilan akademik dan vokasional tingkat tinggi, kompetensi ini berkenaan dengan penguasaan kemampuan intelektual, sosial, motorik tingkat tinggi, seperti proses berpikir abstrak, analisis-sitetesis, konvergen-divergen, evaluatif, pemecahan masalah, dan kreativitas; keterampilan komunikasi dan memimpin, keterampilan mengoprasikan alat berteknologi tinggi, dll.

Kompetensi profesional dikembangkan melalui program-program pendidikan profesi, dan spesialisasi. F. Pendidikan Berbasis Kompetensi Pendidikan Berbasis Kompetensi (PBK) atau competence Based Education (CBE) Bisa juga disebut pendidikan dan latihan berbasis

20

kompetensi (PLBK) atau Competence Based Education and Transing (CBET), lazim diterapkan pada pendidikan kejuruan dan vokasi seperti sekolah menengah kejuruan, politeknik dan semacamnya. Model pendidikan ini disiapkan untukmendidik atau lebih tepatnya melatih pegawai atau calon pegawai dalam bidang kejuruan dan vokasi tertentu, seperti bidang teknik,produksi, perawatan, keguruan, dll. PBK atau PLBK merupakan salah satu bentuk teknologi pendidikan atau pendidikan dan latihan ini menerapkan model konsep teknologi pendidikan yaitu pendidikan yang bertolak dari penerapan ilmu dan teknologi didalam pendidikan. Pendidikan dan latihan berbasis kompetensi (PLBK) berkembang di Amerika Serikat pada tahun 1960-an.model pendidikan ini pada awalnya dikembangkan dikembangkan dalam pendidikan guru. Pada tahun 1968 kantor pendidikan Amerika serikat menyediakan biaya yang cukup besar kepada sejumlah sekolah tinggi keguruan dan Universitas yang memiliki Fakultas keguruan untuk mengembangkan model program pelatihan bagi guru-guru sekolah dasar. Walaupun pada awalnya diterapkan dalam bidang pendidikan keguruan, tetapi kemudian juga digunakan dan dikembangkan dalam bidang-bidang lain terutama bidang bisnis,Produksi, Pelayanan, dan teknologi. G. Penerapan dan pengembangan pendidikan berbasis kompetensi Walaupun konsep dan penerapan pendidikan berbasis kompetensi itu masih cukup luas, tetapi lebih banyak diterapkan dalam pendidikan vokasional dan pelatiha-pelatihan. Selain Amerika Serikat dan Inggris, Australia juga termasuk negara yang banyak menerapkan konsep pendidikan berbasis kompetensi dalam pendidikan vocasionalnya. Banyak lembaga dan asosiasi yang mengembangkan pendidikan dan latihan berbasis kompetensi di Australia, diantaranya national skill share association. Dalam salah satu terbitannya pada tahun 1992, asosiasi ini merupakan PLBK sebagai :

21

A way approaching vocational training that places primary emphasis on what a person can actually do as as a serult of training (the outcome). Training is concerned with performing to specific standards intead of individual achievement relative to others in group. Kompetensi adalah apa yang dapat dilakukan oleh seseorang setelah mengikuti pendidikan atau pelatihan tertentu. Tidak setiap hal yang dapat dilakukan seseorang merupakan kompetensi, sebab sesuatu yang bisa dikerjakan seseorang menjadi kompetensi apabila sesuai atau memenuhi standar-standar tertentu. Kompetensi harusmenggambarkan performasi atau perbuatan seperti yang dituntut dan berlangsung dalam dunia kerja. Gambaran tuntutan-tuntutan pekerjaan tersebut menunjukan standar kompetensi. National skill share association menambahkan bahwa Competence is the ability to perfom a discrete task under spesified condirions to precise standards. Apa yang ditegaskan oleh National Skill Share Association, berkenaan dengan kompetensikerja atau kompetensi dalam bidang vokasi atau okupasi tertentu. Standar-standar penguasaan kompetensi tersebut disusun dan ditentukan oleh asosiasi profesi dan pengguna lulusan pendidikan atau pelatihan. Standar penguasaan kompetensi untuk setiap vokasi tidak selalu sama. Setiap jenis vokasimenuntut performasi atau kecakapan kerja tertentu yang berbeda dengan yang lainnya. Selain berbeda dalam jenis kompetensi, juga dalam tingkat penguasaan. Jenis dan tingkat kecakapan kerja atau performasi operator komputer, berbeda dengan program komputer, berbeda dengan teknisi listrik industri, berbeda pula dengan kecakapan kerja guru dan pilot. Berikut Kompetensi 1. Kompetensi didasarkan atas hasil analisis dari peran-peran profesional atau rumus teoritis dari tanggung profesional. adalah bagian-bagian yang merupakan Spesifikasi

22

2. Rumusan kompetensi menggambarkan hasil yang diharapkan dari performasi profesional (pengetahuan, keterampilan, sikap) yang sangat penting dalam performasi peran profesional. 3. Rumusan kompetensi mempermudah pengukuran dengan

menggunakan acuan pactor (PAP) 4. Kompetensi merupakan prediktor tentatif dari efektivitas profesional. 5. Kompetensi disusun secara spesifik, sesuai dengan cara yang lazim digunakan dalam pembelajaran. 6. Peserta yang telah menguasai program CBET menunjukan profil kompetensi yang cukup luas. H. Kurikulum Kompetensi 1. Konsep kurikulum kompetensi Kurikulum kompetensi atau sekarang lebih dikenal kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan suatu model kurikulum yang mempfokuskan sasarannya kepada pengembangan kemampuan atau penguasaan kompetensi dalam bidang-bidang praktis terutama bidang pekerjaan. Kompetensi yang dikembangkan dalam pendidikan vokasi atau pendidikan profesi dapat berupa kompetensi teknis, vocasional ataupun kompetetnsi profesional. Kompetensi teknis atau atau keterampilan disediakan bagi penyiapan tenaga teknisi, operator atau staf. Di dalam diklat pengembangan kompetensi teknis diberikan kepada tenaga teknis atau profesional, dengan latar belakang pendidikan jenjang SLTA. Pengambangan kompetensi vocasional diarahkan pada

pengembangan penguasaan kompetensi tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga konseptual menggunakan keterampilan-keterampilan intelektual dan sosial. Penyelesaian tugas dan peran-peran vokasional tidak lagi bersifat teknis mekanis, tetapi banyak yang bersifat analitis, problematis bahkan kalo bisa inovatif.

23

Kompetensi profesional pada dasarnya sama dengan kompetensi vokasional tetapi tahap dan kompleksitasnya lebih tinggi. Selain menggunakan keterampilan-keterampilan intelektual dan sosial yang tinggi, juga melibatkan penguasaan konsep-konsep yang kuat. Kompetensi profesional lebih banyak berhadapan dengan tugas-tugas analisis, pemecahan masalah, penelitian, dan pengembangan. Pada tahap kompetensi profesional, sebenarnya bertemu antara kompetensi akademik dengan kompetensi vokasional. Perkembangan lebih lanjut dari kompetensi akademik dan kompetensi vokasional betemu atau bersatu pada kompetensi profesional. Untuk

menyelesaikan tugas-tugas profesional, terutama yang bersifat pemecahan masalah dan pengembangan dalam bidang profesi, dibutuhkan dasar-dasar yang bersifat konseptual, yang berasal dari bidang ilmu. Sebaliknya temuan dan hasil-hasil pengembangan dalam bidang ilmu perlu ditetapkan, dan penerapannya paling banyak dalam bidang vokasi atau profesi. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan suatu model kurikulum yang memfokuskan tujuan pada penguasaan kemampuan atau kompetensi-kompetensi khusus berkenaan dengan tugas atau peranan di dalam pekerjaan. Suatu bidang pekerjaan, profesi atau okupasi memiliki sejumlah tugas (tasks) atau peran (roles). Seperti dalam pekerjaan atau profesi guru, ada tugas dan peranan mengajar, membimbing, membina kegiatan ekstrakulikuler, mengembangkan media dan sumber belajar, melakukan pekerjaan administrasi, membina hubungan masyarakat (khususnya dengan orang tua). Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut secara profesional guru harus memiliki kompetensi berkenaan denegan tugas-tugas tersebut. Kompetensi adalah perbuatan, perilaku atau performasi yang menunjukan kecakapan, kebiasaan (ableness), melakukan tugas atau peranan secara standar seperti yang dituntut oleh suatu okupasi,

24

pekerjaan atau profesi. Pemilihan sesuatu kompetensi secara setandar dilihat atau diukur dari tingkat penguasaannya dengan menggunakan keriteria-kriteria tertentu yang disusun (dikembangkan) oleh pengguna dalam profesi tersebut. Suatu kompetensi mungkin masih luas sehingga perlu diurai menjadi sub kompetensi. Seperti dalam profesi sebagai guru, kompetensi mengajar itu masih cukup luas mencakup kemampuan menyusun persiapan mengajar, melaksanakan proses mengajar, mengevaluasi, mengelola kelas, dll. Kemampuan melakukan

menyusun persiapan mengajar, melaksanakan proses mengajar dll, itu merupakan subkompetensi dari kompetensi mengajar. Untuk setiap kompetensi atau subkompetensi ada (dapat disusun) standar penguasaannya dengan kriteria pencapaian. Seperti standar dan kriteria sub-kompetensi menyusun persiapan mengajar, mencakup : 1. Mampu menyusun program semester untuk mata pelajaran yang diajarkannya dengan format yang berlaku disekolah. 2. Mampu menyusun silbus untuk mata pelajaran yang diajarkan dengan format yang berlaku disekolah. 3. Mampu menyusun satpel untuk mata pelajaran yang diajarkan dengan format yang berlaku di sekolah, dst. 2. KBK pada pendidikan kejuruan-vokasional Pendidikan kejuruan-vikasional adalah jenis pendidikan yang mempersiapkan pendidikan ini lulusannya berbeda memasuki dengan dunia pekerjaan. akademik Jenis yang

pendidikan

menekankan kajiannya pada bidang ilmu dan teori. Pendidikan kejuruan-vokasi difokuskan pada mempelajari atau melatih kecakapankecakapan praktis, keterampilan-keterampilan yang berkenaan

langsung dengan penyelesaian tugas pekerjaan atau kompetensikompetensi kerja. Jenis pendidikan ini lebih beroriaentasi kepada praktik, penyelesaian kerja. Teori juga dipelajari, tetapi hanya teori-

25

teori yang terkait dengan praktik, atau yang mendasari pelaksanaan praktik. Di indonesia dikenal adanya dua jenjang pendidikan kejuruanvokasional yaitu sekolah menegah kejuruan (SMK) dan program Diploma. SMK berada pada jenjang sekolah menengah, sedang program Diploma pada jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan kejuruan-vokasional pada jenjang sekolah menengah disebut

pendidikan kejuruan dengan tekanan memberikan latihan-latihan bagi pengembangan dan penguasaan keterampilan-keterampilan kerja. Pendidikan kejuruan-vokasional pada jenjang perguruan tinggi memberikan latihan-latihan bagi penguasaan dan pengembangan kompetensi vokasional, dan secara formal dilaksanakan dalam program diploma 3 dan diploma 4. Di atas pendidikan vokasional ada pendidikan profesi. Programpendidikan ini diarahkan pada

pengembangan dan penguasaan kompetensi profesional. Secara formal kompetensi profesional dikembangkan dalam program pendidikan S2 dan S3 profesioanal serta pendidikan Spesialis 1 dan Spesialis 2. Pendidikan vokasional tidak hanya diberikan pada program diploma. Banyak perogram sarjana 1 yang juga merupakan pendidikan vokasional, setidak-tidaknya bermuatan vokasional. Pada program S1 banyak yang berisi program campuran antara program akademik dengan vokasional. Dalam pencampurannya ada yang muatan akademiknya lebih banyak sehingga dapat digolongkan kedalam program pendidikan akademik, dan ada juga yang pendidikan vokasionalnya lebih banyak sehingga digolongkan sebagai program pendidikan vokasional (bisa disebut juga profesional). Dalam program diploma pun adakalanya muatan akademiknya masih cukup besar. Program-programpendidikan berjangka panjang seringkali tidak bisa menghindar dari muatan campuran ini, meskipun pencampurnya sangat kecil. Program pendidikan yang murni

26

vokasional biasanya ditemukan pada pendidikan yang berjangka pendek, berupa latihan dan kursus, prajabatan (pre service) atau dalam jabatan (in service). Program pendidikan kejuruan-vokasional dan program

pendidikan yang mengudang muatan vokasional, memang lebih tepat menggunakan kurikulum berbasis kompetensi. Hal itu didasarkan atas beberapa pertimbangan sebagai berikut : 1. Pendidikan dan latihan diarahkan pada meningkatkan

keterampilan kejuruan dan atau kemampuan vokasional dalam bidangnya. 2. Suatu bidang vokasional memiliki beberapa

job/jabatan/pekerjaan, dan dalam job atau job-job tersebut ada beberapa tugas (tasks) atau peran (roles) keberhasilan

pelaksanaansesuatu tugas atau peran didukung oleh penguasaan kompetensi berkenaan dengan tugas/peran tsb. 3. Kurikulum berbasis kompetensi lebih menjamin penyiapan tenaga yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. I. Prinsip Pembelajaran Kompetensi Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan

keterampilannya, Pada umumnya adan beberapa Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya.

27

2. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan. 3. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya. 4. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi berikutnya. 5. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan. 6. Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajar beragam bagi peserta didik. 7. Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan narasumber

Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi

pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini

28

diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal. Adapun beberapa prinsip pembelajaran yang dikembangkan dalam KurikulumBerbasis Kompetensi dalam rangka menunjang hasil belajar yang efektif dan efesien,menurut Puskur (Balibang Depdiknas, 2002) rambu-rambunya sebagai berikut: 1. Kesempatan untuk belajar, kegiatan pembelajaran perlu menjamin pengalaman siswauntuk secara langsung mengamati dan mengalami proses, produk, keterampilan dannilai yang diharapkan. 2. Pengetahuan awal siswa, kegiatan pembelajaran perlu mengaitkan pengalamanbelajar yang dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa serta disesuaikan denganketerampilan dan nilai yang dimiliki siswa sambil memperluas dan menunjukkanketerbukaan cara pandang dan cara tindak sehari-hari. 3. Refleksi, kegiatan mengajar perlu menyediakanpengalaman belajar yang bermaknayang mampu mendorong tindakan dan renungan (refleksi) pada setiap siswa. 4. Memotivasi, kegiatan pembelajaran harus mampu menyediakan pengalaman belajaryang memberi motivasi dan kejelasan tujuan. 5. Keragaman individu, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalamanpembelajaran yang mampu membedakan kemampuan individu yang satu denganyang lain sehingga variasi metode mengajar mutlak diperlukan. 6. Kemandirian dan kerjasama, kegiatan pembelajaran perlu

menyediakan pengalamanbelajar yang mendorong siswa untuk belajar mandiri maupun melakukan kerjasama. 7. Suasana yang mendukung, sekolah dan kelas perlu diatur lebih aman dan lebihkondusif untuk menciptakan situasi agar siswa belajar secara efektif.

29

8. Belajar untuk kebersamaan, kegiatan pembelajaran menyediakan pengalaman belajaryang mendorong siswa untuk memiliki simpati, empati, dan toleransi bagi orang lain. 9. Siswa sebagai pembangun gagasan, kegiatan pembelajaran

menyediakan

pengalamanbelajar

yang

mengakomodasikan

pandangan bahwa pembangunan gagasan adalahsiswa, sedangkan guru hanya sebagai menyediakan kondisi supaya peristiwa belajartetap berlangsung. 10. Rasa ingin tahu, kreativitas dan ketuhanan, kegiatan pembelajaran menyediakanpengalaman belajar yang memupuk rasa ingin tahu, mendorong kreativitas, dan selalumengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. 11. Menyenangkan, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan

pengalaman belajar yangmenyenangkan siswa, seperti pembelajaran kuantum. 12. Interaksi dan komunikasi, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalamanbelajar yang meyakinkan siswa terlibat secara aktif baik mental, fisik maupun sosial. 13. Belajar cara belajar, kegiatan pembelajaran kompetensi memerlukan pengalamanbelajar yang memuat keterampilan belajar, sehingga siswa menjadi terampil belajarbagaimana cara belajar. Prinsip-prinsip pembelajarankompetensi menurut Sukmadinata

(2004) harus memperhatikan beberapa prinsip sebagaiberikut: 1. Agar setiap siswa dapat menguasai kompetensi standar perlu disediakan waktu yangcukup dengan program pembelajaran yang berkualitas. 2. Setiap siswa memiliki kemampuan untuk menguasai kompetensi yang dituntut, tanpamemperhatikan latar belakang pendidikan dan pengalaman mereka. Denganpenyelenggaraan program pembelajaran

30

yang baik dan waktu yang cukup maka setiapsiswa dapat mencapai hasil yang ditargetkan. 3. Perbedaan individual dalam penguasaan kompetensi diantara siswa, bukan sajadisebabkan karena faktor-faktor diri siswa tetapi karena ada kelemahan dalamlingkungan pembelajaran. 4. Setiap siswa mendapatkan peluang yang sama untuk memiliki kemampuan yangdiharapkan, asal disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing. Setiap siswadapat menguasai kompetensi yang diharapkan asalkan rancangan dan pelaksanaanprogram pembelajaran sedekat mungkin diarahkan pada pencapaian

sasaranpembelajaran. 5. Apa yang paling berharga dalam pembelajaran adalah berharga dalam belajar.Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan agar para siswa terjadi belajar secaraoptimal. Jika ada siswa yang gagal dalam belajar disebabkan kesalahan rencana danpelaksana pendidikan, perlu dicari penyebab dan terus disempurnakan. Efektivitas belajar berkaitan dengan suasana belajar yang

menyenangkan seperti ciptakan kondisi terbaik untuk belajar, bentuk presentasi yang melibatkan seluruh indera, berfikir kreatif dan kritis untuk membantu proses internalisasi dan beri rangsangan dalam mengakses materi pelajaran (Gordon and Vos, 2000).Ada beberapa prinsip penting dalam pembelajaran kompetensi, antara lain: 1. Proses pembelajaran kompetensi membentuk kreasi lingkungan yang dapatmembentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan pengaturan lingkungan dimaksudkan untuk menyediakan

pengalaman belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan faktafakta. Struktur kognitif akan tumbuh dan berkembang manakala siswa memiliki pengalaman belajar. Oleh karena itu dalam pembelajaran kompetensi menuntut aktivitas siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan sendiri.

31

2. Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari, ada tipe pengetahuan fisis, sosial dan logika (Bruce Weil, l980). Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek atau kejadian seperti bentuk, besar,kecil, serta bagaimana objek itu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Pengetahuan fisis diperoleh melalui pengalaman indera secara langsung. Misalkan anak memeganglogam yang bersifat keras dan memegang kain sutra yang bersifat halus. Pengetahuan sosial berhubungan dengan perilaku individu dalam suatu sistem sosial atau hubungan antar manusia yang dapat mempengaruhi interaksi sosial, contohnya pengetahuan tentang aturan, hukum, moral, nilai, bahasa dan lain sebagainya. Pengetahuan logika berhubungan dengan berfikir matematis yaitu pengetahuan yang dibentuk berdasarkan pengalaman dengan suatu objek dan kejadian tertentu. Pengetahuan logishanya akan

berkembang manakala anak berhubungan dan bertindak dengan suatuobjek walaupun objek yang dipelajarinya tidak memberikan informasi. Pengetahuanitu dibentuk oleh pikiran individu sendiri, sedangkan objek yang dipelajarinyabertindak hanya sebagai media saja. Misalkan pengetahuan tentang bilangan, anak dapat bermain dengan himpunan kelereng, dalam hal ini anak tidak

mempelajarikelereng sebagai sumber pengetahuan, tetapi kelereng merupakan alat untuk memahami bilangan matematis. 3. Pembelajaran dalam konteks kompetensi harus melibatkan peran lingkungan sosial.Anak akan lebih baik mempelajari pengetahuan logika dan sosial dari temannyasendiri. Melalui pergaulan dan hubungan sosial anak akan belajar lebih baik dibandingkan dengan belajar yang menjauhkan dari hubungan sosial. Oleh karena itu,melalui hubungan sosial itulah anak berinteraksi dan

berkomunikasi, berbagipengalaman memungkinkan mereka terus berkembang secara wajar.

32

4. Pembelajaran melalui KBK diarahkan agar siswa mampu mengatasi setiap tantangandan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensiyang harus dimiliki yang meliputi kompetensi akademik, kompetensi okupasional,kompetensi kultural, dan kompetensi temporal. Itu sebabnya makna pembelajaranKBK bukan hanya mendorong anak agar mampu menguasai sejumlah materipelajaran, akan tetapi bagaimana agar anak itu memiliki sejumlah kompetensi untuk mampu menghadapi rintangan yang muncul sesuai dengan perubahan pola kehidupanmasyarakat (Sanjaya, 2005).

J. Perbedaan pembelajaran kompetensi dan bukan kompetansi Ada beberapa perbedaan dalam perencanaan dan pelaksanaan antara program pembelajaran kompetensi dengan yang bukan kompetensi. Tabel 2 Perbedaan program pembelajaran kompetensi dengan bukan kompetensi

Karakteristik Apa dipelajari

Programpembelajaran kompetensi

Program pembelajaran bukan kompetensi

yang Kompetensi menunjukan

yang Bahan ajar berupa materi sasaran- pengetahuan, konsep,

sasasran belajar yang sudah prinsip, prosedur yang dirumudkan secara spesifik, dimuat yang sesuai lapangan. Proses pembelajaran Program pembelajaran yang Menggunakan disusun berpusat secara pada seksama, pendekatan dan metode peserta, pembelajaran yang memenuhi dengan dalam buku,

standar handout atau silabus tuntutan

33

memuat

pengalaman bersifat

ekspositori demontrai, Peserta

belajar, media dan bahan (ceramah, yang diarahkan pada dan

diskusi).

penguasaan kompetensi.program pembelajaran

kurang dapat mengatur cara dan kecepatannya

dirancang belajar sendiri. Umpan tidak banyak

untuk melayani kebutuhan, balik minat peserta. digunakan dan

kemampuan diberikan. balik untuk

Umpan

memberikan perbaikan. Waktu belajar Disediakan cukup waktu yang Sekelompok periode siswa eaktu

untuk

menguasai dalam

kompetensi, sebelum pindah yang sama mempelajari mempelajari berikutnya kompetensi unit atau topik tertentu. Kelompok pindah teresebut keunit/topik

berikutnya setelah waktu yang disediakan habis. Kemajuan individu Tiap siswa dituntut Penguasaan didasarkan

menguasai performasi/tugas

setiap atas hasil ujian tertulis, sesuai tingkat penguasaan acuan peserta pindah berikutnya tingkat

standar lapangan, sebelum menggunakan dapat kredit untuk dapat norma, performasi/tugas tersebut. dibolehkan kebahan walaupun

penguasaanya minimal.

34

Program pembelajaran kompetensi mempunyai karateristik adalah sebagai berikut : 1. Isi program didsarkan pada kecakapan/ keterampilan yang

dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah atau mengerjakan suatu pekerjaan. 2. Tijuan pembeljaran ditulis untuk setiap rumusan kompetensi. 3. Pengukuran kecakapan/keterampilan didasarkan atas kemampuan yang diperlihatkan. 4. Performasi siswa diukur dengan menggunakan acuan patokan. 5. Record lengkap kompetensi-kompetensi yang dikuasai dibuat untuk setiap siswa. 6. Bahan pembelajaran berupa modul, handout, buku kerja, dan program pembelajaran menggunakan media cetak atau program komputer dan medi lain disediakan bagi setiap peserta. 7. Waktu belajar cukup fleksibel, tiap peserta dapat menyesuaikan kecepatan belajar dengan kemampuan masing-masing. 8. Kegiatan belajar memanfaatkan umpan balik. K. Manfaat program pembelajaran kompetensi Ada beberapa manfaat atau keuntungan dari program pembelajaran berbasis kompetensi baik bagi siswa maupun gu diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bagi siswa a. Dapat memenuhi kebutuhan siswa, belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing. b. Dapat memperpendek waktu belajar bagi siswa tertentu yang cepat c. Memberi waktu yang cukup kepada setiap siswa untuk menguasai setiap kompetensi sebelum melanjutkan ke

kompetensi berikutnya.

35

d.

Memperbesar kemungkingan melakukan kegiatan belajar yang lebih baik, mengurangi ketidak hadiran, kemalasan, serta problema-problema belajar.

e.

Memberi kesempatan kepada siswa yang senag kepada tantangan dan malakukan kegiatan bagi pengembangan

kemampuannya sendiri. f. Mengarahkan siswa agar berorientasi pada tugas dan tetap aktif.

2. Manfaat bagi guru a. Dapat dicapai hasil belajar yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan. b. Tercapai hubungan yang harmonis dengan berbagai sumber pembelajaran. c. Dalam pendidikan vokasional memungkinkan diterapkannya prinsip multy entry, open exit, maju sesuai kemampuan. d. Prosedur ujian yang lebih sederhana, karena ujian diarahkan pada mengukur penguasaan kompetensi sesuai standar. e. Dengan pengukuran yang bersifat individual, guru tahu bahwa setiap siswa menguasai kompetensi sesuai tuntutan kebuttuhan. 3. Implementasi dari program pembelajaran kompetensi Secara umumperlu digunakan pendekatan, model pembelajaran yang dapat : a. Sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. b. Mengetahui kecakapan/keterampilan yang sudah dikuasai siswa dan c. Menyesuaikan program pembelajaran dengan kebutuhan siswa.

36

Langkah langkah Tune-up No Langkah 1 Pemeriksaan sistempendingin a. Pemeriksaan tinggi permukaan air pendingin Proses Kerja Periksa ketinggian air pendingin yang terdapat pada tangki Penampungan (Reservoir). Jika tinggi air kurang isilah hingga garis full.

Gambar 1. Pemeriksaan tinggi air b. Periksa kondisi air pendingin

Periksalah air pendingin kemungkinan kotor terdapat karat atau tercemar oli.

Gambar 2. Pemeriksaan kondisi air pendingin c. Periksa Sistem pendingin Periksalah kemungkinan terjadi: 1) Kerusakan fisik pada radiator atau slang radiator. 2) Kerusakan pada klem slang radiator. 3) Kisi-kisi radiator berkarat. 4) Kebocoran pada pompa air, pipa radiator (core),penguras. Gambar 3. Pemeriksaan sistem pendinginan d. Periksa fungsi kerja tutup Dengan menggunakan alat tes tutup radiator radiator. (Radiator cap tester) periksalah kondisi pegas dan katup vakum dari tutup radiator. Tutup perlu diganti bila tekanan pembukaan dibawah angka spesifikasi pabrik, atau jika secara fisik rusak. Tekanan pembukaan katup : STD : 0,75 1,05 kg/cm2 Limit : 0,6 kg/cm2 Gambar 4. Pemeriksaan kerja tutup radiator.

37

e. Pemeriksaan tali kipas.

1) Tali kipas diperiksa secara visual kemungkinan terjadi: Retak, perubahan bentuk, aus atau terlalu keras. terkena oli atau paslin/grease. 2) Persinggungan yang tidak sempurna antara tali dan puli.

Gambar 5. Pemeriksaan tali kipas secara visual f. Memeriksa dan menyetel tegangan tali
kipas.

Dengan tekanan 10 kg/cm2, tekan tali seperti pada gambar defleksi/kelenturan tali: Pompa air Alternator : 7 11 mm Engkol Kompressor : 11 14 mm

Gambar 6. Pemeriksaan tegangan tali kipas Pemeriksaan sistem bahan bakar a. Bersihkan air filter. a)

1) Melepas saringan udara dari engine. Jangan sampai ada benda yang masuk ke karburator. 2) Hembuskan tekanan udara dari sisi dalam elemen. 3) Bila elemen rusak atau terlalu kotor supaya diganti.

Gambar 8. Membersihkan elemen saringan udara b. Periksa pompa bahan bakar.

Pemeriksaan Baterai a. Pemeriksaan secara visual.

Periksa baterai dari kemungkinan: 1. Penyangga baterai berkarat. 2. Terminal longgar, berkarat atau rusak. 3. Kotak baterai rusak atau bocor.

Gambar 9. Pemeriksaan baterai secara visual

38

b. Periksa berat jenis elektrolit.

1) Memeriksa berat jenis baterai dengan hydrometer Berat jenis : 1,25 1,27 pada suhu 200 C 2) Periksa jumlah elektrolit pada setiap sel. Ketinggian elektrolit harus berada antara garis Uper level dan lower level.

Gambar 10. Pemeriksaan elektrolit baterai. Pemeriksaan sistem pelumas. a. Memeriksa tinggi oli

Tinggi oli harus berada antara garis L dan F, bila kurang harus ditambah, periksalah kemungkinan ada kebocoran, dan perbaikilah.

Gambar 11. Pemeriksaan tinggi oli b. Memeriksa kondisi oli Periksa oli kemungkinan kotor, tercemar air atau sudah berubah warna karena terbakar

Gambar 12. Pemeriksaan kondisi oli c. Ganti oil filter

1) Membuka saringan oli dengan SST. 2) Pasang saringan oli baru dengan tangan sampai kencang. 3) Hidupkan mesin dan periksa kebocoran. 4) Matikan mesin dan periksa tinggi oli, bila kurang ditambah. 1) Panaskan engine kemudian matikan 2) Tepatkan silinder no 1 pada TOP kompresi

Gambar 13. Melepas saringan oli a. Menyetel celah katup Menepatkan tanda timing

39

b. Mengencangkan baut-baut kepala silinder dan penumbuk katup

1) Baut kepala silinder: 5,4 6,6 kg.m 2) Baut penumbuk katup: 1,8 6,6 kg.m

Gambar 27. Pengencangan baut kepala silinder dan penumbuk katup c. Menyetel Celah Katup

1) Celah katup diukur di antara batang katup dengan lengan penumbuk (Rocker arm). 2) Celah katup hisap: 0,20 mm, katup buang: 0,30 mm (sesuaikan dengan ketentuan manual)

Gambar 28. Penyetelan katup TOP kompresi silinder 1 d. Putar satu kali putaran (360 0), stel pada TOP kompresi silinder 4.

Gambar 29. Penyetelan katup TOP kompresi silinder 4

40

a. Memeriksa Tekanan kompresi

1) Panaskan engine sampai suhu kerja. 2) Lepas semua busi

Gambar 50. Melepas busi 3) Melepas kabel tegangan tinggi dari koil pengapian agar aliran skunder terputus

Gambar 51. Pelepasan kabel tegangan tinggi koil 4) Memasang kompresi tester pada lubang busi, buka trotel penuh dan start engine pada putaran: 250 Rpm selama maksimal 3 detik. Baca hasil pengukuran antara 9 12 kg/cm2 (sesuaikan dengan manual merek kendaraan) yang diukur.

Gambar 52. Pemeriksaan tekanan kompresi Memeriksa sistem pengapian. a. Memeriksa, membersihkan dan menyetel busi.

Pemeriksaan busi secara visual 1) Kemungkinan retak, kerusakan pada ulir atau isolator. 2) Keausan pada elektroda. 3) Gasket rusak atau berubah bentuk. 4) Elektroda terbakar atau kotor berlebihan.

Gambar 15. Pemeriksaan busi secara visual b. Membersihkan busi

Membersihkan busi 1) Jangan menggunakan pembersih busi terlalu lama. 2) Hembuskan kompoun dan karbon pembersih dengan udara tekan 3) Bersihkan ulir dan permukaan luar

41

Gambar 16. Membersihkan busi c. Menyetel celah busi

isolator. Memeriksa semua celah busi dengan alat pengukur celah. Jika diperlukan setelah celah busi dengan membengkokkan elektroda busi.

Gambar 17. Penyetelan celah busi

d. Memeriksa tinggi

kabel

tegangan Periksalah semua kabel tegangan tinggi

Gambar 18. Cara melepas kabel busi

Gambar 19. Cara memeriksa tahanan kabel busi Distributor a. Memeriksa tutup distributor

Periksa tutup distributor serta rotor dari kemungkinan: 1) Retak, berkarat, kotor atau terbakar. 2) Terminal-terminal kotor atau terbakar. 3) Pegas karbon terminal tengah lemah atau macet.

Gambar 20. Pemeriksaan tutup distributor b. Menyetel celah platina atau celah udara

1) Jika platina aus, rusak atau terbakar ganti yang baru. 2) Stel celah platina : celah blok : 0,45 mm 3) Stel celah udara antara rotor dan

42

proyeksi koil (pengapian elektronik). Celah udara : 0,2 0,4 mm

Gambar 21. Cara penyetelan platina atau celah udara c. Memeriksa sudut Dwell

Periksa sudut dwell dengan Dwell tester. Sudut dwell : 50 0 54 0

Gambar 22. Pemeriksaan sudut dwell d. Memeriksa saat pengapian

Gambar 23. Penyetelan saat pengapian e. Memeriksa kerja governor advancer

Stel putaran mesin pada putaran idel, oktan selector pada posisi standar. Pada putaran maksimal 950 Rpm saat pengapian antara 50 15 0 sebelum TMA (sesuaikan dengan spesifikasi pabrik). Penyetelan pengapian dengan merubah posisi distributor serta menggunakan alat Timing light. Jangan menyetel dengan Oktan selector.

1) Rotor harus kembali dengan cepat setelah diputar searah putaran rotor dan dilepas. 2) Rotor tidak boleh terlalu kendor.

Gambar 24. Pemeriksaan Governoor advancer Memeriksa governor advancer dengan engine hidup

Hidupkan engine dan lepaskan slang vakum pada distributor. Saat pengapian

43

berubah-ubah sesuai putaran engine.

Gambar 26. Pemeriksaan Vacum advancer Memeriksa Karburator a. Memeriksa katup trotel

1) Katup trotel harus membuka penuh saat pedal gas ditekan penuh.

Gambar 30. Pemeriksaan katup trotel 2) Penyetelan dilakukan melalui kabel gas atau baut penyetop pedal gas.

Gambar 31. Penyetelan pembukaan katup trotel b. Memeriksa Pompa Akselerasi Bensin harus menyemprot keluar dari Jet saat katup trotel terbuka.

Gambar 32. Pemeriksaan pompa akselerasi. c. Memeriksa Katup Cuk Konvensional .

Katup cuk harus membuka penuh bila tombol cuk ditarik penuh dan menutup penuh bila tombol dilkembalikan.

44

Gambar 33. Pemeriksaan katup cuk saat tombol ditarik

Gambar 34. Pemeriksaan katup cuk saat tombol dilepas d. Memeriksa Pembuka Cuk Otomatis Memeriksa BVSV mesin dalam keadaan dingin, suhu air dibawah 30 0C, lepaskan slang vakum dari pembuka cuk

Gambar 35. Pelepasan slang vakum penarik cuk 1)

Menarik tombol cuk, menekan pedal gas sekali dan menghidupkan engine

Gambar 36. Penarikan tombol cuk engne hidup dan digas

Pasang kembali slang vakum, penghubung cuk tidak bergerak.

Gambar 37. Pemeriksaan penghubung cuk Memeriksa BVSV keadaan engine panas. Hidupkan mesin sampai suhu kerja, matikan lalu lepaskan slang vakum dari pembuka cuk.

45

Gambar 38. Pelepasan slang vakum dari penghubung cuk Tarik tombol penuh, tekan pedal gas sekali, dan kembalikan tombol posisi setengah

Gambar 39. Tombol cuk posisi setengah Pastikan nok idel tinggi pada langkah kedua, dan hidupkan engine.

Gambar 40. Pengecekkan nok idel tinggi pada langkah kedua Pasang kembali slang vakum, pastikan linkage cuk bergerak dan nok idel tinggi dibebaskan pada langkah ketiga. Pada saat tombolcuk ditekan habis, putaran engine kembal idel. Perhatikan gambar berikut: Gambar 41. Nok idel tinggi pada langkah ketiga e. Penyetelan Putaran dan Campuran Idel (Gunakan selalu buku manual sesuai merek kendaraan dan Tahun pembuatannya). Lepaskan slang HIC dan sumbatlah ujung slangnya.

Gambar 42. Pelepasan slang HI Membuka kap pembatas idel

46

Membuka kap pembatas idel Membuka kap pembatas idel pada skrup pengatur campuran idel jika terpasang seperti gambar Gambar 43. Cara membuka kap pembatas idel Menyetel idel pada putaran spesifikasi Menyetel putaran idel pada putaran spesifikasi (600-800 Rpm), dengan jalan menyetel sekrup pengatur seperti berikut

Gambar 44. Penyetelan putaran idel Menyetel vakum maksimum Stel hingga vakum maksimum dengan memutar sekrup pengatur campuran idel dengan SSTseperti berikut

Gambar 45. Penyetelan vakum maksimum Menyetel putaran dan campuran Ulangi penyetelan putaran dan campuran idel hingga vakum benar-benar maksimum seperti berikut

Gambar 46. Penyetelan putaran dan campuran idel

47

Cek putaran dan campuran idel

Pengecekan setelan putaran dan campuran idel dengan menarik link gas kemudian melepaskan kembali. Pastikan Rpm kembali ke posisi spesifikasi seperti berikut

Gambar 47. Pengecekan setelan putaran dan campuran idel Mengukur Konsentrasi CO Pada Gas Buang a. Menaikkan putaran sekitar 200 Rpm selama 30 60 detik.

b. Tunggu 1 menit, baru lakukan pengukuran. Pengukuran harus dilakukan selama 3 menit seperti berikut

Gambar 48. Pengukuran konsentrasi CO c. Jika seluruh pekerjaan penyetelan sudah selesai, kembalikan slang katup HIC seperti semula dan pasang kap pembatas idel yang baru seperti berikut:

Gambar 49. Pemasangan slang katup HIC dan Kap pembatas idel

48

Perawatan Sistem Pendinginan Memeriksa kondisi air pendingin Memeriksa sistem pendinginan a) b) c) 2. 3. a) b) 4. a) b) c) 5. a) b) c) Memeriksa kerja tutup radiator Memeriksa tali kipas Memeriksa dan menyetel tegangan tali kipas Membersihkan saringan udara/Air filter Memeriksa Baterai Pemeriksaan secara visual: Mengukur berat jenis elektrolit Memeriksa Sistem Pelumasan Memeriksa tinggi oli Memeriksa kondisi oli Mengganti saringan oli (oil filter) Memeriksa, membersihkan dan menyetel busi Pemeriksaan busi secara visual Membersihkan busi Menyetel celah busi

Memeriksa kabel tegangan tinggi 6. a) b) c) Distributor Memeriksa tutup distributor Menyetel celah platina atau celah udara Memeriksa sudut Dwell

Memeriksa saat pengapian d) e) Memeriksa kerja governor advancer Memeriksa governor advancer dengan engine hidup

Memeriksa kerja Vacum advancer 7. Menyetel Celah Katup

Menepatkan tanda timing Mengencangkan baut-baut kepala silinder dan penumbuk katup.

49

a) 8. a)

Menyetel Celah Katup Memeriksa Karburator Memeriksa katup trotel

Memeriksa Katup Cuk Konvensional Memeriksa Pembuka Cuk Otomatis 9. Penyetelan Putaran dan Campuran Idel (Gunakan selalu buku manual

sesuai merek kendaraan dan Tahun pembuatannya). a) b) c) Lepaskan slang HIC dan sumbatlah ujung slangnya. Membuka kap pembatas idel Menyetel idel pada putaran spesifikasi

d) e) f) 10. 11.

Menyetel vakum maksimum Menyetel putaran dan campuran idel Cek putaran dan campuran idel Mengukur Konsentrasi CO Pada Gas Buang Memeriksa Tekanan Kompresi Engine

50

You might also like