You are on page 1of 21

MAKALAH BHP

Transplantasi Ginjal

DISUSUN OLEH: KELOMPOK TUTORIAL B4

Gina Novita Sari Azizah Boenjamin Gemala Ginanjar Satrio Utomo Dionisa Shabira Esqy Ghea Askara Abdelsyah Rifki Elga Dewi Rahmianty Sheilla Ratnasari Delvi Aprinelda Ajeng Permata A

1010211107 1010211009 1010211163 1010211101 1010211029 1010211156 1010211002 1010211091 1010211116 1010211184 1010211126

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA 2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin dan kepastian ilmu-Nya lah, kami tutorial B-4 dapat menyelesaikan tugas makalah BHP tentang Transplantasi Ginjal dengan lancar dan tanpa adanya hambatan apapun. Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah Transplantasi Ginjal adalah untuk mengetahui, menjelaskan dan menggambarkan tentang ruang lingkup dari Transplantasi Ginjal. Kami berharap, dengan makalah yang kami susun ini, dapat mewakilkan dari kesuluruhan materi yang telah disebutkan di atas. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangannya, karena itu kami menerima segala masukan dan tambahan-tambahan yang sekiranya dapat memperbaiki penyusunan dan pembuatan makalah-makalah yang berikutnya.

Jakarta ,

Mei 2013

Tim Penulis

Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal adalah prosedur pembedahan yang dilakukan pada sebagian pasien dengan penyakit ginjal. Pada prosedur pembedahan ini, organ ginjal dari donor yang sehat akan ditransplantasikan ke pasien yang menderita gagal ginjal. Hanya satu ginjal yang perlu ditransplantasikan. Seseorang dapat hidup sehat meskipun hanya satu ginjal yang berfungsi. Transplantasi ginjal adalah terapi penggantian ginjal yang melibatkan pencangkokan ginjal dari orang hidup atau mati kepada orang yang membutuhkan. Transplantasi ginjal menjadi terapi pilihan untuk sebagian besar pasien dengan gagal ginjal dan penyakit ginjal stadium akhir. Transplantasi ginjal menjadi pilihan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Ginjal transplan biasanya tidak ditempatkan di tempat asli ginjal yang sudah rusak, kebanyakan di fossa iliaka, sehingga diperlukan pasokan darah yang berbeda, seperti arteri renalis yang dihubungkan ke arteri iliaka eksterna dan vena renalis yang dihubungkan ke vena iliaka eksterna. Terdapat sejumlah komplikasi (penyulit) setelah transplantasi, seperti rejeksi (penolakan), infeksi, sepsis, gangguan proliferasi limfa pasca-transplantasi, ketidakseimbangan elektrolit, dsb. Transplantasi ginjal atau dikenal dengan sebutan cangkok ginjal adalah suatu tindakan memindahkan ginjal dari satu individu ke individu lainnya. Transplantasi ginjal dibagi menjadi dua yaitu cadaveric-donor (donor ginjal dari individu yang telah meninggal) atau living-donor (donor ginjal dari individu yang masih hidup). Living-donor dibagi lagi menjadi dua yaitu related (donor ginjal dan resipien ginjal memiliki hubungan kekerabatan) dan non-related (donor dan resipien tidak memiliki hubungan kekerabatan). Indikasi dilakukannya transplantasi ginjal adalah pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir (end-stage renal disease). Beberapa faktor penyebab terjadinya penyakit ginjal tahap

akhir adalah hipertensi, infeksi, kencing manis (diabetes mellitus), kelainan bentuk dan fungsi ginjal bawaan, dan kondisi autoimun seperti lupus. Kualifikasi untuk Transplantasi Ginjal Dokter akan mengevaluasi pasien untuk menentukan apakah dia akan menjadi calon yang baik untuk transplantasi ginjal. Seorang pasien harus cukup sehat untuk menjalani operasi dan mengambil obat imunosupresif. Obat imunosupresif akan membantu tubuh untuk tidak menolak organ donor. Obat tersebut harus diambil selama sisa hidup pasien. Mengambil obat imunosupresif merupakan suatu keharusan, tetapi obat tersebut memiliki efek samping, salah satunya adalah melemahnya sistem kekebalan tubuh. Donor Ginjal Untuk transplantasi ginjal, ada dua jenis donor yaitu donor yang masih hidup dan donor yang sudah meninggal. Donor yang masih hidup biasanya berasal dari anggota keluarga atau teman dekat. Sedangkan ginjal dari donor yang sudah meninggal berasal dari seseorang yang sudah meninggal namun memiliki ginjal yang sehat. Untuk ginjal yang berasal dari donor yang sudah meninggal biasanya akan ada daftar tunggu karena lebih banyak pasien yang membutuhkan daripada ginjal yang tersedia. Kecocokan Meskipun sudah ada ginjal yang berasal dari donor baik yang masih hidup atau sudah meninggal, namun masih diperlukan kecocokan antara pasien dan donor. Ginjal donor harus cocok dengan jenis darah dan jaringan tubuh penerima ginjal (pasien). Beberapa tes dan pemeriksaan kesehatan harus dilakukan baik pada pasien maupun donor potensial untuk menentukan apakah ginjal akan cocok atau tidak. Jika seorang pasien ditempatkan pada daftar tunggu, informasi mengenai darah dan jenis jaringan akan dimasukkan ke dalam file daftar tunggu tersebut.

Proses Transplantasi Ginjal Dokter bedah akan meletakkan ginjal di dalam perut sebelah bawah, kemudian menghubungkan pembuluh darah dan saluran kencing (ureter) ginjal baru tersebut ke pembuluh darah dan ureter penderita. Setelah terhubung, ginjal akan dialiri darah yang akan dibersihkan. Air kencing (urine) biasanya langsung diproduksi. Tetapi beberapa keadaan, urine diproduksi bahkan setelah beberapa minggu. Ginjal lama kita yang dua buah akan dibiarkan di tempatnya. Tetapi jika ginjal tersebut menyebabkan infeksi atau menimbulkan penyakit darah tinggi, maka harus diangkat. Persiapan Transplantasi Bicarakan dengan dokter anda mengenai transplantasi yang akan dijalani, karena tidak semua orang cocok untuk transplantasi. Beberapa kondisi dapat membuat proses transplantasi berbahaya atau tidak mungkin berhasil. Ginjal baru dapat diperoleh dari donor yang baru saja meninggal dunia, atau dari donor hidup. Donor hidup bisa keluarga, bisa juga bukan biasanya pasangan atau teman. Jika anda tidak memiliki donor hidup, anda akan dimasukkan ke dalam daftar tunggu untuk memperoleh ginjal dari donor meninggal. Masa tunggu tersebut dapat berlangsung bertahuntahun. Petugas transplantasi akan mempertimbangkan tiga faktor untuk menentukan kesesuaian ginjal dengan penerima (resipien). Faktor tersebut akan menjadi tolak ukur untuk memperkirakan apakah sistim imun tubuh penerima akan menerima atau menolak ginjal baru tersebut. 1. Golongan darah. Golongan darah penerima (A,B, AB, atau O) harus sesuai dengan golongan darah donor. Faktor golongan darah merupakan faktor penentu kesesuaian yang paling penting. 2. Human leukocyte antigens (HLAs). Sel tubuh membawa 6 jenis HLAs utama, 3 dari ibu dan 3 dari ayah. Sesama anggota keluarga biasanya mempunyai HLAs yang sesuai. Resipien masih dapat menerima ginjal dari donor walaupun HLAs mereka

tidak sepenuhnya sesuai, asal golongan darah mereka cocok, dan tes lain tidak menunjukkan adanya gangguan kesesuaian. 3. Uji silang antigen. Tes terakhir sebelum dilakukan pencangkokan adalah uji silang organ. Sejumlah kecil darah resipien dicampur dengan sejumlah kecil darah donor. Jika tidak terjadi reaksi, maka hasil uji disebut uji silang negatif, dan transplantasi dapat dilakukan. Pembedahan untuk cangkok ginjal biasanya memakan waktu 3 sampai 4 jam. Lama rawat di rumah sakit biasanya adalah satu minggu. Setelah keluar dari rumah sakit, resipien masih harus melakukan kunjungan secara teratur untuk memfollow-up hasil pencangkokan. Sedangkan bagi pendonor hidup, waktu yang dibutuhkan hampir sama dengan resipien. Walaupun demikian, karena teknik operasi untuk mengangkat ginjal donor semakin maju, maka waktu rawat menjadi lebih pendek, mungkin 2 sampai 3 hari. Komplikasi Setelah transplantasi, dokter akan memberikan penderita obat imunosupresan, yang berguna untuk mencegah reaksi penolakan, yaitu reaksi dimana sistem tubuh menyerang ginjal baru yang dicangkokkan. Obat imunosupresan harus diminum setiap hari selama ginjal baru terus berfungsi. Kadang-kadang, reaksi penolakan tetap terjadi walaupun penderita sudah minum obat imunosupresan. Jika hal ini terjadi, penderita harus kembali menjalani dialisis, atau melakukan transplantasi dengan ginjal lain. Obat imunosupresan akan melemahkan daya tahan tubuh, sehingga dapat mempermudah timbulnya infeksi. Beberapa jenis obat imunosupresan juga dapat merubah penampilan. Wajah akan tampak lebih gemuk, berat badan bertambah, timbul jerawat, atau bulu di wajah. Tetapi tidak semua resipien mengalami gejala tersebut. Selain itu, imunosupresan juga dapat menyebabkan katarak, diabetes, asam lambung berlebihan, tekanan darah tinggi, dan penyakit tulang. Keuntungan Transplantasi Ginjal

Ginjal baru akan bekerja seperti halnya ginjal normal. Penderita akan merasa lebih sehat dan lebih nomal. Penderita tidak perlu melakukan dialisis

Penderita yang mempunyai usia harapan hidup yang lebih besar.

Kekurangan Transplantasi Ginjal


Butuh proses pembedahan besar. Proses untuk mendapatkan ginjal lebih sulit atau lebih lama. Tubuh menolak ginjal yang dicangkokkan. Penderita harus rutin minum obat imunosupresan, yang mempunyai banyak efek samping.

Transplantasi Ginjal menurut keberhasilannya


Transplantasi ginjal memang memiliki dua pilihan donor. Donor hidup atau donor kadaver. Meski begitu, donor hidup merupakan pilihan optimal, lebih baik daripada donor jenazah. Manfaat yang diperoleh dari transplantasi ginjal dengan donor hidup adalah waktu tunggu lebih pendek, meningkatnya kualitas hidup, kejadian infeksi luka operasi lebih sedikit, kerapihan jahtan (kosmetik) lebih baik, nyeri pasca operasi lebih ringan diagnosis lebih baik, insiden lebih rendah, waktu rawat inap lebih pendek, dan biaya lebih terjangkau. Pada donor hidup, ginjal diambil dari manusia hiduo yan sehat dan memenuhi kriteria seleksi untuk dilakukan transplantasi ginjal Transplantasi ginjal sudah semakin mendesak untuk dilakukan mengingat penyandang gagal ginjal di Indonesia cenderung meningkat. Namun demikian, pada kenyataannya masih banyak hambatan dalam proses transplantasi ginjal, masalah utamanya disebabkan oleh keengganan masyarakat menjadi donor padahal kebutuhan akan hal ini tinggi. Pangkal masalah ini tidak lepas dari dua persepsi yang masih keliru tentang cangkok ginjal. Persepsi pertama adalah hidup dengan satu ginjal akan membahayakan tubuh. Persepsi kedua adalah cangkok ginjal merupakan suatu operasi yang menakutkan.

Tranplantasi Ginjal Pada Gagal Ginjal Kronik Segi Pendonor


Transplantasi ginjal menjadi solusi pengobatan terbaik bagi penderita gagal ginjal, terutama kasus gagal ginjal tahap akhir. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta memprediksi, ada sekitar 70.000 kasus gagal ginjal di Indonesia. Namun, menurut Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM, Nur Rasyid, baru sekitar 10% dari jumlah kasus gagal ginjal tahap akhir yang menjalani terapi dan kurang dari 500 kasus yang berakhir pada transplantasi ginjal. Transplantasi ginjal di Indonesia kurang berkembang karena kesulitan mendapat donor. Keengganan masyarakat mendonorkan ginjal ini lantaran keterbatasan informasi atau meyakini informasi yang salah mengenai risiko menjadi pendonor. Mengutip data RSCM, dari total pendonor ginjal secara nasional, mayoritas didominasi oleh mereka yang mempunyai keterkaitan darah. Pendonor yang mempunyai hubungan keluarga ini jumlahnya mencapai 72%. Sedangkan pendonor yang tidak mempunyai keterkaitan darah tercatat hanya sekitar 28%. "Dengan kemajuan teknik transplantasi, seharusnya masyarakat tak perlu khawatir melakukan donor ginjal," kata Nur Rasyid. Penderita gagal ginjal membutuhkan ginjal baru untuk dapat bertahan hidup. Namun tidak sembarangan orang bisa menjadi donor ginjal, meski keluarga dan sedarah sekalipun. Ada beberapa syarat untuk bisa menjadi pendonor ginjal. Ada dua jenis donor untuk menjalani transplantasi atau cangkok ginjal, yaitu donor hidup dan donor kadaver (jenazah). Donor hidup, yaitu ginjal diambil dari manusia hidup yang sehat dan memenuhi kriteria seleksi untuk dilakukannya transplantasi. Sedangkan pada donor kadaver, ginjal diambil dari seseorang yang meninggal atau dinyatakan mati otak (seperti pada kasus kecelakaan lalu lintas atau cedera karena trauma). Transplantasi bisa dilakukan dengan menggunakan ginjal dari orang hidup atau jenazah. Tapi kita di Indonesia hanya melakukan transplantasi dari donor hidup, karena donor dari jenazah belum ada payung hukum yang kuat, jadi belum bisa dilakukan. Untuk donor hidup, ada beberapa syarat yang ditetapkan, antara lain: 1. Usia di atas 18 tahun

2. Sehat mental dan fisik 3. Diusahakan agar golongan darah sama 4. Tekanan darah normal 5. Tidak diabetes 6. Tidak kanker 7. Tidak punya penyakit pembuluh darah 8. Tidak terlalu gemuk 9. Tidak kelainan batu ginjal

Untuk donor kadaver, syaratnya harus mati batang otak. Secara hukum kondisi itu dinyatakan sudah meninggal, walaupun jantungnya masih berdenyut, misalnya pada kasus orang mengalami trauma di kepala. Dari pasien kecelakaan juga bisa, tapi jantungnya harus berdenyut. Kalau sudah tidak ada detak harus segera diresusitasi (kejut jantung), paling lama 10 menit. Tapi kalau sampai 1 atau 2 jam, ya sudah tidak bisa dijadikan donor. Untuk menjadi pendonor ginjal, harus menjalani beberapa tes kesehatan demi memastikan kondisi ginjal tak mengganggu kesehatannya pasca pecangkokan., kinerja ginjal dari pendonor justru akan beradaptasi dan mengalami peningkatan. Kendala transplantasi ginjal di Indonesia masih tinggi. Tidak hanya biaya, namun juga ketersediaan donor. Padahal, tranplantasi adalah pilihan terbaik untuk penderita gagal ginjal. Di Indonesia, transplantasi ginjal pertama kali dilakukan di RSCM tanggal 11 November 1977, yang dipimpin oleh Prof. Otta dari Tokyo dengan ginjal donor berasal dari adik pasien. DR. Dr. David Manuputty, SpB, SpU(K) mengungkapkan Prof. Otta membantu cangkok ginjal pada 2 pasien pertama di RSCM. Untuk pendonor, tidak ada yang perlu dikhawatirkan hidup dengan satu ginjal. Tidak ada yang perlu ditakutkan dengan menjadi donor karena setiap orang bisa tetap hidup normal dengan satu ginjal. Pendonor pada operasi transplantasi pertama di Indonesia tahun 1977, Luciana Tjiusnoyo, hingga saat ini masih tampak sehat dan hidup normal dengan satu ginjal. Saat itu Luci memberikan ginjalnya pada kakaknya, Fredy Tjiusnoyo.

Keterbatasan donor menjadi salah satu penyebab transplantasi sulit dilakukan. Jumlah donor di Indonesia masih sangat kecil, hanya 15 donor ginjal per tahunnya, dibandingkan dengan 2.000 kasus baru penyakit ginjal kronik tahap akhir per tahunnya. PENDONOR bagi pasien gagal ginjal memang sulit dicari. Namun, sebaiknya dicari dari lingkungan keluarga agar tidak terjadi gangguan lagi di masa depan. Syarat dari pendonor ini sendiri bisa hubungan antara orangtua ke anak, saudara dengan pasien. Alasannya untuk mencegah gangguan fungsi organ di kemudian hari Sebelum operasi dilakukan, kata dia, kondisi pendonor harus sehat semua, entah dari livernya, semua organ-organ tubuhnya. Namun yang terpenting, dua ginjalnya harus dalam kondisi baik.

Transplantasi Organ dari Segi Hukum

Dasar hukum dilaksanakannya transplantasi organ sebagai suatu terapi adalah Pasal 32 ayat (1), (2), (3) tentang hak pasien untuk memperoleh kesembuhan dengan pengobatan dan perawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan : Pasal 32 ayat (1) berbunyi: Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk

mengembalikan status kesehatan akibat penyakit, mengembalikan fungsi badan akibat cacat atau menghilangkan cacat. Pasal 32 ayat (2) berbunyi: Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan atau perawatan. Pasal 32 ayat (3) berbunyi: Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan untuk prosedur pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Pada Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pelaksanaan transplantasi diatur dalam Pasal 34 yang berbunyi: Pasal 34 Ayat (1): Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu.

Pasal 34 Ayat (2): Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan donor dan ahli waris atau keluarganya. Pasal 34 Ayat (3): Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1981, tentang bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Pokok-pokok peraturan tersebut adalah : Pasal 1 (c.) Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang dibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut. (d.) Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal (fungsi) yang sama dan tertentu. (e.) Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat dan jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. (f.) Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada orang lain untuk keperluan kesehatan. (g.) Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yag berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut jantung seseorang telah berhenti. Pasal 10 Transplantasi alat untuk jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan ketentuanketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 2 Huruf a dan Huruf b, yaitu harus dengan persetujuan tertulis penderita dan keluarga yang terdekat setelah penderita meninggal dunia.

Pasal 11 (a.) Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter yang

ditunjuk oleh mentri kesehatan. (b.) Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh dokter yang

merawat atau mengobati donor yang bersangkutan. Pasal 12 Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tidak ada sangkut paut medic dengan dokter yang melakukan transplantasi. Pasal 13 Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai dengan dua orang saksi. Pasal 14 Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan pernyataan tertulis keluarga terdekat. Pasal 15 Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh calon donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai sifat operasi, akibat-akibat dan kemungkinan yang dapat terjadi. Dokter yang merawatnya harus yakin benar bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut. Pasal 16 Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas suatu kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi.

Pasal 17 Dilarang memperjual-belikan alat atau jaringan tubuh manusia. Pasal 18 Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk ke dan dari luar negeri.

Transplantasi Organ dari Segi Etik


Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan kegagalan fungsi salah satu organ tubuhnya. Dari segi etik kedokteran, tindakan ini wajib dilakukan jika ada indikasi, berlandaskan beberapa pasal dalam KODEKI, yaitu: Pasal 2 Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi Pasal 10 Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya melindungi hidup insani Pasal 11 Setiap dokter wajib bertulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penderita Bertitik tolak dari pasal-pasal tersebut, maka para dokter harus menguasai, mengembangkan, dan memanfaatkan IPTEK transplantasi untuk kepentingan pasien. Dalam kaitan dengan transplantasi organ, yang berhubungan dengan etik adalah apakah tawaran dari seseorang manusia yang masih hidup dapat diterima dan kapankah waktu penerimaan organ yang ditawarkan itu. Seperti kita ketahui, transplantasi organ biasanya berasal dari donor yang masih hidup atau dari donor yang sudah dinyatakan meninggal (transplantasi ginjal kadaver). Organ yang akan ditransplantasi mutlak perlu dalam keadaan optimal. Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah (1) donor hidup, (2) jenazah dan donor mati, (3) keluarga dan ahli waris, (4) resipien, (5) dokter dan penatalaksana lain, dan (6) masyarakat. Hubungan pihak-pihak itu dengan etik dan moral dalam transplantasi akan dibicarakan dalam uraian dibawah ini. Donor hidup Donor hidup adalah orang yang memberikan jaringan/organnya kepada orang lain (resipien). Sebelum memutuskan utnuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan

mengerti resiko yang dihadapi, baik resiko dibidang medis, pembedahan, maupun resiko untuk kehidupan yang lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan/organ yang sudah dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi donor, orang tersebut tidak boleh mengalami tekanan psikologis. Apabila transplantasi kurang berhasil atau gagal, mungkin donor akan merasa salah mengambil keputusan atau kecewa karena pengorbanannya sia-sia. Namun apabila, transplantasi berhasil, mungkin donor mempunyai perasaan resipien berhutang budi. Dalam hal ini tenaga medik yang menangani pelaksanaan transplantasi berperan penting dalam memberikan keterangan secara terperinci kepada mereka yang akan menjadi donor. Usaha ini sejalan dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia Bab I pasal 7, yang berbunyi Seseorang dokter hendaklah berusaha menjadi pendidik rakyat yang sebenarnya. Jenazah dan donor mati Donor mati adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan sungguh-sunguh untuk memberikan jaringan/organnya tubuhnya kepada yang memerlukan apabila ia telah meninggal secara wajar. Jenazah yang dijadikan donor harus seizing pihak keluarga jenazah. Permintaan izin ini bertujuan untuk menghindari tuduhan melakukan malpraktek. Keluarga dan ahli waris Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan saling pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin atau pun tekanan psikis dan emosi dikemudian hari. Keluarga resipien sebenarnya hanya dituntut suatu penghargaan kepada donor dan keluarganya dengan tulus. Alangkah baiknya apabila dibuat suatu ketentuan untuk mencegah timbulnya rasa tidak puas pada kedua belah pihak. Resipien Resipien adalah orang yang menerima jaringan/organ dari orang lain. Pada dasarnya, seorang penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang hidup atau meringankan penderitaannya. Seorang resipien harus benar-benar mengerti semua hal yang dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi. Diharapkan tindakan transplantasi dapat memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resipien. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada kemungkinan gagal. Juga perlu disadari bahwa jika ia

menerima untuk ditransplantasi ia berarti dalam percobaan yang sangat berguna bagi kepentingan orang banyak di masa yang akan dating. Dokter dan tenaga pelaksana lain Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat persetujuandari donor, resipien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib menerangkan hal-hal yang mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan psikologis dan emosi dikemudian hari dapat dihindarkan. Tanggung jawab tim pelaksana adalah menolong pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat manusia. Dengan demikin, dalam melaksanakan tugas, tim pelaksana hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbanganpertimbangan kepentingan pribadi. Hal itu sesuai dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia Bab I Pasal 2 yang menyatakan bahwa dalam menunaikan profesinya, seotang dokter janganlah dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadai, dan Bab II Pasal 8 yang menyatakan bahwa seorang dokter harus senantiasa mengingat kewajiban untuk melindungi makhluk insani. Masyarakat Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplatasi. Kerja sama tim pelaksana dengan para cendikiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama diperlukan untuk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan luhur usaha transplantasi. Dengan adanya pengertian ini kemungkinan penyediaan organ yang segera diperlukan atas tujuan luhur, akan dapat diperoleh.

Transplantasi dan Donasi Organ Menurut Pandangan Sosial Budaya Indonesia


Budaya setempat khususnya budaya Indonesia sangat mempengaruhi terhadap cara pandang mengenai transplantasi dan donasi organ di Indonesia. Menurut Gabriel C Onisu, 1MD, FRCS, John LR Forsythe, 1MD, FRCS dalam jurnalnya An Overview Of Transplantation in Culturally Divers Regions, mengatakan bahwa budaya memeberikan pengaruh yang sangat besar terhadap transplantasi berkaitan dengan kompleksnya permasalahan dalam transplantasi dibanding bidang lainnya di kedokteran. Pengaruh budaya ini telah membawa pendekatan yg berbeda di tiap tiap negara untuk di setujui dengan dengan menghargai nilai nilai sosial dan moral dari masyarakat setempat Hal hal dalam sosial budaya masyarakat Indonesia yang memepengaruhi ketakutan dan pengertian yang keliru dalam memandang donasi dan transplantasi organ adalah : Ketakutan akan kematian Kepercayaan bahwa pengambilan organ akan melanggar kesucian jenazah Ketakutan akan di potong setelah mati Keinginan untuk dimakamkan secara utuh Tidak menyukai keberadaan ginjal dalam tubuh orang

Persoalan donor organ merupakan hal yang masih tabu bagi kalangan masyarakat umum. Selain tidak lazim untuk dilakukan, hal ini juga bertentangan dengan norma dan etika yang berlaku bagi sebagian masyarakat. Sekarang ini, jumlah pendonor organ tubuh masih jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan orang yang berharap untuk menerima donor organ tersebut. Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi. Kerjasama tim pelaksana dengan para cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama diperlukan untuk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan luhur usaha transplantasi. Dengan adanya pengertian ini, kemungkinan penyediaan organ yang diperlukan akan dapat diperoleh

Penutup
Demikian makalah ini kami susun seakurat mungkin agar kiranya para pembaca dapat terhibur dan tertarik untuk disimak informasi-informasi yang membawa nilai positif dalam pikiran dan pengetahuan kita ke depan nanti. Dan kami juga mengucapkan dari nurani kami masing-masing rasa maaf yang terdalam jikalau dalam segi penyusunan masih kurang memenuhi syarat secara kronologis. Dan kami berharap para pembaca dapat mendorong kami menuju ke arah yang lebih baik dengan memberikan tanggapan, ide serta kritik. Sekian dan terima kasih.

Referensi
http://www.google.com-TM-NA-Tansplantasi-Organ-Manusia.pdf Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, n.d. EGC. Suprapti Samil, Ratna. Etika Kedokteran Indonesia. 2001, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

You might also like