You are on page 1of 58

Filsafat sosial merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari persoalan sosial kemasyarakatan secara kritis, radikal dan

komprehensif. Sejak kelahirannya filsafat sosial telah mendekonstruksi pemahaman masyarakat bahwa tidak selamanya apa yang ada dikolong langit telah langsung diatur oleh kekuasaan Tuhan untuk selama-lamanya. Filsafat Sosial dewasa ini sangat dirasakan kepentingannya. Hal ini didasarkan pada perubahan dan kemajuan yang bersama-sama dialami oleh umat manusia banyak sekali berbagai persoalan yang dimintai perhatian, khususnya yang menyangkut kehidupan sosial manusia. Dalam bukunya, Suryo Ediyono menjelaskan bahwa Filsafat sosial adalah filsafat yang mempertanyakan persoalan kemasyarakatan (society), pemerintahan (government) dan Negara (state). Adapun ruang lingkup dalam filsafat social adalah sebagai berikut: Mempertanyakan dan membicarakan persoalan dalam masyarakat (society) dalam individualisme. Persoalan individual dalam hubungannya dengan Negara Persoalan yang menyangkut hak-hak asasi dan otonomi Persoalan keadilan social (justice) dan social cooperation Persoalan keadilan (justice) dan kebebasan (freedom) Persoalan antara moral dan hukum Persoalan masalah moral dan kebabasan (morality and freedom) Persoalan masalah ilmu-ilmu sosial.
Filsafat sosial merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari persoalan sosial kemasyarakatan secara kritis, radikal dan komprehensif. Sejak kelahirannya filsafat sosial telah mendekonstruksi pemahaman masyarakat bahwa tidak selamanya apa yang ada dikolong langit telah langsung diatur oleh kekuasaan Tuhan untuk selama-lamanya.

Bahan materiil filsafat sosial adalah sesuatu yang dapat menyelediki berbagai bidang dalam masyarakat, maka kita dihadapkan pada kenyataan bahwa manusia hidup bersama dengan sesama manusia, bahwa mereka bersama menimbulkan keadaan keadaan hidup materiil dan rohaniah yang sebaliknya memberikan pengaruh pada mereka. Hal ini dapat disaksikan secara lahiriah maupun batiniah. Lahiriah dapat berbentuk, pergaulan diantara mereka, saling bercakapcakap, dsb. Batiniah dapat diaplikasikan melalui segala norma-norma yang tidak tampak. Bahan formil filsafat sosial, saling kaitan dengan bahan materiil filsafat sosial namun bahan formil filsafat sosial ini dapat ditinjau dari sisi Relasi Perseorangan dan Relasi sosialnya. Relasi perseorangan itu sendiri berlangsung dari subjek ke subjek. Motif atau dasar relasi ini adalah dasar kebajikan dan kehormatan orang lain. Contoh relasi ini seperti rasa simpati, cinta kasih antar manusia, juga terima kasih dan rasa hormat. Sedangkan relasi sosial adalah relasi yang mempersatukan sejumlah orang karena adanya suatu objek Nampak yang menengahinya. Objek inilah yang membentuk relasi sosial, mungkin materiil dan mungkin idial. Oleh karena itu, terkadang sulit membedakan antara relasi perseorangan dan relasi sosial sebab keduanya saling memengaruhi, relasi sosial termasuk dalam relasi perseorangan begitu pun sebaliknya. B. Hubungan filsafat sosial dan sosiologi.

Sosiologi yang pernah diperlakukan sebagai filsafat sosial, atau filsafat sejarah, muncul sebagai ilmu sosial yang mandiri pada abad ke-19. Auguste Comte, seorang Prancis, secara tradisional dianggap sebagai bapak sosiologi. Comte terakreditasi dengan coining dari sosiologi istilah (tahun 1839). "Sosiologi" terdiri dari dua kata: socius, yang berarti pendamping atau asosiasi, dan logo, yang berarti ilmu atau belajar. Makna etimologis dari "sosiologi" demikian ilmu masyarakat. John Stuart Mill, seorang pemikir sosial dan filsuf abad ke-19, mengusulkan etologi kata untuk ini ilmu baru. Herbert Spencer mengembangkan studi sistematis tentang masyarakat dan mengadopsi kata "sosiologi" dalam karyanya. Dengan kontribusi dari Spencer dan lain-lain itu (sosiologi) menjadi nama permanen dari ilmu baru.

Sosiologi Sosiologi memaknai metode observasi dan berusaha menerangkan sebab-musabab suatu gejala sosial yang konkrit dari keadaannya yang lebih luas. Maka sosiologi tetap berada di bidang kejadian yang dapat diobservasi. Fase pertama dapat dikatakan metode Histori. Dalam fase ini, dibahas suatu gejala sosial tersendiri bersama dengan elemen-elemen yang dapat diobservasi. Dalam artian memahami peristiwa masa silam kemudian menuntaskannya menjadi prinsip-prinsip yang bersifat umum. Fase kedua berupa pengukuran kejadian-kejadian yang akan dibahas. Inilah tugas metode statistic itu sendiri. Fase ketiga atau bisa disebut dengan Metode Komparatif yakni metode perbandingan. Fase keempat berupa penafsiran suatu hipotesis. Fase kelima dapat dikatakan metode Case-Study yang didalamnya mempelajari gejala yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat berupa pembuktian kebenaran hipotesa itu sendiri.

Filsafat Sosial Filsafat sosial menempuh kebalikan jalan observasi sosiologi. Sosiologi bermaksud untuk mencapai pengetahuan yang selalu bertambah eksak tentang data positif. Filsafat sosial itu adalah data ontology dari segala sesuatu yang bersifat sosial, artinya inti sari dari hidup sosial itu dikembalikan ke pokok ada manusia. Yang tercetus dalam setiap dan segala data sosial yang konkrit, misalnya hubungan pokok perorangan dengan hidup bersama. Dalam hal ini, aliranaliran filsafat bersimpangan. Pandangan-pandangan mengenai kepentingan umum, mengenai bentuk pemerintahan, dasar hukum dan keadilan, bergantung pada tanggapan terhadap hubungan

perorangan dengan kehidupan bersama. Pandangan penting juga artinya untuk penentuan normanorma untuk mengatur segala konkrit hubungan antar manusia. Untuk mendapat pengeathuan normative tentang pengaturan tata tertib sosial, filsafat sosial melalui 2 fase : Fase pertama dibahas hubungan perorangan dalam kehidupan bersama. Fase kedua mengenai normative yang konkrit untuk tindakan sosial.

Jadi, tergambar jelas perbedaan antara Filsafat sosial dan Sosiologi. Walaupun pada dasarnya objek materiil dari objek penelitian kedua bidang ini sama, yakni Pengalaman sosial. Perbedaan antara filsafat sosial dan sosiologi dapat dilihat dari table berikut :

PERBEDAAN NO 1 2 Filsafat Sosial Berdasarkan pengalaman sosial/kenyataan sosial Bersifat Holistik Sosiologi Berdasarkan aspek objektif (statistic, grafik, angket, dll) Bersifat parsial

Kedua perbedaan diatas membawa kepada pemahaman lebih lanjut bahwa filsafat sosial jauh dari melihat kenyataan sosial pada permukaan, mencoba memasuki dimensi sosial dari eksistensi manusia secara mendalam, menyelediki makna dan nilai-nilainya dan mencoba merumuskan gambaran manusia yang utuh demi makna hidupnya yang penuh arti. Harus dikatakan bahwa sama dengan ilmu-ilmu sosial, filsafat sosial bersifat ilmiah, artinya bekerja dalam batas-batas kemungkinan dan kemampuan pengetahuan. Filsafat sosial dalam arti ini tidak hanya melukiskan kenyataan dan sifat-sifat dasar sosialisitas manusia melainkan juga menyiasati dan mengolah kenyataan sosial itu ke arah pengembangannya yang optimal, yang masih perlu diwujudkan. Dalam arti ini filasafat sosial bisa juga disebut etika sosial. Sebab pembicaraannya tidak terlepas dar pesoalan norma tingkah laku sosial.

C. Manfaat Filsafat Sosial

S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalamdalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran.Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Melihat fenomena masyarakat yang begitu banyak terjadi problema sosial, seperti kesenjangan kelas sosial antara Si kaya dan Si Miskin, penguasaan kekuasaan alam, bahkan sampai pada problema yang paling sensitive yakni masalah ketersinggungan kemanusiaan dan kemasyrakatan. Disinilah peran dan manfaat Filsafat sosial yang sesungguhnya yakni memelihara dan menjaga nilai kenyataan sosial yakni aspek teknis dan aspek kemanusiaan.
di 4:12 AM Kirimkan Ini lewat Email

Alam pikiran mengenai masyarakat sendiri. Masyarakat selalu dikenal manusia pada persoalan-persoalan Karena dia selalu menghadapkan

sesungguhnya sama tuanya dengan alam pikiran ilmiah itu dalam pengalaman dan masyarakat selalu menghadapkan yang diikhtiarkan oleh manusia itu untuk menjawabnya. manusia pada persoalan-persoalan dan masalah-masalah

praktis inilah sebabnya masyarakat menjadi buah pikiran.

Dalam alam pemikiran mengenai masyarakat tercerminlah masyarakat itu sendiri sebagai yang dialami, yang dalam perkembangannya melahirkan dua hal yaitu perkembangan dari kenyataan sosial yaitu masyarakat itu sendiri dan perkembangan pemikiran ilmiah. Dan karena pengetahuan yang paling tua adalah filsafat, maka di dalam filsafat itu pastilah dibicarakan tentang masyarakat. Dan karena filsafat lahir di alam pikiran Yunani maka yang pertama-tama perlu dibicarakan adalah alam pikiran Yunani. Pokok bahasan yang akan diuraikan pada bab dua ini adalah lahirnya filsuf-filsuf yang terkenal di era Yunani yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Ke tiga tokoh yang menjadi sufi di zamannya ini, akan dibahas secara rinci mulai dari riwayat hidupnya, metode berfikirnya hingga filsafat sosial yang dilahirkannya yang akan menjadi dasar bagi lahirnya teori-teori sosial selanjutnya khususnya teori-teori sosiologi. Setelah mempelajari uraian pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan mampu :

1. 2. 3. 4. 5.

Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial Socrates. Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial Plato. Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial Aristoteles. Membandingkan metode berfikir dan filsafat sosial Socrates dengan Plato. Membandingkan metode berfikir dan filsafat sosial Aristoteles dengan Plato/Socrates.

A. SOCRATES 1. Riwayat Hidup Sufi terbesar ini lahir kira-kira 470 SM, dan meninggal pada tahun 399 SM. Dia berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya seorang seniman patung, dan banyak memberikan inspirasi pada cara berpikir Socrates. Dia juga merupakan seorang prajurit pada angkatan perang Athena. Pada suatu ketika, ia mendapat panggilan suci (devine commision) untuk menunjukkan kearah mana kebenaran harus dikembangkan dan bagaimana menghilangkan kebodohan sesama warga Negara Athena. Sebagai prajurit dalam perang Peloponesus dia pergi dari satu barak ke barak yang lain, dan kepada setiap orang yang dijumpainya dia selalu menanyakan pendaptanya mengenai masalah-masalah sosial dan politik. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akhirnya ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya tidak mengetahui apa-apa, seperti orang lainpun tidak mengetahui apa-apa pula. Oleh karena itu dia berpendapat bahwa yang diperlukan adalah sesuatu penyelidikan yang dapat dipercaya. Dengan penyelidikan itu dicarilah hakekat kehidupan sosial politik yang kemudian melahirkan pemikiran filsafatnya. Ketika pada suatu hari Oracle Delphy menyatakan bahwa Socrates adalah seorang yang paling bijaksana di Athena, maka dia menjawab: Hanya satu hal saja yang saya ketahui, ialah bahwa saya tidak tahu apa-apa. Dari pernyataan inilah Socrates memberi dasar metode berpikir filsafatnya.

2. Metode Berfikir Socrates adalah orang pertama yang menggunakan cara berpikir untuk meragukan sesuatu dan mengutamakan pentingnya definisi mengenai sesuatu. Ia berpendapat bahwa langkah pertama untuk mendapatkan pengetahuan adalah dengan lebih dahulu menjelaskan idea-idea dan konsepsi-konsepsi. Definisi yang tepat mengenai istilah-istilah dan konsepsi-konsepsi adalah

paling sulit di dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Akan tetapi definisi ini justru harus difahami lebih dahulu untuk dapat menemukan kebenaran. Secara singkat Socrates berpendapat bahwa definisi adalah merupakan langkah pertama di dalam ilmu pengetahuan. Dari sudut ini Socrates dapat disebut sebagai orang yang pertama menunjukkan perlunya logika sebagai dasar bagi ilmu pengetahuan dan filsafat.

3. Filsafat Sosial Kita mengenal pemikiran Socrates hanya melalui tulisan-tulisan Plato muridnya, dalam bentuk drama timbal cakap. Akan tetapi sesuatu yang tidak perlu diragukan sebagai ajaran Socrates adalah pernyataan bahwa kecerdasan adalah merupakan dasar dari semua keutamaan, di dalam adat kebiasaan, di dalam lembaga-lembaga sosial dan di dalam hubungan sosial manusia maupun di dalam kehidupan pribadi. Menurut Socrates tabiat yang baik adalah sinonim dari kecerdasan, pengetahuan menjadikan seseorang bijaksana. Seseorang yang adil misalnya, harus mengetahui hukum dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, Socrates menyatakan pula bahwa disamping hukum-hukum manusia terdapat juga hukum Tuhan; dan keadaan adalah kebijakan yang mengalir dari pengetahuan tentang hukum Tuhan. Socrates mengajarkan bahwa kebajikan dalah sesuatu yang dapat dicapai dengan kecerdasan manusia. Apabila kita hendak membangun masyarakat dengan berhasil, maka kita harus membangun dengan landasan ilmu pengetahuan. Kritik yang pertama terhadap pemikiran Socrates adalah bahwa ia terlalu intelektualistik. Kenyataannya, orang-orang cerdik pandai, sekalipun mereka banyak mengetahui kebenaran akan tetapi mereka banyak pula melakukan kesalahan. Tentang hal ini Socrates menjawab, bahwa mereka memang tidak akan dapat mengetahui benar bagimana mereka dapat mencapainya. Akan tetapi bilamana suatu pengetahuan dilaksanakan, orang tidak akan melakukan kesalahan yang lebih jauh.

B. PLATO 1. Riwayat Hidup

Plato dilahirkan kira-kira 427 SM. Dan meninggal pada tahun 347 SM. Ia berasal dari keluarga bangsawan Athena yang sangat memuliakan kaumnya. Sesudah Socrates meninggal, Plato merantau ke berbagai negeri seperti Mesir, Asia, Sisilia dan Italia bagian selatan, dimana dia kemudian berkenalan dengan pemikiran Phythagoras. Pada tahun 387 SM, ia kembali ke Athena dan mendirikan suatu sekolah yang terkenal dengan nama Academia yang karena banyak menarik pemuda-pemuda terpelajar Yunani, dapat disebut sebagai Universitas pertama di Eropa Terdapat tiga buah bukunya yang paling terkenal yaitu : 1. The Republic. The Republic merupakan usaha pertamanya yang besar untuk menggambarkan suatu masyarakat ideal di mana keadilan dapat diwujudkan. 2. The Laws yang merupakan buku yang membuat garis besar konstitusi sosial politik. 3. The Statesman (Negarawan) yang membuat suatu diskusi tentang konstitusi politik.

2. Metode Berfikir Dia mengembangkan metoda dialektika Socrates, dengan memulainya dan menguji konsepkonsep pikiran. Kita dapat mengenal manusia misalnya, melalui cara mengenal pengertian umum tentang manusia, inilah yang disebut dengan Platonic idealism, yang sebagai suatu metoda berpikir biasa disebut Conseptualism, suatu doktrin yang mengajarkan bahwa kebenaran harus diperoleh dengan menguji atau membuktikan konsep-konsep. Metoda berpikir Plato ini (dan juga Socrates), bertolak belakang dengan metoda yang dipergunakan oleh ilmuilmu pengetahuan modern. Plato berpendapat bahwa kebenaran universal tidak dapat dicapai melalui pengertian-pengertian tentang gejala-gejala yang nampak. Plato adalah pencipta ajaran serbacita (ideenleer), karena itu filsafatnya disebut idealisme. Diapun beranggapan bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan atas gejala-gejala yang nampak, adalah bersifat relatif. Kebajikan tidak mungkin ada tanpa memiliki pengetahuan dan pengetahuan tidak dapat hanya terbatas pada pengamatan saja. Sebab pengetahuan itu dilahirkan oleh alam bukan benda, melainkan alam sebacita. Contohnya cita atau konsep tentang kuda yang memiliki semua sifat kuda dalam bentuk yang murni, tidak dapat diamati di dunia ini. Kuda kita lihat berbeda satu sama lain dalam bentuk, warna, dan sifatnya. Kuda dalam

bentuk yang murni dan sempurna ada di idealisme pikiran manusia, sedangkan dalam kenyataannya kuda dikenali dalam keadaan yang kurang sempurna di dunia ini. Jadi serbacita itu adalah pengertian-pengertian yang sudah ada pada saat manusia lahir. Mencari pengetahuan berarti menimbulkan kembali ingatan-ingatan dan tata tertib dari kerinduan jiwa kita akan dunia sebacita, dimana jiwa kita dahulu berada. 3. Filsafat Sosial The Republic sebenarnya bernilai sebagai tulisan tentang etika sosial, mengenai masyarakat ideal, The Republic itu sebagai tulisan pertama dan terbesar yang bersifat sosiologis. Plato menganggap bahwa masyarakat ideal adalah merupakan perluasan dari konsep tentang individu manusia. Menurut Plato manusia pada dasarnya memiliki tiga sifat tingkatan kegiatan yaitu a. The Appetites or the senses (nafsu atau perasaan-perasaan) b. The Spirit or the will (semangat atau kehendak-kehendak) c. Inteligence, reason, and judgment (kecedasan atau akal)

Berdasarkan tiga elemen aktivitas individu tersebut plato kemudian menyusun suatu masyarakat ideal di dalam tiga lapisan atau kelas yaitu : a. Mereka yang mengabdikan hidupnya untuk memperoleh pemuasan nafsu dan perasaannya. b. Mereka yang mengabdikan hidupnya untuk memperoleh penghormatan dan perbedaan sebagai manifestasi dari pada spirit or will c. Mereka yang mempersembahkan hidupnya untuk pemeliharaan akal atau kecerdasan untuk mengajar kebenaran.

Berdasarkan tiga lapisan sosial Plato kemudian merumuskan tiga kegiatan lapisan sosial. Ketiga aktivita lapisan sosial itu adalah : a. Mereka yang mengabdikan hidupnya bagi pemenuhan nafsu dan perasaan, bertugas untuk menghidupi atau memelihara masyarakat. Mereka ini adalah kelas

pekerja (manual work), yang meliputi pekerja-pekerja di sektor pertanian dan industri yang harus mendukung dan menghidupi dua kelas yang lain. Kepada kelas inilah didalam masyarakat ideal Plato, diberi hak-hak yang penuh dan istimewa sebagai seorang warga negara yang diperolehkan memiliki kekayaan pribadi, oleh karena berfungsi menyediakan atau memprodusir barang-barang kebutuhan hidup seluruh anggota masyarakat. b. Mereka yang hidupnya diabdikan untuk memperoleh penghormatan dan perbedaan sebagai manifestasi dari spirit or the will bertugas untuk melindungi masyarakat dari serangan yang datang dari luar maupun dari dalam masyarakat itu sendiri. Mereka ini adalah kelas militer (a citizen soldier class). Mereka inilah warga negara dalam pengertian yang sesungguhnya. Mereka adalah gambaran dari masyarakat komunis yang sempurna dan tidak memiliki kehidupan yang bebas dan ganjaran mereka satu-satunya adalah penghormatan yang diberikan masyarakat dan kemenangan-kemenangan perang. c. Mereka yang mempersembahkan hidupnya untuk memelihara akal atau kecerdasan bertugas untuk memerintah dan memimpin masyarakat disebut sebagai kelas penguasa (magistrates or guardian class). Kelas ini terutama diangkat dari kelas militer melalui seleksi dalam kemampuan dan kecerdasan otaknya. Mereka tidak hanya menjadi filosof dan negarawan, tetapi lebih dari itu juga seorang guru.

Meskipun Plato membagi masyarakat ke dalam 3 kelas sosial, tetapi tidak berarti bahwa pembagian tersebut merupakan lapisan yang tertutup setiap orang mempunyai kesempatan yang sama di dalam masyarakat.Plato menghendaki masyarakat yang ideal itu yakni aristokratis di bawah kaum intelek di mana kekuasaan dan pengawasan akan dipegang oleh kelas yang berpendidikan dan berkecerdasan tinggi. Yang terpenting bagi studi sosiologi dalam buku Plato The Republic adalah konsepsinya tentang keadilan (justice).Hanya di dalam masyarakat tertentu, Kata Plato, keadilan dapat direalisir. Orang yang adil hanya dapat ada di dalam masyarakat adil. Dengan demikian konsepsi Plato tentang keadilan adalah merupakan konsepsi sosial. Dalam bukunya The Laws Plato hanya memuat garis besar konstitusi politik. Di dalam buku ini tahap perkembangan sosial. Plato mengemukakan perkembangan masyarakat melalui lima tahap yaitu :

a. Tahap kehidupan masyarakat yang terisolir di dalam masyarakat pemburu dan b. yang hidup di padang-padang rumput. Masyarakat yang Patriarchal di mana keluarga-keluarga tersusun ke dalam ikatanikatan klan dan suku-suku, tetapi masyarakat ini masih hidup di padang-padang sebagai masyarakat pemburu dan penggembala. Masyarakat petani yang sudah mulai mendiami desa-desa pertanian Masyarakat yang hidup di kota-kota perdagangan Masyarakat yang hidup di kota yang mapan seperti Sparta atau Athena

c. d. e.

Plato adalah pencipta pertama dari pada ide tentang komunisme, dia hanya membatasi komunismenya pada dua lapisan atas dalam masyarakat. Menurut pendapatnya terdapat banyak persamaan antara ide komunisme Plato dengan komunisme Rusia, yaitu : a. Keduanya membenci perdagangan dan ekonomi uang b. Keduanya menaruh perhatian pada persoalan hak milik sebagai satu-satunya sumber semua kejahatan dan kebusukan c. Keduanya menghendaki hapusnya kemakmuran dan hak milik perseorangan d. Keduanya menghendaki pengawasan kolektif bagi anak-anak e. Keduanya menghendaki pengawasan semua ilmu pengetahuan dan ideologi bagi kepentingan negara f. Keduanya memiliki ajaran dogmatis yang menghendaki agama negara terhadap mana semua aktivitas harus di-subordinasikan kepadanya.

Plato adalah pencipta pertama tentang kesamaan sosial yang mutlak antara wanita dan laki-laki, dan perlunya pengawasan terhadap perkawinan. Disamping itu Plato adalah orang pertama yang menghargai ilmu pengetahuan dalam masyarakat. Ia menunjukkan bahwa tidak saja perlu adanya leadership yang cakap tetapi ia menunjukkan pula keuntungan sosial dari pada pemerintah oleh orang-orang bijaksana (para cendekiawan). Fasisme modern barang kali merupakan suatu bentuk modern berdasarkan konsep plato. Hanya saja berbeda dari komunisme Rusia Plato sebaliknya mengatakan bahwa setiap masyarakat harus selalu terdapat susunansusunan kelas yang bersifat natural.

Plato menekankan adanya perbedaan-perbedaan antara individu-individu dan kelas-kelas sosial ciptaannya terlampau kaku. Perbedaan antara kelas-kelas tersebut lebih bersifat gradual dari pada bersifat kualitatif.

C. ARISTOTELES 1. Riwayat Hidup Filsuf ini dilahirkan pada tahun 384 SM, di Stagira, dan meninggal pada tahun 332 SM, pada usia 62 tahun. Ibu Aristoteles adalah seorang ahli kesehatan dari Raja Amyntas II, dan ayahnya juga seorang ahli kesehatan, penjinak binatang, dan pecinta alam yang pada akhirnya mempengaruhi pemikiran Aristoteles yang bersifat naturalistik. Setelah kematian ayahnya, Aristoteles pergi ke Athena pada usia 18 tahun untuk belajar di academy dibawah asuhan Plato. Plato mengakui bahwa Aristoteles adalah muridnya yang paling brilliant, karena ia mampu mengembangkan pikirannya sendiri. Pada kematian Plato, Aristoteles memiliki hak terbesar untuk memimpinAcademia, sekalipun demikian pimpinan jatuh ketangan kemenakan Plato. Aristoteles merasa perlu untuk meninggalkan Athena, ia akhirnya mengungsi ke istana Hermias. Di sini ia berdiam selama tiga tahun, kemudian ia menikahi anak angkat Hermias yang cantik, bernama Pythias. Tahun 342 SM Aristoteles dipanggil ke istana raja Philip II dari Mecodonia untuk menjadi guru dari puteranya Alexander yang masih berusia 13 tahun. Sesuia dengan ide-ide pendidikannya sendiri, Aristoteles tidak mendidik Alexander sebagai murid privat, melainkan mendidiknya dalam satu sekolah bagi anak bangsawan Mecedonia. Setelah Alexander diangkat menjadi raja, Alexander memberikan bantuan kepada Aristoteles untuk membeli buku-buku guna mendirikan suatu perpustakaan dan sebuah museum serta mengumpulkan informasi-informasi ilmiah. Itulah sebabnya Aristoteles dapat mengumpulkan 158 konstitusi dari berbagai negara kota di jamannya. Hal itu pula yang menyebabkan dia mampu melakukan studi induktif yang luas berbagai masyarakat Yunani dan non Yunani. Pada usianya yang ke 50 tahun Aristoteles kembali lagi ke Athena dengan membawa serta perpustakaan dan museumnya. Kemudian ia mendirikan Lyceum Apollo, suatu sekolah Aristoteles yang terkenal sebagai Parepatetic School, karena ia mengajarkan muridnya dengan berjalan-jalan di taman. Banyak diantara tulisan aristoteles merupakan catatan muridnya, cara

yang demikian merupakan dasar yang baik bagi pembentukan pemikiran, karena muridnya merupakan kumpulan ingatan yang hidup. Kemudian Aristoteles menyingkir ke Calcis sampai ia meninggal. Pikiran Aristoteles bersifat ensiklopedis, adalah merupakan pembangunan banyak ilmu pengetahuan dan disiplin filsafat. 2. Metode Berfikir Aristoteles berbicara tentang filsafat dan dunia realita. Pemikiran Aristoteles adalah objektif dan dan realitas, teorinya dibangun berlandaskan fakta-fakta, ia menemukan sember kebenaran pada pengalaman. Aristoteles merupakan orang pertama yang menggunakan metoda historis dalam mempelajari kenyataan sosial. Dia adalah pembangun logika, yaitu suatu ilmu tentang cara berpikir yang benar, ilmu pengetahuan menurutnya adalah bangunan pengetahuan yang masuk akal. Jelaslah bahwa Aristoteles tidak pernah memimpikan untuk memisahkan penyelidikannya tentang apa yang ada dan apa yang seharusnya ada. 3. Filsafat Sosial a. Ajaran Tentang Asal mula Masyarakat Ada dua bentuk asosiasi manusia yang bersifat dasar dan essensial, yaitu asosiasi antara laki-laki dan wanita untuk mendapatkan keturunan, dan asosiasi antara penguasa dan yang dikuasai. Kedua asosiasi ini bersifat naturalistic(tidak disengaja). Negara berasal dari perkumpulan kampung/dusun, sedangkan dusun berasal dari kumpulan keluarga yang terbentuk secara alamiah. Ciri-ciri negara : merdeka penuh (full independent), memenuhi kebutuhan sendiri (self sufficiency) dan memiliki pemerintahan sendiri (self government). Negara adalah suatu natural group, dan manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon). Masyarakat manusia memiliki dasar kultur dan dasarnya yang alamiah. b. Ajaran Tentang Organisasi Sosial Aristoteles membagi ilmu tentang keluarga kedalam empat bagian : Tentang hubungan antara tuan dengan budaknya. Tentang hubungan antara suami dengan istri. Tentang hubungan antara orangtua dengan anaknya. Tentang ilmu atau seni keuangan. c. Ajaran Tentang Organisasi Politik

1. 2. 3. 4.

Aristoteles mengemukakan pembagian fungsi pemerintahan kedalam fungsi legislatif, eksekutif, dan judikatif, dengan maksud agar terdapat pengawasan satu sama lain. Ada enam bentuk fundamental daripada negara, yaitu : pemerintahan oleh seseorang disebut Monarki apabila baik dan Tyrani apabila buruk. Pemerintahan oleh sejumlah orang disebut Aristokrasi apabila baik dan Oligarkhi apabila buruk, pemerintahan oleh banyak orang disebut Demokrasi dalam bentuk baik maupun korup. d. Ajaran Tentang Sosial Development Aristoteles mengemukakan bahwa monarki adalah merupakan bentuk pemerintahan yang paling tua dan primitif, yang bersumber langsung dari kekuasaan laki-laki dalam keluarga patriarchal. Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh kaum bangsawan yang memerintah untuk orang banyak. Dalam pikiran Aristoteles sebab-sebab daripada revolusi adalah bersifat psikologis dan karenanya dapat dicegah. e. Ajaran Tentang Etika Sosial Aristoteles menyatakan bahwa negara adalah suatu asosiasi yang tidak semata-mata bertujuan untuk menyelenggarakan perlindungan bersama atau mengusahakan kemakmuran komersial. Ada tiga kesejahteraan atau kehidupan individu yang bahagia menurut Aristoteles, yaitu : 5. External goods, or wealth (kekayaan). 6. Good of the body, or health (kesejahteraan). 7. Goods of the soul, or intelligence and character (kecerdasan atau karakter). Sistem sosial yang baik menurut Aristoteles adalah suatu sistem dimana setiap orang dapat berbuat sebaik-baiknya dan hidup bahagia. Dengan demikian idealisme Aristoteles tentang masyarakat adalah merupakan idealisme seimbang antara kemakmuran material, kesehatan fisik, kecerdasan yang tersebar, dan karakter yang merata. f. Ajaran Tentang Social Progress Aristoteles memiliki pengajaran tentang perbaikan sosial, yaitu ajaran tentang bagaimana membangun atau memelihara suatu masyarakat yang ideal yaitu melalui pendidikan.Ada tiga jalan yang dapat membuat manusia menjadi baik dan bijaksana, yaitu : Alam, habit dan akal atau pikiran. Pendidikan mengandung dua hal, yaitu : habituasi atau apa yang disebut dengan latihan membiasakan diri, dan pendidikan kekuatan-kekuatan rasional, yakni akal atau pikiran. Yang

harus diperhatikan di dalam setiap pendidikan adalah meningkatkan karakter atau moral warga negara, karena karakter yang lebih tinggi akan menghasilkan tertib sosial yang tinggi pula.

RINGKASAN Filsafat sosial merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari persoalan sosial kemasyarakatan secara kritis, radikal dan komprehensif. Sejak kelahirannya filsafat sosial telah mendekonstruksi pemahaman masyarakat bahwa tidak selamanya apa yang ada dikolong langit telah langsung diatur oleh kekuasaan Tuhan untuk selama-lamanya. Filsafat Sosial dewasa ini sangat dirasakan kepentingannya. Hal ini didasarkan pada perubahan dan kemajuan yang bersama-sama dialami oleh umat manusia banyak sekali berbagai persoalan yang dimintai perhatian, khususnya yang menyangkut kehidupan sosial manusia. Dalam bukunya, Suryo Ediyono menjelaskan bahwa Filsafat sosial adalah filsafat yang mempertanyakan persoalan kemasyarakatan (society), pemerintahan (government) dan Negara (state). Adapun ruang lingkup dalam filsafat social adalah sebagai berikut: Mempertanyakan dan membicarakan persoalan dalam masyarakat (society) dalam individualisme. Persoalan individual dalam hubungannya dengan Negara Persoalan yang menyangkut hak-hak asasi dan otonomi Persoalan keadilan social (justice) dan social cooperation Persoalan keadilan (justice) dan kebebasan (freedom) Persoalan antara moral dan hukum Persoalan masalah moral dan kebabasan (morality and freedom) Persoalan masalah ilmu-ilmu sosial.
Filsafat sosial merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari persoalan sosial kemasyarakatan secara kritis, radikal dan komprehensif. Sejak kelahirannya filsafat sosial telah mendekonstruksi pemahaman masyarakat bahwa tidak selamanya apa yang ada dikolong langit telah langsung diatur oleh kekuasaan Tuhan untuk selama-lamanya.

Bahan materiil filsafat sosial adalah sesuatu yang dapat menyelediki berbagai bidang dalam masyarakat, maka kita dihadapkan pada kenyataan bahwa manusia hidup bersama dengan sesama manusia, bahwa mereka bersama menimbulkan keadaan keadaan hidup materiil dan rohaniah yang sebaliknya memberikan pengaruh pada mereka. Hal ini dapat disaksikan secara lahiriah maupun batiniah. Lahiriah dapat berbentuk, pergaulan diantara mereka, saling bercakapcakap, dsb. Batiniah dapat diaplikasikan melalui segala norma-norma yang tidak tampak. Bahan formil filsafat sosial, saling kaitan dengan bahan materiil filsafat sosial namun bahan formil filsafat sosial ini dapat ditinjau dari sisi Relasi Perseorangan dan Relasi sosialnya. Relasi perseorangan itu sendiri berlangsung dari subjek ke subjek. Motif atau dasar relasi ini adalah

dasar kebajikan dan kehormatan orang lain. Contoh relasi ini seperti rasa simpati, cinta kasih antar manusia, juga terima kasih dan rasa hormat. Sedangkan relasi sosial adalah relasi yang mempersatukan sejumlah orang karena adanya suatu objek Nampak yang menengahinya. Objek inilah yang membentuk relasi sosial, mungkin materiil dan mungkin idial. Oleh karena itu, terkadang sulit membedakan antara relasi perseorangan dan relasi sosial sebab keduanya saling memengaruhi, relasi sosial termasuk dalam relasi perseorangan begitu pun sebaliknya. B. Hubungan filsafat sosial dan sosiologi. Sosiologi yang pernah diperlakukan sebagai filsafat sosial, atau filsafat sejarah, muncul sebagai ilmu sosial yang mandiri pada abad ke-19. Auguste Comte, seorang Prancis, secara tradisional dianggap sebagai bapak sosiologi. Comte terakreditasi dengan coining dari sosiologi istilah (tahun 1839). "Sosiologi" terdiri dari dua kata: socius, yang berarti pendamping atau asosiasi, dan logo, yang berarti ilmu atau belajar. Makna etimologis dari "sosiologi" demikian ilmu masyarakat. John Stuart Mill, seorang pemikir sosial dan filsuf abad ke-19, mengusulkan etologi kata untuk ini ilmu baru. Herbert Spencer mengembangkan studi sistematis tentang masyarakat dan mengadopsi kata "sosiologi" dalam karyanya. Dengan kontribusi dari Spencer dan lain-lain itu (sosiologi) menjadi nama permanen dari ilmu baru.

Sosiologi Sosiologi memaknai metode observasi dan berusaha menerangkan sebab-musabab suatu gejala sosial yang konkrit dari keadaannya yang lebih luas. Maka sosiologi tetap berada di bidang kejadian yang dapat diobservasi. Fase pertama dapat dikatakan metode Histori. Dalam fase ini, dibahas suatu gejala sosial tersendiri bersama dengan elemen-elemen yang dapat diobservasi. Dalam artian memahami peristiwa masa silam kemudian menuntaskannya menjadi prinsip-prinsip yang bersifat umum. Fase kedua berupa pengukuran kejadian-kejadian yang akan dibahas. Inilah tugas metode statistic itu sendiri. Fase ketiga atau bisa disebut dengan Metode Komparatif yakni metode perbandingan. Fase keempat berupa penafsiran suatu hipotesis. Fase kelima dapat dikatakan metode Case-Study yang didalamnya mempelajari gejala yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat berupa pembuktian kebenaran hipotesa itu sendiri.

Filsafat Sosial

Filsafat sosial menempuh kebalikan jalan observasi sosiologi. Sosiologi bermaksud untuk mencapai pengetahuan yang selalu bertambah eksak tentang data positif. Filsafat sosial itu adalah data ontology dari segala sesuatu yang bersifat sosial, artinya inti sari dari hidup sosial itu dikembalikan ke pokok ada manusia. Yang tercetus dalam setiap dan segala data sosial yang konkrit, misalnya hubungan pokok perorangan dengan hidup bersama. Dalam hal ini, aliranaliran filsafat bersimpangan. Pandangan-pandangan mengenai kepentingan umum, mengenai bentuk pemerintahan, dasar hukum dan keadilan, bergantung pada tanggapan terhadap hubungan perorangan dengan kehidupan bersama. Pandangan penting juga artinya untuk penentuan normanorma untuk mengatur segala konkrit hubungan antar manusia. Untuk mendapat pengeathuan normative tentang pengaturan tata tertib sosial, filsafat sosial melalui 2 fase : Fase pertama dibahas hubungan perorangan dalam kehidupan bersama. Fase kedua mengenai normative yang konkrit untuk tindakan sosial.

Jadi, tergambar jelas perbedaan antara Filsafat sosial dan Sosiologi. Walaupun pada dasarnya objek materiil dari objek penelitian kedua bidang ini sama, yakni Pengalaman sosial. Perbedaan antara filsafat sosial dan sosiologi dapat dilihat dari table berikut :

PERBEDAAN NO 1 2 Filsafat Sosial Berdasarkan pengalaman sosial/kenyataan sosial Bersifat Holistik Sosiologi Berdasarkan aspek objektif (statistic, grafik, angket, dll) Bersifat parsial

Kedua perbedaan diatas membawa kepada pemahaman lebih lanjut bahwa filsafat sosial jauh dari melihat kenyataan sosial pada permukaan, mencoba memasuki dimensi sosial dari eksistensi manusia secara mendalam, menyelediki makna dan nilai-nilainya dan mencoba merumuskan gambaran manusia yang utuh demi makna hidupnya yang penuh arti. Harus dikatakan bahwa sama dengan ilmu-ilmu sosial, filsafat sosial bersifat ilmiah, artinya bekerja dalam batas-batas kemungkinan dan kemampuan pengetahuan. Filsafat sosial dalam arti ini tidak hanya melukiskan kenyataan dan sifat-sifat dasar sosialisitas manusia melainkan juga menyiasati dan mengolah kenyataan sosial itu ke arah pengembangannya yang optimal, yang masih perlu diwujudkan. Dalam arti ini filasafat sosial bisa juga disebut etika sosial. Sebab pembicaraannya tidak terlepas dar pesoalan norma tingkah laku sosial.

C. Manfaat Filsafat Sosial S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalamdalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran.Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Melihat fenomena masyarakat yang begitu banyak terjadi problema sosial, seperti kesenjangan kelas sosial antara Si kaya dan Si Miskin, penguasaan kekuasaan alam, bahkan sampai pada problema yang paling sensitive yakni masalah ketersinggungan kemanusiaan dan kemasyrakatan. Disinilah peran dan manfaat Filsafat sosial yang sesungguhnya yakni memelihara dan menjaga nilai kenyataan sosial yakni aspek teknis dan aspek kemanusiaan.
di 4:12 AM Kirimkan Ini lewat Email

Alam pikiran mengenai masyarakat sesungguhnya sama tuanya dengan alam pikiran ilmiah itu sendiri. Masyarakat selalu dikenal dalam pengalaman dan masyarakat selalu menghadapkan manusia pada persoalan-persoalan yang diikhtiarkan oleh manusia itu untuk menjawabnya. Karena dia selalu menghadapkan manusia pada persoalan-persoalan dan masalah-masalah praktis inilah sebabnya masyarakat menjadi buah pikiran.

Dalam alam pemikiran mengenai masyarakat tercerminlah masyarakat itu sendiri sebagai yang dialami, yang dalam perkembangannya melahirkan dua hal yaitu perkembangan dari kenyataan sosial yaitu masyarakat itu sendiri dan perkembangan pemikiran ilmiah. Dan karena pengetahuan yang paling tua adalah filsafat, maka di dalam filsafat itu pastilah dibicarakan tentang masyarakat. Dan karena filsafat lahir di alam pikiran Yunani maka yang pertama-tama perlu dibicarakan adalah alam pikiran Yunani. Pokok bahasan yang akan diuraikan pada bab dua ini adalah lahirnya filsuf-filsuf yang terkenal di era Yunani yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Ke tiga tokoh yang menjadi sufi di

zamannya ini, akan dibahas secara rinci mulai dari riwayat hidupnya, metode berfikirnya hingga filsafat sosial yang dilahirkannya yang akan menjadi dasar bagi lahirnya teori-teori sosial selanjutnya khususnya teori-teori sosiologi. Setelah mempelajari uraian pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan mampu : Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial Socrates. Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial Plato. Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial Aristoteles. Membandingkan metode berfikir dan filsafat sosial Socrates dengan Plato. Membandingkan metode berfikir dan filsafat sosial Aristoteles dengan Plato/Socrates.

1. 2. 3. 4. 5.

A. SOCRATES 1. Riwayat Hidup Sufi terbesar ini lahir kira-kira 470 SM, dan meninggal pada tahun 399 SM. Dia berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya seorang seniman patung, dan banyak memberikan inspirasi pada cara berpikir Socrates. Dia juga merupakan seorang prajurit pada angkatan perang Athena. Pada suatu ketika, ia mendapat panggilan suci (devine commision) untuk menunjukkan kearah mana kebenaran harus dikembangkan dan bagaimana menghilangkan kebodohan sesama warga Negara Athena. Sebagai prajurit dalam perang Peloponesus dia pergi dari satu barak ke barak yang lain, dan kepada setiap orang yang dijumpainya dia selalu menanyakan pendaptanya mengenai masalah-masalah sosial dan politik. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akhirnya ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya tidak mengetahui apa-apa, seperti orang lainpun tidak mengetahui apa-apa pula. Oleh karena itu dia berpendapat bahwa yang diperlukan adalah sesuatu penyelidikan yang dapat dipercaya. Dengan penyelidikan itu dicarilah hakekat kehidupan sosial politik yang kemudian melahirkan pemikiran filsafatnya. Ketika pada suatu hari Oracle Delphy menyatakan bahwa Socrates adalah seorang yang paling bijaksana di Athena, maka dia menjawab: Hanya satu hal saja yang saya ketahui, ialah bahwa saya tidak tahu apa-apa. Dari pernyataan inilah Socrates memberi dasar metode berpikir filsafatnya.

2. Metode Berfikir Socrates adalah orang pertama yang menggunakan cara berpikir untuk meragukan sesuatu dan mengutamakan pentingnya definisi mengenai sesuatu. Ia berpendapat bahwa langkah pertama untuk mendapatkan pengetahuan adalah dengan lebih dahulu menjelaskan idea-idea dan konsepsi-konsepsi. Definisi yang tepat mengenai istilah-istilah dan konsepsi-konsepsi adalah paling sulit di dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Akan tetapi definisi ini justru harus difahami lebih dahulu untuk dapat menemukan kebenaran. Secara singkat Socrates berpendapat bahwa definisi adalah merupakan langkah pertama di dalam ilmu pengetahuan. Dari sudut ini Socrates dapat disebut sebagai orang yang pertama menunjukkan perlunya logika sebagai dasar bagi ilmu pengetahuan dan filsafat.

3. Filsafat Sosial Kita mengenal pemikiran Socrates hanya melalui tulisan-tulisan Plato muridnya, dalam bentuk drama timbal cakap. Akan tetapi sesuatu yang tidak perlu diragukan sebagai ajaran Socrates adalah pernyataan bahwa kecerdasan adalah merupakan dasar dari semua keutamaan, di dalam adat kebiasaan, di dalam lembaga-lembaga sosial dan di dalam hubungan sosial manusia maupun di dalam kehidupan pribadi. Menurut Socrates tabiat yang baik adalah sinonim dari kecerdasan, pengetahuan menjadikan seseorang bijaksana. Seseorang yang adil misalnya, harus mengetahui hukum dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, Socrates menyatakan pula bahwa disamping hukum-hukum manusia terdapat juga hukum Tuhan; dan keadaan adalah kebijakan yang mengalir dari pengetahuan tentang hukum Tuhan. Socrates mengajarkan bahwa kebajikan dalah sesuatu yang dapat dicapai dengan kecerdasan manusia. Apabila kita hendak membangun masyarakat dengan berhasil, maka kita harus membangun dengan landasan ilmu pengetahuan. Kritik yang pertama terhadap pemikiran Socrates adalah bahwa ia terlalu intelektualistik. Kenyataannya, orang-orang cerdik pandai, sekalipun mereka banyak mengetahui kebenaran akan tetapi mereka banyak pula melakukan kesalahan. Tentang hal ini Socrates menjawab, bahwa mereka memang tidak akan dapat mengetahui benar bagimana mereka dapat mencapainya. Akan tetapi bilamana suatu pengetahuan dilaksanakan, orang tidak akan melakukan kesalahan yang lebih jauh.

B. PLATO 1. Riwayat Hidup Plato dilahirkan kira-kira 427 SM. Dan meninggal pada tahun 347 SM. Ia berasal dari keluarga bangsawan Athena yang sangat memuliakan kaumnya. Sesudah Socrates meninggal, Plato merantau ke berbagai negeri seperti Mesir, Asia, Sisilia dan Italia bagian selatan, dimana dia kemudian berkenalan dengan pemikiran Phythagoras. Pada tahun 387 SM, ia kembali ke Athena dan mendirikan suatu sekolah yang terkenal dengan nama Academia yang karena banyak menarik pemuda-pemuda terpelajar Yunani, dapat disebut sebagai Universitas pertama di Eropa Terdapat tiga buah bukunya yang paling terkenal yaitu : 1. The Republic. The Republic merupakan usaha pertamanya yang besar untuk menggambarkan suatu masyarakat ideal di mana keadilan dapat diwujudkan. 2. The Laws yang merupakan buku yang membuat garis besar konstitusi sosial politik. 3. The Statesman (Negarawan) yang membuat suatu diskusi tentang konstitusi politik.

2. Metode Berfikir Dia mengembangkan metoda dialektika Socrates, dengan memulainya dan menguji konsepkonsep pikiran. Kita dapat mengenal manusia misalnya, melalui cara mengenal pengertian umum tentang manusia, inilah yang disebut dengan Platonic idealism, yang sebagai suatu metoda berpikir biasa disebut Conseptualism, suatu doktrin yang mengajarkan bahwa kebenaran harus diperoleh dengan menguji atau membuktikan konsep-konsep. Metoda berpikir Plato ini (dan juga Socrates), bertolak belakang dengan metoda yang dipergunakan oleh ilmuilmu pengetahuan modern. Plato berpendapat bahwa kebenaran universal tidak dapat dicapai melalui pengertian-pengertian tentang gejala-gejala yang nampak. Plato adalah pencipta ajaran serbacita (ideenleer), karena itu filsafatnya disebut idealisme. Diapun beranggapan bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan atas gejala-gejala yang nampak, adalah bersifat relatif. Kebajikan tidak mungkin ada tanpa memiliki pengetahuan

dan pengetahuan tidak dapat hanya terbatas pada pengamatan saja. Sebab pengetahuan itu dilahirkan oleh alam bukan benda, melainkan alam sebacita. Contohnya cita atau konsep tentang kuda yang memiliki semua sifat kuda dalam bentuk yang murni, tidak dapat diamati di dunia ini. Kuda kita lihat berbeda satu sama lain dalam bentuk, warna, dan sifatnya. Kuda dalam bentuk yang murni dan sempurna ada di idealisme pikiran manusia, sedangkan dalam kenyataannya kuda dikenali dalam keadaan yang kurang sempurna di dunia ini. Jadi serbacita itu adalah pengertian-pengertian yang sudah ada pada saat manusia lahir. Mencari pengetahuan berarti menimbulkan kembali ingatan-ingatan dan tata tertib dari kerinduan jiwa kita akan dunia sebacita, dimana jiwa kita dahulu berada. 3. Filsafat Sosial The Republic sebenarnya bernilai sebagai tulisan tentang etika sosial, mengenai masyarakat ideal, The Republic itu sebagai tulisan pertama dan terbesar yang bersifat sosiologis. Plato menganggap bahwa masyarakat ideal adalah merupakan perluasan dari konsep tentang individu manusia. Menurut Plato manusia pada dasarnya memiliki tiga sifat tingkatan kegiatan yaitu d. The Appetites or the senses (nafsu atau perasaan-perasaan) e. The Spirit or the will (semangat atau kehendak-kehendak) f. Inteligence, reason, and judgment (kecedasan atau akal)

Berdasarkan tiga elemen aktivitas individu tersebut plato kemudian menyusun suatu masyarakat ideal di dalam tiga lapisan atau kelas yaitu : d. Mereka yang mengabdikan hidupnya untuk memperoleh pemuasan nafsu dan perasaannya. e. Mereka yang mengabdikan hidupnya untuk memperoleh penghormatan dan perbedaan sebagai manifestasi dari pada spirit or will f. Mereka yang mempersembahkan hidupnya untuk pemeliharaan akal atau kecerdasan untuk mengajar kebenaran.

Berdasarkan tiga lapisan sosial Plato kemudian merumuskan tiga kegiatan lapisan sosial. Ketiga aktivita lapisan sosial itu adalah : d. Mereka yang mengabdikan hidupnya bagi pemenuhan nafsu dan perasaan, bertugas untuk menghidupi atau memelihara masyarakat. Mereka ini adalah kelas pekerja (manual work), yang meliputi pekerja-pekerja di sektor pertanian dan industri yang harus mendukung dan menghidupi dua kelas yang lain. Kepada kelas inilah didalam masyarakat ideal Plato, diberi hak-hak yang penuh dan istimewa sebagai seorang warga negara yang diperolehkan memiliki kekayaan pribadi, oleh karena berfungsi menyediakan atau memprodusir barang-barang kebutuhan hidup seluruh anggota masyarakat. e. Mereka yang hidupnya diabdikan untuk memperoleh penghormatan dan perbedaan sebagai manifestasi dari spirit or the will bertugas untuk melindungi masyarakat dari serangan yang datang dari luar maupun dari dalam masyarakat itu sendiri. Mereka ini adalah kelas militer (a citizen soldier class). Mereka inilah warga negara dalam pengertian yang sesungguhnya. Mereka adalah gambaran dari masyarakat komunis yang sempurna dan tidak memiliki kehidupan yang bebas dan ganjaran mereka satu-satunya adalah penghormatan yang diberikan masyarakat dan kemenangan-kemenangan perang. f. Mereka yang mempersembahkan hidupnya untuk memelihara akal atau kecerdasan bertugas untuk memerintah dan memimpin masyarakat disebut sebagai kelas penguasa (magistrates or guardian class). Kelas ini terutama diangkat dari kelas militer melalui seleksi dalam kemampuan dan kecerdasan otaknya. Mereka tidak hanya menjadi filosof dan negarawan, tetapi lebih dari itu juga seorang guru.

Meskipun Plato membagi masyarakat ke dalam 3 kelas sosial, tetapi tidak berarti bahwa pembagian tersebut merupakan lapisan yang tertutup setiap orang mempunyai kesempatan yang sama di dalam masyarakat.Plato menghendaki masyarakat yang ideal itu yakni aristokratis di bawah kaum intelek di mana kekuasaan dan pengawasan akan dipegang oleh kelas yang berpendidikan dan berkecerdasan tinggi. Yang terpenting bagi studi sosiologi dalam buku Plato The Republic adalah konsepsinya tentang keadilan (justice).Hanya di dalam masyarakat tertentu, Kata Plato, keadilan dapat direalisir.

Orang yang adil hanya dapat ada di dalam masyarakat adil. Dengan demikian konsepsi Plato tentang keadilan adalah merupakan konsepsi sosial. Dalam bukunya The Laws Plato hanya memuat garis besar konstitusi politik. Di dalam buku ini tahap perkembangan sosial. Plato mengemukakan perkembangan masyarakat melalui lima tahap yaitu : f. Tahap kehidupan masyarakat yang terisolir di dalam masyarakat pemburu dan yang hidup di padang-padang rumput. g. Masyarakat yang Patriarchal di mana keluarga-keluarga tersusun ke dalam ikatanikatan klan dan suku-suku, tetapi masyarakat ini masih hidup di padang-padang sebagai masyarakat pemburu dan penggembala. h. Masyarakat petani yang sudah mulai mendiami desa-desa pertanian i. Masyarakat yang hidup di kota-kota perdagangan j. Masyarakat yang hidup di kota yang mapan seperti Sparta atau Athena

Plato adalah pencipta pertama dari pada ide tentang komunisme, dia hanya membatasi komunismenya pada dua lapisan atas dalam masyarakat. Menurut pendapatnya terdapat banyak persamaan antara ide komunisme Plato dengan komunisme Rusia, yaitu : g. Keduanya membenci perdagangan dan ekonomi uang h. Keduanya menaruh perhatian pada persoalan hak milik sebagai satu-satunya sumber semua kejahatan dan kebusukan i. Keduanya menghendaki hapusnya kemakmuran dan hak milik perseorangan j. Keduanya menghendaki pengawasan kolektif bagi anak-anak k. Keduanya menghendaki pengawasan semua ilmu pengetahuan dan ideologi bagi kepentingan negara l. Keduanya memiliki ajaran dogmatis yang menghendaki agama negara terhadap mana semua aktivitas harus di-subordinasikan kepadanya.

Plato adalah pencipta pertama tentang kesamaan sosial yang mutlak antara wanita dan laki-laki, dan perlunya pengawasan terhadap perkawinan. Disamping itu Plato adalah orang pertama yang menghargai ilmu pengetahuan dalam masyarakat. Ia menunjukkan bahwa tidak saja perlu adanya leadership yang cakap tetapi ia menunjukkan pula keuntungan sosial dari pada

pemerintah oleh orang-orang bijaksana (para cendekiawan). Fasisme modern barang kali merupakan suatu bentuk modern berdasarkan konsep plato. Hanya saja berbeda dari komunisme Rusia Plato sebaliknya mengatakan bahwa setiap masyarakat harus selalu terdapat susunansusunan kelas yang bersifat natural. Plato menekankan adanya perbedaan-perbedaan antara individu-individu dan kelas-kelas sosial ciptaannya terlampau kaku. Perbedaan antara kelas-kelas tersebut lebih bersifat gradual dari pada bersifat kualitatif.

C. ARISTOTELES 1. Riwayat Hidup Filsuf ini dilahirkan pada tahun 384 SM, di Stagira, dan meninggal pada tahun 332 SM, pada usia 62 tahun. Ibu Aristoteles adalah seorang ahli kesehatan dari Raja Amyntas II, dan ayahnya juga seorang ahli kesehatan, penjinak binatang, dan pecinta alam yang pada akhirnya mempengaruhi pemikiran Aristoteles yang bersifat naturalistik. Setelah kematian ayahnya, Aristoteles pergi ke Athena pada usia 18 tahun untuk belajar di academy dibawah asuhan Plato. Plato mengakui bahwa Aristoteles adalah muridnya yang paling brilliant, karena ia mampu mengembangkan pikirannya sendiri. Pada kematian Plato, Aristoteles memiliki hak terbesar untuk memimpinAcademia, sekalipun demikian pimpinan jatuh ketangan kemenakan Plato. Aristoteles merasa perlu untuk meninggalkan Athena, ia akhirnya mengungsi ke istana Hermias. Di sini ia berdiam selama tiga tahun, kemudian ia menikahi anak angkat Hermias yang cantik, bernama Pythias. Tahun 342 SM Aristoteles dipanggil ke istana raja Philip II dari Mecodonia untuk menjadi guru dari puteranya Alexander yang masih berusia 13 tahun. Sesuia dengan ide-ide pendidikannya sendiri, Aristoteles tidak mendidik Alexander sebagai murid privat, melainkan mendidiknya dalam satu sekolah bagi anak bangsawan Mecedonia. Setelah Alexander diangkat menjadi raja, Alexander memberikan bantuan kepada Aristoteles untuk membeli buku-buku guna mendirikan suatu perpustakaan dan sebuah museum serta mengumpulkan informasi-informasi ilmiah. Itulah sebabnya Aristoteles dapat mengumpulkan 158 konstitusi dari berbagai negara kota di jamannya. Hal itu pula yang menyebabkan dia mampu melakukan studi induktif yang luas berbagai masyarakat Yunani dan non Yunani.

Pada usianya yang ke 50 tahun Aristoteles kembali lagi ke Athena dengan membawa serta perpustakaan dan museumnya. Kemudian ia mendirikan Lyceum Apollo, suatu sekolah Aristoteles yang terkenal sebagai Parepatetic School, karena ia mengajarkan muridnya dengan berjalan-jalan di taman. Banyak diantara tulisan aristoteles merupakan catatan muridnya, cara yang demikian merupakan dasar yang baik bagi pembentukan pemikiran, karena muridnya merupakan kumpulan ingatan yang hidup. Kemudian Aristoteles menyingkir ke Calcis sampai ia meninggal. Pikiran Aristoteles bersifat ensiklopedis, adalah merupakan pembangunan banyak ilmu pengetahuan dan disiplin filsafat. 2. Metode Berfikir Aristoteles berbicara tentang filsafat dan dunia realita. Pemikiran Aristoteles adalah objektif dan dan realitas, teorinya dibangun berlandaskan fakta-fakta, ia menemukan sember kebenaran pada pengalaman. Aristoteles merupakan orang pertama yang menggunakan metoda historis dalam mempelajari kenyataan sosial. Dia adalah pembangun logika, yaitu suatu ilmu tentang cara berpikir yang benar, ilmu pengetahuan menurutnya adalah bangunan pengetahuan yang masuk akal. Jelaslah bahwa Aristoteles tidak pernah memimpikan untuk memisahkan penyelidikannya tentang apa yang ada dan apa yang seharusnya ada. 3. Filsafat Sosial a. Ajaran Tentang Asal mula Masyarakat Ada dua bentuk asosiasi manusia yang bersifat dasar dan essensial, yaitu asosiasi antara laki-laki dan wanita untuk mendapatkan keturunan, dan asosiasi antara penguasa dan yang dikuasai. Kedua asosiasi ini bersifat naturalistic(tidak disengaja). Negara berasal dari perkumpulan kampung/dusun, sedangkan dusun berasal dari kumpulan keluarga yang terbentuk secara alamiah. Ciri-ciri negara : merdeka penuh (full independent), memenuhi kebutuhan sendiri (self sufficiency) dan memiliki pemerintahan sendiri (self government). Negara adalah suatu natural group, dan manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon). Masyarakat manusia memiliki dasar kultur dan dasarnya yang alamiah. b. Ajaran Tentang Organisasi Sosial Aristoteles membagi ilmu tentang keluarga kedalam empat bagian : 1. Tentang hubungan antara tuan dengan budaknya. 2. Tentang hubungan antara suami dengan istri.

3. Tentang hubungan antara orangtua dengan anaknya. 4. Tentang ilmu atau seni keuangan. c. Ajaran Tentang Organisasi Politik Aristoteles mengemukakan pembagian fungsi pemerintahan kedalam fungsi legislatif, eksekutif, dan judikatif, dengan maksud agar terdapat pengawasan satu sama lain. Ada enam bentuk fundamental daripada negara, yaitu : pemerintahan oleh seseorang disebut Monarki apabila baik dan Tyrani apabila buruk. Pemerintahan oleh sejumlah orang disebut Aristokrasi apabila baik dan Oligarkhi apabila buruk, pemerintahan oleh banyak orang disebut Demokrasi dalam bentuk baik maupun korup. d. Ajaran Tentang Sosial Development Aristoteles mengemukakan bahwa monarki adalah merupakan bentuk pemerintahan yang paling tua dan primitif, yang bersumber langsung dari kekuasaan laki-laki dalam keluarga patriarchal. Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh kaum bangsawan yang memerintah untuk orang banyak. Dalam pikiran Aristoteles sebab-sebab daripada revolusi adalah bersifat psikologis dan karenanya dapat dicegah. e. Ajaran Tentang Etika Sosial Aristoteles menyatakan bahwa negara adalah suatu asosiasi yang tidak semata-mata bertujuan untuk menyelenggarakan perlindungan bersama atau mengusahakan kemakmuran komersial. Ada tiga kesejahteraan atau kehidupan individu yang bahagia menurut Aristoteles, yaitu : 5. External goods, or wealth (kekayaan). 6. Good of the body, or health (kesejahteraan). 7. Goods of the soul, or intelligence and character (kecerdasan atau karakter). Sistem sosial yang baik menurut Aristoteles adalah suatu sistem dimana setiap orang dapat berbuat sebaik-baiknya dan hidup bahagia. Dengan demikian idealisme Aristoteles tentang masyarakat adalah merupakan idealisme seimbang antara kemakmuran material, kesehatan fisik, kecerdasan yang tersebar, dan karakter yang merata. f. Ajaran Tentang Social Progress Aristoteles memiliki pengajaran tentang perbaikan sosial, yaitu ajaran tentang bagaimana membangun atau memelihara suatu masyarakat yang ideal yaitu melalui pendidikan.Ada tiga jalan yang dapat membuat manusia menjadi baik dan bijaksana, yaitu : Alam, habit dan akal atau pikiran.

Pendidikan mengandung dua hal, yaitu : habituasi atau apa yang disebut dengan latihan membiasakan diri, dan pendidikan kekuatan-kekuatan rasional, yakni akal atau pikiran. Yang harus diperhatikan di dalam setiap pendidikan adalah meningkatkan karakter atau moral warga negara, karena karakter yang lebih tinggi akan menghasilkan tertib sosial yang tinggi pula.

RINGKASAN Socrates, Plato dan Aristoteles adalah pemikir-pemikir sosial yang muncul di zamannya yaitu di abad Yunani. Sebagai sufi bagi masyarakat Yunani ketika terjadi krisis besar dimasyarakatnya itu, dimana kebenaran dan keadilan sulit didapat, yang ada hanya ketidakpastian. Khususnya krisis terbesar ketika negara kecil Sparta mengalahkan Athena yang begitu kuat sehingga membuat shock masyarakatnya. Persoalan yang dialami masyarakat Yunani yang serba dalam ketidakjelasan dan ketidakpastian akhirnya melahirkan filsafat sosial dari Socrates bahwa kecerdasan sumber keutamaan. Dengan kecerdasan atau ilmu pengetahuan maka kebajikan akan tercapai sehingga membangun masyarakat pun akan berhasil baik. Metode berfikir dan filsafat sosial Socrates selanjutnya dikembangkan oleh muridnya yaitu Plato yang terkenal dengan ajaran idealismenya. Dengan menguraikan sketsa masyarakat idealnya yang merupakan pengembangan sifat-sifat manusia dalam buku The Republicnya. Plato adalah pencipta pertama ide tentang komunisme. Aristoteles sebagai murid Plato ternyata mampu mengembangkan arah pikirannya sendiri berbeda dengan gurunya. Dengan membangun teori di atas landasan faktafakta meskipun masih spekulatif, serta metode berfikir induktif berbeda dengan teori Plato/Socrates yang dibangun berdasarkan dunia idea saja serta bersifat deduktif. Filsafat sosial Aristoteles yang terkenal adalah bahwa manusia menurut kodratnya adalah mahluk sosial (man is naturally a political animal) atau Zoon politicon. Oleh karena itu, Aristoteles di pandang sebagai pelopor dalam ilmu-ilmu pengetahuan sosial. Meskipun demikian, baik Aristoteles maupun Plato dan Socrates sebagai filsuf besar yang namanya menembus zaman sekalipun, tetap juga tidak luput dari berbagai kesalahan sebagaimana lazimnya kehidupan dunia ilmu pengetahuan.

Socrates, Plato dan Aristoteles adalah pemikir-pemikir sosial yang muncul di zamannya yaitu di abad Yunani. Sebagai sufi bagi masyarakat Yunani ketika terjadi krisis besar dimasyarakatnya itu, dimana kebenaran dan keadilan sulit didapat, yang ada hanya ketidakpastian. Khususnya krisis terbesar ketika negara kecil Sparta mengalahkan Athena yang begitu kuat sehingga

membuat shock masyarakatnya. Persoalan yang dialami masyarakat Yunani yang serba dalam ketidakjelasan dan ketidakpastian akhirnya melahirkan filsafat sosial dari Socrates bahwa kecerdasan sumber keutamaan. Dengan kecerdasan atau ilmu pengetahuan maka kebajikan akan tercapai sehingga membangun masyarakat pun akan berhasil baik. Metode berfikir dan filsafat sosial Socrates selanjutnya dikembangkan oleh muridnya yaitu Plato yang terkenal dengan ajaran idealismenya. Dengan menguraikan sketsa masyarakat idealnya yang merupakan pengembangan sifat-sifat manusia dalam buku The Republicnya. Plato adalah pencipta pertama ide tentang komunisme. Aristoteles sebagai murid Plato ternyata mampu mengembangkan arah pikirannya sendiri berbeda dengan gurunya. Dengan membangun teori di atas landasan faktafakta meskipun masih spekulatif, serta metode berfikir induktif berbeda dengan teori Plato/Socrates yang dibangun berdasarkan dunia idea saja serta bersifat deduktif. Filsafat sosial Aristoteles yang terkenal adalah bahwa manusia menurut kodratnya adalah mahluk sosial (man is naturally a political animal) atau Zoon politicon. Oleh karena itu, Aristoteles di pandang sebagai pelopor dalam ilmu-ilmu pengetahuan sosial. Meskipun demikian, baik Aristoteles maupun Plato dan Socrates sebagai filsuf besar yang namanya menembus zaman sekalipun, tetap juga tidak luput dari berbagai kesalahan sebagaimana lazimnya kehidupan dunia ilmu pengetahuan. Secara formal pengaturan sistem politik Indonesia tentu saja mendasarkan diri pada konstitusi tertulis. Ada tiga konstitusi tertulis yang pernah berlaku yaitu UUD 1945, UUD RIS, dan UUDS 1950. UUD 1945 merupakan konstitusi tertulis pertama dan masih berlaku sekarang ini. Konstitusi ini disusun dan diundangkan 18 agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Konstitusi ini dapat disebut sebagai salah satu konstitusi terpendek di dunia karena hanya terdiri dari 37 pasal. Ada beberapa alasan mengapa konstitusi ini disusun secara ringkas. Menurut para penyusun konstitusi itu sendiri, ringkasnya UUD 1945 dimaksudkan agar ia dapat tetap bertahan, mengikuti perkembangan zaman. Fleksibelitasnya ini dimungkinkan karena yang diatur hanyalah masalah-masalah pokok saja, sementara aturan-aturan operasional ditetapkan melalui undang-undang biasa dan peraturan lain yang lebih rendah tingkatannya, yang lebih mudah untuk dicabut dan diubah. Meskipun demikian tidaklah terlepas kemungkinan bahwa singkatnya UUD 1945 disebabkan oleh terbatasnya waktu yang digunakan untuk menyusun UUD tersebut. 1 Didalam praktek, partai politik yang sebelumnya mempunyai peranan dominan dalam menggerakkan massa untuk berjuang melawan penjajah, belum siap untuk melaksanakan sistem presidential ini. Dengan demikian hanya beberapa bulan setelah merdeka, tepatnya semenjak November 1945 sistem yang digunakan adalah parlementer. Berarti kekuasaan politik telah
1

Lihat Miriam Budiardjo dalam Dasar-dasar ilmu politik, Jakarta: PT Gramedia, 1981, halaman 119.

bergeser dari presiden ke parlemen dan partai politik. Akibatnya, perkembangan sistem politik masa itu bergantung pada parlemen dan partai politik. Pembenaran terhadap perubahan sistem pada waktu itu lebih diletakkan pada pentingnya partai politik sebagai organisasi yang mampu menggerakkan massa dan sebagai pengukur kekuatan massa dalam rangka mengusir penjajah.2 semenjak tahun 1942, hukum Indonesia telah mengalami transformasi. Itu bukan melulu berarti banyak di umumkannya pemakaian perundang-undangan baru atau bahwa mahkamah agung telah seringkali melepaskan diri dari yurisprudensi colonial. Kenyataannya, banyak peraturan colonial tetap berlaku sebagai pedoman, peraturan hokum lama itu masih saja menjadi pegangan banyak ahli hukum. Akan tetapi suatu arti dan tujuan baru telah di tuangkan ,kedalam sistem hukum. Hurufnya seringkali di ikuti secara pro forma. Yang menjadi jiwa hukum nasional yaitu apakah nilai Filsafat sosial merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari persoalan sosial kemasyarakatan secara kritis, radikal dan komprehensif. Sejak kelahirannya filsafat sosial telah mendekonstruksi pemahaman masyarakat bahwa tidak selamanya apa yang ada dikolong langit telah langsung diatur oleh kekuasaan Tuhan untuk selama-lamanya. Filsafat Sosial dewasa ini sangat dirasakan kepentingannya. Hal ini didasarkan pada perubahan dan kemajuan yang bersama-sama dialami oleh umat manusia banyak sekali berbagai persoalan yang dimintai perhatian, khususnya yang menyangkut kehidupan sosial manusia. Dalam bukunya, Suryo Ediyono menjelaskan bahwa Filsafat sosial adalah filsafat yang mempertanyakan persoalan kemasyarakatan (society), pemerintahan (government) dan Negara (state). Adapun ruang lingkup dalam filsafat social adalah sebagai berikut: Mempertanyakan dan membicarakan persoalan dalam masyarakat (society) dalam individualisme. Persoalan individual dalam hubungannya dengan Negara Persoalan yang menyangkut hak-hak asasi dan otonomi Persoalan keadilan social (justice) dan social cooperation Persoalan keadilan (justice) dan kebebasan (freedom) Persoalan antara moral dan hukum Persoalan masalah moral dan kebabasan (morality and freedom) Persoalan masalah ilmu-ilmu sosial.
Filsafat sosial merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari persoalan sosial kemasyarakatan secara kritis, radikal dan komprehensif. Sejak kelahirannya filsafat sosial telah mendekonstruksi pemahaman masyarakat bahwa tidak selamanya apa yang ada dikolong langit telah langsung diatur oleh kekuasaan Tuhan untuk selama-lamanya.

Lihat Wilopo, S.H., dalam Zaman Pemerintahan partai-partai dan kelemahannya, Jakarta: Yayasan Idayu, 1976, halaman 9.

Bahan materiil filsafat sosial adalah sesuatu yang dapat menyelediki berbagai bidang dalam masyarakat, maka kita dihadapkan pada kenyataan bahwa manusia hidup bersama dengan sesama manusia, bahwa mereka bersama menimbulkan keadaan keadaan hidup materiil dan rohaniah yang sebaliknya memberikan pengaruh pada mereka. Hal ini dapat disaksikan secara lahiriah maupun batiniah. Lahiriah dapat berbentuk, pergaulan diantara mereka, saling bercakapcakap, dsb. Batiniah dapat diaplikasikan melalui segala norma-norma yang tidak tampak. Bahan formil filsafat sosial, saling kaitan dengan bahan materiil filsafat sosial namun bahan formil filsafat sosial ini dapat ditinjau dari sisi Relasi Perseorangan dan Relasi sosialnya. Relasi perseorangan itu sendiri berlangsung dari subjek ke subjek. Motif atau dasar relasi ini adalah dasar kebajikan dan kehormatan orang lain. Contoh relasi ini seperti rasa simpati, cinta kasih antar manusia, juga terima kasih dan rasa hormat. Sedangkan relasi sosial adalah relasi yang mempersatukan sejumlah orang karena adanya suatu objek Nampak yang menengahinya. Objek inilah yang membentuk relasi sosial, mungkin materiil dan mungkin idial. Oleh karena itu, terkadang sulit membedakan antara relasi perseorangan dan relasi sosial sebab keduanya saling memengaruhi, relasi sosial termasuk dalam relasi perseorangan begitu pun sebaliknya. B. Hubungan filsafat sosial dan sosiologi. Sosiologi yang pernah diperlakukan sebagai filsafat sosial, atau filsafat sejarah, muncul sebagai ilmu sosial yang mandiri pada abad ke-19. Auguste Comte, seorang Prancis, secara tradisional dianggap sebagai bapak sosiologi. Comte terakreditasi dengan coining dari sosiologi istilah (tahun 1839). "Sosiologi" terdiri dari dua kata: socius, yang berarti pendamping atau asosiasi, dan logo, yang berarti ilmu atau belajar. Makna etimologis dari "sosiologi" demikian ilmu masyarakat. John Stuart Mill, seorang pemikir sosial dan filsuf abad ke-19, mengusulkan etologi kata untuk ini ilmu baru. Herbert Spencer mengembangkan studi sistematis tentang masyarakat dan mengadopsi kata "sosiologi" dalam karyanya. Dengan kontribusi dari Spencer dan lain-lain itu (sosiologi) menjadi nama permanen dari ilmu baru.

Sosiologi Sosiologi memaknai metode observasi dan berusaha menerangkan sebab-musabab suatu gejala sosial yang konkrit dari keadaannya yang lebih luas. Maka sosiologi tetap berada di bidang kejadian yang dapat diobservasi. Fase pertama dapat dikatakan metode Histori. Dalam fase ini, dibahas suatu gejala sosial tersendiri bersama dengan elemen-elemen yang dapat diobservasi. Dalam artian memahami peristiwa masa silam kemudian menuntaskannya menjadi prinsip-prinsip yang bersifat umum. Fase kedua berupa pengukuran kejadian-kejadian yang akan dibahas. Inilah tugas metode statistic itu sendiri.

Fase ketiga atau bisa disebut dengan Metode Komparatif yakni metode perbandingan. Fase keempat berupa penafsiran suatu hipotesis. Fase kelima dapat dikatakan metode Case-Study yang didalamnya mempelajari gejala yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat berupa pembuktian kebenaran hipotesa itu sendiri.

Filsafat Sosial Filsafat sosial menempuh kebalikan jalan observasi sosiologi. Sosiologi bermaksud untuk mencapai pengetahuan yang selalu bertambah eksak tentang data positif. Filsafat sosial itu adalah data ontology dari segala sesuatu yang bersifat sosial, artinya inti sari dari hidup sosial itu dikembalikan ke pokok ada manusia. Yang tercetus dalam setiap dan segala data sosial yang konkrit, misalnya hubungan pokok perorangan dengan hidup bersama. Dalam hal ini, aliranaliran filsafat bersimpangan. Pandangan-pandangan mengenai kepentingan umum, mengenai bentuk pemerintahan, dasar hukum dan keadilan, bergantung pada tanggapan terhadap hubungan perorangan dengan kehidupan bersama. Pandangan penting juga artinya untuk penentuan normanorma untuk mengatur segala konkrit hubungan antar manusia. Untuk mendapat pengeathuan normative tentang pengaturan tata tertib sosial, filsafat sosial melalui 2 fase : Fase pertama dibahas hubungan perorangan dalam kehidupan bersama. Fase kedua mengenai normative yang konkrit untuk tindakan sosial.

Jadi, tergambar jelas perbedaan antara Filsafat sosial dan Sosiologi. Walaupun pada dasarnya objek materiil dari objek penelitian kedua bidang ini sama, yakni Pengalaman sosial. Perbedaan antara filsafat sosial dan sosiologi dapat dilihat dari table berikut :

PERBEDAAN NO 1 2 Filsafat Sosial Berdasarkan pengalaman sosial/kenyataan sosial Bersifat Holistik Sosiologi Berdasarkan aspek objektif (statistic, grafik, angket, dll) Bersifat parsial

Kedua perbedaan diatas membawa kepada pemahaman lebih lanjut bahwa filsafat sosial jauh dari melihat kenyataan sosial pada permukaan, mencoba memasuki dimensi sosial dari eksistensi

manusia secara mendalam, menyelediki makna dan nilai-nilainya dan mencoba merumuskan gambaran manusia yang utuh demi makna hidupnya yang penuh arti. Harus dikatakan bahwa sama dengan ilmu-ilmu sosial, filsafat sosial bersifat ilmiah, artinya bekerja dalam batas-batas kemungkinan dan kemampuan pengetahuan. Filsafat sosial dalam arti ini tidak hanya melukiskan kenyataan dan sifat-sifat dasar sosialisitas manusia melainkan juga menyiasati dan mengolah kenyataan sosial itu ke arah pengembangannya yang optimal, yang masih perlu diwujudkan. Dalam arti ini filasafat sosial bisa juga disebut etika sosial. Sebab pembicaraannya tidak terlepas dar pesoalan norma tingkah laku sosial.

C. Manfaat Filsafat Sosial S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalamdalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran.Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Melihat fenomena masyarakat yang begitu banyak terjadi problema sosial, seperti kesenjangan kelas sosial antara Si kaya dan Si Miskin, penguasaan kekuasaan alam, bahkan sampai pada problema yang paling sensitive yakni masalah ketersinggungan kemanusiaan dan kemasyrakatan. Disinilah peran dan manfaat Filsafat sosial yang sesungguhnya yakni memelihara dan menjaga nilai kenyataan sosial yakni aspek teknis dan aspek kemanusiaan.
di 4:12 AM Kirimkan Ini lewat Email

Alam pikiran mengenai masyarakat sendiri. Masyarakat selalu dikenal manusia pada persoalan-persoalan Karena dia selalu menghadapkan

sesungguhnya sama tuanya dengan alam pikiran ilmiah itu dalam pengalaman dan masyarakat selalu menghadapkan yang diikhtiarkan oleh manusia itu untuk menjawabnya. manusia pada persoalan-persoalan dan masalah-masalah

praktis inilah sebabnya masyarakat menjadi buah pikiran.

Dalam alam pemikiran mengenai masyarakat tercerminlah masyarakat itu sendiri sebagai yang dialami, yang dalam perkembangannya melahirkan dua hal yaitu perkembangan dari kenyataan sosial yaitu masyarakat itu sendiri dan perkembangan pemikiran ilmiah. Dan karena pengetahuan yang paling tua adalah filsafat, maka di dalam filsafat itu pastilah dibicarakan tentang masyarakat. Dan karena filsafat lahir di alam pikiran Yunani maka yang pertama-tama perlu dibicarakan adalah alam pikiran Yunani. Pokok bahasan yang akan diuraikan pada bab dua ini adalah lahirnya filsuf-filsuf yang terkenal di era Yunani yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Ke tiga tokoh yang menjadi sufi di zamannya ini, akan dibahas secara rinci mulai dari riwayat hidupnya, metode berfikirnya hingga filsafat sosial yang dilahirkannya yang akan menjadi dasar bagi lahirnya teori-teori sosial selanjutnya khususnya teori-teori sosiologi. Setelah mempelajari uraian pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan mampu : Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial Socrates. Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial Plato. Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial Aristoteles. Membandingkan metode berfikir dan filsafat sosial Socrates dengan Plato. Membandingkan metode berfikir dan filsafat sosial Aristoteles dengan Plato/Socrates.

1. 2. 3. 4. 5.

A. SOCRATES 1. Riwayat Hidup Sufi terbesar ini lahir kira-kira 470 SM, dan meninggal pada tahun 399 SM. Dia berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya seorang seniman patung, dan banyak memberikan inspirasi pada cara berpikir Socrates. Dia juga merupakan seorang prajurit pada angkatan perang Athena. Pada suatu ketika, ia mendapat panggilan suci (devine commision) untuk menunjukkan kearah mana kebenaran harus dikembangkan dan bagaimana menghilangkan kebodohan sesama warga Negara Athena. Sebagai prajurit dalam perang Peloponesus dia pergi dari satu barak ke barak yang lain, dan kepada setiap orang yang dijumpainya dia selalu menanyakan pendaptanya mengenai masalah-masalah sosial dan politik. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akhirnya ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya tidak mengetahui apa-apa, seperti orang lainpun tidak mengetahui apa-apa pula. Oleh karena itu dia berpendapat bahwa yang diperlukan adalah sesuatu

penyelidikan yang dapat dipercaya. Dengan penyelidikan itu dicarilah hakekat kehidupan sosial politik yang kemudian melahirkan pemikiran filsafatnya. Ketika pada suatu hari Oracle Delphy menyatakan bahwa Socrates adalah seorang yang paling bijaksana di Athena, maka dia menjawab: Hanya satu hal saja yang saya ketahui, ialah bahwa saya tidak tahu apa-apa. Dari pernyataan inilah Socrates memberi dasar metode berpikir filsafatnya.

2. Metode Berfikir Socrates adalah orang pertama yang menggunakan cara berpikir untuk meragukan sesuatu dan mengutamakan pentingnya definisi mengenai sesuatu. Ia berpendapat bahwa langkah pertama untuk mendapatkan pengetahuan adalah dengan lebih dahulu menjelaskan idea-idea dan konsepsi-konsepsi. Definisi yang tepat mengenai istilah-istilah dan konsepsi-konsepsi adalah paling sulit di dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Akan tetapi definisi ini justru harus difahami lebih dahulu untuk dapat menemukan kebenaran. Secara singkat Socrates berpendapat bahwa definisi adalah merupakan langkah pertama di dalam ilmu pengetahuan. Dari sudut ini Socrates dapat disebut sebagai orang yang pertama menunjukkan perlunya logika sebagai dasar bagi ilmu pengetahuan dan filsafat.

3. Filsafat Sosial Kita mengenal pemikiran Socrates hanya melalui tulisan-tulisan Plato muridnya, dalam bentuk drama timbal cakap. Akan tetapi sesuatu yang tidak perlu diragukan sebagai ajaran Socrates adalah pernyataan bahwa kecerdasan adalah merupakan dasar dari semua keutamaan, di dalam adat kebiasaan, di dalam lembaga-lembaga sosial dan di dalam hubungan sosial manusia maupun di dalam kehidupan pribadi. Menurut Socrates tabiat yang baik adalah sinonim dari kecerdasan, pengetahuan menjadikan seseorang bijaksana. Seseorang yang adil misalnya, harus mengetahui hukum dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, Socrates menyatakan pula bahwa disamping hukum-hukum manusia terdapat juga hukum Tuhan; dan keadaan adalah kebijakan yang mengalir dari pengetahuan tentang hukum Tuhan. Socrates mengajarkan bahwa kebajikan dalah sesuatu yang dapat dicapai dengan kecerdasan

manusia. Apabila kita hendak membangun masyarakat dengan berhasil, maka kita harus membangun dengan landasan ilmu pengetahuan. Kritik yang pertama terhadap pemikiran Socrates adalah bahwa ia terlalu intelektualistik. Kenyataannya, orang-orang cerdik pandai, sekalipun mereka banyak mengetahui kebenaran akan tetapi mereka banyak pula melakukan kesalahan. Tentang hal ini Socrates menjawab, bahwa mereka memang tidak akan dapat mengetahui benar bagimana mereka dapat mencapainya. Akan tetapi bilamana suatu pengetahuan dilaksanakan, orang tidak akan melakukan kesalahan yang lebih jauh.

B. PLATO 1. Riwayat Hidup Plato dilahirkan kira-kira 427 SM. Dan meninggal pada tahun 347 SM. Ia berasal dari keluarga bangsawan Athena yang sangat memuliakan kaumnya. Sesudah Socrates meninggal, Plato merantau ke berbagai negeri seperti Mesir, Asia, Sisilia dan Italia bagian selatan, dimana dia kemudian berkenalan dengan pemikiran Phythagoras. Pada tahun 387 SM, ia kembali ke Athena dan mendirikan suatu sekolah yang terkenal dengan nama Academia yang karena banyak menarik pemuda-pemuda terpelajar Yunani, dapat disebut sebagai Universitas pertama di Eropa Terdapat tiga buah bukunya yang paling terkenal yaitu : 1. The Republic. The Republic merupakan usaha pertamanya yang besar untuk menggambarkan suatu masyarakat ideal di mana keadilan dapat diwujudkan. 2. The Laws yang merupakan buku yang membuat garis besar konstitusi sosial politik. 3. The Statesman (Negarawan) yang membuat suatu diskusi tentang konstitusi politik.

2. Metode Berfikir Dia mengembangkan metoda dialektika Socrates, dengan memulainya dan menguji konsepkonsep pikiran. Kita dapat mengenal manusia misalnya, melalui cara mengenal pengertian

umum tentang manusia, inilah yang disebut dengan Platonic idealism, yang sebagai suatu metoda berpikir biasa disebut Conseptualism, suatu doktrin yang mengajarkan bahwa kebenaran harus diperoleh dengan menguji atau membuktikan konsep-konsep. Metoda berpikir Plato ini (dan juga Socrates), bertolak belakang dengan metoda yang dipergunakan oleh ilmuilmu pengetahuan modern. Plato berpendapat bahwa kebenaran universal tidak dapat dicapai melalui pengertian-pengertian tentang gejala-gejala yang nampak. Plato adalah pencipta ajaran serbacita (ideenleer), karena itu filsafatnya disebut idealisme. Diapun beranggapan bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan atas gejala-gejala yang nampak, adalah bersifat relatif. Kebajikan tidak mungkin ada tanpa memiliki pengetahuan dan pengetahuan tidak dapat hanya terbatas pada pengamatan saja. Sebab pengetahuan itu dilahirkan oleh alam bukan benda, melainkan alam sebacita. Contohnya cita atau konsep tentang kuda yang memiliki semua sifat kuda dalam bentuk yang murni, tidak dapat diamati di dunia ini. Kuda kita lihat berbeda satu sama lain dalam bentuk, warna, dan sifatnya. Kuda dalam bentuk yang murni dan sempurna ada di idealisme pikiran manusia, sedangkan dalam kenyataannya kuda dikenali dalam keadaan yang kurang sempurna di dunia ini. Jadi serbacita itu adalah pengertian-pengertian yang sudah ada pada saat manusia lahir. Mencari pengetahuan berarti menimbulkan kembali ingatan-ingatan dan tata tertib dari kerinduan jiwa kita akan dunia sebacita, dimana jiwa kita dahulu berada. 3. Filsafat Sosial The Republic sebenarnya bernilai sebagai tulisan tentang etika sosial, mengenai masyarakat ideal, The Republic itu sebagai tulisan pertama dan terbesar yang bersifat sosiologis. Plato menganggap bahwa masyarakat ideal adalah merupakan perluasan dari konsep tentang individu manusia. Menurut Plato manusia pada dasarnya memiliki tiga sifat tingkatan kegiatan yaitu g. The Appetites or the senses (nafsu atau perasaan-perasaan) h. The Spirit or the will (semangat atau kehendak-kehendak) i. Inteligence, reason, and judgment (kecedasan atau akal)

Berdasarkan tiga elemen aktivitas individu tersebut plato kemudian menyusun suatu masyarakat ideal di dalam tiga lapisan atau kelas yaitu : g. Mereka yang mengabdikan hidupnya untuk memperoleh pemuasan nafsu dan perasaannya. h. Mereka yang mengabdikan hidupnya untuk memperoleh penghormatan dan perbedaan sebagai manifestasi dari pada spirit or will i. Mereka yang mempersembahkan hidupnya untuk pemeliharaan akal atau kecerdasan untuk mengajar kebenaran.

Berdasarkan tiga lapisan sosial Plato kemudian merumuskan tiga kegiatan lapisan sosial. Ketiga aktivita lapisan sosial itu adalah : g. Mereka yang mengabdikan hidupnya bagi pemenuhan nafsu dan perasaan, bertugas untuk menghidupi atau memelihara masyarakat. Mereka ini adalah kelas pekerja (manual work), yang meliputi pekerja-pekerja di sektor pertanian dan industri yang harus mendukung dan menghidupi dua kelas yang lain. Kepada kelas inilah didalam masyarakat ideal Plato, diberi hak-hak yang penuh dan istimewa sebagai seorang warga negara yang diperolehkan memiliki kekayaan pribadi, oleh karena berfungsi menyediakan atau memprodusir barang-barang kebutuhan hidup seluruh anggota masyarakat. h. Mereka yang hidupnya diabdikan untuk memperoleh penghormatan dan perbedaan sebagai manifestasi dari spirit or the will bertugas untuk melindungi masyarakat dari serangan yang datang dari luar maupun dari dalam masyarakat itu sendiri. Mereka ini adalah kelas militer (a citizen soldier class). Mereka inilah warga negara dalam pengertian yang sesungguhnya. Mereka adalah gambaran dari masyarakat komunis yang sempurna dan tidak memiliki kehidupan yang bebas dan ganjaran mereka satu-satunya adalah penghormatan yang diberikan masyarakat dan kemenangan-kemenangan perang. i. Mereka yang mempersembahkan hidupnya untuk memelihara akal atau kecerdasan bertugas untuk memerintah dan memimpin masyarakat disebut sebagai kelas penguasa (magistrates or guardian class). Kelas ini terutama diangkat dari kelas militer melalui seleksi dalam kemampuan dan kecerdasan otaknya. Mereka tidak hanya menjadi filosof dan negarawan, tetapi lebih dari itu juga seorang guru.

Meskipun Plato membagi masyarakat ke dalam 3 kelas sosial, tetapi tidak berarti bahwa pembagian tersebut merupakan lapisan yang tertutup setiap orang mempunyai kesempatan yang sama di dalam masyarakat.Plato menghendaki masyarakat yang ideal itu yakni aristokratis di bawah kaum intelek di mana kekuasaan dan pengawasan akan dipegang oleh kelas yang berpendidikan dan berkecerdasan tinggi. Yang terpenting bagi studi sosiologi dalam buku Plato The Republic adalah konsepsinya tentang keadilan (justice).Hanya di dalam masyarakat tertentu, Kata Plato, keadilan dapat direalisir. Orang yang adil hanya dapat ada di dalam masyarakat adil. Dengan demikian konsepsi Plato tentang keadilan adalah merupakan konsepsi sosial. Dalam bukunya The Laws Plato hanya memuat garis besar konstitusi politik. Di dalam buku ini tahap perkembangan sosial. Plato mengemukakan perkembangan masyarakat melalui lima tahap yaitu : k. Tahap kehidupan masyarakat yang terisolir di dalam masyarakat pemburu dan yang hidup di padang-padang rumput. l. Masyarakat yang Patriarchal di mana keluarga-keluarga tersusun ke dalam ikatanikatan klan dan suku-suku, tetapi masyarakat ini masih hidup di padang-padang sebagai masyarakat pemburu dan penggembala. m. Masyarakat petani yang sudah mulai mendiami desa-desa pertanian n. Masyarakat yang hidup di kota-kota perdagangan o. Masyarakat yang hidup di kota yang mapan seperti Sparta atau Athena

Plato adalah pencipta pertama dari pada ide tentang komunisme, dia hanya membatasi komunismenya pada dua lapisan atas dalam masyarakat. Menurut pendapatnya terdapat banyak persamaan antara ide komunisme Plato dengan komunisme Rusia, yaitu : m. Keduanya membenci perdagangan dan ekonomi uang n. Keduanya menaruh perhatian pada persoalan hak milik sebagai satu-satunya sumber semua kejahatan dan kebusukan o. Keduanya menghendaki hapusnya kemakmuran dan hak milik perseorangan p. Keduanya menghendaki pengawasan kolektif bagi anak-anak

q. Keduanya menghendaki pengawasan semua ilmu pengetahuan dan ideologi bagi kepentingan negara r. Keduanya memiliki ajaran dogmatis yang menghendaki agama negara terhadap mana semua aktivitas harus di-subordinasikan kepadanya.

Plato adalah pencipta pertama tentang kesamaan sosial yang mutlak antara wanita dan laki-laki, dan perlunya pengawasan terhadap perkawinan. Disamping itu Plato adalah orang pertama yang menghargai ilmu pengetahuan dalam masyarakat. Ia menunjukkan bahwa tidak saja perlu adanya leadership yang cakap tetapi ia menunjukkan pula keuntungan sosial dari pada pemerintah oleh orang-orang bijaksana (para cendekiawan). Fasisme modern barang kali merupakan suatu bentuk modern berdasarkan konsep plato. Hanya saja berbeda dari komunisme Rusia Plato sebaliknya mengatakan bahwa setiap masyarakat harus selalu terdapat susunansusunan kelas yang bersifat natural. Plato menekankan adanya perbedaan-perbedaan antara individu-individu dan kelas-kelas sosial ciptaannya terlampau kaku. Perbedaan antara kelas-kelas tersebut lebih bersifat gradual dari pada bersifat kualitatif.

C. ARISTOTELES 1. Riwayat Hidup Filsuf ini dilahirkan pada tahun 384 SM, di Stagira, dan meninggal pada tahun 332 SM, pada usia 62 tahun. Ibu Aristoteles adalah seorang ahli kesehatan dari Raja Amyntas II, dan ayahnya juga seorang ahli kesehatan, penjinak binatang, dan pecinta alam yang pada akhirnya mempengaruhi pemikiran Aristoteles yang bersifat naturalistik. Setelah kematian ayahnya, Aristoteles pergi ke Athena pada usia 18 tahun untuk belajar di academy dibawah asuhan Plato. Plato mengakui bahwa Aristoteles adalah muridnya yang paling brilliant, karena ia mampu mengembangkan pikirannya sendiri. Pada kematian Plato, Aristoteles memiliki hak terbesar untuk memimpinAcademia, sekalipun demikian pimpinan jatuh ketangan kemenakan Plato. Aristoteles merasa perlu untuk meninggalkan Athena, ia akhirnya mengungsi ke istana Hermias. Di sini ia berdiam selama tiga tahun, kemudian ia menikahi anak angkat Hermias yang cantik, bernama Pythias.

Tahun 342 SM Aristoteles dipanggil ke istana raja Philip II dari Mecodonia untuk menjadi guru dari puteranya Alexander yang masih berusia 13 tahun. Sesuia dengan ide-ide pendidikannya sendiri, Aristoteles tidak mendidik Alexander sebagai murid privat, melainkan mendidiknya dalam satu sekolah bagi anak bangsawan Mecedonia. Setelah Alexander diangkat menjadi raja, Alexander memberikan bantuan kepada Aristoteles untuk membeli buku-buku guna mendirikan suatu perpustakaan dan sebuah museum serta mengumpulkan informasi-informasi ilmiah. Itulah sebabnya Aristoteles dapat mengumpulkan 158 konstitusi dari berbagai negara kota di jamannya. Hal itu pula yang menyebabkan dia mampu melakukan studi induktif yang luas berbagai masyarakat Yunani dan non Yunani. Pada usianya yang ke 50 tahun Aristoteles kembali lagi ke Athena dengan membawa serta perpustakaan dan museumnya. Kemudian ia mendirikan Lyceum Apollo, suatu sekolah Aristoteles yang terkenal sebagai Parepatetic School, karena ia mengajarkan muridnya dengan berjalan-jalan di taman. Banyak diantara tulisan aristoteles merupakan catatan muridnya, cara yang demikian merupakan dasar yang baik bagi pembentukan pemikiran, karena muridnya merupakan kumpulan ingatan yang hidup. Kemudian Aristoteles menyingkir ke Calcis sampai ia meninggal. Pikiran Aristoteles bersifat ensiklopedis, adalah merupakan pembangunan banyak ilmu pengetahuan dan disiplin filsafat. 2. Metode Berfikir Aristoteles berbicara tentang filsafat dan dunia realita. Pemikiran Aristoteles adalah objektif dan dan realitas, teorinya dibangun berlandaskan fakta-fakta, ia menemukan sember kebenaran pada pengalaman. Aristoteles merupakan orang pertama yang menggunakan metoda historis dalam mempelajari kenyataan sosial. Dia adalah pembangun logika, yaitu suatu ilmu tentang cara berpikir yang benar, ilmu pengetahuan menurutnya adalah bangunan pengetahuan yang masuk akal. Jelaslah bahwa Aristoteles tidak pernah memimpikan untuk memisahkan penyelidikannya tentang apa yang ada dan apa yang seharusnya ada. 3. Filsafat Sosial a. Ajaran Tentang Asal mula Masyarakat Ada dua bentuk asosiasi manusia yang bersifat dasar dan essensial, yaitu asosiasi antara laki-laki dan wanita untuk mendapatkan keturunan, dan asosiasi antara penguasa dan yang dikuasai. Kedua asosiasi ini bersifat naturalistic(tidak disengaja). Negara berasal dari perkumpulan

kampung/dusun, sedangkan dusun berasal dari kumpulan keluarga yang terbentuk secara alamiah. Ciri-ciri negara : merdeka penuh (full independent), memenuhi kebutuhan sendiri (self sufficiency) dan memiliki pemerintahan sendiri (self government). Negara adalah suatu natural group, dan manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon). Masyarakat manusia memiliki dasar kultur dan dasarnya yang alamiah. b. Ajaran Tentang Organisasi Sosial Aristoteles membagi ilmu tentang keluarga kedalam empat bagian : 1. Tentang hubungan antara tuan dengan budaknya. 2. Tentang hubungan antara suami dengan istri. 3. Tentang hubungan antara orangtua dengan anaknya. 4. Tentang ilmu atau seni keuangan. c. Ajaran Tentang Organisasi Politik Aristoteles mengemukakan pembagian fungsi pemerintahan kedalam fungsi legislatif, eksekutif, dan judikatif, dengan maksud agar terdapat pengawasan satu sama lain. Ada enam bentuk fundamental daripada negara, yaitu : pemerintahan oleh seseorang disebut Monarki apabila baik dan Tyrani apabila buruk. Pemerintahan oleh sejumlah orang disebut Aristokrasi apabila baik dan Oligarkhi apabila buruk, pemerintahan oleh banyak orang disebut Demokrasi dalam bentuk baik maupun korup. d. Ajaran Tentang Sosial Development Aristoteles mengemukakan bahwa monarki adalah merupakan bentuk pemerintahan yang paling tua dan primitif, yang bersumber langsung dari kekuasaan laki-laki dalam keluarga patriarchal. Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh kaum bangsawan yang memerintah untuk orang banyak. Dalam pikiran Aristoteles sebab-sebab daripada revolusi adalah bersifat psikologis dan karenanya dapat dicegah. e. Ajaran Tentang Etika Sosial Aristoteles menyatakan bahwa negara adalah suatu asosiasi yang tidak semata-mata bertujuan untuk menyelenggarakan perlindungan bersama atau mengusahakan kemakmuran komersial. Ada tiga kesejahteraan atau kehidupan individu yang bahagia menurut Aristoteles, yaitu : 5. External goods, or wealth (kekayaan). 6. Good of the body, or health (kesejahteraan). 7. Goods of the soul, or intelligence and character (kecerdasan atau karakter).

Sistem sosial yang baik menurut Aristoteles adalah suatu sistem dimana setiap orang dapat berbuat sebaik-baiknya dan hidup bahagia. Dengan demikian idealisme Aristoteles tentang masyarakat adalah merupakan idealisme seimbang antara kemakmuran material, kesehatan fisik, kecerdasan yang tersebar, dan karakter yang merata. f. Ajaran Tentang Social Progress Aristoteles memiliki pengajaran tentang perbaikan sosial, yaitu ajaran tentang bagaimana membangun atau memelihara suatu masyarakat yang ideal yaitu melalui pendidikan.Ada tiga jalan yang dapat membuat manusia menjadi baik dan bijaksana, yaitu : Alam, habit dan akal atau pikiran. Pendidikan mengandung dua hal, yaitu : habituasi atau apa yang disebut dengan latihan membiasakan diri, dan pendidikan kekuatan-kekuatan rasional, yakni akal atau pikiran. Yang harus diperhatikan di dalam setiap pendidikan adalah meningkatkan karakter atau moral warga negara, karena karakter yang lebih tinggi akan menghasilkan tertib sosial yang tinggi pula.

RINGKASAN Filsafat sosial merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari persoalan sosial kemasyarakatan secara kritis, radikal dan komprehensif. Sejak kelahirannya filsafat sosial telah mendekonstruksi pemahaman masyarakat bahwa tidak selamanya apa yang ada dikolong langit telah langsung diatur oleh kekuasaan Tuhan untuk selama-lamanya. Filsafat Sosial dewasa ini sangat dirasakan kepentingannya. Hal ini didasarkan pada perubahan dan kemajuan yang bersama-sama dialami oleh umat manusia banyak sekali berbagai persoalan yang dimintai perhatian, khususnya yang menyangkut kehidupan sosial manusia. Dalam bukunya, Suryo Ediyono menjelaskan bahwa Filsafat sosial adalah filsafat yang mempertanyakan persoalan kemasyarakatan (society), pemerintahan (government) dan Negara (state). Adapun ruang lingkup dalam filsafat social adalah sebagai berikut: Mempertanyakan dan membicarakan persoalan dalam masyarakat (society) dalam individualisme. Persoalan individual dalam hubungannya dengan Negara Persoalan yang menyangkut hak-hak asasi dan otonomi Persoalan keadilan social (justice) dan social cooperation Persoalan keadilan (justice) dan kebebasan (freedom) Persoalan antara moral dan hukum Persoalan masalah moral dan kebabasan (morality and freedom)

Persoalan masalah ilmu-ilmu sosial.


Filsafat sosial merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari persoalan sosial kemasyarakatan secara kritis, radikal dan komprehensif. Sejak kelahirannya filsafat sosial telah mendekonstruksi pemahaman masyarakat bahwa tidak selamanya apa yang ada dikolong langit telah langsung diatur oleh kekuasaan Tuhan untuk selama-lamanya.

Bahan materiil filsafat sosial adalah sesuatu yang dapat menyelediki berbagai bidang dalam masyarakat, maka kita dihadapkan pada kenyataan bahwa manusia hidup bersama dengan sesama manusia, bahwa mereka bersama menimbulkan keadaan keadaan hidup materiil dan rohaniah yang sebaliknya memberikan pengaruh pada mereka. Hal ini dapat disaksikan secara lahiriah maupun batiniah. Lahiriah dapat berbentuk, pergaulan diantara mereka, saling bercakapcakap, dsb. Batiniah dapat diaplikasikan melalui segala norma-norma yang tidak tampak. Bahan formil filsafat sosial, saling kaitan dengan bahan materiil filsafat sosial namun bahan formil filsafat sosial ini dapat ditinjau dari sisi Relasi Perseorangan dan Relasi sosialnya. Relasi perseorangan itu sendiri berlangsung dari subjek ke subjek. Motif atau dasar relasi ini adalah dasar kebajikan dan kehormatan orang lain. Contoh relasi ini seperti rasa simpati, cinta kasih antar manusia, juga terima kasih dan rasa hormat. Sedangkan relasi sosial adalah relasi yang mempersatukan sejumlah orang karena adanya suatu objek Nampak yang menengahinya. Objek inilah yang membentuk relasi sosial, mungkin materiil dan mungkin idial. Oleh karena itu, terkadang sulit membedakan antara relasi perseorangan dan relasi sosial sebab keduanya saling memengaruhi, relasi sosial termasuk dalam relasi perseorangan begitu pun sebaliknya. B. Hubungan filsafat sosial dan sosiologi. Sosiologi yang pernah diperlakukan sebagai filsafat sosial, atau filsafat sejarah, muncul sebagai ilmu sosial yang mandiri pada abad ke-19. Auguste Comte, seorang Prancis, secara tradisional dianggap sebagai bapak sosiologi. Comte terakreditasi dengan coining dari sosiologi istilah (tahun 1839). "Sosiologi" terdiri dari dua kata: socius, yang berarti pendamping atau asosiasi, dan logo, yang berarti ilmu atau belajar. Makna etimologis dari "sosiologi" demikian ilmu masyarakat. John Stuart Mill, seorang pemikir sosial dan filsuf abad ke-19, mengusulkan etologi kata untuk ini ilmu baru. Herbert Spencer mengembangkan studi sistematis tentang masyarakat dan mengadopsi kata "sosiologi" dalam karyanya. Dengan kontribusi dari Spencer dan lain-lain itu (sosiologi) menjadi nama permanen dari ilmu baru.

Sosiologi Sosiologi memaknai metode observasi dan berusaha menerangkan sebab-musabab suatu gejala sosial yang konkrit dari keadaannya yang lebih luas. Maka sosiologi tetap berada di bidang kejadian yang dapat diobservasi.

Fase pertama dapat dikatakan metode Histori. Dalam fase ini, dibahas suatu gejala sosial tersendiri bersama dengan elemen-elemen yang dapat diobservasi. Dalam artian memahami peristiwa masa silam kemudian menuntaskannya menjadi prinsip-prinsip yang bersifat umum. Fase kedua berupa pengukuran kejadian-kejadian yang akan dibahas. Inilah tugas metode statistic itu sendiri. Fase ketiga atau bisa disebut dengan Metode Komparatif yakni metode perbandingan. Fase keempat berupa penafsiran suatu hipotesis. Fase kelima dapat dikatakan metode Case-Study yang didalamnya mempelajari gejala yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat berupa pembuktian kebenaran hipotesa itu sendiri.

Filsafat Sosial Filsafat sosial menempuh kebalikan jalan observasi sosiologi. Sosiologi bermaksud untuk mencapai pengetahuan yang selalu bertambah eksak tentang data positif. Filsafat sosial itu adalah data ontology dari segala sesuatu yang bersifat sosial, artinya inti sari dari hidup sosial itu dikembalikan ke pokok ada manusia. Yang tercetus dalam setiap dan segala data sosial yang konkrit, misalnya hubungan pokok perorangan dengan hidup bersama. Dalam hal ini, aliranaliran filsafat bersimpangan. Pandangan-pandangan mengenai kepentingan umum, mengenai bentuk pemerintahan, dasar hukum dan keadilan, bergantung pada tanggapan terhadap hubungan perorangan dengan kehidupan bersama. Pandangan penting juga artinya untuk penentuan normanorma untuk mengatur segala konkrit hubungan antar manusia. Untuk mendapat pengeathuan normative tentang pengaturan tata tertib sosial, filsafat sosial melalui 2 fase : Fase pertama dibahas hubungan perorangan dalam kehidupan bersama. Fase kedua mengenai normative yang konkrit untuk tindakan sosial.

Jadi, tergambar jelas perbedaan antara Filsafat sosial dan Sosiologi. Walaupun pada dasarnya objek materiil dari objek penelitian kedua bidang ini sama, yakni Pengalaman sosial. Perbedaan antara filsafat sosial dan sosiologi dapat dilihat dari table berikut :

PERBEDAAN NO 1 Filsafat Sosial Berdasarkan pengalaman Sosiologi Berdasarkan aspek objektif (statistic,

sosial/kenyataan sosial Bersifat Holistik

grafik, angket, dll) Bersifat parsial

Kedua perbedaan diatas membawa kepada pemahaman lebih lanjut bahwa filsafat sosial jauh dari melihat kenyataan sosial pada permukaan, mencoba memasuki dimensi sosial dari eksistensi manusia secara mendalam, menyelediki makna dan nilai-nilainya dan mencoba merumuskan gambaran manusia yang utuh demi makna hidupnya yang penuh arti. Harus dikatakan bahwa sama dengan ilmu-ilmu sosial, filsafat sosial bersifat ilmiah, artinya bekerja dalam batas-batas kemungkinan dan kemampuan pengetahuan. Filsafat sosial dalam arti ini tidak hanya melukiskan kenyataan dan sifat-sifat dasar sosialisitas manusia melainkan juga menyiasati dan mengolah kenyataan sosial itu ke arah pengembangannya yang optimal, yang masih perlu diwujudkan. Dalam arti ini filasafat sosial bisa juga disebut etika sosial. Sebab pembicaraannya tidak terlepas dar pesoalan norma tingkah laku sosial.

C. Manfaat Filsafat Sosial S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalamdalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran.Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Melihat fenomena masyarakat yang begitu banyak terjadi problema sosial, seperti kesenjangan kelas sosial antara Si kaya dan Si Miskin, penguasaan kekuasaan alam, bahkan sampai pada problema yang paling sensitive yakni masalah ketersinggungan kemanusiaan dan kemasyrakatan. Disinilah peran dan manfaat Filsafat sosial yang sesungguhnya yakni memelihara dan menjaga nilai kenyataan sosial yakni aspek teknis dan aspek kemanusiaan.
di 4:12 AM Kirimkan Ini lewat Email

Alam pikiran mengenai masyarakat sesungguhnya sama tuanya dengan alam pikiran ilmiah itu sendiri. Masyarakat selalu dikenal dalam pengalaman dan masyarakat selalu menghadapkan manusia pada persoalan-persoalan yang diikhtiarkan oleh manusia itu untuk menjawabnya.

Karena dia selalu menghadapkan manusia pada persoalan-persoalan dan masalah-masalah praktis inilah sebabnya masyarakat menjadi buah pikiran.

Dalam alam pemikiran mengenai masyarakat tercerminlah masyarakat itu sendiri sebagai yang dialami, yang dalam perkembangannya melahirkan dua hal yaitu perkembangan dari kenyataan sosial yaitu masyarakat itu sendiri dan perkembangan pemikiran ilmiah. Dan karena pengetahuan yang paling tua adalah filsafat, maka di dalam filsafat itu pastilah dibicarakan tentang masyarakat. Dan karena filsafat lahir di alam pikiran Yunani maka yang pertama-tama perlu dibicarakan adalah alam pikiran Yunani. Pokok bahasan yang akan diuraikan pada bab dua ini adalah lahirnya filsuf-filsuf yang terkenal di era Yunani yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Ke tiga tokoh yang menjadi sufi di zamannya ini, akan dibahas secara rinci mulai dari riwayat hidupnya, metode berfikirnya hingga filsafat sosial yang dilahirkannya yang akan menjadi dasar bagi lahirnya teori-teori sosial selanjutnya khususnya teori-teori sosiologi. Setelah mempelajari uraian pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial Socrates. 2. 3. 4. 5. Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial Plato. Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial Aristoteles. Membandingkan metode berfikir dan filsafat sosial Socrates dengan Plato. Membandingkan metode berfikir dan filsafat sosial Aristoteles dengan Plato/Socrates.

A. SOCRATES 1. Riwayat Hidup Sufi terbesar ini lahir kira-kira 470 SM, dan meninggal pada tahun 399 SM. Dia berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya seorang seniman patung, dan banyak memberikan inspirasi pada cara berpikir Socrates. Dia juga merupakan seorang prajurit pada angkatan perang Athena. Pada suatu ketika, ia mendapat panggilan suci (devine commision) untuk menunjukkan kearah mana kebenaran harus dikembangkan dan bagaimana menghilangkan kebodohan sesama warga Negara Athena. Sebagai prajurit dalam perang Peloponesus dia pergi dari satu barak ke barak

yang lain, dan kepada setiap orang yang dijumpainya dia selalu menanyakan pendaptanya mengenai masalah-masalah sosial dan politik. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akhirnya ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya tidak mengetahui apa-apa, seperti orang lainpun tidak mengetahui apa-apa pula. Oleh karena itu dia berpendapat bahwa yang diperlukan adalah sesuatu penyelidikan yang dapat dipercaya. Dengan penyelidikan itu dicarilah hakekat kehidupan sosial politik yang kemudian melahirkan pemikiran filsafatnya. Ketika pada suatu hari Oracle Delphy menyatakan bahwa Socrates adalah seorang yang paling bijaksana di Athena, maka dia menjawab: Hanya satu hal saja yang saya ketahui, ialah bahwa saya tidak tahu apa-apa. Dari pernyataan inilah Socrates memberi dasar metode berpikir filsafatnya.

2. Metode Berfikir Socrates adalah orang pertama yang menggunakan cara berpikir untuk meragukan sesuatu dan mengutamakan pentingnya definisi mengenai sesuatu. Ia berpendapat bahwa langkah pertama untuk mendapatkan pengetahuan adalah dengan lebih dahulu menjelaskan idea-idea dan konsepsi-konsepsi. Definisi yang tepat mengenai istilah-istilah dan konsepsi-konsepsi adalah paling sulit di dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Akan tetapi definisi ini justru harus difahami lebih dahulu untuk dapat menemukan kebenaran. Secara singkat Socrates berpendapat bahwa definisi adalah merupakan langkah pertama di dalam ilmu pengetahuan. Dari sudut ini Socrates dapat disebut sebagai orang yang pertama menunjukkan perlunya logika sebagai dasar bagi ilmu pengetahuan dan filsafat.

3. Filsafat Sosial Kita mengenal pemikiran Socrates hanya melalui tulisan-tulisan Plato muridnya, dalam bentuk drama timbal cakap. Akan tetapi sesuatu yang tidak perlu diragukan sebagai ajaran Socrates adalah pernyataan bahwa kecerdasan adalah merupakan dasar dari semua keutamaan, di dalam adat kebiasaan, di dalam lembaga-lembaga sosial dan di dalam hubungan sosial manusia maupun di dalam kehidupan pribadi. Menurut Socrates tabiat yang baik adalah sinonim dari kecerdasan, pengetahuan menjadikan seseorang bijaksana.

Seseorang yang adil misalnya, harus mengetahui hukum dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, Socrates menyatakan pula bahwa disamping hukum-hukum manusia terdapat juga hukum Tuhan; dan keadaan adalah kebijakan yang mengalir dari pengetahuan tentang hukum Tuhan. Socrates mengajarkan bahwa kebajikan dalah sesuatu yang dapat dicapai dengan kecerdasan manusia. Apabila kita hendak membangun masyarakat dengan berhasil, maka kita harus membangun dengan landasan ilmu pengetahuan. Kritik yang pertama terhadap pemikiran Socrates adalah bahwa ia terlalu intelektualistik. Kenyataannya, orang-orang cerdik pandai, sekalipun mereka banyak mengetahui kebenaran akan tetapi mereka banyak pula melakukan kesalahan. Tentang hal ini Socrates menjawab, bahwa mereka memang tidak akan dapat mengetahui benar bagimana mereka dapat mencapainya. Akan tetapi bilamana suatu pengetahuan dilaksanakan, orang tidak akan melakukan kesalahan yang lebih jauh.

B. PLATO 1. Riwayat Hidup Plato dilahirkan kira-kira 427 SM. Dan meninggal pada tahun 347 SM. Ia berasal dari keluarga bangsawan Athena yang sangat memuliakan kaumnya. Sesudah Socrates meninggal, Plato merantau ke berbagai negeri seperti Mesir, Asia, Sisilia dan Italia bagian selatan, dimana dia kemudian berkenalan dengan pemikiran Phythagoras. Pada tahun 387 SM, ia kembali ke Athena dan mendirikan suatu sekolah yang terkenal dengan nama Academia yang karena banyak menarik pemuda-pemuda terpelajar Yunani, dapat disebut sebagai Universitas pertama di Eropa Terdapat tiga buah bukunya yang paling terkenal yaitu : 1. The Republic. The Republic merupakan usaha pertamanya yang besar untuk menggambarkan suatu masyarakat ideal di mana keadilan dapat diwujudkan. 2. The Laws yang merupakan buku yang membuat garis besar konstitusi sosial politik. 3. The Statesman (Negarawan) yang membuat suatu diskusi tentang konstitusi politik.

2. Metode Berfikir Dia mengembangkan metoda dialektika Socrates, dengan memulainya dan menguji konsepkonsep pikiran. Kita dapat mengenal manusia misalnya, melalui cara mengenal pengertian umum tentang manusia, inilah yang disebut dengan Platonic idealism, yang sebagai suatu metoda berpikir biasa disebut Conseptualism, suatu doktrin yang mengajarkan bahwa kebenaran harus diperoleh dengan menguji atau membuktikan konsep-konsep. Metoda berpikir Plato ini (dan juga Socrates), bertolak belakang dengan metoda yang dipergunakan oleh ilmuilmu pengetahuan modern. Plato berpendapat bahwa kebenaran universal tidak dapat dicapai melalui pengertian-pengertian tentang gejala-gejala yang nampak. Plato adalah pencipta ajaran serbacita (ideenleer), karena itu filsafatnya disebut idealisme. Diapun beranggapan bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan atas gejala-gejala yang nampak, adalah bersifat relatif. Kebajikan tidak mungkin ada tanpa memiliki pengetahuan dan pengetahuan tidak dapat hanya terbatas pada pengamatan saja. Sebab pengetahuan itu dilahirkan oleh alam bukan benda, melainkan alam sebacita. Contohnya cita atau konsep tentang kuda yang memiliki semua sifat kuda dalam bentuk yang murni, tidak dapat diamati di dunia ini. Kuda kita lihat berbeda satu sama lain dalam bentuk, warna, dan sifatnya. Kuda dalam bentuk yang murni dan sempurna ada di idealisme pikiran manusia, sedangkan dalam kenyataannya kuda dikenali dalam keadaan yang kurang sempurna di dunia ini. Jadi serbacita itu adalah pengertian-pengertian yang sudah ada pada saat manusia lahir. Mencari pengetahuan berarti menimbulkan kembali ingatan-ingatan dan tata tertib dari kerinduan jiwa kita akan dunia sebacita, dimana jiwa kita dahulu berada. 3. Filsafat Sosial The Republic sebenarnya bernilai sebagai tulisan tentang etika sosial, mengenai masyarakat ideal, The Republic itu sebagai tulisan pertama dan terbesar yang bersifat sosiologis. Plato menganggap bahwa masyarakat ideal adalah merupakan perluasan dari konsep tentang individu manusia. Menurut Plato manusia pada dasarnya memiliki tiga sifat tingkatan kegiatan yaitu j. The Appetites or the senses (nafsu atau perasaan-perasaan) k. The Spirit or the will (semangat atau kehendak-kehendak)

l. Inteligence, reason, and judgment (kecedasan atau akal)

Berdasarkan tiga elemen aktivitas individu tersebut plato kemudian menyusun suatu masyarakat ideal di dalam tiga lapisan atau kelas yaitu : j. Mereka yang mengabdikan hidupnya untuk memperoleh pemuasan nafsu dan perasaannya. k. Mereka yang mengabdikan hidupnya untuk memperoleh penghormatan dan perbedaan sebagai manifestasi dari pada spirit or will l. Mereka yang mempersembahkan hidupnya untuk pemeliharaan akal atau kecerdasan untuk mengajar kebenaran.

Berdasarkan tiga lapisan sosial Plato kemudian merumuskan tiga kegiatan lapisan sosial. Ketiga aktivita lapisan sosial itu adalah : j. Mereka yang mengabdikan hidupnya bagi pemenuhan nafsu dan perasaan, bertugas untuk menghidupi atau memelihara masyarakat. Mereka ini adalah kelas pekerja (manual work), yang meliputi pekerja-pekerja di sektor pertanian dan industri yang harus mendukung dan menghidupi dua kelas yang lain. Kepada kelas inilah didalam masyarakat ideal Plato, diberi hak-hak yang penuh dan istimewa sebagai seorang warga negara yang diperolehkan memiliki kekayaan pribadi, oleh karena berfungsi menyediakan atau memprodusir barang-barang kebutuhan hidup seluruh anggota masyarakat. k. Mereka yang hidupnya diabdikan untuk memperoleh penghormatan dan perbedaan sebagai manifestasi dari spirit or the will bertugas untuk melindungi masyarakat dari serangan yang datang dari luar maupun dari dalam masyarakat itu sendiri. Mereka ini adalah kelas militer (a citizen soldier class). Mereka inilah warga negara dalam pengertian yang sesungguhnya. Mereka adalah gambaran dari masyarakat komunis yang sempurna dan tidak memiliki kehidupan yang bebas dan ganjaran mereka satu-satunya adalah penghormatan yang diberikan masyarakat dan kemenangan-kemenangan perang. l. Mereka yang mempersembahkan hidupnya untuk memelihara akal atau kecerdasan bertugas untuk memerintah dan memimpin masyarakat disebut sebagai kelas penguasa (magistrates or guardian class). Kelas ini terutama

diangkat dari kelas militer melalui seleksi dalam kemampuan dan kecerdasan otaknya. Mereka tidak hanya menjadi filosof dan negarawan, tetapi lebih dari itu juga seorang guru.

Meskipun Plato membagi masyarakat ke dalam 3 kelas sosial, tetapi tidak berarti bahwa pembagian tersebut merupakan lapisan yang tertutup setiap orang mempunyai kesempatan yang sama di dalam masyarakat.Plato menghendaki masyarakat yang ideal itu yakni aristokratis di bawah kaum intelek di mana kekuasaan dan pengawasan akan dipegang oleh kelas yang berpendidikan dan berkecerdasan tinggi. Yang terpenting bagi studi sosiologi dalam buku Plato The Republic adalah konsepsinya tentang keadilan (justice).Hanya di dalam masyarakat tertentu, Kata Plato, keadilan dapat direalisir. Orang yang adil hanya dapat ada di dalam masyarakat adil. Dengan demikian konsepsi Plato tentang keadilan adalah merupakan konsepsi sosial. Dalam bukunya The Laws Plato hanya memuat garis besar konstitusi politik. Di dalam buku ini tahap perkembangan sosial. Plato mengemukakan perkembangan masyarakat melalui lima tahap yaitu : p. Tahap kehidupan masyarakat yang terisolir di dalam masyarakat pemburu dan yang hidup di padang-padang rumput. q. Masyarakat yang Patriarchal di mana keluarga-keluarga tersusun ke dalam ikatanikatan klan dan suku-suku, tetapi masyarakat ini masih hidup di padang-padang sebagai masyarakat pemburu dan penggembala. r. Masyarakat petani yang sudah mulai mendiami desa-desa pertanian s. Masyarakat yang hidup di kota-kota perdagangan t. Masyarakat yang hidup di kota yang mapan seperti Sparta atau Athena

Plato adalah pencipta pertama dari pada ide tentang komunisme, dia hanya membatasi komunismenya pada dua lapisan atas dalam masyarakat. Menurut pendapatnya terdapat banyak persamaan antara ide komunisme Plato dengan komunisme Rusia, yaitu : s. Keduanya membenci perdagangan dan ekonomi uang

t. Keduanya menaruh perhatian pada persoalan hak milik sebagai satu-satunya sumber semua kejahatan dan kebusukan u. Keduanya menghendaki hapusnya kemakmuran dan hak milik perseorangan v. Keduanya menghendaki pengawasan kolektif bagi anak-anak w. Keduanya menghendaki pengawasan semua ilmu pengetahuan dan ideologi bagi kepentingan negara x. Keduanya memiliki ajaran dogmatis yang menghendaki agama negara terhadap mana semua aktivitas harus di-subordinasikan kepadanya.

Plato adalah pencipta pertama tentang kesamaan sosial yang mutlak antara wanita dan laki-laki, dan perlunya pengawasan terhadap perkawinan. Disamping itu Plato adalah orang pertama yang menghargai ilmu pengetahuan dalam masyarakat. Ia menunjukkan bahwa tidak saja perlu adanya leadership yang cakap tetapi ia menunjukkan pula keuntungan sosial dari pada pemerintah oleh orang-orang bijaksana (para cendekiawan). Fasisme modern barang kali merupakan suatu bentuk modern berdasarkan konsep plato. Hanya saja berbeda dari komunisme Rusia Plato sebaliknya mengatakan bahwa setiap masyarakat harus selalu terdapat susunansusunan kelas yang bersifat natural. Plato menekankan adanya perbedaan-perbedaan antara individu-individu dan kelas-kelas sosial ciptaannya terlampau kaku. Perbedaan antara kelas-kelas tersebut lebih bersifat gradual dari pada bersifat kualitatif.

C. ARISTOTELES 1. Riwayat Hidup Filsuf ini dilahirkan pada tahun 384 SM, di Stagira, dan meninggal pada tahun 332 SM, pada usia 62 tahun. Ibu Aristoteles adalah seorang ahli kesehatan dari Raja Amyntas II, dan ayahnya juga seorang ahli kesehatan, penjinak binatang, dan pecinta alam yang pada akhirnya mempengaruhi pemikiran Aristoteles yang bersifat naturalistik. Setelah kematian ayahnya, Aristoteles pergi ke Athena pada usia 18 tahun untuk belajar di academy dibawah asuhan Plato. Plato mengakui bahwa Aristoteles adalah muridnya yang paling brilliant, karena ia mampu mengembangkan pikirannya sendiri. Pada kematian Plato, Aristoteles

memiliki hak terbesar untuk memimpinAcademia, sekalipun demikian pimpinan jatuh ketangan kemenakan Plato. Aristoteles merasa perlu untuk meninggalkan Athena, ia akhirnya mengungsi ke istana Hermias. Di sini ia berdiam selama tiga tahun, kemudian ia menikahi anak angkat Hermias yang cantik, bernama Pythias. Tahun 342 SM Aristoteles dipanggil ke istana raja Philip II dari Mecodonia untuk menjadi guru dari puteranya Alexander yang masih berusia 13 tahun. Sesuia dengan ide-ide pendidikannya sendiri, Aristoteles tidak mendidik Alexander sebagai murid privat, melainkan mendidiknya dalam satu sekolah bagi anak bangsawan Mecedonia. Setelah Alexander diangkat menjadi raja, Alexander memberikan bantuan kepada Aristoteles untuk membeli buku-buku guna mendirikan suatu perpustakaan dan sebuah museum serta mengumpulkan informasi-informasi ilmiah. Itulah sebabnya Aristoteles dapat mengumpulkan 158 konstitusi dari berbagai negara kota di jamannya. Hal itu pula yang menyebabkan dia mampu melakukan studi induktif yang luas berbagai masyarakat Yunani dan non Yunani. Pada usianya yang ke 50 tahun Aristoteles kembali lagi ke Athena dengan membawa serta perpustakaan dan museumnya. Kemudian ia mendirikan Lyceum Apollo, suatu sekolah Aristoteles yang terkenal sebagai Parepatetic School, karena ia mengajarkan muridnya dengan berjalan-jalan di taman. Banyak diantara tulisan aristoteles merupakan catatan muridnya, cara yang demikian merupakan dasar yang baik bagi pembentukan pemikiran, karena muridnya merupakan kumpulan ingatan yang hidup. Kemudian Aristoteles menyingkir ke Calcis sampai ia meninggal. Pikiran Aristoteles bersifat ensiklopedis, adalah merupakan pembangunan banyak ilmu pengetahuan dan disiplin filsafat. 2. Metode Berfikir Aristoteles berbicara tentang filsafat dan dunia realita. Pemikiran Aristoteles adalah objektif dan dan realitas, teorinya dibangun berlandaskan fakta-fakta, ia menemukan sember kebenaran pada pengalaman. Aristoteles merupakan orang pertama yang menggunakan metoda historis dalam mempelajari kenyataan sosial. Dia adalah pembangun logika, yaitu suatu ilmu tentang cara berpikir yang benar, ilmu pengetahuan menurutnya adalah bangunan pengetahuan yang masuk akal. Jelaslah bahwa Aristoteles tidak pernah memimpikan untuk memisahkan penyelidikannya tentang apa yang ada dan apa yang seharusnya ada. 3. Filsafat Sosial

a. Ajaran Tentang Asal mula Masyarakat Ada dua bentuk asosiasi manusia yang bersifat dasar dan essensial, yaitu asosiasi antara laki-laki dan wanita untuk mendapatkan keturunan, dan asosiasi antara penguasa dan yang dikuasai. Kedua asosiasi ini bersifat naturalistic(tidak disengaja). Negara berasal dari perkumpulan kampung/dusun, sedangkan dusun berasal dari kumpulan keluarga yang terbentuk secara alamiah. Ciri-ciri negara : merdeka penuh (full independent), memenuhi kebutuhan sendiri (self sufficiency) dan memiliki pemerintahan sendiri (self government). Negara adalah suatu natural group, dan manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon). Masyarakat manusia memiliki dasar kultur dan dasarnya yang alamiah. b. Ajaran Tentang Organisasi Sosial Aristoteles membagi ilmu tentang keluarga kedalam empat bagian : Tentang hubungan antara tuan dengan budaknya. Tentang hubungan antara suami dengan istri. Tentang hubungan antara orangtua dengan anaknya. Tentang ilmu atau seni keuangan. c. Ajaran Tentang Organisasi Politik Aristoteles mengemukakan pembagian fungsi pemerintahan kedalam fungsi legislatif, eksekutif, dan judikatif, dengan maksud agar terdapat pengawasan satu sama lain. Ada enam bentuk fundamental daripada negara, yaitu : pemerintahan oleh seseorang disebut Monarki apabila baik dan Tyrani apabila buruk. Pemerintahan oleh sejumlah orang disebut Aristokrasi apabila baik dan Oligarkhi apabila buruk, pemerintahan oleh banyak orang disebut Demokrasi dalam bentuk baik maupun korup. d. Ajaran Tentang Sosial Development Aristoteles mengemukakan bahwa monarki adalah merupakan bentuk pemerintahan yang paling tua dan primitif, yang bersumber langsung dari kekuasaan laki-laki dalam keluarga patriarchal. Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh kaum bangsawan yang memerintah untuk orang banyak. Dalam pikiran Aristoteles sebab-sebab daripada revolusi adalah bersifat psikologis dan karenanya dapat dicegah. e. Ajaran Tentang Etika Sosial Aristoteles menyatakan bahwa negara adalah suatu asosiasi yang tidak semata-mata bertujuan untuk menyelenggarakan perlindungan bersama atau mengusahakan kemakmuran komersial. Ada tiga kesejahteraan atau kehidupan individu yang bahagia menurut Aristoteles, yaitu :

1. 2. 3. 4.

5. External goods, or wealth (kekayaan). 6. Good of the body, or health (kesejahteraan). 7. Goods of the soul, or intelligence and character (kecerdasan atau karakter). Sistem sosial yang baik menurut Aristoteles adalah suatu sistem dimana setiap orang dapat berbuat sebaik-baiknya dan hidup bahagia. Dengan demikian idealisme Aristoteles tentang masyarakat adalah merupakan idealisme seimbang antara kemakmuran material, kesehatan fisik, kecerdasan yang tersebar, dan karakter yang merata. f. Ajaran Tentang Social Progress Aristoteles memiliki pengajaran tentang perbaikan sosial, yaitu ajaran tentang bagaimana membangun atau memelihara suatu masyarakat yang ideal yaitu melalui pendidikan.Ada tiga jalan yang dapat membuat manusia menjadi baik dan bijaksana, yaitu : Alam, habit dan akal atau pikiran. Pendidikan mengandung dua hal, yaitu : habituasi atau apa yang disebut dengan latihan membiasakan diri, dan pendidikan kekuatan-kekuatan rasional, yakni akal atau pikiran. Yang harus diperhatikan di dalam setiap pendidikan adalah meningkatkan karakter atau moral warga negara, karena karakter yang lebih tinggi akan menghasilkan tertib sosial yang tinggi pula.

RINGKASAN Socrates, Plato dan Aristoteles adalah pemikir-pemikir sosial yang muncul di zamannya yaitu di abad Yunani. Sebagai sufi bagi masyarakat Yunani ketika terjadi krisis besar dimasyarakatnya itu, dimana kebenaran dan keadilan sulit didapat, yang ada hanya ketidakpastian. Khususnya krisis terbesar ketika negara kecil Sparta mengalahkan Athena yang begitu kuat sehingga membuat shock masyarakatnya. Persoalan yang dialami masyarakat Yunani yang serba dalam ketidakjelasan dan ketidakpastian akhirnya melahirkan filsafat sosial dari Socrates bahwa kecerdasan sumber keutamaan. Dengan kecerdasan atau ilmu pengetahuan maka kebajikan akan tercapai sehingga membangun masyarakat pun akan berhasil baik. Metode berfikir dan filsafat sosial Socrates selanjutnya dikembangkan oleh muridnya yaitu Plato yang terkenal dengan ajaran idealismenya. Dengan menguraikan sketsa masyarakat idealnya yang merupakan pengembangan sifat-sifat manusia dalam buku The Republicnya. Plato adalah pencipta pertama ide tentang komunisme. Aristoteles sebagai murid Plato ternyata mampu mengembangkan arah pikirannya sendiri berbeda dengan gurunya. Dengan membangun teori di atas landasan fakta-

fakta meskipun masih spekulatif, serta metode berfikir induktif berbeda dengan teori Plato/Socrates yang dibangun berdasarkan dunia idea saja serta bersifat deduktif. Filsafat sosial Aristoteles yang terkenal adalah bahwa manusia menurut kodratnya adalah mahluk sosial (man is naturally a political animal) atau Zoon politicon. Oleh karena itu, Aristoteles di pandang sebagai pelopor dalam ilmu-ilmu pengetahuan sosial. Meskipun demikian, baik Aristoteles maupun Plato dan Socrates sebagai filsuf besar yang namanya menembus zaman sekalipun, tetap juga tidak luput dari berbagai kesalahan sebagaimana lazimnya kehidupan dunia ilmu pengetahuan.

Socrates, Plato dan Aristoteles adalah pemikir-pemikir sosial yang muncul di zamannya yaitu di abad Yunani. Sebagai sufi bagi masyarakat Yunani ketika terjadi krisis besar dimasyarakatnya itu, dimana kebenaran dan keadilan sulit didapat, yang ada hanya ketidakpastian. Khususnya krisis terbesar ketika negara kecil Sparta mengalahkan Athena yang begitu kuat sehingga membuat shock masyarakatnya. Persoalan yang dialami masyarakat Yunani yang serba dalam ketidakjelasan dan ketidakpastian akhirnya melahirkan filsafat sosial dari Socrates bahwa kecerdasan sumber keutamaan. Dengan kecerdasan atau ilmu pengetahuan maka kebajikan akan tercapai sehingga membangun masyarakat pun akan berhasil baik. Metode berfikir dan filsafat sosial Socrates selanjutnya dikembangkan oleh muridnya yaitu Plato yang terkenal dengan ajaran idealismenya. Dengan menguraikan sketsa masyarakat idealnya yang merupakan pengembangan sifat-sifat manusia dalam buku The Republicnya. Plato adalah pencipta pertama ide tentang komunisme. Aristoteles sebagai murid Plato ternyata mampu mengembangkan arah pikirannya sendiri berbeda dengan gurunya. Dengan membangun teori di atas landasan faktafakta meskipun masih spekulatif, serta metode berfikir induktif berbeda dengan teori Plato/Socrates yang dibangun berdasarkan dunia idea saja serta bersifat deduktif. Filsafat sosial Aristoteles yang terkenal adalah bahwa manusia menurut kodratnya adalah mahluk sosial (man is naturally a political animal) atau Zoon politicon. Oleh karena itu, Aristoteles di pandang sebagai pelopor dalam ilmu-ilmu pengetahuan sosial. Meskipun demikian, baik Aristoteles maupun Plato dan Socrates sebagai filsuf besar yang namanya menembus zaman sekalipun, tetap juga tidak luput dari berbagai kesalahan sebagaimana lazimnya kehidupan dunia ilmu pengetahuan. Secara formal pengaturan sistem politik Indonesia tentu saja mendasarkan diri pada konstitusi tertulis. Ada tiga konstitusi tertulis yang pernah berlaku yaitu UUD 1945, UUD RIS, dan UUDS 1950. UUD 1945 merupakan konstitusi tertulis pertama dan masih berlaku sekarang ini. Konstitusi ini disusun dan diundangkan 18 agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan

Indonesia. Konstitusi ini dapat disebut sebagai salah satu konstitusi terpendek di dunia karena hanya terdiri dari 37 pasal. Ada beberapa alasan mengapa konstitusi ini disusun secara ringkas. Menurut para penyusun konstitusi itu sendiri, ringkasnya UUD 1945 dimaksudkan agar ia dapat tetap bertahan, mengikuti perkembangan zaman. Fleksibelitasnya ini dimungkinkan karena yang diatur hanyalah masalah-masalah pokok saja, sementara aturan-aturan operasional ditetapkan melalui undang-undang biasa dan peraturan lain yang lebih rendah tingkatannya, yang lebih mudah untuk dicabut dan diubah. Meskipun demikian tidaklah terlepas kemungkinan bahwa singkatnya UUD 1945 disebabkan oleh terbatasnya waktu yang digunakan untuk menyusun UUD tersebut. 3 Didalam praktek, partai politik yang sebelumnya mempunyai peranan dominan dalam menggerakkan massa untuk berjuang melawan penjajah, belum siap untuk melaksanakan sistem presidential ini. Dengan demikian hanya beberapa bulan setelah merdeka, tepatnya semenjak November 1945 sistem yang digunakan adalah parlementer. Berarti kekuasaan politik telah bergeser dari presiden ke parlemen dan partai politik. Akibatnya, perkembangan sistem politik masa itu bergantung pada parlemen dan partai politik. Pembenaran terhadap perubahan sistem pada waktu itu lebih diletakkan pada pentingnya partai politik sebagai organisasi yang mampu menggerakkan massa dan sebagai pengukur kekuatan massa dalam rangka mengusir penjajah.4 semenjak tahun 1942, hukum Indonesia telah mengalami transformasi. Itu bukan melulu berarti banyak di umumkannya pemakaian perundang-undangan baru atau bahwa mahkamah agung telah seringkali melepaskan diri dari yurisprudensi colonial. Kenyataannya, banyak peraturan colonial tetap berlaku sebagai pedoman, peraturan hokum lama itu masih saja menjadi pegangan banyak ahli hukum. Akan tetapi suatu arti dan tujuan baru telah di tuangkan ,kedalam sistem hukum. Hurufnya seringkali di ikuti secara pro forma. Yang menjadi jiwa hukum nasional yaitu apakah nilai-nilai yang relevan, pengakuan bersama terhadap peranan hukum, proses, struktur dan pergaulan dalam Negara baru-adlah sukar dikatakan. Masalahnya (bagi indosesia dan bagi penulis), di persulit oleh adanya tradisi agama yang berlainan, yang memberikan tempat bagi pandangan hukum dan keadilan yang kadangkadang berbeda pandangan islam mengenai keadilan, yang di dasarkan pada idea hukum tuhan yang cukup jelas, sangatlah berbeda dengan pandangan yang lebih kabur dari kaum tani abangan dan jawa. Ada pula perbedaan kultur dan social yang secara hukum relevan antara berbagai tradisi adat. Dan ada perbedaan kelompok-pengacara professional adalah salah satu contoh nilainilai dari luar membentuk suatu substrata idiologi. Hukum formil yang telah menjadi satu kekuatan social di Indonesia sangat di peRlemah oleh revolusi kemerdekaan dan pergolakan politik yang mengiringinya. Tetapi pada umumnya mitos social dan politik di Indonesia tidak memberikan dukungan secara konsisten bagi terbinanya
3 4

Lihat Miriam Budiardjo dalam Dasar-dasar ilmu politik, Jakarta: PT Gramedia, 1981, halaman 119. Lihat Wilopo, S.H., dalam Zaman Pemerintahan partai-partai dan kelemahannya, Jakarta: Yayasan Idayu, 1976, halaman 9.

suatu ruang aktivitas hukum yang bebas, yang di harapkan memberi kepastian dan ketertiban kepada masayarakat, pengertian-pengertian mengenai keadilan dan tingkah laku social yang layak sedikit saja terpengaruh oleh hukum para pengacara. Pembicaraan kita selanjutnya mengenai konsep keadilan dan legalitas, akan membahas secara ringkas masalah ini. Namun suatu hukum yang tak terikat pada perorangan adalah inheren di Indonesia dan mungkin akan semakin menonjol lagi. Terlebih pula,isi hukum formil memberikan respons terhadap perubahan social dan politik, dan hukum di pergunakan di dalam batas-batas untuk mendorong pembaharuan hal-hal ini akan di uraikan dalam bagian penutup tulisan ini.5

-nilai yang relevan, pengakuan bersama terhadap peranan hukum, proses, struktur dan pergaulan dalam Negara baru-adlah sukar dikatakan. Masalahnya (bagi indosesia dan bagi penulis), di persulit oleh adanya tradisi agama yang berlainan, yang memberikan tempat bagi pandangan hukum dan keadilan yang kadang-kadang berbeda pandangan islam mengenai keadilan, yang di dasarkan pada idea hukum tuhan yang cukup jelas, sangatlah berbeda dengan pandangan yang lebih kabur dari kaum tani abangan dan jawa. Ada pula perbedaan kultur dan social yang secara hukum relevan antara berbagai tradisi adat. Dan ada perbedaan kelompok-pengacara professional adalah salah satu contoh nilai-nilai dari luar membentuk suatu substrata idiologi. Hukum formil yang telah menjadi satu kekuatan social di Indonesia sangat di peRlemah oleh revolusi kemerdekaan dan pergolakan politik yang mengiringinya. Tetapi pada umumnya mitos social dan politik di Indonesia tidak memberikan dukungan secara konsisten bagi terbinanya suatu ruang aktivitas hukum yang bebas, yang di harapkan memberi kepastian dan ketertiban kepada masayarakat, pengertian-pengertian mengenai keadilan dan tingkah laku social yang layak sedikit saja terpengaruh oleh hukum para pengacara. Pembicaraan kita selanjutnya mengenai konsep keadilan dan legalitas, akan membahas secara ringkas masalah ini. Namun suatu hukum yang tak terikat pada perorangan adalah inheren di Indonesia dan mungkin akan semakin menonjol lagi. Terlebih pula,isi hukum formil memberikan respons terhadap perubahan social dan politik, dan hukum di pergunakan di dalam batas-batas untuk mendorong pembaharuan hal-hal ini akan di uraikan dalam bagian penutup tulisan ini.6

5 6

DR. yahya muhaimin, masalah-masaalah pembangunan politik, Yogyakarta; gadjah mada university press. DR. yahya muhaimin, masalah-masaalah pembangunan politik, Yogyakarta; gadjah mada university press.

You might also like