You are on page 1of 64

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK USIA DINI : PERKEMBANGAN KONSEP DIRI

TIM PENYUSUN:

NATALINA PURBA KLAUDIA KURNIA SARI

7516091341 7516091350

DOSEN PENGAMPU : Dr. YULIANI NURANI SUJIONO

NON REGULER PAUD (PENDIDIKAN ANAK USIA DINI) UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA, 7 APRIL 2010

BAB I PENDAHULUAN

Konsep diri adalah gambaran yang bersifat individu dan sangat pribadi, dinamis dan evaluatif yang masing-masing orang mengembangkannya dalam berinteraksi dengan lingkungan kejiwaannya dan ada juga yang dibawa-bawa dalam perjalan hidupnya. Pada awal permulaan tercatat bukti bahwa orang sudah mulai mencari-cari untuk memahami sebab tingkah laku dan menciptakan suatu pengertian tentang identitas.1 Kelly menunjukkan bahwa setiap orang dengan cara-cara khusus merupakan psikolog awam yang terus menerus mencoba untuk meramalkan dan mengendalikan arah kejadiankejadian di mana dia terlibat Bahasa merupakan satu-satunya sifat yang unik pada manusia, sedangkan konsep diri merupakan penuntut yang lebih kuat lagi bagi peranan tersebut yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya. 2 Erich Fromm melihat manusia sebagai melebihi segala bentuk kehidupan karena hanya dia sesungguhnya kehidupan menyadari dirinya sendiri dan juga karena hanya manusia yang didorong untuk mengakui bahwa hanya mnusia yang mampu bersikap objektif terhadap dirinya sendiri., berada terpisah dari dirinya sendiri, dan berpikir sebagai apa dirinya dan apa yang ingin dilakukannya dan hendak menjadi apa. Dobzhansky mengatakan bahwa kesadaran sebagai ciri pokok dan merupakan sesuatu yang baru dari homo sapiens yang bersifat evolusioner.3 konsep diri berkaitan erat dengan individu termasuk ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan dengan orang lain. Setiap orang akan mendasarkan, membanding, merespon dalam bentuk perlakuan sesuai dengan konsep

Burns, R.B (1993). The Self Concept. (Alih bahasa: Eddy). Jakarta : Arcan, p: 3. Ibid, p: 3-4. Ibid

2 3

dirinya. Konsep diri terbentuk melalui proses yang terjadi sejak lahir kemudian secara bertahap mengalami perubahan seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu. 4 Pembentukan konsep diri sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Konsep diri juga akan dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai tekanan yang dialami individu. Hal ini akan membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian terhadap pengalaman akan situasi tertentu.

http://www.conflictanddevelopment.org/data/PCF%20material/CRT/leader/Bab%202%20Memahami%20Diri%20dan%20Keberadaan%20Kita_BB.pdf

BAB II PEMBAHASAN

Apa itu konsep diri Konsep diri berasal dari abad kedua puluh. William James, pada akhir abda ke 19 menggambarkan 2 diri: I- Self dan Me- Self, yang mengetahui dan yang diketahui (Janies, 1950). I-Self adalah entitas subjektif yang membangun dan mencari tahu The Me-Self sedangkan MeSelf adalah apa yang dapat diketahui secara objektif tentang diri. Hal ini disebut dengan konsep diri (self image) yaitu citra kita tentang diri kita sendiri. 5 Lecky mengungkapkan bahwa semua nilai dari individu diorganiasikan ke dalam suatu system tunggal, inti yaitu konsep dirinya sendiri. Lecky menempatkan kepercayaan yang besar dalam potensialitas manusia dan kekuatanya dalam pertumbuhan diri. Angyal membuat dalil bahwa suatu diri yang simbolis merupakan kumpulan semua konsepsi diri yang dipunyai seseorang. sedangkan menurut Mead konsep diri sebagai suatu objek timbul di dalam interaksi social sebagai hasil perekembangan diri perhatian individu tersebut mengenai orang lain berinteraksi dengan dirinya.6 Konsep diri merupakan suatu ukuran kualitas yang memungkinkan seseorang dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya. Kualitas yang membuat seseorang memiliki keunikan sendiri sebagai manusia, tumbuh dan berkembang melalui interaksi sosial, yaitu berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain. Individu tidak dilahirkan dengan membawa kepribadian tetapi dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya. Pengalaman dalam kehidupan akan membentuk diri (kepribadian), tetapi setiap orang juga harus menyadari apa yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi pada diri pribadinya. Kesadaran terhadap diri pribadi merupakan suatu proses persepsi yang ditujukan pada dirinya sendiri.

Burns, R.B. The Self Concept. (Alih Bahasa: Eddy). Jakarta : Arcan, 1993. p: 5-6. Ibid

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri Glasner mengatakan bahwa konsep diri anak terbentuk dalam rahim hubungan keluarga. Pola kepribadian anak diletakkan pada saat bayi dan dibentuk pada masa anak-anak. Orang tua, saudara kandung dan sanak saudara adalah faktor penting dalam pembentukkan konsep diri. 7 Seiring berjalannya waktu anak mulai berinteraksi dengan teman sebaya baik di lingkungan sekolah maupun di lingkugan rumah, sikap dan cara teman memperlakukannya mulai membawa pengaruh dalam pembentukan konsep diri anak, pengaruh yang dapat mendorong atau melawan dan bertentangan dengan pengaruh-pengaruh dari keluarga. Berarti dapat dikatakan bahwa Konsep diri bukan bawaan (hereditas) sejak lahir, tetapi berkembang melalui tahapan tertentu karena interaksi dengan lingkungan. Sejak lahir seseorang mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Dengan demikian pembentukan konsep diri melalui suatu proses belajar. Dalam melakukan kegiatannya seseorang memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan, penggunaan bahasa, suara, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya, interaksi sosia, hubungan interpersonal, kemampuan dalam bidang tertentu yang dinilai oleh diri, kelompok atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan potensi yang dimilikinya. 8

Orang terpenting atau orang terdekat (significan other) Pada awal pertumbuhan anak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah oleh sebab itu orang tua dan anggota keluarga lah yang memiliki andil dalam pembentukan konsep diri anak. Kondisi dalam kelurga juga turut membentuk konseep diri anak. Hubungan anak dengan anggota keluarga adalah penting, namun sikap orang tua merupakan unsur yang paling penting

Hurlock, Elizabeth B. Development Psycloloy. Fifth edition. (Alih bahasa: Istiwidayanti, Soejarwo). Jakarta : Erlangga, 1994, p: 132.
8

http://www.conflictanddevelopment.org/data/PCF%20material/CRT/leader/Bab%202%20Memahami%20Diri%20dan%20Keberadaan%20Kita_BB.pdf

dalam pembentukan konsep diri anak. Bagaimana pandangan orang tua mengenai penampilan, kemampuan dan prestasinya, sangat mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri. 9 Orangtua, lebih dari siapapun, mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan konsep diri positif pada anak. Orang tua yang memiliki konsep diri positif akan menampilkan tingkah laku yang menunjukkan rasa percaya diri dan memiliki pandangan yang optimis. Konsep dan sikap tersebut tersebut juga "ditularkan" kepada anaknya, baik melalui proses meniru ataupun melalui evaluasi yang diberikan orangtua terhadap perilaku anak, orangtua yang memiliki konsep diri positif, akan menerapkan pola asuh yang mendukung terbentuknya konsep diri yang positif pada anak.
10

Contohnya ketika anak tidak mendapat nilai 10 orang tua akan

berusaha memberi semangat dna mengatakan lain kali pasti bisa, asal kamu belajar. Ada orang tua yang memiliki konsep diri positif tentunya ada yang negative. Orang tua yang memiliki konsep diri negative menampilkan tingkah laku yang menunjukkan rasa rendah diri dan sikap pesimis. Sikap ini juga dapat ditiru oleh anak, atau secara tidak langsung memberikan pengaruhnya melalui evaluasi yang bersifat pesimis terhadap anak, yang akhirnya dapat membentuk konsep diri yang juga negative pada anak.11 Contonya ketika ulangan anak mendapat nilai jelek. Orang tua yang memiliki konsep diri negative akan langsung mengatakan bawa anaknya bodoh, perkataan ini akan selalu diingat dan anak tidka berusaha untuk memperbaiki nilainya toh aku bodoh kok ga perlu ada perbaikan.

Cara pelatihan anak disiplin otoriter dan disertai banyak hukuman bandan cenderung membuat anak benci terhadap orang yang berkuasa dan menimbulkan perasaan menyerah, perasaan yang dapat dan sering berkembangan menjadi kompleks martir. Contohnya anak-anak yang masih duduk di bangku menengah atas, tanpa pikir panjang mereka mau direkrut untuk menjadi pembawa bom bunuh diri di Hotel J.W. Mariot, mereka sudah tahu bahwa nyawa adalah

Hurlock, Elizabeth B. Development Psycloloy. Fifth edition. (Alih bahasa: Istiwidayanti, Soejarwo ). Jakarta : Erlangga, 1994, p: 132.
10

http://cybertech.cbn.net.id/cbprtl/cyberwoman/detail.aspx?x=Mother+And+Baby&y=cyberwoman|0|0|5|1414 Ibid.

11

taruhannya tapi tetap mereka lakoni karena yang merekrut pasti sudah mencuci otak mereka dengan mengatakan bahwa mereka dengan mati sahid, upahnya adalah surga. Perkembangan sosial pada anak-anak tumbuh dengan erat dalam lingkungan keluarga. Orang tua memiliki peran sangat besar dalam membesarkan anak-anaknya dan orang tua

memiliki gaya tersendiri dalam membina hubungan dengan anak-anaknya, dan hal ini mempengaruhi perkembangan sosial anak-anak. Menurut Diane Baumrind ada 3 gaya orang tua dalam mendidik dan membesarkan nakanakanya:12 a. Orang tua yang otoriter (authoritarian parents) Melarang anak dengan mengorbankan otonomi anak. Pada gaya ini orang tua menganggap bahwa anak harus menerima apapun yang dikatakan orang tua tanpa ada bantahan dan cenderung keras. b. Orang tua yang membiarkan (permissive) Memberikan kebebasan sebanyak-banyaknya kepada anak-anaknya dan menempatkan harapan-harapan kepada mereka. c. Orang tua yang hangat (authoritataive) Orang tua mencoba menghargai tingkah laku yang ditunjukkan anak-anaknya namun disaat yang sama orang tua juga berusaha untuk menunjukkan tingkah laku mereka sendiri, dan mengharapkan standar ini bertemu dengan standar anak. Orang tua tipe ini bersikap hangat tapi juga menuntut. Baumrind menyimpulkan bahwa orang tua yang efektif lebih cenderung memilih gaya authoritative. Karena orang tua yang dapat dipercaya cenderung memiliki anak yang mandiri, bersahabat, harga diri yang tinggi, dan berorientasi pada prestasi. Cita-cita orang tua terhadap anaknya berperan penting dalam membentuk konsep dirinya. Kalau harapan orang tua terlalu tinggi anak cenderung gagal. 13 Ditempat penulis mengajar ada
12

Jiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2002. p: 78.

13

Hurlock, Elizabeth B. Development Psycloloy. Fifth edition. (Ali bahasa: Istiwidayanti, Soejarwo). Jakarta : Erlangga, 1994, p: 132.

beberapa orang tua yang menginginkan anaknya selalu memdapatkan nilai 10 untuk pekerjaan sekolah (PS) apalagi ulangan. Anak anak sebut saja Jamie dia selalu menangis kalau tidak mendapat nilai 10, akhirnya penulis bertanya ada apa, nilai 9 juga sangat bagus. Dia jawab, papi bilang Jamie harus dapat nilai 10 kalau tidak nanti tidak bisa jadi dokter. Posisi urutan anak-anak dalam keluarga dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian. Pengaruh ini dapat dijelaskan bahwa setiap anak dalam kelurga memiliki peran khusus sebagian karena perbedaan metode pelatihan anak, sebagian lagi berhasil atau tidaknya anak bersaing dengan saudara kandungnya. Beberapa ciri umum sehubungan dengan posisi urutan 14 Anak pertama Berprilaku secara matang Benci terhadap fungsinya sebagai teladan untuk adik-adiknya Mempunyai perasaan yang kurang aman dan benci karena lahirnya adik Kurang agresif dan kurang berani Menggembangkan memimpin sebagai kemampuan akibat dari Anak bungsu Cenderung menuntut kurang keras sebagai ketatnya dan banyak dari dan Mempunyai tanggung jawab yang lebih sedikit Terganggu pada perasaan-

perasaan diabaikan orang tua Mencari persahabatn dengan teman-teman sebaya. Meggembangkan kemampuan untuk tidak berprestasi tinggi

tanggunga jawab di rumah Biasanya prestasi tinggi sebagai akibat dari tekan dari orang tua dan ingin merebut kembali perhatian dari orang tua Sering merasa tidak bahagia karena merasa tidak aman

akibat disiplin

dimanjakan Tidak banyak memiliki rasa benci Cenderung tidak berprestasi tinggi Biasanya dilindungi oleh orang tua dari serangan fisik atau verbal

14

Ibid, p: 35

Anak tengah Belajar mandiri dan bertualang akibat dari kebebasan yang didapat Menjadi benci dan berusaha untuk mengungguli kelebihan kakaknya Tidak menyukai keistimewaan

kakak-kakaknya Mengalami hubungan social yang baik diluar rumah dan biasanya popular pemimpin namun jarang menjadi kurangya

karena

kemauan untuk memikul tanggung jawab

yang diperoleh kakaknya Bertingkah dan melanggar

Cenderung merasa bahagia karena mendapat perhatian lebih dan

peraturan untuk menarik perhatian orang tua Menggembangkan kecenderungan untuk menjadi bos

dimanjakan oleh angggota keluarga selama masa awal kanak-kanak.

Ketidaknyamanan lingkungan kematian, perceraian, perpisahan atau mobilitas sosial berpengaruh buruk terhadap konsep diri anak, karena dia merasa tidak aman dan lain dengan teman-teman sebaya. Gambaran diri (Body image) Penyakit anak-anak sangat mudah terkena penyakit terutama penyakit penafasan. Saat ini sudah banyak ditemukan obat-obatan untuk penyakit yang diderita anak-anak sehingga tidak banyak yang menyebabkan cacat fisik yang menetap. Namun penyakit secara psikologis dapat merusak karena dua hal, pertama anak yang sakit akan tertinggal dalam mempelajari berbagai keterampilan yang diperlukan untuk bermain dengan teman sebayanya. Kedua jika orang tua merasa penyakit anak sebagai bencana keluarga dan menyalahkan anak atas kerepotan yang terjadi dan menambah biaya maka keadaan ini membuat anak tegang dan gelisah. Keadaan ini tidak hanya memperlama penyakit, namun merusak hubungan anak dengan orang tua.15 Kecelakaan kebanyakan anak mengalami luka iris, memar, radang, terbakar, patah tulang, otot kaku, atau gangguan ringan sebagai akibat dari kecelakaan. Meskipun banyak kecelakaan dalam
15

Hurlock, Elizabeth B. Development Psycloloy. Fifth edition. (Alih bahasa: Istiwidayanti, Soejarwo ). Jakarta : Erlangga, 1994, p: 133.

masa awal anak-anak tidak fatal namun banyak yang meninggalkan cacat fisik atau psikologis selamanya.16 Tidak menarik dengan berjalannya awal masa kanak-kanak, anak semakin tidak menarik sampai masa akhir anak-anak. Terlepas dari usia individu orang bereaksi positif terhadap anak yang menarik dan bereaksi negatif terhadap anak yang tidak menarik.17 Kejanggalan kehati-hatian orang orang tua cenderung membuat anak terkekang sehingga perekembangan motoriknya terhambat. Akibatnya sianak terkesan kaku, sehingga temantemannya tidak mengikutsertakannya dalam permainan. Sianak akan merasa bahwa temantemannya lebih baik dari dirinya suatu perasaan yang akan berkembangan menjadi rendah diri atau minder. Dare dan Gordon berpendapat bahwa anak-anak dari kodratnya tidak kagok atau kikuk dan setelah tahap anak kecil dilampaui gerakan dari anak kelihatan menakjubkan, sehingga anak yang gerakannya tidak indah akan merasa tidak bahagaia. 18 Kegemukan secara medis anak yang berat tubuhnya dan bentuk tubuhnya 20 persen atau lebih diatas berat anak-anak normal yang seusia dianggap gemuk. Kegemukan merupakan bahaya ditingkat usia manapun. Pertama kegemukan membahayakan kesehatan. Kedua kegemukan membahayakan penampilan tubuh yang menarik. Disamping itu kegemukan merupakan bahaya dalam awal masa kanak-kanak kerena ini awal terbentuknya pola makan. 19 Tangan kidal Heron pernah menunjukkan bahwa sepanjang sejarah tangan kiri mempunyai arti buruk. Di Amerika sekira 90 persen menggunakan tangan kanan oleh sebab itu orang kidal akan kelihtan berbeda selama masa kanak-kanak dan remaja, perbedaan ini ditafsir sebagai rendah diri. 20

16

Ibid. Ibid. Ibid. Ibid.

17

18

19

20

Hurlock, Elizabeth B. Development Psycloloy. Fifth edition. (Alih bahasa: Istiwidayanti, Soejarwo). Jakarta : Erlangga, 1994, p: 134.

Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian, cara individu memandang dirinya memiliki dampak terhadap perkembangan psikologisnya. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap aktualisasi diri dalam rangka memperbaiki hubungan dengan orang lain, penerimaan diri dan menjadi pemicu sukses dalam kehidupannya.

Ideal diri Pada awal pertumbuhan anak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah oleh sebab itu orang tua dan anggota keluarga lah yang memiliki andil dalam pembentukan konsep diri anak. Kondisi dalam kelurga juga turut membentuk konseep diri anak. Hubungan anak dengan anggota kelurga adalah penting, namun sikap orang tua merupakan unsur yang paling penting dalam pembentukan konsep diri anak. Bagaimana pandangan orang tua mengenai penampilan, kemampuan dan prestasinya, sangat mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri. 21 Ideal diri sebagai cermin dari konsep diri mulai berkembang sejak masa kanakkanak yang di pengaruh orang-orang terdekat-penting dalam hidupnya yang memberikan keuntungan dan harapan pada perkembangan berikutnya. Ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi pada orang lain seperti, teman, guru, pemimpin, orang tua, dan sebagainya. Tahun 1922 Cooley memperkenalkan teori diri kaca cermin (looking glass self), dengan pemikiran bahwa konsep diri seseorang dipengaruhi dengan berarti oleh apa yang diyakini individu, orang berpendapat tentang dirinya. Konsep diri dibentuk dengan proses belajar trial and error dengannya nilai-nilai, sikap-sikap, peranan, dan identitas dipelajari. 22

Identitas dan kesadaran diri Kepribadian (personality) merujuk pada pemikiran, emosi dan perilaku sendiri yang menggambarkan cara individu menyesuaikan diri dengan dunia. Ada 5 besar factor kepribadian

21

Ibid, p: 132.

22

Papalia, Diane, E. Sally Wendkos Olds dan Ruth Duskin Feldman. Human Development. (Alih bahasa : Ak. Anwar). Jakarta: Kencana, 2008, p: 287.

yaitu: keterbukaan (openness), sifat berhati-hati (conscientiousness), ekstraversi (extraversion), kebaikan (agreeableness), dan stabilitas emosional (neurociticsm). Interaksi individu-situasi (personal situation interaction) cara terbaik untuk mengkaterisasikan kepribadiaan seseorang bukanlah Pemunculan pemahaman diri. 23 William James, pada akhir abda ke 19 menggambarkan 2 diri: I- Self dan Me- Self, yang mengetahui dan yang diketahui (Janies, 1950). I-Self adalah entitas subjektif yang membangun dan mencari tahu The Me-Self sedangkan Me-Self adalah apa yang dapat diketahui secara objektif tentang diri. Hal ini disebut dengan konsep diri (self image) yaitu citra kita tentang diri kita sendiri. Kemunculan I-Self kelahiran sampai 15 bulan. Kemunculan Me-Self 15 sampai 30 bulan. 24 Perkembangan otonomi versus rasa malu dan ragu tahap perkembangan psikososial Erikson dimasa kanak-kanak menerima keseimbangan antara menentukan otonomi sendiri dengan control orang lain. Melalui sifat atau karakter pribadi saja, tetapi juga situasi yang terlibat.25 Yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana orang tua membentuk perbedaan jender menjadi laki-laki atau perempuan berpengaruh pada bagaimana orang melihat, bagaiman mereka menggerakkan tubuh, dan bagaimana mereka berjalan, bermain, dan bagaimana berpakain. Walaupun perbedaan jender yang signifikan biasanya tidak akan tampak sampai masa bayi berakhir akan tetapi penggolongan jender laki-laki dan perempuan sudah dilakukan oleh orang tua sejak sang anak dilahirkan. 26

23

Ibid. Ibid. Ibid, p: 289. Ibid, p: 271-272.

24

25

26

Pembentukan konsep diri Parktik pengasuhan bayi dan pola interaksi sangat bervariasi, tergantung pada pandangan budaya terhadap karakteristik dan kebutuhan bayi. Peran ibu dan peran ayah menimbulkan komitmen emosional dan sering kali keterlibatan langsung dalam merawat dan membesarkan anak namun karena terlibatan ayah yang beragam ibu masih menjadi pengasuh utama dalam mayoritas cultural yang ada di dunia. 27 Ada 6 hal yang patut kita lihat dalam pembentukan konsep diri ini yaitu:28 1. Merujuk pada Erikson, pada 18 bulan pertama, sang bayi mengalami tahap perkembangan kepribadian yang pertama, rasa percaya bertentangan dengan rasa tidak percaya. 2. Keterikatan (attachment) adalah ikatan emosional yang abadi dan resiprokal antara bayi dan pengasuhnya. Pengasuh yang senstitif, responsive, konsisten merupakan kunci kesukesan dalam mengatasi konflik.
27

Papalia, Diane, E. Sally Wendkos Olds dan Ruth Duskin Feldman. Human Development. (Alih bahasa : Ak. Anwar). Jakarta: Kencana, 2008, p: 273. Berdasarkan karya Eagle dan Breaux tahun 1998 mengungkapkan kebapakan (faterhood) memiliki makna yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Dalam beberapa masyarakat , ayah terlibat lebih banyak dalam kehidupan anak mereka pada saat masih muda baik secara ekonomi, emosi dan dalam waktu yang dihabiskan ketimbang dalam budaya lain. Di Kamerun dan daerah pedesaan lain di Afrika Barat, para pria memiliki istri lebih dari satu, dan anak-anak tumbuh dalam kelurga besar yang dihubungkan oleh kesukuan. Ayah memiliki posisi yang dominan dan memberikan keterkaitan kesukuannya kepada sianak. Seorang ayah biasanya penegak disiplin dan penasehat. Sang ayah jarang melakukan kontak dengan bayi namun ayah berfungsi sebagai pembimbing, sahabat dan model bagi anak yang lebih tua. Namun seiring datangnya urbanisasi dan nilai Barat, peran gender tradisional ini menjadi hancur, banyak pria yang mengejar kekayaan dan hampir tidak pernah menghabiskan waktu untuk anak-anak mereka. Di Huhot, pedalaman Mongolia sebuah propinsi di Cina, secara tradisioanal seorang ayah bertanggung jawab terhadap disiplin dan ibu bertanggung jawab terhadap pengasuhan. Ayah adalah seorang yang kaku dan menjauh sehingga anak menghormati dan takut kepadanya. Seperti halnya di Kamerun urbanisasi juga mengubah sikap penggolongan jender secara tradisional ini akan tetapi kearah yang berbeda, kebijakan satu anak mengarahkan kedua orang tua untuk terlibat lebhi dalam dengan anak tunggal mereka. Aka Pygmies adalah suku pemburu di Afrika Tengah yang sering berpindah tempat dalam kelompok kecil dan sangat melindugi anak mereka. Ayah suku Aka memberikan pengasuhan langsung kepada sang bayi lebih banyak dibanding masyarakat lain. Mereka sering mengendong anak mereka, mencium, memeluk memandikan dan bermain bersama mereka. Perilaku ini serah dengan teori system keluarga, yang memprediksi lebih tingginya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak pada budaya di mana suami dan istri sering kali bekerja sama dalam mencari nafkah dalam berbagai aktivitas lainnya. Kuncinya bukan hanya partisipasi kedua orang tua dalam aktivitas seperti yang disebutkan, akan tetapi melakukannya bersama-sama. Peran ayah dalam pengasuhan anak merupakan bagian perannya dalam keluarga. p: 272.
28

Ibid, p: 274-275.

3. Keterikatan terbentuk antara ibu dan bayi memberikan konstribusi terhadap keamanan keterikatan dengan cara mereka merespon satu dengan yang lainnya. 4. Ibu dengan keterikatan yang aman memiliki kecendrungan untuk sensitive dan responsive 5. Cara seorang ibu mengingat bagaimana keterikatannya kepada ibunya dapat memprediksi bagaimana keterikatan anaknya kepada dirinya. 6. Semakin aman keterikatan aman keterikatan seorang anak kepada orang dewasa yang mengasuhnya, semakin mudah akhirnya seorang anak untuk independen dari orang dewasa tersebut. Interaksi yang mempengaruhi kualitas keterikatan tergantung kepada mutual regulation (regulasi mutual), yaitu kemapuan yang dimiliki baik oleh bayi dan pengasuh untuk merespon dengan tepat terhadap sinyal kondisi emosional kedua belah pihak. Stranger anxiety: kecemasan terhadap orang atau tempat asing yang ditunjukkan oleh bayi pada paruh kedua tahun pertama mereka. Separation anxiety: kesulitan yang ditunjukkan oleh seorang bayi ketika pengasuh yang telah akrab pergi. Stanger anxiety dan separation anxiety bisanya dianggap sebagai tongak emosional dan kognitif paruh kedua masa bayi merefleksikan keterikatannya pada sang ibu. Referensi social membentuk pemahaman bagaimana harus bertindak dalam situasi yang tidak menentu, membingungkan atau tidak akrab, dengan mencari apa yang dilakukan oleh orang lain terhadap situasi tersebut.29 Pembentukan konsep diri terjadi di dalam keluarga dan orang-orang yang ada di dalam rumah memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pembentukan konsep diri anak. Namun orang tualah yang memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan konsep diri sang anak. Perkembangan konsep diri pada anak berbeda sehingga intervensinyapun akan berbeda, perkembangan konsep diri pada anak 0-8 tahun dapat kita lihat pada table di bawah ini: 30

29

Papalia, Diane, E. Sally Wendkos Olds dan Ruth Duskin Feldman. Human Development. (Alih bahasa : Ak. Anwar). Jakarta: Kencana, 2008, p: 285.
30

Sujiono, Yuliani Nurani. Perilaku Perkembangan Anak Usia Dini. Edisi revisi. Jakarta : Pusdiani Press Pusat Studi Anak, 2004, p: 121.

Usia 0-6 bulan

Indicator Masa penyesuaian terhadap kehidupan yang baru Mengatasi rasa aman dengan menghisap ibu jari Mengadakan pengulangan terhadap keadaan yang menarik Bayi ibunya

Contoh tahu yang bahwa akan

memenuhi kebutuhannya.

7-12 bulan

1 tahun

2 tahun

3-6 tahun

Sangat dekat dengan ibunya Sangat responsive dan siaga Memperlihatkan sejumlah kesediaan untuk mendapatkan perhatian dari sekelilingnya Kemandirian yang semakin menyebabkan kemarahan jika dilarang Memperhatikan kecemasan jika ditinggal sendiri untuk beberapa saat Secara keseluruhan bersahabat dan percaya diri Tidak suka dibatasi dan senang menjelajah dengan bebas tetapi masih membutuhkan orang dewasa didekatnya Cenderung pamer Menyadari keberadaan ayah, ibu, dan pengasuhnya Marah jika keinginannya tidak dimengerti Menrauh minat pada aktivitas orang dewasa Menunjukkan rasa malu pada orang asing Belajar memiliki konsep Menyadari keberadaan ayah, ibu dan pengasuhnya Memperlihatkan kemauan diri Menjadi lebih tenang dan lebih mau menerima Mengacu pada diri sendiri sebagai saya Kerap penuh gairah dan tidak mau bekerja sama Menunjukkan rasa malu pada orang asing Belajar memiliki konsep Menyadari keberadaan ayah, ibu dan pengasuhnya Memperlihatkan kemauan diri Menjadi lebih tenang dan lebih mau menerima Mengacu pada diri sendiri sebagai saya Kerap penuh gairah dan tidak mau bekerja sama

Yuri adalah anak kelas 1 dia tidak perna mau berbagi dengan teman, kalau mau di pinjam dia selalu bilang ga bole ini punya aku.

6-8 tahun

Dapat menyesuaikan diri dengan teman sebayanya Mandiri dan mungkin dapat tinggal sendiri dalam waktu singkat Menjadi lebih percaya diri dan lebih mantap dalam suasana ekspresi

Bahaya dalam perkembangan konsep Ada 3 bahaya umum dalam perkembangan konsep selama tahun-tahun awal pada masa kanak-kanak. 31 a. Ketidak tepatan pengertian Terbatasnya pengalaman anak dengan orang dan benda, dan terbatasnya kosa kata sehingga menyulitkan anak untuk mengerti dengan tepat maksud yang dikatakan orang lain kepadanya dan juga karena terbatasnya kesempatan untuk mempelajari arti yang benar dari sumber-sumber otoriter seperti buku atau orang dewasa dengan informasi yang benar, dapat dimengerti kalau konsep anak yang dipelajari anak tidak tepat atau benarbenar salah. Ketidak tepatan konsep-konsep yang dipelajari selama masa awal kanak-kanak sangat berbahaya karena kesalahan konsep ini seringkali berurat berakar sebelum diketahui orang-orang. Dalam penelitian G. Stanley Hall, Contests of Children Minds on Entering School. Hall dan rekan-rekannya menemukan bahwa banyak anak-anak kelas 1 memiliki konsep yang salah tentang objek dan pengalaman sehari-hari. Konsep awal yang tidak tepat dapat diperbaiki. Namun butuh waktu lebih banyak dibanding anak belajar arti-arti yang sama sekali baru. Misalnya anak SD yang sejak kecil selalu diceritakan dogeng tentang terjadinya pelangi karena ada 7 bidadari yang turun dengan mengenakan selendang, ketika disekolah mereka belajar bahwa pelangi terjadi karena sentuhan partikel-partikel air yang terkena cahaya matahari, ini akan agak sulit diterima karena

31

Hurlock, Elizabeth B. Development Psyclology. Fifth edition. (Alih bahasa: Istiwidayanti, Soejarwo). Jakarta : Erlangga, 1994, p: 137.

penanaman dari orang tua namun ana yang tidak diberi dongeng tentang terjadinya pelangi akan langsung menerima pernyataan dari gurunya.

b.

Konsep-konsep di bawah tingkat perkembangan teman sebaya Kalau ini terjadi dapat mempengaruhi penyesuain pribadi dan penyesuain social anak. Misalnya kalau anak memiliki kesempatan yang terbatas untuk berhubungan dengan orang di luar rumah, ia tidak dapat mengembangkan potensi untuk dapat memahami orang luar akibatnya anak sering mengeluarkan kata-kata kasar dan kurang bijaksana, perelakuannya pun terkadang menggangu orang lain. Di sekolah penulis anak-anaknya jarang berinteraksi dengan teman sebayanya karena mereka tinggal di apartemen, sebut saja namanya Michael, dia tinggal bersama papi mami dan adik perempuannya. Dunianya adalah sekolah dan rumah. Ketika di kelas sedang asyik belajar, tiba-tiba temannya menangis, ada apa Daniel tanya penulis. Michael Miss dia ambil pensil aku. Michael benar ambil pensil Daniel? Dengan nada tinggi dia menjawab. Aku hanya pinjam miss. Michael minta ijin ga sama Daniel? Ga perlu kali! Masi dengan nada tinggi. Michael bisa ga dengan suara yang pelan dan sopan? Kan miss tanya baik-baik, ga teriak? Sekarang kembalikan pensil Daniel dan minta maaf. Dia minta maaf namun masih tetap dengan wajah yang kesal.

c. Bobot emosi Konsep dapat menyajikan bahaya yang ketiga dan lebih parah. Misalnya kalau anak dari kecil diceritakan tentang adanya hantu dia akan selalu ketakutan kalau berada di tempat gelap dan sepi. Murid penulis sebut saja namanya Lala, selalu ketakutan kalau pergi ke toilet. Dia selalu mengajak teman yang lain, akhirnya penulis bertanya kok selalu berdua pergi ke toilet? Sendiri kan bisa? Miss kata koko ada hantu di toilet ini? Emang koko dah pernah lihat ada hantu di toilet? Dia terdiam. Sayang kalau Lala belum pernah melihat berarti hantu tidak ada. Tapi kalau Lala pernah lihat berarti hantu ada. Sekarang pernah ga Lala lihat hantunya? Belum miss. Kalau begitu hantu ga ada. Dia hanya terdiam.

Pembentukan konsep diri lingkungan atau keturunan Faktor lingkungan dan keturunan sangat berpengaruh terhadap tingkah laku. Para ahli memiliki kesulitan dalam menentuka factor manakah yang paling berpengaruh. Namun ada 2 usaha untuk menerangkan masalah ini dan dapat di kelompokkan: 32

Kelompok yang menitik beratkan peranan factor konstktusi atau faktor dunia alam Seorang bayi yang terbentuk menjadi manusia baru pada saat terjadinya konsepsi, sudah memperoleh apa-apa untuk menjadi sesuatu. Pengaruh-pengaruh biologis jelas besar sekali dan sering dihubungkan dengan suatu ciri kepribadian. Gisell dan Thompson (1941) mengatakan bahwa proses kematangan tertentu berhubungan dengan hal-hal biologis terhadap perkembangan berbicara. Sheldon (1940) menggubungkan struktur tubuh tertentu dengan watak yang khusus, dengan segi kepribadian yang khusus pula. Para psikolog yang tergabung dalam kelompok aliran Gestalt (Kohler, Koffka, dkk) mengungkapkan bahwa faktor keturunan adalah menentukan dalam persepsi seseorang. Sekitar usia satu tahun anak mulai merespon kata yang pendek seperti tidak atau ya. Umur satu setengah sampai dua tahun anak mulai berjalan dan dapat mengucapkan kata-kata seperti mama dan papa. Pada sat ini juga anak mulai bisa mengatur kata dengan sederhana yang disebut telegraphic speech, seperti papa pergi, mama lapar. Saat ini anak sudah memiliki 8.000 kosa kata namun setelah dia masuk sekolah yang digunakan sekitar 4.000 kata.33 Pada usia sekira 5-6 tahun anak mulai bereksperimen dengan kata-kata misalnya, ah jangan diganggu, ayo dong mama kalau anak umur 3 atau 4 tahun sering membaca secara dramatis anak tersebut sederhana. Suatu pendapat yang menghebohkan dikemukan oleh Arthur R. Jensen dalam hasil penelitiannya mengungkapkan adanya perbedan IQ pada beberapa kelompok keturunan
32 33

bertambah pengetahuannya dalam membaca cerita yang sangat

Gunarsa, Singgih D. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008, p: 37. Jiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2002, p: 76.

disebabkan oleh perbedaan gen yang ada pada keturunannya. Faktor kromosom mempengaruhi secara dominan timbulnya suatu gejala yang memang bisa dilihat. 34 Misalnya gejala yang timbul dengan proses-proses yang terjadi sesuai dengan ilmu keturunan (genetika) seperti bentuk mata, hidung, bibir yang tebal, warna kulit, dll. Timbulnya suatu keadaan khusus karena factor keturunan yang anomaly dapat dilihat misalnya downs syndrome. Karena anak-anak memilki kemampuan dasar yang terbatas, yang tidak bisa diatasi oleh pengaruh luar, bagaimanapun sempurnanya. 35

Kelompok yang menitik beratkan peranan faktor lingkungan atau faktor dunia luar Sejak jaman J. Locke peranan rangsangan dan penggalaman-penggalaman yang dialami seseorang dalam menjalani hidup sangat penting. J.B Watson mengatakan bahwa faktor lingkungan adalah variabel-variabel yang bisa diubah-ubah untuk mempengaruhi perubahan tingkah laku yang diinginkan. Bertentangan dengan Gesell dan Thompson, Gagne mengemukakan bahwa perkembangan dan kemampuan verbal pada anak adalah hasil proses mempelajari sesuatu yang diperoleh dari luar. 36 Dalam lapangan psikologis klinis, psikoterapi selalu diarahkan untuk mempengaruhi tingkah laku, atau cir-ciri kepribadian, agar bisa memperlihatkan tingkah laku sesuai dengan keinginan sipemberi psikoterapi. S.W. Bijou dan B. M. Baer mengkategorikan asal-usul rangsangan yang sampai pada anak dan mempenggarahui perkembangannya yakni: 37 1. Fisik : meliputi keadaan alam yang bebas, seperti pegunungan, pepohoan, serta benda buatan manusia misalnya meja, kursi, rumah, kapal terbang.

34 35 36 37

Gunarsa, Singgih D. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008, p: 38. Ibid. Ibid, p: 39-40. Ibid, p: 41-42.

2. Kimiawi : gas dan larutan yang mempengaruhi jarak tertentu seperti bau sate, parfum asap kendaraan dan yang lansung mengenai permukaan tubuh misalnya sabun, obat-obatan dll. 3. Organismik : struktur biologis dan fungsi-fungsi kefaalan pada organisme seperti rangsangan dari alat-alat pernafasan, pencernaa, persyarafan dan otot-otot. 4. Sosial : penampilan, dan interaksi antara orang lain misalnya ibu, aya, teman dn dirinya sendiri. Individualitas sangat dipengaruhi oleh berbagai pengalaman sosial awal di luar rumah. Kalau pengalaman ini tidak menyenangkan anak cenderung tidak sosial dalam hubungannya dengan orang lain dan cenderung mengimbangi dengan cara-cara tidak sosial, seperti menghabiskan waktu bermain dengan melihat televisi. 38 Pada masa awal anak-anak teman sebaya memiliki pengaruh yang kuat. Dalam hal ini hungan dengan orang dewasa sangat berbeda karena dengan teman sebaya mereka dapat bertukar pikiran, dapat menilai diri mereka, dan berdiskusi tentangan pandangan mereka. Konflik diantara teman sebaya akan membuat mereka melihat bahwa teman lain juga punya pikiran, perasaan, dan pandangan yang berbeda. Konflik juga dapat mempertinggi daya sensitive anak terhadap tingkah laku yang telah dia lakukan terhadap teman lain. 39 Interaksi yang sukses dengan teman sebaya memerlukan komunikasi dan keterampilan yang khusus, seperti memprakarsai interaksi, memelihara hubungan, dan menyelesaikan konflik. Pembahasan seberapa jauh pentinganya peranan factor keturunan dan seberapa jauh peranan factor lingkungan dianggap oleh sekelompok ahli seperti D.O.Hebb, D. Lehrman dan T.C Schneirla sebagai sesuatu yang tidak penting lagi untuk dilakukan.

38

Hurlock, Elizabeth B. Development Psyclology. Fifth edition. (Alih bahasa: Istiwidayanti, Soejarwo). Jakarta: Erlangga, 1994, p: 133.
39

Jiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2002, p: 79.

Kelompok yang digolongkan kelompok interaksionis Suatu makalah klasik dikemukan oleh Anne Anastasi yang pernah menjabat President American Psychological Association di majalah Psychological Review mengenai pertentangan antara faktor keturunan dan faktor lingkungan. Pertanyaan lain yang dicoba dijawab Anastasi adalah bagaiman hubungan kedua faktor tersebut, dianggap memberi jalan keluar yang baik. Pertanyaan bagaiamana itu menunjukkan adanya interaksi saling mempengaruhi yang meliputi dasar-dasar:40 a. Faktor konstitusi (nature) dan factor lingkungan menjadi sumber timbulnya tiap perkembangan tingkah laku. b. Keduanya tidak dapat terpisah tetapi saling berhubungan c. Interaksi dapat dikonseptualisasi sebagai bentuk hubungan majemuk artinya, hubunganhunbungan yang terjadi mempengaruhi hubungan-hunbungan lain yang akan terjadi. Anasatasi juga mengungkapkan lebih lanjut bahwa pengaruh keturuan terhadap tingkah laku selalu terjadi secara langsung. Tidak ada satupun diantara fungsi-fungsi psikis yang secara langsung diturunkan oleh orang tua kepada anak. Pengaruh keturunan selalu membutuhkan perantara atau perangsang yang terdapat dilingkungan. Menskipun dalam kenyataannya selalu ada tingkatan yang lebih dan yang kurang. Misalnya temperamen yang juga memilki basis biologis (keturunan), temperamen (temperament) adalah gaya perilaku dan cara khas pemberian respon seseorang. Para ilmuan mempelajari temperamen berusaha mencari cara terbaik untuk mengklasifikasikan temperamen. Klasifikasi yang paling terkenal dikemukakan oleh Alexander-Chess dan Stella Thomas, ada 3 gaya dasar atau kelompok temperamen:41 Anak yang mudah (easy child) pada umumnya berada pada suasana hati yang positif, dan cepat membentuk rutinitas tetap dimasa kecil dan dengan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru.
40

Gunarsa, Singgih D. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008, p: 42.

41

Papalia, Diane, E. Sally Wendkos Olds, dan Ruth Duskin Feldman. Human Development. (Alih bahasa: AK Anwar). Jakarta: Kencana, 2009, p: 264-265.

Anak yang sulit (difficult child) bereaksi secara negative dan sering menagis terlibat dalam rutinitas harian yang tidak tetap, serta pelan dalam menerima pertubahan. Anak lambat (slow-to-warm-up chlid) mempunyai aktivitas yang rendah, agak negative, dan menunjukkan intensitas suasana hati yang rendah. Cara lain untuk mengklasifikasikan temperamen berfokus pada perbedaan antara anak yang malu, pendiam dan takut dengan anak yang suka bergaul, ekstrovert dan berani. Jerome Kagan menganggap rasa malu terhadap orang asing sebagai satu ciri kategori temperamen yang luas yang disebut rintangan tehadap orang yang tidak dikenal. 42 Merry Rothbart dan John Bates menekankan bahwa 3 dimensi umum yang mewakili apa yang ditemukan para peneliti untuk menggambarkan struktur temperamen. Di bawah ini adalah deskripsi mereka tentang 3 dimensi temperamen:43 1. Ekstraversi/surgency yang mencakup partisipasi yang positive, impilsivitas, tingkat aktivitas, dan pencarian senssasi. 2. Aktifitas yang negative mencakup rasa takut, frustasi, kesedihan, dan kegelisahan 3. Control yang penuh dengan usaha (pengaturan diri) peralihan dan pemfokusan perhatian, kendali yang melarang, sensitivitas persepsi dan kesenangan intensitas rendah. Dari pandangan Rothbart model teoritis temperamen zaman dahulu menekankan cara kita menggerakkan emosi positif dan negative atau tingkat emosi kita, dengan tindakan kita yang dikenal oleh kenderungan ini. Namun pendekatan baru ini pada control dengan penuh usaha mendukung bahwa individu bisa terlibat dalam pendekatan yang lebih fleksibel dan kognitif untuk keadaan yang penuh tekanan. Tokoh lain yang digolongkan sebagai interaksionis adalah Vygotsky beliau membagi pengembangan konsep menjadi 2 yaitu pembentukan konsep yang spontan, terjadi pada anak

42

Ibid. Ibid, p: 266.

43

dengan sendirinya. Pembentukan konsep yang tidak spontan membutuhkan kesiapan tertentu untuk memperoloh rangsangan-rangsangan tertentu dari lingkungan.44 Vygotsky percaya bahwa kedua proses pembentukan konsep saling berhubungan dan pengaruh-mempengaruhi. Majemuk tidak mungkin terjadi hanya dari proses belajar. Peranan perkembangan terjadi dengan sendirinya kearah kesiapan dan kematangan tertentu dianggap sebagai aspek yang tidak boleh diabaikan. 45 Lauria mengungkapkan bahwa proses yang terjadi pada anak dengan sendirinya dalam menghadapi lingkungan disebut sistim mengatur diri sendiri (Self Regulatory system). Dalam usahanya untuk menerangkan interaksi antara faktor keturunan (konstitusi) dan faktor lingkungan, Anastasi menyarankan untuk mmenggunakan konsep yang digunakan oleh Dobzhansky seorang ahli Ilmu Keturunan yang dikenal dengan istilah norma-reaksi. Konsep ini diperkenalkan oleh Woltererck.46 Faktor keturunan (konstitusi) saja tidak menentukan tingkah laku melainkan masih tergantung pada lingkungan tempat berada. Sebaliknya lingkungan saja tidak bisa distrukturkan sedemikian rupa sehingga diharapkan berkembang melebihi kerangaka genotip yang sebenarbenarnya dimiliki. Tujuan memperkembangkan anak adalah memunculkan sesuatu yang secara genotip adalah sebaik-baiknya untuk tujuan penyesuaian dan mempertahankan diri dalam lingkungan hidupnya, ini termasuik aspek-aspek yang berhubungan dengan keselamatan dan perlindungan fisiknya, kemanapun untuk memanfaatkan sumber-sumber yang ada di lingkungannya, dan kemampuan untuk mengadakan hubungan-hubungan sosial yang serasi. 47

44

Gunarsa, Singgih D. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008, p: 44. Ibid, p: 45. Ibid. Ibid, p: 445-46.

45

46

47

Perkembangan konsep diri dalam teori psikologi Periode pra-psikologi Pada abad ke 17 di Eropa Barat, timbul faham dualisme dari kesadaran dan perasaan puas yang telah berkembang mejadi suatu perbedaan dari dikotomi yang telah ada, faham dualisme tentang kesadaran dan kepuasaan yang telah bekembang menjadi suatu perbedaan yang dapat diterima antara konsep mengenai diri sendiri dan konsep diri (the concept of self and self concept). 48 Descartes dalam karyanya cagito ergo sum (saya berfikir karena itu saya ada) menekankan kepusatan diri dalam kesadaran. Locke dan Hume mengembangkan gagasan ini dan memperkenalkan sisi lain dari persamaan tersebut dan menekankan pada perasaan puas dari pengalaman indrawi. Locke membayangkan manusia sebagai mahluk pintar yang berfikir, dan mempunyai akal budi dan dapat merenung dan dapat menganggap diri sebagai sesuatu yang berdiri sendiri (self as it self). Hume memperdebatkan pada sisi identitas yang berdasarkan penggalaman indrawi. 49 Menyeberang Selat Channel, Kant dalam karyanya Critique of Pure reason, mengembangkan faham dualisme dengan menetapkan perbedaan diri sendiri sebagai subjek dan diri sebagai objek. Schopenhauer (1948) memberikan nama pada aspek-aspek ini yaitu Pengenal dan Dikenal (The knower and Known). 50

William James Willian James seorang ahli psikologis pertama di dalam cara yang menyakinkan pada perbedaan subjek-objek. Dalam karyanya yang mengembangkan tesis Kant, James (1890) mengkategorikan 2 aspek diri yang global. Kepribadian secara tidak langsung menunjukkan

48

Burns, R.B. The Self Concept. (Alih bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan, 1993, p: 6 Ibid. Ibid.

49

50

secara terus-menerus kehadiran 2 unsur pribadi yang objektif, yang dikenali dengan pelontaran pikiran subjektif berlangsung dalam jangka waktu yang lama. 51 James menganggap diri yang global itu sebagai Me dan I yang berlangsung bersamaan. Mereka adalah aspek pembeda dari kesatuan yang sama, suatu pembedaan antara pengalaman murni (I), dan isi-isi pengalaman itu (Me), antara diri sebagai subjek (I) dan diri sebagai objek (Me).52 James tidak membuat penegasan mengenai apakah diri-diri kebendaan dan diri-diri social yang lebih penting, kedua hal ini berada diantara diri badaniah dan diri spiritual. Diri kebendaan terdiri atas pakaian dan milik-milik kebendaan yang kita lihat sebgai bagian dari diri kita. Bagi sebagian orang aspek kebendaan sangat menonjol sehingga diri kebendaan merupakan suatu bagian yang sangat penting dari konsep diri secara keseluruhan. 53 Dilain pihak James menghasilkan rumusan yang sangat kaya dan luas tentang objek Me. Termasuk perasaan, evaluasi, sikap, kategori deskriptif, suatu pandangan yang mengantisipasi konsepsi dimasa yang akan dating. James juga telah menemukan aspek integrative dari konsep diri. 54

Perejumpaan dengan faham tingkah laku (behaviourism) Paham tingkah laku, dengan penekanan yang lebih mementingkan pada metode ilmiah sebagai prinsip utaman keyakinannya, mengarahkan psikologi pada studi yang setepat-tepatnya hanya pada aspek-aspek tingkah laku yang dapat diamati dan diukur yaitu merangsang dan merespon yang didefinisikan secara operasional. 55

51

Burns, R.B. The Self Concept. (Alih bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan, 1993, p: 7. Ibid, p:8. Ibid, p: 9-10. Ibid, p:12. Ibid.

52

53

54

55

Dogma kaku ini menempatkan studi konsep diri dibawah tekanan yang cukup besar karena gagasan rujuk diri tidak dapat dihindari kenyataan secara tidak langsung suatu perhatian terpusat pada penglaman dalam (internal experiance), interpretasi subjek dan pelaporan diri (self report).56 Teori konsep diri dan riset menunjukkan bahwa sikap-sikap terhadap diri mempengaruhi tingkah laku dan memberikan wawasan ke dalam persepsi-persepsi individu, kebutuhan dan tujuan individu. Menurut Cogan dan kawan-kawan persetujuan dengan sifat-sifat yang diinginkan jauh lebih besar dari pada sifat-sifat yang tidak diinginkan.57 Paham tingkah laku sungguh-sungguh mempunyai akibat yang menguntungkan bagi studi tentang diri. Para peneliti boleh mempelajari aspek diri secara global yang sudah ditetapkan dengan lebih jelas yang dapat ditetapkan secara operasional. Kritik orang Behaviouris bahwa teori konsep diri tidak dapat dan tidak mampu untuk disahkan secara eksperimen ada salah bahkan pada awal permulaan konsep diri. 58

Konsep diri dan paham interaksionisme simbolis Paham ini melibatkan 3 pikiran dasar yaitu yang pertama, manusia memberikan respon terhadap lingkungan dengan dasar adanya arti-arti yaitu unsur-unsur dari lingkungan yang bekerja pada mereka sebagai individu. Kedua, arti-arti seperti ini merupakan hasil dari interaksi social dan yang ketiga, arti-arti social/cultural ini dimodifikasikan melalui interpretasi individu di dalam batas-batas interaksi bersama. 59 a. C. H. Cooley Individu lebih dulu dari masyarakat. Cooley mendefinisikan diri sebagai Sesutu yang ditunjukkan dalam pidato yang biasa dengan kata-kata ganti orang pertama tunggal I,
56

Burns, R.B. The Self Concept. (Alih bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan, 1993, p: 14. Ibid, p:15. Ibid. Ibid, p: 16.

57

58

59

Me, mine dan my self. Cooley adalah orang pertama yang menunjukkan pentingnya umpan balik yang diinterpretasikan secara subjektif dari orang lain sebagai sumber data utama mengenai diri. Tahun 1922 Cooley memperkenalkan teori diri kaca cermin (looking glass self), dengan pemikiran bahwa konsep diri seseorang dipengaruhi dengan berarti oleh apa yang diyakini individu, orang berpendapat tentang dirinya. Konsep diri dibentuk dengan proses belajar trial and error dengannya nilai-nilai, sikap-sikap, peranan, dan identitas dipelajari. Diri dan masyarakat saling merumuskan satu dengan yang lain, diri adalah referensi bagi masyarakat dan begitupun sebaliknya. Masyarakat ada karena ada individu sehingga dapat disimpulkan bahwa diri dan masyarakat adalah satu kesatuan yang oleh cooley disebut saudara kembar. (Burns, 1993)

b. G. H. Mead Bagi Mead konsep diri sebagai suatu objek timbul di dalam interaksi social sebagai suatu hasil perekembangan diri perhatian individu tersebut mengenai orang lain berinteraksi dengan dirinya. Sehingga dia dapat mengantisipasi reaksi-reaksi orang lain agar berlaku dengan pantas, individu tersebut belajar untuk menginterpretasikan lingkugan sebagaimana yang dilakukan orang lain. Karya-karya Mead menyarankan bahwa diri itu tersusun dari sejumlah diri-diri yang elementer yang mencerminkan aspek-aspek struktur dan proses social. Suatu cerminan dari seluruh proses social yang dikandung dalam struktur dari diri yang paripurna.

Goffmann dan presentasi diri Goffmann menawarkan suatu perluasan dari paham interaksi simbolis ke dalam sutu metaphor dramaturgis dengan menyatakan bahwa individu melakukan suatu pertunjukkan (show) bagi orang lain dengan mengatur kesan-kesan yang dia berikan pada orang lain tentang didinya sendiri. Analisa dramaturgi dari Goffamnn terhadap masyarakat menawarkan cara yang berguna

untuk menguji masyarakat di mana orang-orang tidak mencoba untuk berbuat tetapi menjadi sesuatu.60 Goffmann gagal untuk menghasilkan suatu definisi yang operasional dan dapat diterima semua pihak dari inti konsep mereka yaitu diri. Goffmann juga cenderung untuk mengabaikan unsur yang mempengaruhi dan tidak disadari dalam penjelasan mengenai tingkah laku manusia.

DASAR TEORI PERKEMBANGAN KONSEP DIRI Teori Freud, neo-Freud dan konsep diri a. Freud61 Egonya Freud mewakili segalanya dari kehidupan mental yang sehat dan rasional yang bertentangan sama sekali dengan id yang implusif dan irasional. Ego merupakan perangkat dari proses-proses seperti memahami dan berpikir, hal tersebut menambahkan isi dari kesadaran dan membedakan antara realitas dan imajinasi. Di dalam pengertian Freud ego merujuk pada inti dari kepribadian yang mengendalikan implusimplus dan dorongan-dorongan dari id dan superego sesuai dengan syarat-syarat realitas. Freud dengan pasti mempromosikan suatu pandangan mengenai pengendalian yang sadar dan rasional dari tingkah laku manusia, tapi bahan-bahannya memungkinkan untuk melihat dengan jelas lagi dari pada yang lainnya bahwa penentu yang tidak sadar dan irasional dari tingkah laku manusia harus diperhitungkan. b. Jung62 Jung berpendapat diri tidak timbul sampai bermacam-macam komponen dari kepribadian dikembangkan sepenuhnya dan di-individu-kan, dan hal ini hanya dapat terjadi di dalam usia
60

Burns, R.B. The Self Concept. (Alih bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan, 1993, p: 21. Ibid, p: 22-23. Ibid, p: 23-24.

61

62

setengah baya. Diri tersebut mewakili suatu keseimbangan di antara yang sadar (ego) dan tingkatan-tingkatan yang tidak sadar. Maka individu dilihat sebagai melakukan usaha untuk mengaktualisasikan dirinya dan mempertahankan integritas kepribadiaannya. Bahkan diri ideal dipelajari melalui hubungan antar pribadi karena memberi dan menahan cinta merupakan suatu sumber utama bagi mempelajari konsep diri yang ideal (Burns, 1979) c. Adler63 Cirri-ciri dari psikologi Adler adalah konsepsinya tentang gaya hidup yang menentukan tingkah laku. Diri-nya Adler merupakan system yang sangat di-pribadi-kan dan subjek di mana

seseorang mengintrepretasikan dan memberi makna terhadap penggalaman-penggalamannya. Bagi Adler tiap pribadi mempunyai tujuan yang sama yaitu menonjolkan diri dan sistem diri berasal dan berkembang dari tingkah laku yang digunakan untuk memanipulasi perasaan superior dan inferior. d. Sullivan64 Sullivan mengkalim bahwa system diri merupakan suatu organisasi pengalaman pendidikan yang diadakan karena kebutuhan untuk menghindari atau meminimalkan peristiwa-peristiwa kegelisahan. bukan me. Jadi sesuai dengan pendapat Sullivan system diri betul-betul murni suatu hasil dari pengalaman antar pribadi yang muncul dari kegelisahan yang dijumpai di dalam pencarian kebutuhan akan kepuasaan. Akan tetapi interaksi tersebut menekankan peranan tokoh ibu dan bukannya masyarakat secara keseluruhan. Sullivan menegaskan bahwa anak-anak mengkalsifikasikan pengalamanpengalaman sebagai yang menyimpang ke pada me yang baik dan me yang buruk dan

63

Burns, R.B. The Self Concept. (Alih bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan, 1993, p: 24-25. Ibid, p: 25-26.

64

e. Horney65 Horney mengklasifikasikan 3 kebutuhan pokok dalam memecahkan masalah hubungan manusia. (1) bergerak kearah orang-orang, (2) menjauhi orang (3) menentang orang-orang. Horney (1950) bahwa anak sangat peka terhadap ekspresi-ekspresi kasih sayang dan sikap permusuhan, dan tingkah lakunya dengan positif dikuatkan bukan hanya oleh mendirikan ideal-ideal tersebut. Penguatan melalui tingkah lakunya melalui indikasi yang dipahami sebagai pengharapan bagi perkembangannya sendiri dan karena itu anak merasa perlu menyenangkan orang tua dan teman. Tapi Horney gagal menjelaskan apakah individu tersebut tidak menyadari akan dirinya yang ideal atau tidak sadar betapa tidak realistisnya hal tersebut.

Ego dan diri66 Dalam tahun 1940-an dan 1950-an penggunaan yang tidak memilih-milih dari konsep yang sejajar satu dengan yang lainnya dari ego dan diri mengakibatkan kontroversi yang cukup besar. Allport mengklaim pada suatu bagian bahwa ego dan diri adalah hal yang sama. Chein dan Bertocci berusaha untuk membedakan ego dan diri. Sherif dan Cantril menyajikan suatu gambaran perkembangan dari diri, memberikan bukti yang jelas dari perkembangan kesadaran akan status yang teruji dalam proses pendewasaaan social. Symonds mendefinisikan ego adalah kelompok proses. Sedangkan diri cara individu mengamati dan memahami nilai-nilai dan merspon terhadap dirinya sendiri.

Propriumnya Allport 67 Allport menciptakan sebuah istilah baru proprium yang terdiri dari 7 aspek : (1) indra badanisensasi (2) identitas diri melalui waktu- keadaan yang tersusun berlanjut. (3) peningkatan diri65

Burns, R.B. The Self Concept. (Alih bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan, 1993, p: 26-27. Ibid, p: 28. Ibid, p: 29.

66

67

penonjolan dan cinta diri (4) perluasan diri-mengidentifikasi dengan yang lain-lainnya dan hal lainya dari diri saya. (5) rasionalitas-perencanaan, penguasaan (6) citra diri (7) upaya yang berpusat keberadaaan kita (propriate striving) tingkah laku yang dimotivasikan untuk meningkatkan citra diri. Allport mengharapkan dengan menggambarkan diri sebagai kumpulan dari fungsi propriate pandangan yang dangkal sebagai diri yang homunculus (manusia kecil yang mengorganisasikan dan mengendalikan kepribadian) bias dihindari.

Cattell68 Cattell menerima pemikiran tentang diri sebagai suatu dasar di dalam kepribadian dan mencoba untuk meningkatknnya ke dalam seperangkat factor. Cattell menbedakan diri yang dirasakan (felt self), yang intropektif, diri yang direnungkan (contemplated self) dan diri structural (structural self). Cattell menekankan peranan dari pengintegrasian kepribadian. Seperti sentimen bangga dirinya McDougall begitu juga sentimen diri dari Cattell benang yang menyatukan dimana semua sentimen yang lainnya diatur.

Erikson dan identitas69 Erikson menunjukkan bagaimana budya menguraikan dari suatu dasar yang diberikan secara biologis suatu identitas yang pantas di dalam budaya yang bersangkutan dan dapat diatur oleh individu itu. Identitas diperoleh dari pencapaian yang mempunyai arti di dalam budaya tersebut. Identitas timbul dari suatu integrasi yang bertahap dari semua proses identifikasi. Karena itu penting bagi anak-anak untuk berinteraksi dengan orang dewasa dengan siapa mereka berindentifikasi.

68

Burns, R.B. The Self Concept. (Alih bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan, 1993, p: 30-31 Ibid, p: 31-32.

69

Teori organisme dan dorongan aktualisasi diri Teori organisme menekankan bahwa pribadi : 70 1. Merupakan system yang terorganiasi dan tidak dapat dipelajari di dalam suatu cara yang memisah-misahkan menjadi bagian-bagian yang terkecil (an atomistic fashion) dengan memisahkan unsur-unsur khusus 2. Dianggap dimotivasikan hanya oleh satu dorongan dasar yaitu oleh aktualisasi diri, ketunggalan tujuan, untuk menyadari kemapuan yang menjadi sifatnya. Apa yang tampak sebagai dorongan yang berbeda misalnya haus, lapar, harga diri, pencapaian kekuasan diinterpretasikan semata-mata sebagai manifestasi tujuan yang tertinggi untuk mengakualisasikan diri.

Goldstein 71 Goldstein mengkalim bahwa pemuasan diri setiap kebutuhan yang khusus sampai pada latar depan ketika hal tersebut menjadi suatu prasyarat bagi penyadaran diri (self realisation) dari keseluruhan keberadaannya. Goldstein memberitahu bahwa suatu organisme adalah suatu yang dimana kecenderungan terhadap aktualisasi diri bertindak dari dalam dan mengatasi gangaguan yang timbul dari petikaian dengan dunia bukan dari kegelisahan tetapi kegembiraan karena dapat menaklukkan.

Angyal72 Angyal membuat dalil bahwa suatu diri yang simbolis merupakan kumpulan semua konsepsi diri yang dipunyai seseorang. Dua trend dasar diri yang berupa (self determination) dan lawannya

70

Burns, R.B. The Self Concept. (Alih bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan, 1993, p: 32-33. Ibid, p: 34. Ibid, p: 34.

71

72

penyerahan diri (self surrender) kedua hal ini timbul dari ketegangan-ketegangan diantara lingkunagn yang menarik kerah lainnya. Kedua evaluasi pola diri ini ada di masing-masing orang namun hanya satu yang dominan. Maslow73 Maslow menekankan dorongan aktualisasi diri pemiliknya di dalam suatu teori tentang motivasi manusia. Maslow berpendapat bahwa manusia memiliki 5 kebutuhan dasar: 1. Kebutuhan fisiologis contohnya haus dan lapar 2. Kebutuhan terhadap rasa aman 3. Kebutuhan akan kasih sayang dan rasa memiliki 4. Kebutuhan penghargaan terhadap diri 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri misalnya keinginan untuk menjadi yang sesuai dengan potensi yang dipunyainya. Penyelidikan yang telah ditemukan oleh Maslow memberikan kosep aktualisasi diri yang paling mendetail yang dikembangan oleh para ahli setelah Maslow. Lecky74 Lecky mengungkapkan bahwa semua nilai dari individu diorganiasikan ke dalam suatu system tunggal, inti yaitu konsep dirinya sendiri. Lecky menempatkan kepercayaan yang besar dalam potensialitas manusia dan kekuatanya dalam pertumbuhan diri. Konsep diri sebenarnya juga dapat dibentuk. Menurut Indra Soefandi dan Ahmad

Pramudya, dalam buku mereka yang berjudul Strategi Mengembangkan Potensi Kecerdasan Anak menyebutkan bahwa pembentukan konsep diri juga dapat dilakukan melalui bermain. Melalui bermain anak belajar mengenali dirinya dan hubungannya dengan orang lain. Ia menjadi tahu apa saja yang menjadi kemampuannya dan bagaimana perbandingannya dengan kmampuan anak-anak lain. Hal ini memungkinkan anak membentuk konsep diri yang lebih jelas dan

73

Burns, R.B. The Self Concept. (Alih bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan, 1993, p: 34-35. Ibid, p: 36.

74

realistis. Melalui bermain seorang anak juga menghadapi berbagai macam peran di mana ia dapat memilih dan mempelajari peran mana yang paling tepat bagi dirinya. Hasan Mustafa juga menyebutkan bahwa pembentukan konsep diri juga dilakukan melalui proses sosialisasi. Ketika bayi dilahirkan, dia tidak tahu apa-apa tentang diri dan lingkungannya. Walau begitu, bayi tersebut memiliki potensi untuk mempelajari diri dan lingkungannya. Apa dan bagaimana dia belajar, banyak sekali dipengaruhi oleh lingkungan sosial di mana dia dilahirkan. Kita bisa berbahasa Indonesia karena lingkungan kita berbahasa Indonesia; kita makan menggunakan sendok dan garpu, juga karena lingkungan kita melakukan hal yang sama; Demikian pula apa yang kita makan, sangat ditentukan oleh lingkungan kita masing-masing. Konsep diri ada kaitannya dengan prekembangan diri, berikut beberapa tahapan perkembangan diri dikemukakan oleh Erik Ericson.75 Erickson menyebutkan ada delapan tahapan perkembangan, yaitu: Tahap pertama pengembangan rasa percaya pada lingkungan, Tahap kedua pengembangan kemandirian, Tahap ketiga pengembangan inisiatif, Tahap keempat pengembangan kemampuan psikis dan pisik, Tahap kelima pengembangan identitas diri.

Kelima tahapan tersebut terjadi pada saat sosialisasi di masa kanak-kanak. Tahap perkembangan setelah itu adalah: Tahap keenam merupakan pengembangan hubungan dengan orang lain secara intim, Tahap ketujuh pengembangan pembinaan keluarga/keturunan, dan tahap kedelapan pengembangan penerimaan kehidupan. Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan dengan bakat cerdas dan cerdas. Kecerdasan yang dimiliki setiap individu sejak ia dilahirkan memang bermacam-macam, yaitu kecerdasan di bidang ilmu pengetahuan, kecerdasan di bidang musical, kecerdasan di bidang olahraga, maupun

75

Soefandi, Indara Ahmad Pramudya. Startegi Mengembangakan Potensi Kecerdasan Anak. Jakarta: Bee Media Indonesia, p: 40-43.

kecerdasan di bidang financial. 76 Jadi konsep diri juga berkenaan dengan potensi yang di bawa seorang anak sejak ia dilahirkan dan kemudian tajam atau tidaknya potensi yang dimilikinya itu tergantung dari support lingkungan di sekitarnya.

76

Dyah Pitaloka. Melejitkan Kecerdasan Intelektual dan Emosional Sang Buah Hati. Yogyakarta: Lentera Media (2009). P 47.

BAB II KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Proses pembentukan konsep diri dianggap sebagai fase utama dan penentu yang utama dari setiap tingkah laku individu oleh banyak psikolog. Glasner mengatakan bahwa konsep diri anak terbentuk dalam rahim hubungan keluarga. Pola kepribadian anak diletakkan pada saat bayi dan dibentuk pada masa anak-anak. Orang tua, saudara kandung dan sanak saudara adalah faktor penting dalam pembentukkan konsep diri. Pada awal pertumbuhan anak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah oleh sebab itu orang tua dan anggota keluargalah yang memiliki andil dalam pembentukan konsep diri anak. Kondisi dalam keluarga juga turut membentuk konsep diri anak. Hubungan anak dengan anggota kelurga adalah penting, namun sikap orang tua merupakan unsur yang paling penting dalam pembentukan konsep diri anak. Bagaimana pandangan orang tua mengenai penampilan, kemampuan dan prestasinya, sangat mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri. Orang tua memiliki gaya tertentu dalam mendidik anak-anaknya dan orang tua yang efektif lebih cenderung memilih gaya authoritative. Karena orang tua yang dapat dipercaya cenderung memiliki anak yang mandiri, bersahabat, harga diri yang tinggi, dan berorientasi pada prestasi. Perkembangan diri yang optimal akan mempengaruhi perilaku anak dimasa yang akan datang. Biasanya anak yang memiliki konsep diri yang positif akan memiliki sikap mandiri, betanggung jawab pada diri sendiridan percaya diri sehingga dia akan menjadi tangguh dan siap dalam menghadapi berbagai rintangan dan yang tak kalah pentingnya adalah sang anak nantinya mampu mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya khususnya dan untuk orang lain umunya apabila dia menjadi seorang pemimpin. Pengaruh keturuan terhadap tingkah laku selalu terjadi secara langsung. Tidak ada satupun diantara fungsi-fungsi psikis yang secara langsung diturunkan oleh orang tua kepada

anak. Pengaruh keturunan selalu membutuhkan perantara atau perangsang yang terdapat dilingkungan. Menskipun dalam kenyataannya selalu ada tingkatan yang lebih dan yang kurang. Pada abad ke 17 di Eropa Barat, timbul faham dualisme dari kesadaran dan perasaan puas yang telah berkembang mejadi suatu perbedaan dari dikotomi yang telah ada, faham dualisme tentang kesadaran dan kepuasaan yang telah berkembang menjadi suatu perbedaan yang dapat diterima antara konsep mengenai diri sendiri dan konsep diri (the concept of self and self concept). Selain itu konsep diri juga dapat dibentuk dari lingkungan sosial. Setiap individu pada dasarnya memiliki konsep diri yang positif. Namun kondisi lingkungan di sekitarnya juga berperan besar dalam pembentukan konsep diri seseorang. Lingkungan yang tidak baik akan memberi pengaruh yang tidak baik juga terhadap diri seseorang, khususnya dalam pembentukan konsep dirinya. Demikian juga lingkungan yang baik akan memberi dampak yang baik juga bagi dirinya. Peran serta orang tua juga sangat penting dalam memupuk konsep diri seorang seorang anak. Konsep diri juga ada kaitannya dengan bakat yang dimiliki seorang manusia sejak ia dilahirkan. Maka orangtua hendaknya harus dapat memahami apa sebenarnya bakat yang

dimiliki anaknya itu. Pembimbingan sesuai bakat sangat penting karena itulah potensi yang menonjol yang dimiliki si anak.

SARAN Karena awal terbentuknya konsep diri dalam keluarga, oleh sebab itu saran yang akan kami berikan tidak terlepas dari peran ayah dan ibu sebagai pembuka dan peletak dasar pertama dalam konsep diri. 1. Masa pertumbuhan anak sangat cepat sehingga orang tua ibu maupun ayah harus memiliki kesempatan yang sama dalam mencurahkan perhatian dan kasih sayang sebagai prasyarat untuk anak berkembang dan memiliki konsep diri yang kuat. 2. Anak pertama, kedua dan seterusnya harusnya mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang sama agar tidak timbul kecemburuan sang anak.

3. Orang tua harus belajar dan memahami anak sehingga orang tua dapat menggunakan gaya pendekatan apa yang akan dilakukan dalam mendidik anak-anaknya. 4. Kelurga adalah peletak pertama konsep diri anak, sehingga anggota kelurga baik ibu-ayah dan saudara kandung dan tidak sekandung harus memiliki komitmen dalam peletakan konsep diri diawal masa pertumbuhannya.

Tips Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak Proses-proses psikologis dan interaksi dalam keluarga, merupakan hal penting dalam perkembangan konsep diri anak. Sayangnya, kebanyakan orangtua tidak menyadari bahwa perkataan dan sikapnya mempunyai dampak yang besar terhadap cara pandang anak terhadap dirinya. Simak tips berikut sebagai panduan untuk membentuk konsep diri yang positif pada diri anak menurut Millie Ferrer dan Anne Fugate dalam karya ilmiahnya, Helping Your School Age Child Developa Healthy Self Concept:77

* Sediakan waktu untuk anak. Salah satu bagian terpenting dari konsep diri yang positif adalah perasaan dicintai dan dihargai. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan bahwa Anda mencintai si kecil adalah dengan menghabiskan waktu bersamanya, Millie menjelaskan. Anda bisa mengajaknya makan siang bersama, berjalan-jalan sore bersama Si Doggie, bermain bersama, menonton TV, atau kegiatan apa saja yang bisa dinikmati bersama. Selama bersama si kecil, hindari mengkritik dan menggurui anak apalagi membanding-bandingkannya dengan anak lain. Sebaliknya Anda dapat membicarakan hal-hal positif yang menjadi kelebihannya.

* Komunikasi yang terbuka. Komunikasi yang terbuka dengan anak adalah salah satu cara yang bisa Anda gunakan untuk menunjukkan bahwa anak dicintai dan dihargai. Berusahalah untuk selalu mendengarkan si kecil dengan seksama dan perhatian yang utuh dan sepenuh hati.

* Dukung potensi dan kemampuan anak. Anak perlu merasa dirinya mampu melakukan sesuatu. Untuk itu, berikan stimulasi yang dapat mengembangkan potensi anak secara optimal dalam berbagai aspek. Misalnya, dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk mencoba berbagai aktivitas dan pengalaman berbeda. Hindari memaksa anak melakukan apa yang Anda sukai,apalagimengkritikkemampuanataupenampilannya.

* Tunjukkan ekspresi kasih sayang yang dibutuhkan oleh anak melalui pelukan, ciuman atau pujian. Hal ini akan membuat anak menghargai dirinya dan merasa dirinya layak untuk disayang.
77

http://cybertech.cbn.net.id/cbprtl/cyberwoman/detail.aspx?x=Mother+And+Baby&y=cyberwoman|0|0|5|1414

* Menjaga keharmonisan dalam kehidupan rumah tangga. Hindarilah pertengkaran orangtua atau orang dewasa di hadapan anak, ketika memiliki perbedaan pendapat. Anak perlu belajar bahwa setiap perbedaan pendapat harus dapat diselesaikan dengan cara yang baik, tanpa harus salingmerendahkansalahsatupihak.

* Memperhatikan permasalahan yang dihadapi anak dan membantunya dengan memberikan dukungan dan bimbingan mengenai alternatif pemecahan masalah yang dapat diambil. Hal ini akan memberikan keyakinan kepada anak bahwa setiap permasalahan memiliki jalan keluar dan membuatanakbelajaruntuktidakmudahmenyerah.

* Pujilah anak. Biarkan si kecil mengetahui bahwa dia memiliki kemampuan atau sesuatu yang dapat dibanggakan. Lakukan secara spesifik terhadap hal tertentu yang Anda anggap baik. Misalnya, daripada mengatakan, Bagus, lebih baik Anda mengatakan, Semangat kamu menendang bola ke arah gawang benar-benar hebat. Mama senang melihat kamu berhasil melakukannya. Jangan pula terpaku pada hasil, usaha anak, walaupun hasilnya kurang baik, pantasmendapatkanpujiandariAnda.

* Ajari anak bersosialisasi. Diterima oleh teman-teman sebayanya adalah hal penting dalam konsep diri anak. Oleh karena itu bekali kemampuan anak untuk bersosialisasi dengan membuka kesempatan bergaul bagi anak dengan melibatkannya dalam berbagai aktivitas atau permainan berkelompok, mengajari anak menyapa, berterima kasih, memperkenalkan diri, meminta maaf ketika salah, dan lain sebagainya. Akan lebih efektif jika Anda mengajari dengan menjadi contoh bagianak.

* Libatkan si kecil dalam tugas rutin di rumah. Memang akan lebih mudah untuk melakukan sendiri atau menyerahkan pada pekerja rumah tangga tugas-tugas rutin di rumah daripada mempercayakannya kepada si kecil. Namun, menurut Millie, memberikan tugas rutin kepada anak, tak hanya dapat melatih kemampuannya tetapi juga dapat memberinya kesempatan untuk berkontribusi atau melakukan sesuatu bagi keluarga. Hanya saja, Anda harus memastikan bahwa

tugas yang diberikan padanya, adalah tugas yang memang sesuai dengan perkembangan usia dan kemampuannya.

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK USIA DINI : PERKEMBANGAN KONSEP DIRI TUGAS RESUME

NATALINA PURBA

7516091341

NON REGULER PAUD (PENDIDIKAN ANAK USIA DINI) UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA, 7 APRIL 2010

KONSEP DIRI

Dari masa-masa permulaan yang dapat dicatat terdapat bukti bahwa orang mulai mencaricari sebab-sebab tingkah laku dan menciptakan suatu pengertian mengenai identitas. Kelly mengatakan bahwa setiap orang dengan cara-cara khususnya sendiri merupakan psikolog awam yang terus menrus mencoba untuk meramalkan dan mengendalikan arah kejadian di mana ia terlibat.78 Bahasa telah sering dinyatakan sebagai satu-satunya sifat yang unik pada manusia, konsep diri mungkin penuntut yang lebih kuat lagi untuk membedakan manusia dari mahluk lainnya. Erich Fromm melihat manusia sebagai melebihi segala bentuk kehidupan karena hanya dia sesungguhnya kehidupan menyadari dirinya sendiri. 79 Bidney dan juga kerena hanya manusia yang didorong untuk mengakui bahwa hanya manusia yang mampu bersikap objektif terhadap dirinya sendiri., berada terpisah dari dirinya sendiri, dan berpikir sebagai apa dirinya dan apa yang ingin dilakukannya dan hendak menjadi apa. Dobzhansky mengatakan bahwa kesadaran sebagai ciri pokok dan merupakan sesuatu yang baru dari homo sapiens yang bersifat evolusioner.80 Konsep-konsep manusia mengenai dirinya sendiri mempengaruui pilihan tingkah lakunya dan pengharapannya dari hidup. Pada awalnya beberapa peneliti mengalami pertentangan tentang konsep diri, apakah factor lingkungan lebih berpengaruhi dalam pembentukan konsep diri anak atau factor keturunan. Namun ada 2 usaha untuk menerangkan hal ini dan dapat di kelompokkan.

Kolompok yang menitik beratkan peranan factor konstitusi atau factor dunia alam: 81

78

Burns, R.B. The Self Concept. (Alih bahasa : Eddy). Jakarta: Arcan, p: 3. Ibid, p.: 4 Ibid. Gunarsa, Singgih D. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia, p: 37-39.

79

80

81

Seorang bayi yang terbentuk menjadi manusia baru pada saat terjadinya konsepsi, sudah memperoleh apa-apa untuk menjadi sesuatu. Pengaruh-pengaruh biologis jelas besar sekali dan sering dihubungkan dengan suatu ciri kepribadian. Gisell dan Thompson mengatakan bahwa proses kematangan tertentu berhubungan dengan hal-hal biologis terhadap perkembangan berbicara. Sheldon menggubungkan struktur tubuh tertentu dengan watak yang khusus, dengan segi kepribadian yang khusus pula. Para psikolog yang tergabung dalam kelompok aliran Gestalt mengungkapkan bahwa faktor keturunan adalah menentukan dalam persepsi seseorang. Suatu pendapat yang menghebohkan dikemukan oleh Arthur R. Jensen dalam hasil penelitiannya mengungkapkan adanya perbedan IQ pada beberapa kelompok keturunan disebabkan oleh perbedaan gen yang ada pada keturunannya. Faktor kromosom mempengaruhi secara dominan timbulnya suatu gejala yang memang bisa dilihat.

Kelompok yang menitik beratkan peranan faktor lingkungan atau faktor dunia luar82 Sejak jaman J. Locke peranan rangsangan dan penggalaman-penggalaman yang dialami seseorang dalam menjalani hidup sangat penting. J.B Watson mengatakan bahwa faktor lingkungan adalah variabel-variabel yang bisa diubah-ubah untuk mempengaruhi perubahan tingkah laku yang diinginkan. Bertentangan dengan Gesell dan Thompson, Gagne mengemukakan bahwa perkembangan dan kemampuan verbal pada anak adalah hasil proses mempelajari sesuatu yang diperoleh dari luar. Dalam lapangan psikologis klinis, psikoterapi selalu diarahkan untuk mempengaruhi tingkah laku, atau cir-ciri kepribadian, agar bisa memperlihatkan tingkah laku sesuai dengan keinginan sipemberi psikoterapi. S.W. Bijou dan B. M. Baer mengkategorikan asal-usul rangsangan yang sampai pada anak dan mempenggarahui perkembangannya yakni: 83

82

Gunarsa, Singgih D. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia, p: 39-41. Ibid, p: 41-42.

83

1. Fisik : meliputi keadaan alam yang bebas, seperti pegunungan, pepohoan, serta benda buatan manusia misalnya meja, kursi, rumah, kapal terbang. 2. Kimiawi : gas dan larutan yang mempengaruhi jarak tertentu seperti bau sate, parfum asap kendaraan dan yang lansung mengenai permukaan tubuh misalnya sabun, obat-obatan dll. 3. Organismik : struktur biologis dan fungsi-fungsi kefaalan pada organisme seperti rangsangan dari alat-alat pernafasan, pencernaa, persyarafan dan otot-otot. 4. Sosial : penampilan, dan interaksi antara orang lain misalnya ibu, ayah, teman dan dirinya sendiri.

Kelompok yang digolongkan kelompok interaksionis84 Suatu makalah klasik dikemukan oleh Anne Anastasi yang pernah menjabat President American Psychological Association di majalah Psychological Review mengenai pertentangan antara faktor keturunan dan faktor lingkungan. Pertanyaan lain yang dicoba dijawab Anastasi adalah bagaiman hubungan kedua faktor tersebut, dianggap memberi jalan keluar yang baik. Pertanyaan bagaiamana itu menunjukkan adanya interaksi saling mempengaruhi yang meliputi dasar-dasar:
1. Faktor konstitusi (nature) dan factor lingkungan menjadi sumber timbulnya tiap perkembangan tingkah laku. 2. Keduanya tidak dapat terpisah tetapi saling berhubungan 3. Interaksi dapat dikonseptualisasi sebagai bentuk hubungan majemuk artinya, hubunganhunbungan yang terjadi mempengaruhi hubungan-hunbungan lain yang akan terjadi.

Anasatasi juga mengungkapkan lebih lanjut bahwa pengaruh keturuan terhadap tingkah laku selalu terjadi secara langsung. Tidak ada satupun diantara fungsi-fungsi psikis yang secara langsung diturunkan oleh orang tua kepada anak.

84

Gunarsa, Singgih D. Dasar dan Teori Perekembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia, p:39-47.

Pengaruh keturunan selalu membutuhkan perantara atau perangsang yang terdapat dilingkungan. Menskipun dalam kenyataannya selalu ada tingkatan yang lebih dan yang kurang. Tokoh lain yang digolongkan sebagai interaksionis adalah Vygotsky beliau membagi pengembangan konsep menjadi 2 yaitu pembentukan konsep yang spontan, terjadi pada anak dengan sendirinya. Pembentukan konsep yang tidak spontan membutuhkan kesiapan tertentu untuk memperoloh rangsangan-rangsangan tertentu dari lingkungan. Vygotsky percaya bahwa kedua proses pembentukan konsep saling berhubungan dan pengaruh-mempengaruhi. Majemuk tidak mungkin terjadi hanya dari proses belajar. Peranan perkembangan terjadi dengan sendirinya kearah kesiapan dan kematangan tertentu dianggap sebagai aspek yang tidak boleh diabaikan. Lauria mengungkapkan bahwa proses yang terjadi pada anak dengan sendirinya dalam menghadapi lingkungan disebut sistim mengatur diri sendiri (Self Regulatory system). Dalam usahanya untuk menerangkan interaksi antara faktor keturunan (konstitusi) dan faktor lingkungan, Anastasi menyarankan untuk mmenggunakan konsep yang digunakan oleh Dobzhansky seorang ahli Ilmu Keturunan yang dikenal dengan istilah norma-reaksi. Konsep ini diperkenalkan oleh Woltererck. Faktor keturunan (konstitusi) saja tidak menentukan tingkah laku melainkan masih tergantung pada lingkungan tempat berada. Sebaliknya lingkungan saja tidak bias distrukturkan sedemikian rupa sehingga diharapkan berkembang melebihi kerangaka genotip yang sebenarbenarnya dimiliki. Tujuan memperkembangkan anak adalah memunculkan sesuatu yang secara genotip adalah sebaik-baiknya untuk tujuan penyesuaian dan mempertahankan diri dalam lingkungan hidupnya, ini termasuik aspek-aspek yang berhubungan dengan keselamatan dan perlindungan fisiknya, kemanapun untuk memanfaatkan sumber-sumber yang ada di lingkungannya, dan kemampuan untuk mengadakan hubungan-hubungan sosial yang serasi.

Perkembangan Konsep Diri Dalam Teori Psikologi


Periode pra-psikologi85 Pada abad ke 17 di Eropa Barat, timbul faham dualisme dari kesadaran dan perasaan puas yang telah berkembang mejadi suatu perbedaan dari dikotomi yang telah ada, faham dualisme tentang kesadaran dan kepuasaan yang telah bekembang menjadi suatu perbedaan yang dapat diterima antara konsep mengenai diri sendiri dan konsep diri (the concept of self and self concept). Descartes dalam karyanya cagito ergo sum (saya berfikir karena itu saya ada) menekankan kepusatan diri dalam kesadaran. Locke dan Hume mengembangkan gagasan ini dan memperkenalkan sisi lain dari persamaan tersebut dan menekankan pada perasaan puas dari pengalaman indrawi. Locke membayangkan manusia sebagai mahluk pintar yang berfikir, dan mempunyai akal budi dan dapat merenung dan dapat menganggap diri sebagai sesuatu yang berdiri sendiri (self as it self). Hume memperdebatkan pada sisi identitas yang berdasarkan penggalaman indrawi. Menyebrang Selat Channel, Kant dalam karyanya Critique of Pure reason, mengembangkan faham dualisme dengan menetapkan perbedaan diri sendiri sebagai subjek dan diri sebagai objek. Schopenhauer (1948) memberikan nama pada aspek-aspek ini yaitu Pengenal dan Dikenal (The knower and Known). William James Willian James seorang ahli psikologis pertama di dalam cara yang menyakinkan pada perbedaan subjek-objek. Dalam karyanya yang mengembangkan tesis Kant, James mengkategorikan 2 aspek diri yang global. Kepribadian secara tidak langsung menunjukkan secara terus-menerus kehadiran 2 unsur pribadi yang objektif, yang dikenali dengan pelontaran pikiran subjektif berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

85

Burns, R. B. The Self Concept. (Alih bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan, p: 7-12.

James menganggap diri yang global itu sebagai Me dan I yang berlangsung bersamaan. Mereka adalah aspek pembeda dari kesatuan yang sama, suatu pembedaan antara pengalaman murni (I), dan isi-isi pengalaman itu (Me), antara diri sebagai subjek (I) dan diri sebagai objek (Me)

Perejumpaan dengan faham tingkah laku (behaviourism)86 Paham tingkah laku, dengan penekanan yang lebih mementingkan pada metode ilmiah sebagai prinsip utaman keyakinannya, mengarahkan psikologi pada studi yang setepat-tepatnya hanya pada aspek-aspek tingkah laku yang dapat diamati dan diukur yaitu merangsang dan merespon yang didefinisikan secara operasional. Dogma kaku ini menempatkan studi konsep diri dibawah tekanan yang cukup besar karena gagasan rujuk diri tidak dapat dihindari kenyataan secara tidak langsung suatu perhatian terpusat pada pengalaman dalam (internal experiance), interpretasi subjek dan pelaporan diri (self report). Teori konsep diri dan riset menunjukkan bahwa sikap-sikap terhadap diri mempengaruhi tingkah laku dan memberikan wawasan ke dalam persepsi-persepsi individu, kebutuhan dan tujuan individu. Menjelang tahun 1915 Cogan dan kawan-kawan menyimpulkan persetujuan dengan sifat-sifat yang diinginkan jauh lebih besar dari pada sifat-sifat yang tidak diinginkan.

Konsep diri dan paham interaksionisme simbolis87 Paham ini melibatkan 3 pikiran dasar yaitu yang pertama, manusia memberikan respon terhadap lingkungan dengan dasar adanya arti-arti yaitu unsur-unsur dari lingkungan yang bekerja pada mereka sebagai individu. Kedua, arti-arti seperti ini merupakan hasil dari interaksi social dan yang ketiga, arti-arti social/cultural ini dimodifikasikan melalui interpretasi individu di dalam batas-batas interaksi bersama.

86

Burns, R. B. The Self Concept. (Alih bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan, p: 12-16. Ibid, p: 16-21.

87

a. C. H. Cooley Individu lebih dulu dari masyarakat. Cooley mendefinisikan diri sebagai Sesutu yang ditunjukkan dalam pidato yang biasa dengan kata-kata ganti orang pertama tunggal I, Me, mine dan my self. Cooley adalah orang pertama yang menunjukkan pentingnya umpan balik yang diinterpretasikan secara subjektif dari orang lain sebagai sumber data utama mengenai diri. Tahun 1922 Cooley memperkenalkan teori diri kaca cermin (looking glass self), dengan pemikiran bahwa konsep diri seseorang dipengaruhi dengan berarti oleh apa yang diyakini individu, orang berpendapat tentang dirinya. Konsep diri dibentuk dengan proses belajar trial and error dengannya nilai-nilai, sikap-sikap, peranan, dan identitas dipelajari.

b. G. H. Mead Bagi Mead konsep diri sebagai suatu objek timbul di dalam interaksi social sebagai suatu hasil perekembangan diri perhatian individu tersebut mengenai orang lain berinteraksi dengan dirinya. Sehingga dia dapat mengantisipasi reaksi-reaksi orang lain agar berlaku dengan pantas, individu tersebut belajar untuk menginterpretasikan lingkugan sebagaimana yang dilakukan orang lain. Karya-karya Made menyarankan bahwa diri itu tersusun dari sejumlah diri-diri yang elementer yang mencerminkan aspek-aspek struktur dan proses social.

Goffmann dan presentasi diri 88 Goffmann menawarkan suatu perluasan dari paham interaksi simbolis ke dalam sutu metaphor dramaturgis dengan menyatakan bahwa individu melakukan suatu pertunjukkan (show) bagi orang lain dengan mengatur kesan-kesan yang dia berikan pada orang lain tentang didinya sendiri. Analisa dramaturgi dari Goffamnn terhadap masyarakat menawarkan cara yang berguna untuk menguji masyarakat di mana orang-oarang tidak mencoba untuk berbuat tetapi menjadi sesuatu.

88

Burns, R. B. The Self Concept. (Alih bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan, p: 21-22.

Dasar Teori Perkembangan Konsep diri


Teori Freud, neo-Freud dan konsep diri 89
Freud

Egonya Freud mewakili segalanya dari kehidupan mental yang sehat dan rasional yang bertentangan sama sekali dengan id yang implusif dan irrasional. Ego merupan perangkat dari proses-proses seperti memahami dan berpikir, hal tersebut menambahkan isi dari kesadaran dan membedakan antara realitas dan imajinasi. Di dalam pengertian Freud ego merujuk pada inti dari kepribadian yang mengendalikan implusimplus dan dorongan-dorongan dari id dan superego sesuai dengan syarat-syrat realitas.
Jung

Jung berpendapat diri tidak timbul sampai bermacam-macam komponen dari kepribadian di kembangkan sepenuhnya dan di-individu-kan, dan hal ini hanya dapat terjadi di dalam usia setengah baya. Diri tersebut mewakili suatu keseimbangan di antara yang sadar (ego) dan tingkatan-tingkatan yang tidak sadar.
Adler

Ciri-ciri dari psikologi Adler adalah konsepsinya tentang gaya hidup yang menentukan tingkah laku. Diri-nya Adler merupakan system yang sangat di-pribadi-kan dan subjek di mana

seseorang mengintrepretasikan dan memberi makna terhadap penggalaman-penggalamannya. Bagi Adler tiap pribadi mempunyai tujuan yang sama yaitu menonjolkan diri dan sistem diri berasal dan berkembang dari tingkah laku yang digunakan untuk memanipulasi perasaan superior dan inferior.
Sullivan

Sullivan mengkalim bahwa system diri merupakan suatu organisasi pengalaman pendidikan yang diadakan karena kebutuhan untuk menghindari atau meminimalkan peristiwa-peristiwa

89

Burns, R. B. The Self Concept. (Alih bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan, p: 22-27.

kegelisahan. bukan me.


Horney

Sullivan

menegaskan

bahwa

anak-anak

mengkalsifikasikan pengalaman-

pengalaman sebagai yang menyimpang ke pada me yang baik dan me yang buruk dan

Horney mengklasifikasikan 3 kebutuhan pokok dalam memecahkan masalah hubungan manusia. (1) bergerak kearah orang-orang, (2) menjauhi orang (3) menentang orang-orang. Horney (1950) bahwa anak sangat peka terhadap ekspresi-ekspresi kasih sayang dan sikap permusuhan, dan tingkah lakunya dengan positif dikuatkan bukan hanya oleh mendirikan ideal-ideal tersebut. Penguatan melalui tingkah lakunya melalui indikasi yang dipahami sebagai pengharapan bagi perkembangannya sendiri dank arena itu anak merasa perlu menyenagkan orang tua dan teman.

Ego dan diri90 Dalam tahun 1940-an dan 1950-an penggunaan yang tidak memilih-milih dari konsep yang sejajar satu dengan yang lainnya dari ego dan diri mengakibatkan kontroversi yang cukup besar. Allport mengklaim pada suatu bagian bahwa ego dan diri adalah hal yang sama. Chein dan Bertocci berusaha untuk membedakan ego dan diri. Sherif dan Cantril menyajikan suatu gambaran perkembangan dari diri, memberikan bukti yang jelas dari perkembangan kesadaran akan status yang teruji dalam proses pendewasaaan social. Symonds mendefinisikan ego adalah kelompok proses. Sedangankan diri cara individu mengamati dan memahami nilai-nilai dan merspon terhadap dirinya sendiri.

Propriumnya Allport 91 Allport menciptakan sebuah istilah baru proprium yang terdiri dari 7 aspek : (1) indra badanisensasi (2) identitas diri melalui waktu- keadaan yang tersusun berlanjut. (3) peningkatan diri90

Burns, R. B. The Self Concept. (Alih bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan, p: 28-29. Ibid, p: 2930.

91

penonjolan dan cinta diri (4) perluasan diri-mengidentifikasi dengan yang lain-lainnya dan hal lainya dari diri saya. (5) rasionalitas-perencanaan, penguasaan (6) citra diri (7) upaya yang berpusat keberadaaan kita (propriate striving) tingkah laku yang dimotivasikan untuk meningkatkan citra diri. Cattell Cattell menerima pemikiran tentang diri sebagai suatu dasar di dalam kepribadian dan mencoba untuk meningkatknnya ke dalam seperangkat factor. Cattell menbedakan diri yang dirasakan (felt self), yang intropektif, diri yang direnungkan (contemplated self) dan diri structural (structural self).

Erikson dan identitas92 Erikson menunjukkan bagaimana budya menguraikan dari suatu dasar yang diberikan secara biologis suatu identitas yang pantas di dalam budaya yang bersangkutan dan dapat diatur oleh individu itu. Identitas diperoleh dari pencapaian yang mempunyai arti di dalam budaya tersebut. Identitas timbul dari suatu integrasi yang bertahap dari semua proses identifikasi. Karena itu penting bagi anak-anak untuk berinteraksi dengan orang dewasa dengan siapa mereka berindentifikasi.

Teori organisme dan dorongan aktualisasi diri 93 Teori organisme menekankan bahwa pribadi : Merupakan system yang terorganiasi dan tidak
dapat dipelajari di dalam suatu cara yang memisah-misahkan menjadi bagian-bagian yang terkecil (an atomistic fashion) dengan memisahkan unsur-unsur khusus Dianggap dimotivasikan hanya oleh satu dorongan dasar yaitu oleh aktualisasi diri, ketunggalan tujuan, untuk menyadari kemapuan yang menjadi sifatnya.

92

Burns, R. B. The Self Concept. (Alih bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan, p: 31-32. Ibid, p: 32-36.

93

Goldstein Goldstein mengkalim bahwa pemuasan diri setiap kebutuhan yang khusus sampai pada latar depan ketika hal tersebut menjadi suatu prasyarat bagi penyadaran diri (self realisation) dari keseluruhan keberadaannya. Goldstein memberitahu bahwa suatu organisme adalah suatu yang di mana kecenderungan terhadap aktualisasi diri bertindak dari dalam dan mengatasi gangaguan yang timbul dari petikaian dengan dunia bukan dari kegelisahan tetapi kegembiraan karena dapat menaklukkan.

Angyal Angyal (1941) membuat dalil bahwa suatu diri yang simbolis merupakan kumpulan semua konsepsi diri yang dipunyai seseorang. Dua trend dasar diri yang berupa (self determination) dan lawanya penyerahan diri (self surrender) kedua hal ini timbul dari ketegangan-ketegangan diantara lingkunagn yang menarik kerah lainnya. Maslow Maslow menekankan dorongan aktualisasi diri pemiliknya di dalam suatu teori tentang motivasi manusia. Maslow berpendapat bahwa manusia memiliki 5 kebutuhan dasar:
1. Kebutuhan fisiologis contohnya haus dan lapar 2. Kebutuhan terhadap rasa aman 3. Kebutuhan akan kasih sayang dan rasa memiliki 4. Kebutuhan penghargaan terhadap diri 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri misalnya keinginan untuk menjadi yang sesuai dengan potensi yang dipunyainya.

Lecky Lecky mengungkapkan bahwa semua nilai dari individu diorganiasikan ke dalam suatu system tunggal, inti yaitu konsep dirinya sendiri. Lecky menempatkan kepercayaan yang besar dalam potensialitas manusia dan kekuatanya dalam pertumbuhan diri.

Perkembangan Kepribadian Pada Masa Awal Kanak-kanak Glasner mengatakan bahwa konsep diri anak terbentuk dalam rahim hubungan keluarga. Pola kepribadian anak diletakkan pada saat bayi dan dibentuk pada masa anak-anak. Orang tua, saudara kandung dan sanak saudara adalah faktor penting dalam pembentukkan konsep diri. 94 Seiring berjalannya waktu anak mulai berinteraksi dengan teman sebaya baik di lingkungan sekolah maupun di lingkugan rumah, sikap dan cara teman memperlakukannya mulai membawa pengaruh dalam pembentukan konsep diri anak, pengaruh yang dapat mendorong atau melawan dan bertentangan dengan pengaruh-pengaruh dari keluarga.95

Orang terpenting atau orang terdekat (significan other) Pada awal pertumbuhan anak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah oleh sebab itu orang tua dan anggota keluarga lah yang memiliki andil dalam pembentukan konsep diri anak. Kondisi dalam kelurga juga turut membentuk konseep diri anak. Hubungan anak dengan anggota kelurga adalah penting, namun sikap orang tua merupakan unsur yang paling penting dalam pembentukan konsep diri anak. Bagaimana pandangan orang tua mengenai penampilan, kemampuan dan prestasinya, sangat mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri. 96 Cara pelatihan anak disiplin otoriter dan disertai banyak hukuman bandan cenderung membuat anak benci terhadap orang yang berkuasa dan menimbulkan perasaan menyerah, perasaan yang dapat dan sering berkembangan menjadi kompleks martir. Contohnya anak-anak yang masih duduk di bangku menengah atas, tanpa pikir panjang mereka mau direkrut untuk menjadi pembawa bom bunuh diri di Hotel J.W. Mariot, mereka sudah tahu bahwa nyawa adalah taruhannya tapi tetap mereka lakoni karena yang merekrut pasti sudah mencuci otak mereka dengan mengatakan bahwa mereka dengan mati sahid, upahnya adalah surga. Perkembangan sosial pada anak-anak tumbuh dengan erat dalam lingkungan keluarga. Orang tua memiliki peran sangat besar dalam membesarkan anak-anaknya dan
94

orang

tua

Hurlock, Elizabeth B. Development Psyclology. Fifth edition. (Alih bahasa: Istiwidayanti, soejarwo dan Ridwan Max Sijabat). Jakarta: Erlangga, p: 132.
95

Ibid.

96

Hurlock, Elizabeth B. Development Psycloloy. Fifth edition. (Alih bahasa: Istiwidayanti, Soejarwo ). Jakarta : Erlangga, 1994, p: 132.

memiliki gaya tersendiri dalam membina hubungan dengan anak-anaknya, dan hal ini mempengaruhi perkembangan sosial anak-anak. Menurut Diane Baumrind ada 3 gaya orang tua dalam mendidik dan membesarkan nakanakanya:97
d. Orang tua yang otoriter (authoritarian parents) Melarang anak dengan mengorbankan otonomi anak. Pada gaya ini orang tua menganggap bahwa anak harus menerima apapun yang dikatakan orang tua tanpa ada bantahan dan cenderung keras. e. Orang tua yang membiarkan (permissive) Memberikan kebebasan sebanyak-banyaknya kepada anak-anaknya dan menempatkan harapan-harapan kepada mereka. f. Orang tua yang hangat (authoritataive) Orang tua mencoba menghargai tingkah laku yang ditunjukkan anak-anaknya namun disaat yang sama orang tua juga berusaha untuk menunjukkan tingkah laku mereka sendiri, dan mengharapkan standar ini bertemu dengan standar anak. Orang tua tipe ini bersikap hangat tapi juga menuntut.

Baumrind menyimpulkan bahwa orang tua yang efektif lebih cenderung memilih gaya authoritative. Karena orang tua yang dapat dipercaya cenderung memiliki anak yang mandiri, bersahabat, harga diri yang tinggi, dan berorientasi pada prestasi. Cita-cita orang tua terhadap anaknya berperan penting dalam membentuk konsep dirinya. Kalau harapan orang tua terlalu tinggi anak cenderung gagal. 98 Ditempat penulis mengajar ada beberapa orang tua yang menginginkan anaknya selalu memdapatkan nilai 10 untuk pekerjaan sekolah (PS) apalagi ulangan. Anak anak sebut saja Jamie dia selalu menangis kalau tidak mendapat nilai 10, akhirnya penulis bertanya ada apa, nilai 9 juga sangat bagus. Dia jawab, papi bilang Jamie harus dapat nilai 10 kalau tidak nanti tidak bisa jadi dokter.

97

Jiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2002. p: 78.

98

Hurlock, Elizabeth B. Development Psycloloy. Fifth edition. (Ali bahasa: Istiwidayanti, Soejarwo). Jakarta : Erlangga, 1994, p: 132.

Posisi urutan anak-anak dalam keluarga dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian. Pengaruh ini dapat dijelaskan bahwa setiap anak dalam kelurga memiliki peran khusus sebagian karena perbedaan metode pelatihan anak, sebagian lagi berhasil atau tidaknya anak bersaing dengan saudara kaandungnya. Beberapa ciri umum sehubungan dengan posisi urutan 99 Anak pertama
Berprilaku secara matang Benci terhadap fungsinya sebagai teladan untuk adik-adiknya Mempunyai perasaan yang kurang aman dan benci karena lahirnya adik Kurang agresif dan kurang berani Menggembangkan memimpin sebagai kemampuan akibat dari Mempunyai tanggung jawab yang lebih sedikit Terganggu pada perasaan-

perasaan diabaikan orang tua Mencari persahabatn dengan

teman-teman sebaya. Meggembangkan kemampuan

untuk tidak berprestasi tinggi

tanggunga jawab di rumah Biasanya prestasi tinggi sebagai akibat dari tekan dari orang tua dan ingin merebut kembali perhatian dari orang tua Sering merasa tidak bahagia karena merasa tidak aman

Anak bungsu
Cenderung keras dan banyak

menuntut sebagai akibat dari kurang ketatnya disiplin dan dimanjakan Tidak banyak memiliki rasa benci Cenderung tidak berprestasi tinggi Biasanya dilindungi oleh orang tua dari serangan fisik atau verbal kakak-

Anak tengah

99

kakaknya Mengalami hubungan social yang baik diluar rumah dan biasanya popular namun karena jarang menjadi pemimpin untuk

Belajar mandiri dan bertualang akibat dari kebebasan yang didapat Menjadi benci dan berusaha untuk mengungguli kelebihan kakaknya Tidak menyukai keistimewaan yang

kurangya

kemauan

memikul tanggung jawab

Hurlock, Elizabeth B. Development Psycloloy. Fifth edition. (Ali bahasa: Istiwidayanti, Soejarwo dan Max Sijabat). Jakarta : Erlangga, 1994 , p: 35

diperoleh kakaknya Bertingkah dan melanggar peraturan untuk menarik perhatian orang tua Menggembangkan untuk menjadi bos kecenderungan

Cenderung merasa bahagia karena mendapat perhatian lebih dan

dimanjakan oleh angggota keluarga selama masa awal kanak-kanak.

Pembentukan konsep diri Parktik pengasuhan bayi dan pola interaksi sangat bervariasi, tergantung pada pandangan budaya terhadap karakteristik dan kebutuhan bayi. Peran ibu dan peran ayah menimbulkan komitmen emosional dan sering kali keterlibatan langsung dalam merawat dan membesarkan anak namun karena terlibatan ayah yang beragam ibu masih menjadi pengasuh utama dalam mayoritas cultural yang ada di dunia. 100

100

Papalia, Diane, E. Sally Wendkos Olds dan Ruth Duskin Feldman. Human Development. (Alih bahasa : Ak. Anwar). Jakarta: Kencana, 2008, p: 273. Berdasarkan karya Eagle dan Breaux tahun 1998 mengungkapkan kebapakan (faterhood) memiliki makna yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Dalam beberapa masyarakat , ayah terlibat lebih banyak dalam kehidupan anak mereka pada saat masih muda baik secara ekonomi, emosi dan dalam waktu yang dihabiskan ketimbang dalam budaya lain. Di Kamerun dan daerah pedesaan lain di Afrika Barat, para pria memiliki istri lebih dari satu, dan anak-anak tumbuh dalam kelurga besar yang dihubungkan oleh kesukuan. Ayah memiliki posisi yang dominan dan memberikan keterkaitan kesukuannya kepada sianak. Seorang ayah biasanya penegak disiplin dan penasehat. Sang ayah jarang melakukan kontak dengan bayi namun ayah berfungsi sebagai pembimbing, sahabat dan model bagi anak yang lebih tua. Namun seiring datangnya urbanisasi dan nilai Barat, peran gender tradisional ini menjadi hancur, banyak pria yang mengejar kekayaan dan hampir tidak pernah menghabiskan waktu untuk anak-anak mereka. Di Huhot, pedalaman Mongolia sebuah propinsi di Cina, secara tradisioanal seorang ayah bertanggung jawab terhadap disiplin dan ibu bertanggung jawab terhadap pengasuhan. Ayah adalah seorang yang kaku dan menjauh sehingga anak menghormati dan takut kepadanya. Seperti halnya di Kamerun urbanisasi juga mengubah sikap penggolongan jender secara tradisional ini akan tetapi kearah yang berbeda, kebijakan satu anak mengarahkan kedua orang tua untuk terlibat lebhi dalam dengan anak tunggal mereka. Aka Pygmies adalah suku pemburu di Afrika Tengah yang sering berpindah tempat dalam kelompok kecil dan sangat melindugi anak mereka. Ayah suku Aka memberikan pengasuhan langsung kepada sang bayi lebih banyak dibanding masyarakat lain. Mereka sering mengendong anak mereka, mencium, memeluk memandikan dan bermain bersama mereka. Perilaku ini serah dengan teori system keluarga, yang memprediksi lebih tingginya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak pada budaya di mana suami dan istri sering kali bekerja sama dalam mencari nafkah dalam berbagai aktivitas lainnya. Kuncinya bukan hanya partisipasi kedua orang tua dalam aktivitas seperti yang disebutkan, akan tetapi melakukannya bersama-sama. Peran ayah dalam pengasuhan anak merupakan bagian perannya dalam keluarga. p: 272.

Ada 6 hal yang patut kita lihat dalam pembentukan konsep diri ini yaitu: 101
7. Merujuk pada Erikson, pada 18 bulan pertama, sang bayi mengalami tahap perkembangan kepribadian yang pertama, rasa percaya bertentangan dengan rasa tidak percaya. 8. Keterikatan (attachment) adalah ikatan emosional yang abadi dan resiprokal antara bayi dan pengasuhnya. Pengasuh yang senstitif, responsive, konsisten merupakan kunci kesukesan dalam mengatasi konflik. 9. Keterikatan terbentuk antara ibu dan bayi memberikan konstribusi terhadap keamanan keterikatan dengan cara mereka merespon satu dengan yang lainnya. 10. Ibu dengan keterikatan yang aman memiliki kecendrungan untuk sensitive dan responsive 11. Cara seorang ibu mengingat bagaimana keterikatannya kepada ibunya dapat memprediksi bagaimana keterikatan anaknya kepada dirinya. 12. Semakin aman keterikatan aman keterikatan seorang anak kepada orang dewasa yang mengasuhnya, semakin mudah akhirnya seorang anak untuk independen dari orang dewasa tersebut.

Interaksi yang mempengaruhi kualitas keterikatan tergantung kepada mutual regulation (regulasi mutual), yaitu kemapuan yang dimiliki baik oleh bayi dan pengasuh untuk merespon dengan tepat terhadap sinyal kondisi emosional kedua belah pihak. Stranger anxiety: kecemasan terhadap orang atau tempat asing yang ditunjukkan oleh bayi pada paruh kedua tahun pertama mereka. Separation anxiety: kesulitan yang ditunjukkan oleh seorang bayi ketika pengasuh yang telah akrab pergi. Stanger anxiety dan separation anxiety bisanya dianggap sebagai tongak emosional dan kognitif paruh kedua masa bayi merefleksikan keterikatannya pada sang ibu. Referensi social membentuk pemahaman bagaimana harus bertindak dalam situasi yang tidak menentu, membingungkan atau tidak akrab, dengan mencari apa yang dilakukan oleh orang lain terhadap situasi tersebut.102

101

Ibid, p: 274-275.

102

Papalia, Diane, E. Sally Wendkos Olds dan Ruth Duskin Feldman. Human Development. (Alih bahasa : Ak. Anwar). Jakarta: Kencana, 2008, p: 285.

Pembentukan konsep diri terjadi di dalam keluarga dan orang-orang yang ada di dalam rumah memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pembentukan konsep diri anak. Namun orang tualah yang memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan konsep diri sang anak. Perkembangan konsep diri pada anak berbeda sehingga intervensinyapun akan berbeda, perkembangan konsep diri pada anak 0-8 tahun dapat kita lihat pada table di bawah ini: 103 Usia 0-6 bulan 1 tahun Indicator Masa penyesuaian terhadap kehidupan yang baru Mengatasi rasa aman dengan menghisap ibu jari Mengadakan pengulangan terhadap keadaan yang menarik 7-12 bulan Sangat dekat dengan ibunya Sangat responsive dan siaga Memperlihatkan sejumlah kesediaan untuk mendapatkan perhatian dari sekelilingnya Kemandirian yang semakin menyebabkan kemarahan jika dilarang Memperhatikan kecemasan jika ditinggal sendiri untuk beberapa saat Secara keseluruhan bersahabat dan percaya diri Tidak suka dibatasi dan senang menjelajah dengan bebas tetapi masih membutuhkan orang dewasa didekatnya Cenderung pamer Menyadari keberadaan ayah, ibu, dan pengasuhnya Marah jika keinginannya tidak dimengerti Contoh

103

Sujiono, Yuliani Nurani. Perilaku Perkembangan Anak Usia Dini. Edisi revisi. Jakarta : Pusdiani Press Pusat Studi Anak, 2004, p: 121.

2 tahun 3-6 tahun 6-8 tahun

Menrauh minat pada aktivitas orang dewasa Menunjukkan rasa malu pada orang asing Belajar memiliki konsep Menyadari keberadaan ayah, ibu dan pengasuhnya Memperlihatkan kemauan diri Menjadi lebih tenang dan lebih mau menerima Mengacu pada diri sendiri sebagai saya Kerap penuh gairah dan tidak mau bekerja sama Menunjukkan rasa malu pada orang asing Belajar memiliki konsep Menyadari keberadaan ayah, ibu dan pengasuhnya Memperlihatkan kemauan diri Menjadi lebih tenang dan lebih mau menerima Mengacu pada diri sendiri sebagai saya Kerap penuh gairah dan tidak mau bekerja sama Dapat menyesuaikan diri dengan teman sebayanya Mandiri dan mungkin dapat tinggal sendiri dalam waktu singkat Menjadi lebih percaya diri dan lebih mantap dalam suasana ekspresi

Bahaya dalam perkembangan konsep Ada 3 bahaya umum dalam perkembangan konsep selama tahun-tahun awal pada masa kanak-kanak. 104
104

Hurlock, Elizabeth B. Development Psyclology. Fifth edition. (Alih bahasa: Istiwidayanti, Soejarwo). Jakarta : Erlangga, 1994, p: 137.

d. Ketidak tepatan pengertian Terbatasnya pengalaman anak dengan orang dan benda, dan terbatasnya kosa kata sehingga menyulitkan anak untuk mengerti dengan tepat maksud yang dikatakan orang lain kepadanya dan juga karena terbatasnya kesempatan untuk mempelajari arti yang benar dari sumber-sumber otoriter seperti buku atau orang dewasa dengan informasi yang benar, dapat dimengerti kalau konsep anak yang dipelajari anak tidak tepat atau benar-benar salah. Ketidak tepatan konsep-konsep yang dipelajari selama masa awal kanak-kanak sangat berbahaya karena kesalahan konsep ini seringkali berurat berakar sebelum diketahui orangorang. Dalam penelitian G. Stanley Hall, Contests of Children Minds on Entering School. Hall dan rekan-rekannya menemukan bahwa banyak anak-anak kelas 1 memiliki konsep yang salah tentang objek dan pengalaman sehari-hari. Konsep awal yang tidak tepat dapat diperbaiki. Namun butuh waktu lebih banyak dibanding anak belajar arti-arti yang sama sekali baru. Misalnya anak SD yang sejak kecil selalu diceritakan dogeng tentang terjadinya pelangi karena ada 7 bidadari yang turun dengan mengenakan selendang, ketika disekolah mereka belajar bahwa pelangi terjadi karena sentuhan partikel-partikel air yang terkena cahaya matahari, ini akan agak sulit diterima karena penanaman dari orang tua namun ana yang tidak diberi dongeng tentang terjadinya pelangi akan langsung menerima pernyataan dari gurunya.

e.

Konsep-konsep di bawah tingkat perkembangan teman sebaya Kalau ini terjadi dapat mempengaruhi penyesuain pribadi dan penyesuain social anak. Misalnya kalau anak memiliki kesempatan yang terbatas untuk berhubungan dengan orang di luar rumah, ia tidak dapat mengembangkan potensi untuk dapat memahami orang luar akibatnya anak sering mengeluarkan kata-kata kasar dan kurang bijaksana, perelakuannya pun terkadang menggangu orang lain. Di sekolah penulis anak-anaknya jarang berinteraksi dengan teman sebayanya karena mereka tinggal di apartemen, sebut saja namanya Michael, dia tinggal bersama papi mami dan adik perempuannya. Dunianya adalah sekolah dan rumah. Ketika di kelas sedang asyik belajar, tiba-tiba temannya menangis, ada apa Daniel tanya penulis. Michael Miss dia ambil pensil aku. Michael benar ambil pensil Daniel? Dengan nada tinggi dia menjawab. Aku hanya pinjam miss. Michael minta ijin ga sama Daniel? Ga perlu kali! Masi dengan nada tinggi. Michael bisa ga dengan suara yang pelan dan sopan? Kan miss tanya baik-baik, ga

teriak? Sekarang kembalikan pensil Daniel dan minta maaf. Dia minta maaf namun masih tetap dengan wajah yang kesal.

f.

Bobot emosi Konsep dapat menyajikan bahaya yang ketiga dan lebih parah. Misalnya kalau anak dari kecil diceritakan tentang adanya hantu dia akan selalu ketakutan kalau berada di tempat gelap dan sepi. Murid penulis sebut saja namanya Lala, selalu ketakutan kalau pergi ke toilet. Dia selalu mengajak teman yang lain, akhirnya penulis bertanya kok selalu berdua pergi ke toilet? Sendiri kan bisa? Miss kata koko ada hantu di toilet ini? Emang koko dah pernah lihat ada hantu di toilet? Dia terdiam. Sayang kalau Lala belum pernah melihat berarti hantu tidak ada. Tapi kalau Lala pernah lihat berarti hantu ada. Sekarang pernah ga Lala lihat hantunya? Belum miss. Kalau begitu hantu ga ada. Dia hanya terdiam.

Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya memiliki konsep diri yang positif. Anak yang memiliki konsep diri yang positif adalah anak yang akan mencapai kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Namun banyak orang tua yang tidak menyadari apa yang mereka lakukan akan sangat berpengaruh pada pembentukan konsep diri anak. Berikut ini ada 9 tips panduan untuk membentuk konsep diri yang positif pada anak: 105
Sediakan waktu buat anak. Salah satu bagian terpenting dari konsep diri yang positif adalah perasaan dicintai dan di hargai. Salah satu cara yang dapat dilakukan bahwa orang tua mencintai si kecil adalah menghabiskan waktu bersamanya. Misalnya mengajaknya makan siang, atau nonton tv atau kegiatan apa saja yang dapat dilakukan bersama. Hal yang palin diingat saat bersama sikecil adalah menghindari mengkritik, menggurui apa lagi membandingkanbandingkannya dengan anak lain. Sebaliknya mari bicarakan hal-hal positif yang menjadi kelebihannya.

105

http://cybertech.cbn.net.id/cbprtl/cyberwoman/detail.aspx?x=Mother+And+Baby&y=cyberwoman|0|0|5|1414

Komunikasi yang terbuka. Komunikasi yang terbuka adalah salah satu cara yang dapat orang tua lakukan untuk menunjukkan bahwa anak dicintai dan dihargai. Berusahalah ketika berbicara dengan sikecil dengarkan dia dengan seksama dengan perhatian yang utuh dan sepenuh hati.

Dukung potensi dan kemampuan anak. Anak perlu merasa dirinya mampu melakukan sesuatu. Untuk itu berikan stimulasi yang dapat mengembangkan potensi anak secara optimal dalam berbagai aspek. Misalnya memberikan kesempatan pada sianak untuk mencoba aktivitas yang berberda setiap hari. Hindari memaksa anak untuk melakukan apa yang orang sukai, apa lagi mengkritik kemapuan atau penampilannya.

Tunjukkam ekspresi kasih sayang, seperti pelukan, ciuman, atau pujian hal ini akan membuat anak dirinya berharga dan layak untuk disayang. Menjaga keharmonisan dalam rumah tangga. Orang tua sedapat mungkin menghindari pertengkaran orang dewasa dihadapan anak ketika memiliki perbedaan pendapat. Anak harus belajar behwa perbedaan pendapat harus diselesaikan secara baik-baik tanpa harus berteriak dan saling merendahkan.

Memperhatikan permasalahan yang dihadapi anak dan membantunya dengan memberikan dukungan dan bimbingan mengenai jalan keluar atau alternative yangd apat diambil. Hal ini akan memberikan keyakinan pada anak bahwa setiap masalah memiliki jalan keluar dan membuat anak tidak mudah menyerah.

Pujilah anak. Biarkan sikecil mengetahui bahwa dia memiliki kemampuan atau sesuatu yang dapat dibanggakan. Lakukan secara spesifik terhadap apa yang kita anggap baik misalnya, dari pada mengatakan bagus, lebih baik kita mengatakan semangat kamu berlari menuju garis finish, benar-benar heba,. Mama senang kamu berhasil melakukannya. Jangan terpaku pada hasil yang dicapai anak walaupun hasilnya kurang memuaskan, pantas mendapat pujian dari orang tua.

Ajari anak bersosialisasi. Diterima oleh teman-teman sebayanya adalah hal yang sangat penting dalam konsep diri anak. Oleh sebab itu bekali anak untuk bersosialisasi dengan memberi kesempatan untuk begaul dan terlibat dalam berbagai aktivitas atau permaian kelompok, mengajari anak menyapa, berterimakasih, memperkenalkan diri, meminta maaf ketika salah dan lain sebagainya. Namun hal ini akan sangat efektif apa bila orang tua menjadi conroh buat sianak.

Libatkan sikecil dalam tugas rutin di rumah. Memang akan sangat mudah apa bila sikecil tidak dilibatkan karena akan sangat merepotkan, namun memberikan tugas rutin kepada anak bukan hanya melatih kemampuan anak tetapi juga dapat memberinya kesempatan untuk berperan

atau melakukan sesuatu bagi keluarga. Hanya saja orang tua harus memperhatikan bahwa tugas yang diberikan pada anak adalah tugas yang benar-benar sesuai dengan perkembangan dan kemampuannya

You might also like