You are on page 1of 5

Desa Bungaya

a. Sejarah Desa Riwayat desa Bungaya secara lengkap tidak dapat disusun, disebabkan karena sukar didapat prasasti prasasti mengenai sejarah desa demikin pula lontar lontar yang mengatur susunan organisasi desa belum mungkin diketemukan. Menurut cerita beberapa orang orang tua/ sesepuh desa, bahwa piagam/ prasasti desa Bungaya tesempan (berada di desa Songan, Kabupaten Dati II Bangli), hal ini disesbabkan karena pada jaman sebelum Pemerintahan Belanda yaitu jaman kerajaan (yang zaman kerajaan dan rajanya tidak dikenal), pamong desa Bungaya pernah menolak kewajibannya sebagaimana biasany, yaitu Desa nampaknya seperti melaksanakan gerakan yang melintas dari kehendak raja dengan menunjukkan sikap yang menghina rajanya. Dengan menunjukkan sikap membawa segala sesuatu yang menjadi beban Desa Bungaya dengan tidak cara memikul tetapi ditarik 9dalam istilah Bali diPaid) yang sikapnya cukup membuat raja kesal/ berang. Akhirnya pamong desa dipanggil untuk diminta pertanggungjawaban tentang perbuatannya yang tidak menyenangkan raja. Pamong desa bartahan atas perbuatannya dengan mengatakan bahwa sebuah prasasti tidak mengijinkan mereka diperintahkan untuk memikul beban dimaksud, dengan demikian raja memerintahkan mencabut piagam/ prasasti Desa Bungaya itu dan lanjt dibawa ke Istana. Kemudian diperintahkan membawa prasasti itu ke Pulau Lombok melalui Amed, akan tetapi malang yang diperintahkan itu tidk berhasil menyeberang, yang pada akhirnya prasasti itu ditinggalkan di semak semak pantai Amed. Setelah ditinggalkan oleh yang bertugas, suatu kebetulan pada waktu itu ada seorang dari Tianyar yang melihat dan memungut prasasti itu disimpan di Tianyar, maka keadaan ini menjadi gaduh. Oleh karenanya Prasasti itu dibuang pula di semak semak, entah berapa lama diantaranya, kemudian oleh seorang pengalu (pedagang kecil) dari Songan melihat benda keramat yang terlantar itu yang akhirnya ia sangat tertarik untuk memungutnya. Setelah prasasti itu dipungut dia segera pulang dengan embawa prasasti itu dan selanjutnya menyimpan di rumahnya di Songan. Sejak prasasti itu disimpan di Desa Songan, rakyat Songan kegirangan dan juga ketakutan,kemudian dibawa ke dalam Goa keramat di Desa Songan dan disimpan di dalamnya.

Pada tahun 1966 oleh utusan pamong Desa Bungaya yang terdiri dari: 1. De Manten Warni Kelian Desa Adat Bungaya. 2. I Nengah Rutana Calon Kerama Desa Bungaya. 3. I Nyoman Warsi Calon Kerama Desa Bungaya. 4. I Nengah Kingsan Calon Kerama Desa Bungaya. Datang ke Desa Songan untuk meminta kepada Desa Songan Prasasti itu untuk diturunkan, akan tetapi oleh Desa Songan dinyatakan tidak berani memberikannya, karena untuk menurunkan saja harus diadakan upacara yang besar dengan memendak kerbau bertanduk emas. Walaupun prasasti/ piagam/ sejarah desa Bungaya dimaksud tidak masih aslinya yang terdapat di Bungaya, akan tetapi menurut keterangan orang orang tua yang pernah menerima keterangan keterangan/ cerita cerita tentang kejadian dan ke adaan yang ada hubungannya dengan sejarah yang cocok dengan keadaan nyata sampai sekarang dapat disusun cerita singkat seperti dibawah ini. Desa Bungaya asal mulanya adalah merupakan satu pemerintahan Desa Adat yang menjadi salah satu wilayah dari kerjaan Gelgel. Tidak dapat diketahui pada tahun berapa dan siapa raja yang berkuasa pada mulanya, Desa Adat Bungaya dibentuk pada jaman pemerintahan kerajaan Gelgel berkuasa di Bali. Kira kira pada tahun 1908 jaman pemerintahan kerajaan atau pemerintahan Belanda berkuasa di Karangasem, disamping adanya pemerintahan Desa Adat dibentuk pula Desa Administratif. Sistem pemerintahan Desa Adat masih berdiri sendiri dan pengaturannya tidak diaur sepanjang tidak bertentangan dengan perundang undangan yang lebih berkuasa sengankan peraturan peraturan Desa Administratif ditetapkan oleh pemerintah yang berkuasa saat itu. b. Sistem Pemerintahan Desa Sistem Pemerintahan Administratif Seperti halnya desa desa dinas/ administratif lainnya, struktur desa dinas:

KEPALA DESA BUNGAYA SEKRETARIS DESA

LMD

KEPALA DUSUN

KEPALA DUSUN

KEPALA DUSUN

1. Dusun/ Banjar Desa 2. Dusun/ Banjar Subagan 3. Dusun/ Banjar Timbul 4. Dusun/ Banjar Beji 5. Dusun/ Banjar Dharma Karya (nanguulang) 6. Dusun/ Banjar Kecicang Islam 7. Dusun/ Banjar Triwangsa 8. Dusun/ Banjar Soan 9. Dusun/ Banjar Papung 10. Dusun/ Banjar Kecicang Bali 11. Dusun/ banjar Lebah Sari. Secara kedinasan Desa Bungaya terdiri dari 11 dusun/ banjar seperti tersebut di atas. Sistem Pemerintahan Desa Adat Desa Adat Bungaya terdiri dari 15 Banjar Adat dan masing masing Banjar Adat dimpin oleh kelihan Banjar Adat. 1. Banjar Adat Desa 2. Banjar Adat Kelod 3. Banjar Adat Subagan 4. Banjar Adat Beji 5. Banjar Adat Dharma Karya 6. Banjar Adat Triwangsa

7. Banjar Adat Papung 8. Banjar Adat Banjar Soan 9. Banjar Adat Kecicang Bali 10. Banjar Adat Kecicang Islam 11. Banjar Adat Telaga 12. Banjar Adat Tengah 13. Banjar Adat Sesana 14. Banjar Adat Lebah Sari Di wilayah Desa Adat Bungaya, ada pengemong Desa Adat yang mempunyai kedudukan sendiri sendiri dalam setiap Paruman adat di Bale Agung. Pengemong Desa Adat dilakukan secara bergiliran setiap tahun. Pengemong adat itu terdiri atas:
KUBAYAN WAYAN KUBAYAN NYOMAN BAHAN WAYAN BAHAN NYOMAN KESINOMAN DULU TUNDA WAYAN TUNDA TUNDA NYOMAN

KUBAYAN

BAHAN

KESINOMAN TEBEN

MASYARAKAT WARGA DESA ADAT BUNGAYA

Tugas tugas Pengemong Desa Adat: o Kubayan Wayan Pejabat utama bertugas sebagai penentu jalnnya upacara di Desa. o Kubayan Nyoman Sebagai Wakil Kubayan Wayan o Bahan Wayan Bertugas sebagai pemegang kas (Bendahara) Desa Adat o Bahan Nyoman Bertugas membantu (wakil) Bahan Wayan o Kesinoman Dulu Bertugas sebagai pembantu utama, Pimpinan dalam upacara Adat. Terdiri dari 10 orang tegak a Desa) o Tunda Wayan Bertugas sebagai pelaksana/ petugas dalam kegiatan pelaksanaan dalam upacara Adat. o Tunda Nyoman Bertugas sebagai wakil Tunda Wayan dan membantu pelaksanaan Upacara Adat. o Kesinoman Teben Bertugas sebagai pembantu umum kegiatan Desa Adat.

You might also like