You are on page 1of 2

Sisi Negatif Upacara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia memperingati hari kemerdekaan

negara Indonesia setiap tanggal 17 Agustus, namun sangat disayangkan bahwa hari yang seharusnya menjadi pembangkit rasa nasionalisme sudah tidak dirasakan oleh mayoritas insan masyarakat Indonesia pada hari ini dan khususnya di momentum upacara yang merupakan acara inti untuk memperingati kemerdekaan mulai pudar nilai-nilainya. Di Indonesia saat ini, prosesi upacara untuk memperingati hari kemerdekaan mayoritas hanya diikuti oleh masyarakat yang terikat oleh suatu instansi, dimana tiap-tiap instansi tersebut mewajibkan anggota-anggotanya untuk mengikuti upacara yang diadakan oleh instansi itu, jika tidak maka mereka akan terkena sanksi. Instansi-instansi tersebut misalnya sekolah, perusahaan negara, badan-badan dibawah kementrian negara, pemerintah daerah maupun pusat, dll. Dengan sifat wajib yang diterapkan oleh instansi-instansi terkait ini kepada anggotanya untuk mengikuti upacara memperingati hari kemerdekaan, maka masyarakat Indonesia dapat dipastikan tidak benar-benar mensakralkan prosesi upacara ini walaupun mereka turut serta sebagai peserta upacara. Hal yang dilakukan instansi-instansi tersebut dalam mewajibkan anggotanya untuk mengikuti upacara kemerdekaan merupakan suatu tindakan paksaan yang bukan timbul dari dalam hati tiap insan penerus bangsa Indonesia itu sendiri, melainkan merupakan suatu tindakan paksaan dari pihak luar yang membebani mereka dengan sanksi jika mereka tidak mengikuti upacara tersebut. Jika hanya lapisan masyarakat yang terikat suatu instansi yang mengikuti upacara, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat diluar instansi-instansi yang terkait tersebut tidak mengikuti upacara sehingga mereka tidak terlalu menjiwai akan sakralnya prosesi upacara kemerdekaan NKRI. Begitupula dari sifat wajib tersebut, maka seakan-akan upacara untuk memperingati kemerdekaan RI saat ini hanya dijadikan sebagai ajang formalitas oleh sebagian masyarakat Indonesia. Beberapa masyarakat Indonesia pada tanggal 17 Agustus menghadiri upacara hari kemerdekaan RI hanya untuk sebuah formalitas tanpa ada rasa nasionalisme yang berkobar di dada mereka ketika bendera sangsaka merah putih dikibarkan dihadapan mereka secara langsung. Sehingga dari formalitas ini, para peserta upacara tidak dapat merasakan rasa nasionalisme yang semestinya membara pada saat-saat tersebut. Masyarakat lebih senang untuk berbicara dengan orang-orang disekitarnya, makan, minum, mengutak-atik hp maupun menunjukkan tatapan mata yang kosong ketika bagian-bagian upacara yang terpenting sedang dilaksanakan seperti prosesi pengibaran bendera, pembacaan doa, maupun prosesi-prosesi yang lainnya. Pemerintah Republik Indonesia pun saat ini hanya menjadikan upacara kemerdekaan Republik Indonesia sebagai acara ceremonial sementara, dimana nilai-nilai dari prosesi upacara sakral ini yang dapat menimbulkan rasa nasionalisme berkobar di dada, tidak sama sekali diterapkan pada setiap tindakan jangka panjang yang dilakukan oleh pemerintah untuk masyarakat banyak, sehingga masyarakat Indonesia selalu menganggap sebelah mata prosesi upacara di hari kemerdekaan NKRI ini. Pemerintah menghambur-hamburkan uang rakyat

yang begitu banyak, hingga mencapai berpuluh-puluh milyar hanya untuk sebuah upacara yang merupakan acara ceremonial sementara tanpa ada tindakan yang nyata oleh pemerintah indonesia untuk melestarikan nilai-nilai yang terkandung dalam upacara ini sehingga dapat berguna untuk kebaikan Indonesia dalam jangka panjang. Satu contoh dimana tindakan yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengubah citra upacara kemerdekaan NKRI menjadi bermanfaat dalam jangka panjang, yaitu dengan memanfaatkan sepenuhnya rasa nasionalisme yang berkobar di upacara ini. Dimana dengan cara menuangkan setiap nilai-nilai luhur dari upacara memperingati kemerdekaan yang penuh rasa nasionalisme pada setiap pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

You might also like