You are on page 1of 12

TUGAS PENYAKIT KARDIOLOGI ANAK

DISRITMIA

Oleh : Dessy Suci Rachmawati Okky Dita Rachmadian Fitrian Sufianasari Wiharesi Putri S G99121012 G99121034 G99122048 G99122110

Pembimbing : Sri Lilijanti W, dr., Sp.A (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK FK UNS / RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2013

DISRITMIA

A. Definisi Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi, irama, maupun antaran listrik pada jantung. Disritmia dapat diidentifikasi dengan menganalisis gelombang EKG.

B. Etiologi 1. Peradangan jantung Misal: demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi) 2. Gangguan sirkulasi koroner Misal: iskemia miokard, infark miokard 3. Obat Intoksikasi antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti aritmia lainnya. 4. Gangguan keseimbangan elektrolit Misal: hiperkalemia, hipokalemi 5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung. 6. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat 7. Gangguan metabolik Misal: asidosis, alkalosis 8. Gangguan endokrin Misal: hipertiroidisme, hipotiroidisme 9. Gangguan irama jantung atau gagal jantung 10. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung 11. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung).

C. Klasifikasi 1. Disritmia nodus sinus, terdiri dari: a. Bradikardi sinus b. Takikardi sinus 2. Disritmia atrium, terdiri dari: a. Premature atrium contraction b. Paroxysmal atrium tachicardi c. Flutter atrium d. Atrium fibrilasi 3. Disritmia ventrikel, terdiri dari: a. Premature ventrikel contraction b. Ventrikel bigemini c. Ventrikel takikardi d. Ventrikel fibrilasi 4. Gangguan konduksi, terdiri dari: a. Blok intraatrial b. Blok atrioventrikular 1) AV block first degree 2) AV block second degree a) Mobitz tipe I (Wenkebach) b) Mobitz tipe II 3) AV block third degree (total AV block) 4) Disosiasi AV c. Blok fasikular (intraventrikular) 1) Blok unifaskular a) Right bundle branch block (RBBB) b) Hemiblok anterior kiri c) Hemiblok posterior kanan d) Left bundle branch block (LBBB) 3

2) Blok bifasikular 3) Blok trifasikular

D. Patofisiologi 1. Disritmia Nodus Sinus a. Bradikardi Sinus Bradikardi sinus terjadi karena stimulasi vagal, intoksikasi digitalis, peningkatan tekanan intrakranial atau infark miokard. Bradikardi sinus juga dijumpai pada olahragawan berat atau orang yang mendapat pengobatan (propanolol, reserpin, metildopa), pada keadaan hipoendokrin (penyakit adison, panhipopituitarisme), pada anoreksia nervosa, pada hipotermia, dan setelah kerusakan bedah nodus SA. Karakteristik : 1) Frekuensi : 40 sampai 60 denyut per menit

2) Gelombang P : mendahului setiap kompleks QRS; interval PR normal 3) Kompleks QRS: biasanya normal 4) Hantaran 5) Irama b. Takikardi Sinus Takikardi sinus (denyut jantung cepat) dapat disebablkan oleh demam, kehilangan darah akut, anemia, syok, gagal jantung kongestif, nyeri, keadaan hipermetabolisme, kecemasan atau pengobatan parasimpatolitik. Karakteristik : 1) Frekuensi : 100 sampai 180 denyut per menit : biasanya normsl : regular

2) Gelombang P : mendahului setiap kompleks QRS, dapat tenggelam dalam gelombang T yang mendahuluinya; interval PR normal 3) Kompleks QRS : biasanya mempunyai durasi normal 4) Hantaran 5) Irama : biasanya normsl : regular

2. Disritmia Atrium a. Kontraksi Prematur Atrium (PAC = Premature Atrium Contraction) Kontraksi Prematur Atrium dapat disebabkan oleh iritabilitas otot atrium karena kafein, alkohol, dan nikotin; miokardium atrium yang teregang, seperti pada gagal jantung kongestif, stress atau kecemasan, hipokalemia, cedera, infark, atau keadaan hipermetabolik.Karakteristik : 1) Frekuensi : 60 sampai 100 denyut per menit

2) Gelombang P : biasanya mempunyai konfigurasi yang berbeda dengan gelombang P yang berasal dri nodus SA. 3) Kompleks QRS: normal, menyimpang atau tidak ada. 4) Hantaran 5) Irama : biasanya normal : regular, kecuali bila terjadi PAC. Gelombang P akan

terjadi lebih awal dalam siklus dan biasanya tidak akan mempunyai jeda kompensasi yang lengkap. b. Takikardi Atrium Paroksismal (PAT = Paroxysmal Atrium Tachychardia) Takikardi Atrium Paroksismal adalah takikardi atrium yang ditandai dengan awitan mendadak dan penghentian mendadak. Dapat dicetuskan oleh emosi, tembakau, kafein, kelelahan, pengobatan simpatomimetik, atau alkohol. PAT biasanya tidak berhubungan dengan penyakit jantung organik. Karakteristik : 1) Frekuensi : 150 sampai 250 denyut per menit

2) Gelombang P : ektopik dan mengalami distorsi dibanding gelombang P normal; dapat ditemukan pada awal gelombang T; interval PR memendek (kurang dari 0,12 detik) 3) Kompleks QR: biasanya normal, tetapi dapat mengalami distorsi apabila terjadi penyimpangan hantaran 4) Hantaran 5) Irama : biasanya normal : regular

c. Flutter Atrium Fluter atrium terjadi bila ada titik fokus di atrium yang menangkap irama jantung dan membuat impuls antara 250 sampai 400 kali per menit. Karakter penting pada disritmia ini adalah terjadinya penyekat pada nodus AV, yang mencegah penghantaran beberapa impuls. Penghantaran impuls melalui jantung sebenarnya masih normal sehingga kompleks QRS tidak terpengaruh. Inilah tanda penting dari disritmia tipe ini karena hantran 1 :1 impuls atrium yang dilepaskan 250 sampai 400 kali per menit akan mengakibatkan fibrilasi ventrikel, suatu disritmia yang mengancam jiwa. Karakteristik : 1) Frekuensi : 250 sampai 400 denyut per menit

2) Gelombang P : tidak ada, melainkan diganti oleh pola gigi gergaji yang dihasilkan oleh fokus di atrium yang melepaskan impuls dengan cepat. Gelombang ini disebut sebagai gelombang F. 3) Kompleks QRS: konfigurasinya normal dan waktu hantarannya juga normal. 4) Gelombang T : ada namun bisa tertutup oleh gelombang fluter 5) Irama d. Fibrilasi Atrium Fibrilasi atrium (kontraksi otot atrium yang tidak) biasanya berhubungan dengan penyakit jantung aterosklerotik, penyakit katup jantung, gagal jantung kongestif, tirotoksikosis, cor pulmonale atau penyakit jantung kongenital. 3. Disritmia Ventrikel a. Kontraksi Prematur Ventrikel (PVC= Premature Ventricular Contraction) Kontraksi prematur ventrikel terjadi akibat peningkatan otomatisasi sel otot ventrikel. PVC biasa disebabkan oleh toksisitas digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam, asidosis, latihan, atau peningkatan sirkulasi katekolamin. 6 : regular atau ireguler, tergantung jenis penyekatnya

b. Bigemini Ventrikel Bigemini ventrikel biasanya diakibatkan oleh intoksikasi digitalis, penyakit arteri koroner, dan CHF. Istilah bigemini mengacu pada kondisi di mana setiap denyut adalah prematur. c. Takikardi Ventrikel Disritmia ini disebabkan oleh peningkatan iritabilitas miokard, seperti pada PVC. Penyakit ini biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan terjadi sebelum fibrilasi ventrikel. Takikardi ventrikel sangat berbahaya dan harus dianggap sebagai keadaan gawat darurat. Pasien biasanya sadar akan adanya irama cepat ini dan sangat cemas. d. Fibrilasi Ventrikel Adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif. Pada disritmia ini denyut jantung tidak terdengar dan tidak teraba, dan tidak ada respirasi. Polanya sangat ireguler dan dapat dibedakan dengan disritmia tipe lainnya. Karena tidak ada koordinasi aktivitas jantung, maka dapat terjadi henti jantung dan kematian bila fibrilasi ventrikel tidak segera dikoreksi. 4. Gangguan konduksi a. AV block first degree Merupakan gangguan konduksi di nodus AV yang paling ringan. Pada EKG terlihat adanya pemanjangan interval PR melebihi nilai normal berdasarkan frekuensi jantung dan usia pasien. Pemanjangan interval PR disebabkan oleh demam rematik akut, miokarditis, dan intoksikasi digitalis. Namun, dapat ditemukan pada anak normal dan para atlet. Blok AV derajat I ini biasanya tidak memberikan keluhan, keluhan lebih sering diakibatkan oleh penyebab atau penyakit primernya. Pada auskultasi, bunyi jantung 1 terdengar lemah akibat interval PR memanjang. Pengobatan terhadap blok AV derajat I bergantung pada etiologinya. Sulfas atropin 0,01 mg/kgBB dapat menormalkan interval PR. 7

Pemanjangan interval PR yang menetap tidak memerlukan pengobatan khusus. Karakteristik blok AV derajat I: 1) Irama 2) Frekuensi 3) Gelombang P 4) Interval PR 5) Gelombang QRS b. AV block second degree 1) Mobitz tipe I Pada EKG akan terlihat adanya interval PR yang makin lama makin panjang hingga suatu saat terlihat gelombang P tidak diikuti gelombang QRS, dan selanjutnya proses terulang kembali. : teratur : 60-100 kali/menit : normal : memanjang > 0,20 detik : normal (0,06-0,12 detik)

Penyebabnya adalah proses inflamasi atau iskemia (intoksikasi digitalis, demam rematik akut, dan miokarditis). Pasien yang agak besar biasanya mengeluh berdebar akibat denyut jantung yang tidak teratur. Pada pemeriksaan didapatkan denyut nadi dan denyut jantung yang tidak teratur, diikuti suara jantung I yang keras secara periodik. Pengobatan terhadap Mobitz I bergantung pada etiologinya. Sulfas atropin 0,01 mg/kgBB dapat menormalkan interval PR. Karakteristik Mobitz tipe I: a) Irama b) Frekuensi c) Gelombang P : tidak teratur : <60kali/menit : normal, tetapi ada 1 gelombang P yang tidak

diikuti gelombang QRS d) Gelombang QRS : normal (0,06-0,12 detik)

2) Mobitz tipe II Nodus AV secara teratur gagal merespon rangsangan sinus pertama, kedua, atau ketiga, dan baru merespon pada rangsangan berikutnya akibat adanya blok di bawah nodus AV. Pada EKG, tampak kompleks QRS baru muncul setelah gelombang P kedua, ketiga atau keempat. Biasanya berhubungan dengan adanya gangguan fungsi (iskemia atau inflamasi) di infranodus, yaitu serabut His Purkinje, gangguan elektrolit, obat-obatan, dan operasi jantung. Mobitz tipe II menimbulkan keluhan pusing melayang dan denyut jantung yang lambat. Pada auskultasi, terdengar bunyi jantung yang lambat dan kadang terdengar bunyi jantung tambahan pada fase diastole akibat kontraksi atrium. Pengobatannya disesuaikan dengan etiologinya dan diperlukan pencegahan agar tidak berlanjut menjadi blok AV derajat III, yaitu dengan sulfas atropin 0,01 mg/kgBB IM atau efedrin 0,3 mg/kgBB oral, atau isoproterenol 0,1-0,5 mikrogram/kgBB menit secara infus dengan mikroburet. Karakteristik Mobitz tipe II: a) Irama b) Frekuensi c) Gelombang P : umumnya tidak teratur : <60 kali/menit : normal, tetapi ada 1/lebih gelombang P yang

tidak diikuti gelombang QRS d) Interval PR e) Gelombang QRS : normal : normal (0,06-0,12 detik)

c. AV block third degree (Blok AV Komplet) Berupa kegagalan nodus AV untuk menghantarkan seluruh konduksi dari atrium ke ventrikel. Akibatnya akan timbul fokus 9

rangsangan lain yang berasal dari distal nodus AV, seperti pada bundel his, pada salah satu cabang kanan atau kiri, dan pada serabut purkinje. Frekuensi QRS akan lebih lambat dari frekuensi gelombang P. Bila kompleks QRS sempit, maka blok terletak di nodus AV. Bila kompleks QRS lebar, letak blok adalah di bawah bundel his. Blok AV komplet dapat disebabkan oleh kelainan bawaan dan kelainan yang didapat akibat operasi jantung maupun akibat tindakan non-bedah. Keluhan yang didapat adalah denyut jantung yang lamban dan kuat. Denyut yang sangat lambat atau menjadi tidak teratur dapat menimbulkan serangan Adam-Stokes, yaitu sinkope atau rasa pusing. Nadi radialis teratur dan lamban. Tekanan darah sistolik dapat meningkat, sedangkan tekanan darah diastolik turun. Karakteristik blok AV derajat III: 1) Irama 2) Frekuensi 3) Gelombang P sendiri-sendiri 4) Interval PR 5) Gelombang QRS : berubah-ubah : normal atau memanjang >0,12 detik : teratur : <60 kali/menit : normal, tetapi gelombang P dan QRS berdiri

d. Right Bundle Branch Block (RBBB) Karakteristik: 1) Irama 2) Frekuensi 3) Gelombang P gelombang QRS, T 4) Interval PR 5) Gelombang QRS di V1 dan V2. 6) Gelombang S : lebar dan dalam di lead I, II, Avl, V5, dan V6. 10 : normal (0,12-0,20 detik) : lebar (>0,12 detik). Ada bentuk rSR (M shape) : teratur : 60-100 kali/menit : normal, setiap gelombang P selalu diikuti

7) Perubahan ST segmen dan gelombang T di V1 dan V2. e. Left Bundle Branch Block (LBBB) Karakteristik: 1) Irama 2) Frekuensi 3) Gelombang P gelombang QRS, T 4) Interval PR 5) Gelombang QRS di V5 dan V6. 6) Gelombang Q : lebar dan dalam di V1, dan V2. : normal (0,12-0,20 detik) : lebar (>0,12 detik). Ada bentuk rSR (M shape) : teratur : 60-100 kali/menit : normal, setiap gelombang P selalu diikuti

7) Perubahan ST segmen dan gelombang T di V5 dan V6.

11

DAFTAR PUSTAKA

Sudigdo S, Bambang M (1994). Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta: Binarupa Aksara.

12

You might also like