You are on page 1of 9

TEKNIK PENGUMPULAN DATA PHOTOGRAPHS

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA AJAR KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

Oleh Kelompok 8 : Ledy Gresia Minaria Togatorop Kristina L Silalahi Lestari Darmasyah Dedi Erika Taslim

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendekatan penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia, pada pendekatan ini penelitian membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata laporan terinci dari pandangan responden, melakukan studi pada situasi yang alami (Taylor, 2007). Mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptifberupa kata-kata tertulis maupunlisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikatnilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belumjelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksisosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan. Untuk mendapatkan hasil, perlu dilakukan pengumpulan data terlebih dahulu.Ada beberapa metode pengumpulan data untuk penelitian kualitatif. Salah satunya adalah photograph, Penggunaan foto sebagai metode penelitian berfluktuasi selama abad terakhir. Hal ini terlihat dari perkembangan riset yang ada dan melibatkan teknik partisipatif kualitatif dalam penelitian kesehatan (Rose 2001, Heisleydan Levy 1991, Hurworth 2003). Fotografi sebagai metode pengumpulan data memiliki akar dalam pengamatan etnografi, di mana foto itu dipandang sebagai sesuatu yang tidak terbantahkan, catatan statis kebenaran (Harper 1994). Fotografi sebagai data visual yang digunakan oleh antropolog untuk membangun dan mengidentifikasi objek, dan untuk mengeksplorasi suku-suku asing dan budaya (Bank, 1995). Fotografi telah digunakan dalam masyarakat Barat untuk pengawasan, regulasi, dan kategorisasi (Sturken dan Cartwright 2001). Di mana subyek foto itu tidak terlibat dalam interpretasi gambar, dan gambar sendiri dipandang sebagai tujuan, bukti objektif yang dapat digunakan dalam proses hukum. Situasi saat ini menempatkan kekuatan tegas antara fotografer dan subjek, dengan munculnya kamera pengintai dalam

kehidupan kita sehari-hari. Sejauh ini kekuasaan dan persetujuan terbatas dan kaku dalam penggunaan data visual untuk penelitian sering sekali dihindari (Riley dan Manias 2004. Banks 2001). Walaupun sedikit, namun peneliti kesehatan kualitatif telah mulai menggunakan fotografi sebagai alat untuk melibatkan peserta dalam proses pemberdayaan penelitian. Secara umum, penelitian ini menggunakan foto elisitasi (Harper 1994) dimana foto (yang diambil oleh peneliti) digunakan sebagai alat dalam wawancara untuk mengeksplorasi peserta dengan pemahaman sendiri dari gambar untuk memperjelas lapisan lebih dalam dari makna yang sebenarnya (Emas, 1991). Sekarang ini, peserta diminta untuk memilih dan mengambil foto diri. Penelitian ini didasarkan pada keyakinan bahwa 'arti' dari sebuah foto tidak melekat pada gambar itu sendiri, tetapi merupakan 'properti yang disediakan yang terletak di dalam segitiga konseptual yang dibentuk oleh subjek, pembuat film dan penonton (Banks, 2001). B. Tujuan 1. Mengidentifikasi pengertian fotografi 2. Mengidentifikasi kategori photografi 3. Mengidentifikasi fungsi dari photografi

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Tehnik Pengumpulan Data Kualitatif : Photograph Penelitian Kualitatif adalah data kualitatif berbentuk deskriptif berupa kata-kata atau tulisan tentang tingkah laku manusia yang dapat diamati ( taylor dan bogdan, 1984; Agusta I, 2003). Data kualitatif dapat di pilih menjadi tiga jenis : 1. Hasil pengamatan : uraian rinci tentang situasi, kejadian, interaksi dan tingkah laku yang diamati di lapangan 2. Hasil pembicaraan : kutipan langsung dari pernyataan orang-orang tentang pengalaman, sikap, keyakinan dan pemikiran mereka dalam kesempatan wawancara mendalam. 3. Bahan tertulis : petikan atau keseluruhan dokumen, surat-menyurat, rekaman, dan kasus sejarah. Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut dengan naturalistic inquiry (inkuiri alamiah). Apapun macam, cara atau corak analisis data kualitatif suatu penelitian, perbuatan awal yang senyatanya dilakukan adalah membaca fenomena. Setiap data kualitatif mempunyai karakteristiuknya sendiri. Data kualitatif berada secara tersirat di dalam sumber datanya. Sumber data kualitatif adalah catatan hasil observasi, transkrip interviu mendalam (depth interview), dan dokumen-dokumen terkait berupa tulisan ataupun gambar. (Evianingrum, ). Benda-benda yang dapat digunakan untuk menuntun wawancara tanpa memaksakan suatu struktur pembicaraan terhadap responden/ informan diantaranya yaitu dokumen pribadi, seperti diare, surat, potret atau gambar, rekaman. ( Agusta I, 2003)

B. Pengertian Fotograf Fotografi sebagai metode pengumulan data memiliki akar dalam pengamatan etnografi, dimana fotografi dilihat sebagai data yang tak terbantahkan (Harper, 1994. dalam Helen 2007). Proses dan praktek menciptakan foto-foto yang disebut fotografi. Kata "foto" diciptakan pada tahun 1839 oleh Sir John Herschel dan didasarkan pada bahasa Yunani (phos), yang berarti "cahaya", dan Graphe, yang berarti "menggambar,

menulis", (Wikipedia, 2009). Foto yang permanen pertama dibuat pada tahun 1822 oleh penemu Perancis, Joseph Nicphore Nipce (Wikipedia, 2009). Fotografi adalah seni dari penghasilan gambar dan pencahayaan pada film atau permukaan yang dipekakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Fotograf adalah gambar yang dihasilkan dari proses fotografi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Fotografer adalah tukang potret, juru potret (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Peneliti kesehatan kualitatif telah mulai menggunakan fotografi sebagai alat dalam proses penelitian dengan melibatkan partisipan, dimana foto yang diambil oleh peneliti digunakan sebagai alat dalam wawancara untuk mengeksplorasi partisipan (Harper, 1994 dalam Helen 2007).

C. Fungsi fotograf Pada awalnya kemunculan diuraikan dengan baik dalam karya elizabeth Edward (1992). Pada awal kelahirannya. Dia mendefenisikan foografi sebagai mekanisme sederhana penyingkap kebenaran bidang ini dimanfaatkan pada semua bidang penelitian antropologi. Menjelang 1920, fotografi mulai kehilangan pentingya dalam bidang antropologi, karena pada saat itu isu-isu penelitian bergeser pada isu organisasi sosial yang kurang begitu membutuhkan bentuk-bentuk visual, sekaligus karena fotografi sendiri itu mulai kehilangan karismanya. Fotografi hanya menjadi alat bantu dan tidak dianggap sebagai perangkat utama dalam penelitian. Seni fotografi bersifat netral dan fungsi utamanya adalah sebagai refleksi (rekaman peristiwa), dan bukan sebagai interpretasi (penafsiran atas peristiwa). Sampai saat ini teknik fotografi dibidang etnografi belum banyak dikembangkan yang pada umumnya berasal dari fotografi standart/biasa yang menggambarkan monograf-monograf etnografi.

Antropologi visual biasanya menjadi bidang kajian film, video. Para antropolog juga memanfaatkan fotografi, mereka merekam atau bahkan membuat katalog bagi tiap-tiap peristiwa. D. Fotografi-Dokumenter dan perkembangan sosiologi-visual Sosiologi visual muncul pada 1960-an. Erakan antropologi-visual yang terpusat di dua ketiga dan terus merambah dunia film dan video-tidak banyak memiliki pengaruh pada gerakan sosiologi visual. Antropologi visual biasanya menjadi bidang kajian

film video. Dalam bidang fotografi dokumenter sangat jarang sekali, jika pun ada muncul perdebatan dan diskusi tentang isu-isu seputar representase, seputaran ideologi, atau bagaimana hubungan dengan subjek mempengaruhi penelitianpenelitian fotografi itu sendiri, sebagaimana menjelaskan, bahwa peneltian ini lahir dari panggilan nurani bahwa seorang fotografer harus mampu mengurai problemproblem sosial dan mendidik masyarakat menuju suatu perubahan. E. Fotografi Sebagai Bahasa Visual Karakteristik komunikatif dan structural fotografi dapat dibandingkan dengan bahasa verbal dalam foto-foto subjektif, potensi interpretif sama dengan kata-kata (Moran dan Tegano, 2005). Para penulis menyarankan bahwa jika fotografi adalah bahasa visual, maka harus seperti komunikasi verbal, meliputi : 1. Makna (semantic) 2. Interpretasi berdasarkan konteks (Fragmatik)

F. Klasifikasi Fotografi Hurworth (2003) dikutip dari Helen C (2007) telah mengkalsifikasikan

photoelicitation menjadi empat wilayah, masing-masing metode berbaring di sebuah kontinum keterlibatan peserta dalam konstruksi dan analisis data fotografi: a. Autodriving : Dikembangkan sebagai alat penelitian di mana foto-foto peserta yang dileliti diminta untuk merefleksikan perilaku mereka (Heisley dan Levy 1991) b. Fotografi Fotografi: menggunakan gambar yang diambil oleh peserta dilanjutkan dengan wawancara reflektif di mana mereka menafsirkan makna di balik gambar. Misalnya, Lehna dan Tholcken (2001) menggunakan teknik ini untuk mengeksplorasi persepsi mahasiswa keperawatan terhadap manajemen kasus. c. Foto novel: mengharuskan peserta untuk membangun sebuah cerita tentang foto yang diambil oleh mereka untuk merangsang perubahan di lingkungan mereka atau situasi sosial. Misalnya, LeClerc dkk (2002) menimbulkan data wawancara yang kaya dengan lansia wanita Kanada tentang pengalaman hidup mereka setelah keluar rumah sakit. d. Photovoice: telah dikembangkan lebih lanjut (Wang et al, 2000) sebagai perpanjangan dari foto novel, dalam foto-foto secara eksplisit digunakan untuk efek kesadaran dan perubahan di tingkat masyarakat. Teknik ini telah digunakan dengan wanita korban

untuk mengeksplorasi makna keselamatan dalam hidup mereka dan untuk merangsang aksi sosial (Frohmann 2005).

BAB III KESIMPULAN

Fotografi sebagai metode pengumulan data memiliki akar dalam pengamatan etnografi, dimana fotografi dilihat sebagai data yang tak terbantahkan (Harper, 1994. dalam Helen 2007), beberapa metode pengumpulan data untuk penelitian kualitatif. Salah satunya adalah photograph. Peneliti kesehatan kualitatif telah mulai menggunakan fotografi sebagai alat untuk melibatkan peserta dalam proses pemberdayaan penelitian. Secara umum, penelitian ini menggunakan foto elisitasi (Harper 1994) dimana foto (yang diambil oleh peneliti) digunakan sebagai alat dalam wawancara untuk mengeksplorasi peserta dengan pemahaman sendiri dari gambar untuk memperjelas lapisan lebih dalam dari makna yang sebenarnya (Emas, 1991). Hurworth (2003) dikutip dari Helen C (2007) telah mengkalsifikasikan

photoelicitation menjadi empat wilayah yaitu : Autodriving, Fotografi Fotografi, photonovel dan photovoice.

DAFTAR PUSTAKA Helen C. 2007. The Use Of Photography As a Qualitatif research tool. Diakses dari http://Proquest Medical Library Pg.27 Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed Ke-3. 2005. Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta. Foundations Of Clinical Research Aplication Practice 2nd edition Leslie Gross Partner. Mary P. Watkiri. 2000. ISBN. USA. http://en.wikipedia.org/wiki/Photograph

You might also like