You are on page 1of 14

PENYAKIT ENDEMIK DI KOTA SEMARANG

Disusun oleh: Adilah Afifah (G2A008006)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2010

I.

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan salah satu komponen penting yang dapat mendukung terciptanya sumber daya manusia yang sehat, cerdas, terampil dan ahli dalam menuju keberhasilan pembangunan kesehatan. Pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang, dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat sejalan dengan visi Indonesia sehat 2010. Seiring dengan visi tersebut, maka visi pembangunan kesehatan di kota Semarang adalah Terwujudnya masyarakat kota pantai metropolitan yang sehat didukung dengan profesionalisme dan kinerja yang tinggi. Untuk mewujudkan visi ini dibutuhkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam upaya pembangunan kesehatan. Salah satunya yaitu pendataan penyakit yang telah menjadi endemik di kota Semarang. Pendataan penyakit endemik ini penting dilakukan karena pola dari timbulnya suatu penyakit dan jenis-jenis penyakit yang sering timbul dari satu daerah dengan daerah lainnya memiliki perbedaan. Perbedaan ini dapat dikarenakan perbedaan letak geografis, persebaran kepadatan penduduk, tingkat pendidikan dari penduduk, serta ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan untuk masyarakatnya. Sehingga suatu penyakit yang endemic di suatu tempat bisa jadi tidak menjadi endemic di tempat lain. Adanya pendataan penyakit ini dapat digunakan untuk memantau perkembangan penyakit yang diwaktu sebelumnya telah menjadi endemik di semarang maupun penyakit yang baru-baru ini baru muncul ataupun muncul kembali setelah sekian lama tidak timbul. Perbedaan penyakit endemic dari waktu ke waktu sangat dipengaruhi perubahan kondisi dari tempat tersebut. Seperti perubahan kondisi kepadatan penduduk yang dapat berpengaruh pada kondisi sanitasi lingkungan dan kondisi alam sekitar. Pendataan penyakit endemik ini juga mempermudah dalam kontrol penyebaran penyakit. Sebab dengan mengetahui data penyakit endemik, dapat dilakukan penelitianpenelitian untuk mencari sebab dari mewabahnya suatu penyakit. Sehingga nantinya

dapat memudahkan dalam penetapan program-program untuk pemberantasan dan pencegahan timbulnya penyakit, demi peningkatan derajat kesehatan dan terwujudnya visi pembangunan kesehatan di Semarang.

II.

ISI

Perkembangan penyakit endemik di suatu tempat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berikut ini merupakan penjabaran kondisi di wilayah Semarang yang memiliki pengaruh terhadap kesehatan dan perkembangan suatu penyakit : 1. Keadaan geografis Kota Semarang dengan luas 373,70 Km2 dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten Semarang, dan sebelah Utara dibatasi dengan Laut Jawa dengan garis pantai13,6 Km. ketinggian kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 diatas garis pantai.

2. Persebaran dan kepadatan penduduk Di kota Semarang terjadi ketidakmerataan penyebaran penduduk, sehingga keadaan lingkungan di Semarang pun menjadi tidak seimbang. Secara geografis kota Semarang dibadi menjadi 2 daerah, yaitu daerah dataran rendah (kota bawah) dan daerah perbukitan (kota atas). Kota bawah merupakan pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industry, sedangkan kota atas lebih dimanfaatkan untuk pertanian. Sedangkan cirri masyarakat kota Semarang terbagi 2, yaitu masyarakat dengan karakperistik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan. Sebagai salah satu kota metropolitan, Semarang dapat dikatakan belum terlalu padat. Bila dilihat menurut Kecamatan, yang mempunyai kepadatan penduduk paling rendah yaitu Kecamatan Tugu, Kecamatan Mijen, Kecamatan Gunungpati. Ketiga kecamatan ini merupakan daerah persawahan dan perkebunan sehingga wilayahnya sebagian besar masih berupa tanah pertanian.

Namun sebaliknya, untuk kecamatan-kecamatan yang terletak di pusat kota, dimana memiliki luas yang tidak terlalu besar tetapi memiliki jumlah/kepadatan penduduk yang sangat tinggi. kecamatan dengan kepadatan penduduk paling tinggi yaitu Kecamatan Semarang Selatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan Candisari, Kecamatan Semarang Utara dan Kecamatan Gayamsari. Rata-rata penduduk kota Semarang ini dalam satu keluarga terdiri dari 4 anggota keluarga.

3. Pendidikan Pendidikan disni merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang berperan meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi pendidikan suatu penduduk maka semakin tinggi pula kualitas sumber dayanya. Dibawah ini adalah gambaran tingkat pendidikan penduduk kota Semarang tahun 2008:

No. Tingkat Pendidikan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tidak/ belum pernah sekolah Tidak dan belum tamat SD SD/MI SMP/MTS SMA/MA Akademi Universitas Jumlah

Laki-lakii dan Perempuan

Jumlah 93.487 291.363 326.847 289.915 301.658 62.136 64.484 1.429.890

% 6,54 20,38 22,86 20.28 21,10 4,35 4,51 100,00

4. Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan

Di kota Semarang sudah terdapat cukup banyak tempat pelayanan kesehatan yang telah tersedia. Sehingga diharapkan masyarakat dapat mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, hingga upaya pengembangan kesehatan dapat terbantu dalam pencapaiannya. Namun, tersedianya tempat pelayanan kesehatan ini kurang diimbangi kemampuan dari sebagian masyarakat untuk menjangkaunya.

Setelah dibahas tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perkembangan dari suatu penyakit, maka akan dibahas tentang penyakit-penyakit yang telah menjadi endemik di kota Semarang, yaitu meliputi: 1. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit DBD ini menempati peringkat I pada tahun 2008, penyakit dengan jumlah pesakitan terbanyak yang ditemukan pada Rumah Sakit di kota Semarang. Penyakit ini dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan angka kesakitannya. Selain angka kesakitan atau penderita DBD ini semakin meningkat dari tahun ke tahun, ternyata terjadi peningkatan pula terhadap jumlah kecamatan yang menjadi endemis DBD. Jumlah penderita dalam jangka satu tahun paling banyak timbul pada bulan Januari hingga Maret. Selalu terjadinya peningkatan jumlah penderita DBD dari tahun ke tahun ini dapat disebabkan oleh penyebaran kepadatan penduduk yang dari tahun ke tahun mengalami perubahan, dimana perubahan tersebut menjadi semakin padat serta tidak merata pada seluruh wilayah kota Semarang. Kependudukan yang semakin padat dan tidak merata ini menimbulkan konsekuensi semakin sulitnya kontrol sanitasi lingkungan, sehingga kontrol terhadap vector penyakit ini, yaitu nyamuk Aedes Aegypti juga semakin tidak dapat terkontrol. Namun, meski angka kesakitan semakin meningkat, angka kematian akibat penyakit ini mengalami penurunan walaupun penurunan itu masih belum memenuhi target dalam program pembangunan kesehatan kota Semarang

2. Penyakit diare Penyakit diare ini dari jumlah insiden atau angka kesakitannya yang ditemui di Rumah Sakit menduduki peringkat kedua pada tahun 2008. Perkembangan jumlah pesakitan penyakit ini dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan. Meski terjadi peningkatan jumlah penderita diare, namun Case Fatality Rate (CFR) yang dihitung berdasarkan jumlah penderita yang meninggal, belum ada laporan tentang adanya kematian akibat penyakit diare ini, CFR=0. Adanya peningkatan jumlah penderita ini dapat didukung oleh adanya kondisi sanitasi dan hygiene masyarakat yang rendah. Hal ini bisa jadi efek dari pertambahan kepadatan penduduk maupun tingkat pengetahuan masyarakat tentang hygiene diri dan sanitasi lingkungan yang masih rendah. Diare ini terutama dapat disebarkan lewat 5 F= food, feces, flies, fomite, finger

3. Penyakit Demam Tifoid dan Paratifoid Penyakit demam tifoid ini memang telah lama menjadi penyakit endemik di kota Semarang dan pada tahun 2008 menempati posisi peringkat ketiga jumlah penderita terbanyak yang ditemui di Rumah Sakit. Sama halnya dengan diare, sanitasi lingkungan yang rendah dan hygiene personal yang masih buruk menyababkan penyakit ini selalu menjadi endemik di kota Semarang. Penyebaran penyakit ini sama seperti diare, dapat melalui 5F= food, feces, fomite, flies, finger.

4. Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Dari jumlah penderita yang ditemukan di Rumah Sakit kota Semarang, penderita penyakit infeksi saluran pernapasan ini menempati posisi keenam terbanyak. Perkembangan jumlah penderita infeksi saluran pernapasan ini dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Adanya peningkatan ini kemungkinan pengaruh dari semakin tercemarnya udara di kota Semarang akibat semakin padatnya penduduk menjadikan konsekuensi semakin tinggi pula tingkat pencemaran udara

karena pengguna kendaraan bermotorpun juga meningkat seiring pertambahan penduduk.

5. Penyakit TB Paru Angka penderita penyakit TB Paru ini sebenarnya cenderung menurun, pada tahun 2008 tercatat 47%, menurun dari tahun 2007, 49%. Namun, penurunan ini dimungkinkan karena kurangnya maksimalnya Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dalam penanganan penyakit TB Paru. Pencapaian angka kesembuhan tahun 2007 meningkat 7% dari tahun 2006, yaitu pencapai 74%. Akan tetapi pencapaian ini masih belum mencapai target hingga 85%. Ini dimungkinkan kurangnya pemantauan di akhir pengobatan. Meskipun angka penderita penyakit ini menurun, penyakit TB Paru ini tetap masih menjadi penyakit endemik di kota Semarang. Penyakit TB Paru masih menjadi endemik di kota Semarang didukung oleh keadaan lingkungan tenpat tinggal masyarakat di Semarang. Dari tahun ke tahun kepadatan penduduk di kota Semarang mengalami peningkatan dan ini menjadikan pemukiman penduduk menjadi semakin padat pula. Pada pemukiman penduduk yang padat ini penyebaran/penularan dari penyakit ini semakin mudah, karena ruang gerak yang semakin sempit. Selain itu pengetahuan masyarakat tentang gejala, penularan dan pengobatan penyakit TB Paru masih rendah. Tentu saja ini akan mempersulit pemberantasan penyakit TB Paru, selain itu pemberantasan dan penanggulangan dihambat pula oleh keterbatasan masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan dan obat yang diberikan.

6. Penyakit Leptospirosis Kota Semarang menjadi wilayah endemis penyakit leptospirosis (kencing tikus) tertinggi di Jawa Tengah. Sesuai data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah, dalam dua tahun terakhir penyakit ini menjadi kasus penyakit yang mematikan kedua setelah demam berdarah (DB). Jenis penyakit hewan yang bisa

menular kepada manusia (zoonosis) ini rentan terjadi di wilayah genangan rob dan langganan banjir di Kota Semarang. Selama kurun waktu 2008, kasus leptospirosis di Jawa Tengah didominasi Kota Semarang dengan 231 kasus. Dari jumlah itu, 15 penderita di antaranya tak tertolong jiwanya.Meski sudah dapat ditekan pada 2009, jumlah kasus penyakit itu masih didominasi Kota Semarang. Tercatat 151 kasus terjadi tahun 2009, dengan jumlah korban meninggal dunia empat orang. Kebanyakan penyebab kematian akibat penderita terlambat mendapat pertolongan. Penderita terlambat berobat dan sudah mengalami gagal ginjal.

Setelah diatas diuraikan faktor-faktor pendukung berkembangnya suatu penyakit dan penyakit-penyakit yang menjadi endemik di kota Semarang, maka akan dibahas pula cara penanggulangan penyakit endemik ini untuk menuju tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi. Upaya-upaya yang dapat dilakukan yaitu meliputi:

a. Perilaku Masyarakat: 1. Rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Menurut teori H.L. Blum, salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu faktor perilaku. Dengan mewujudkan perilaku hidup yang sehat, diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan suatu penyakit dan angka kematian ibu dan anak akibat kurangnya kesadaran untuk mengunjungi sarana pelayanan kesehatan 2. Posyandu Purnama dan Mandiri Salah satu Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang turut mendukung pelaksanaan program kesehatan di masyarakat adalah pos pelayanan terpadu (posyandu) yang dilaksanakan oleh para kader dari masyarakat dengan pembinaan dari tenaga kesehatan di puskesmas. Dalam perkembangannya posyandu ini mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat. Sayangnya tanggapan positif ini belum diimbangi dengan

peningkatan kualitas pelayanan dan kualitas sumber daya tenaga kerja dari posyandu. 3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) JPKM merupakan bentuk kepedulian pemerintah dengan upaya pemeliharaan kesehatansecara paripurna, terstruktur yang dijamin kesinambungan dan mutunya, dimana pendanaandilaksanakan secara praupaya. JPKM ini bertujuan untuk menjaga kesehatan para peserta, bukan hanya sekedar menyembuhkan penyakit,tetapi dituntuk untuk aktif berusaha meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah peserta agar tidak jatuh sakit. 4. Pelayanan Kesehatan pada Keluarga Miskin Kemampuan setiap penduduk dalam menjangkau pelayanan kesehatan berbeda-beda. Untuk itu pemerintah memberikan bantuan/subsidi untuk pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin melalui ASKESKIN.

b. Penyehatan Lingkungan Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas lingkungan yaitu melalui kegiatan bersifat promotif, preventif dan protektif. Dalam pelaksanaan upaya ini, sangat dibutuhkan partisipasi dari anggota masyarakat. Contoh-contoh dari upaya ini yaitu: 1. Rumah Sehat Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga sehingga rumah harus sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas hidup. 2. Tempat-tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TTU dan TUPM) Tempat-tempat umum yang sehat berpengaruh cukup besar di masyarakat karena masyarakat menggunakan fasilitas umum tersebut untuk berbagai kepentingan. Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk menciptakan kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar

masyarakat dan pengunjung terhindar dari kemungkinan penularan berbagai penyakit serta tidak menjadi sarang vector penyakit. Pengawasan sanitasi tempat umum meliputi sarana wisata, sarana tempat ibadah, sarana transportasi, sarana ekonomi dan sarana sosial. 3. Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Penyediaan air bersih Jamban Pengolahan air limbah rumah tangga Pembinaan kesehatan lingkungan pada institusi

c. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Cakuipan Kunjungan Pelayanan Kesehatan Cakupan kunjungan pelayanan kesehatan oleh penduduk dapat diperoleh dari data kunjungan rawat jalan dan rawat inap puskesmas maupun rumah sakit.

d. Obat dan Perbekalan Kesehatan Lainnya 1. Ketersediaan dan kebutuhan obat esensial dan obat generic. 2. Penulisan resep obat generic 3. Ketersediaan obat narkotika dan psikotropika

e. Sarana Kesehatan Untuk mewujudkanpelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat perlu didukungoleh adanya sarana kesehatanyang memadai dann memiliki kualitas pelayanan yang baik. Sarana kesehatan yang ada di kota Semarang pada tahun 2008 terdiri dari: 15 Rumah Sakit Umum, 1 Rumah Sakit Jiwa, 4 Rumah Sakit Bersalin, 4 Rumah Sakit Ibu dan Anak, 37 Puskesmas, 33 Puskesmas Pembantu, 37 Puskesmas Keliling, 23 Rumah Bersalin, 176 Balai Pengobatan/ Klinik 24

jam, 174 Apotek, 74 Toko Obat, 20 Praktek dokter bersama spesialis, 907 praktek dokter swasta perorangan.

III.

PENUTUP Jenis-jenis penyakit endemik suatu wilayah dengan wilayah yang lain memiliki perbedaan. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jenis penyakit endemik disuatu wilayah yaitu: Keadaan geografis Persebaran dan kepadatan penduduk Tingkat pendidikan penduduk Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang tesedia

Dari pengaruh faktor-faktor tersebut, terdapat beberapa jenis penyakit yang menjadi endemik di kota Semarang, yaitu meliputi DBD, diare, demam tifoid dan paratifoid, infeksi saluran penapasan, TB paru serta leptospirosis. Permasalahan penting yang dapat mendukung penyakit-penyakit tersebut menjadi endemik di kota Semarang meliputi masalah keadaan geografis kota Semarang dan kepadatan penduduk yang tidak merata pada suatu tempat, dimana keduanya dapat berpengaruh pada sanitasi lingkungan, kesadaran penduduk tentang hygiene personal masig rendah,serta kepedulian dan pengetahuan masyarakat kota Semarang masih rendah tentang gejala, penularan dan pengobatan penyakit-penyakit tersebut. Untuk menanggulangi, memberantas dan melakukan pencegahan tenhadap semakin parahnya endemisitas penyakit tersebut, maka dilakukan upaya-upaya: Perbaikan perilaku masyarakat Penyehatan lingkungan Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

www.bataviase.co.id/detailberita
www.digilib.undip.ac.id

www.depkes-kotasemarang.go.id/download/profilsemarang2008 www.depkes-kotasemarang.go.id/download/selayangpandangkesehatankotasemarang

You might also like