You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Terjadinya gempa bumi dengan skala yang cukup besar akan mengakibatkan kerusakan pada struktur maupun non-struktur pada bangunan yang terbuat dari konstruksi beton bertulang. Bentuk dan tingkat kerusakan yang terjadi mulai dari yang ringan sampai berat. Kerusakan yang ditimbulkan pada bangunan setelah gempa dapat terjadi antara lain karena kesalahan pelaksanaan ataupun kesalahan perencanaan bangunan yang tidak didesain sesuai dengan peraturan perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung yang terbaru. Salah satu kerusakan struktur bangunan yang sangat dihindari adalah pada kolom. Kolom merupakan komponen struktur bangunan yang berperan penting untuk mendukung momen lentur, beban aksial dan beban lateral. Kolom yang belum atau tidak dirancang sesuai dengan peraturan yang berlaku menyebabkan seringnya terjadi kegagalan geser maupun lentur. Adanya beban eksentrisitas pada kolom juga akan menyebabkan kolom memikul kombinasi pembebanan gaya tekan dan lentur. Kerusakan kolom merupakan kerusakan yang paling berbahaya karena dapat mengakibatkan runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan merupakan batas runtuh total keseluruhan struktur bangunan. Apabila komponen bangunan terutama kolom yang telah rusak lentur akan difungsikan lagi, maka perkuatan lentur sangat diperlukan agar bangunan mampu menahan lentur lagi setelah pasca gempa. Perkuatan adalah suatu tindakan dalam memodifikasi struktur sebelum terjadi kerusakan dengan tujuan untuk menaikkan atau stabilitas ketahanan struktur. Adanya tuntutan bahwa bangunan yang mengalami kerusakan pasca gempa harus segera dapat difungsikan kembali, maka perlu adanya penanganan terhadap kerusakan yang terjadi, seperti dengan melakukan perkuatan. Akan tetapi biaya yang sangat mahal untuk melakukan perkuatan struktur bangunan menjadi kendala utama. Metode perkuatan struktur bangunan sudah sangat banyak dikenal, namun biaya yang harus dikeluarkan cukup mahal. Salah satu metode perkuatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perkuatan kolom dengan menggunakan beton resin. Jenis resin yang digunakan bukanlah resin yang sudah dipatenkan, melainkan resin biasa yang dijual dipasaran. Pemilihan resin yang belum paten menjadi pilihan dikarenakan biaya yang akan dikeluarkan untuk perkuatan menjadi relatif murah bila dibandingkan resin yang sudah paten, mudah didapat karena tersedia banyak, kebutuhan dalam perkuatan sedikit, tidak
1

memerlukan peralatan khusus untuk aplikasi di lapangan, serta setting pengerasan relatif dapat diatur. Adapun tantangan dalam penggunakan resin untuk perkuatan kolom adalah bagaimana kontak antara beton lama dan beton resin, interaksi beton resin terhadap tulangan, dan durabilitasnya belum diketahui. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengetahui seberapa besar kontribusi metode perkuatan dengan menggunakan beton resin terhadap kekuatan lentur kolom akibat beban eksentris, 2. Mengetahui bagaimana kontak antara beton lama dengan beton resin, C. Tujuan Penelitian 1. 2. 3. 4. 5. Tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Mengetahui komposisi yang tepat dalam pembuatan beton resin, Mengetahui kuat tekan beton resin, Mengetahui jumlah katalis resin yang tepat sehingga waktu pengerasan dapat diatur, Mengetahui peningkatan kapasitas beban lateral kolom sebelum dan setelah perkuatan, Mengembalikan daktalitas kolom setelah perkuatan. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan solusi perkuatan dari kerusakan yang disebabkan oleh gempa, memberikan informasi dalam metode perkuatan kolom pasca bencana dengan biaya yang lebih murah, mudah dan efektif. Selain itu meminimalisir kerusakan struktur akibat gempa berikutnya. E. Batasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan pada penelitian kolom ini, maka perlu dibatasi lingkup kajiannya, dengan batasan penggunaan sebagai berikut: 1. Kerusakan kolom berupa rusak lentur, baik sebelum dan setelah perkuatan, 2. Kuat tekan beton direncakanan sebesar fc 20 MPa, 3. Pengujian beban aksial dengan beban eksentrisitas 0,5h, 4. Kolom persegi dengan ukuran 150 x 150 x 1200 mm,

5.

Pengujian kolom asli dilakukan setelah benda uji berumur 28 hari, dan pengujian kolom perkuatan setelah berumur minimal 7 hari, 6. Metode perancangan beton sesuai dengan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) dan Standar Perencannan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI 031726-2002, 7. Material dasar dari perkuatan adalah resin non-paten yang dijualan dipasaran, 8. Tahanan resin terhadap kebakaran belum diteliti lebih lanjut, 9. Pengaruh penambahan eksentrisitas akibat deformasi pada saat pembebanan diabaikan, 10. Pengaruh suhu, kelembaban udara dan faktor lain diabaikan. F. Keaslian Penelitian Penelitian tentang penggunaan resin dan material lain sebagai pilihan untuk perkuatan struktur sudah sangat banyak dilakukan. Dari beberapa referensi penelitian yang sudah ada, menurut sepengetahuan peneliti penelitian mengenai perbaikan dan perkuatan lentur kolom dengan beton resin non-paten belum pernah dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Rehabilitasi Struktur Beton Bertulang Menurut Triwiyono (2008), perbaikan suatu struktur beton dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1. Kesalahan perencanaan, 2. Kesalahan pelaksanaan, 3. Perubahan fungsi bangunan, 4. Perkembangan ilmu pengetahuan, 5. Timbulnya keluhan terhadap kenyamanan struktur, 6. Perubahan persyaratan untuk memenuhi persyaratan peraturan gempa terbaru. Retrofitting merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kekuatan dan daktalitas sebuah struktur yang telah rusak. Ada dua jenis retrofitting yang dapat dilakukan, yaitu repairing dan strengthening. Repairing adalah upaya dalam mengembalikan kekuatan dan daktalitas struktur yang telah rusak kembali seperti kondisi awal, sedangkan strengthening adalah upaya untuk memberikan

penambahan kekuatan atau perkuatan dari struktur yang telah ada dengan menambahkan material baru.
Strength
(a) Original condition (b) Desirable Performance: - Life safety - damage control

(c) Exixting building Underdesirable performance

Requared seismic capacity

Ductulity

Gambar 2.1 Konsep Dasar Retrofitting (Sumber: Triwiyono, 2008) Penanganan struktur gedung yang telah rusak akibat gempa dapat dilakukan perbaikan dengan menerapkan tiga alternatif sesuai dengan Gambar 2.1, yaitu: a. Meningkatkan kekuatan, b. Meningkatkan daktalitas, c. Meningkatkan kekuatan dan daktalitas. Menurut Suhendro (2012), persyaratan bahan untuk perbaikan beton adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bonding antara permukaan beton lama (yang diperbaiki) dengan bahan perbaikan, Tidak menyusutnya bahan perbaikan, Kekuatan bahan perbaikan mendekati dan minimal sama dengan beton yang diperbaiki agar tidak rusak pada bahan perbaikan, Modulus elastisitas bahan perbaikan mendekati dan minimal sama dengan beton yang diperbaiki. Koefisien muai panas bahan perbaikan mendekati dan minimal sama dengan beton yang diperbaiki, Koefisien permeabilitas bahan perbaikan diupayakan mendekati dan minimal sama dengan beton yang diperbaiki. Bahan dasar yang digunakan untuk bahan perbaikan yaitu: Semen portland, dengan tambahan bahan yang bersifat expansif atau acrylics, Styrene Butadience Rubber (SBR),
4

1. 2.

3. 4. 5.

Polyvinyl Acetates (PVA) yang menghasilkan polymer concrete/mortar, Epoxy resin yang menghasilkan epoxy concrete/ mortar, Epocem yaitu kombinasi epoxy dan cement.

Menurut Hartono dkk (2007) , pemilihan metode perkuatan dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan tentang kapasitas struktur, lingkungan dimana struktur berada, peralatan yang tersedia, kemampuan tenaga kerja pelaksanaan, waktu pelaksanaan, dan biaya perkuatan. Metode perkuatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Memperpendek bentang dari struktur dengan konstruksi beton ataupun dengan konstruksi baja 2. Memperbesar dimensi konstruksi beton 3. Menambah plat baja 4. Melakukan external prestressing 5. Menggunakan FRP (Fibre Reinforced Polymer) Menurut Kaminski dan Trapko (2005), metoda yang dapat digunakan dalam memperkuat beton bertulang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 1. Memperbesar luasan cross-sectional kolom, a. Menambah tulangan utama dan sengkang b. Menempelkan elemen struktur dengan lembaran CFRP 2. Memodifikasi sistem struktur. B. Penelitian Perbaikan dan Perkuatan Beton Beberapa penelitian-penelitian tentang perkuatan dan perbaikan beton yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Tabel Penelitian Perbaikan dan Perkuatan
No. 1. Judul Penelitian Experimental Study of Rectangular RC Columns Strengthened with CFRP Composites under Eccentric Loading Behaviour of FRP Strengthened Concrete Columns Under Eccentric Compression Loading Experimental Behaviour of Reinforced Concrete Column Models Strengthened by CFRP Materials Pemakaian Tulangan Spiral untuk Perbaikan Kolom yang Rusak Akibat Gempa Perkuatan Kolom Beton Bertulang dengan Carbon Fiber Jacket Perbaikan Kolom Beton Bertulang Menggunakan Sistem Concrete Jacketting Peneliti Sadeghian, Rahai, and Ehsani, 2010 Hadi, 2007 Kaminski and Trapko, 2005 Triwiyono dkk., 1999 Johanes dan Andreas, 2000 Nurlinaa, 2007 Metode Retrofit CFRP CFRP CFRP CFRP Carbon Fiber Jacket Concrete Jacketting

2. 3. 4. 5.

6.

7.

8.

Pengaruh Penggunaan Wiremesh dalam Perbaikan Kolom Pendek Penampang Persegi Akibat Beban Eksentris 0,75h Pengaruh Penggunaan Wiremesh dalam Perbaikan Kolom Pendek Penampang Persegi Akibat Beban Eksentris 1h Perkuatan dan Daktalitas Kolom Praktis Diperkuat dengan Profil Siku Berlubang pada Beban Eksentris

Adityo, 2008

Wiremesh

Kusuma, 2008

Wiremesh Profil Siku Berlubang

9.

Prakoso, 2010

C. Epoxy Resin Epoxy resin (EP) merupakan salah satu kelas yang paling penting dari polimer thermosetting, dan telah banyak digunakan sebagai bahan perekat komposit, karena sifat mekanik dan termal seperti modulus tinggi, dan kekuatan tarik tinggi, creep rendah, stabilitas termal tinggi, dan resistensi kelembaban tinggi (Ahmed, 2005). Penelitian ini menggunakan epoxy resin dengan merk dagang SHCP 2668 WNC (Singapore Highpolymer Chemical Products) sebagai bahan utama dalam retrofit kolom yang telah mengalami kerusakan. Resin berfungsi sebagai perekat dan terdiri atas komponen resin dan katalis. Pemakaian katalis diupayakan relatif sangat sedikit untuk mencegah perekat yang terlalu cepat mengeras. Dalam penelitian ini digunakan resin dengan kadar 15-20% dari volume benda uji dan pengeras dengan kadar 20 cc tiap 1 kg resin. SHCP resin akan menunjukkan perfoma terbaiknya pada saat kering sempurna. Untuk mecapai hal tersebut, perbandingan yang tepat antara katalis dan akselerator harus digunakan pada waktu yang terukur. Untuk SHCP ini sudah mengandung akselerator sehingga hanya membutuhkan 1% katalis. Spesifikasi SHCP 2668 WNC dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2 Karakteristik SHCP 2668 WNC
Karakteristik Warna Kekentalan pada 30(Brookfield LVT, spindle 3,60 rpm) Test Temperatur Peak Exothermic Temperatur Gel time at 30C Cure time 30C Stability in the dark below 25C Sumber: Katalog SHCP Uraian Pink 250-400 mPas 30C 135C-155C 5-10 menit 14-21 menit 6 bulan

Karakteristik mekanik SHCP 2668 WNC dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3. Karakteristik Mekanis Polyester Resin SHCP 2668 WNC


Karakteristik Barcol hardness Heat Distortion Temprature Elongation at break Berat jenis resin cair Volume shrinkage on cure Kuat lentur Kuat tarik Sumber: Katalog SHCP Uraian 28 BHC (Test method ASTM D2583-67) 67.3 oC (Test method ASTM D648-72) 3.2% (Test method ASTM D638-72) 1.13 kg/liter (Test method ASTM D1475) 67.3 oC (Test method Spesific gravity) 82.4 MPa (Test method ASTM D790) 29.4 (Test method ASTM D638)

C.2. Penelitian dengan menggunakan Epoxy Resin Beberapa penelitian-penelitian tentang epoxy resin yang pernah dilakukan yaitu: 1. Experimental Study on The Characteristics of Polymer Concrete with Epoxy Resin (Barbuta dan Harja, 2010) Dalam penelitian ini dilakukan studi eksperimental mortar dan beton polimer dengan menggunakan epoxy resin yang sudah dipatenkan , silica fume dan agregat kasar. Merk epoxy resin yang dipakai yaitu ROPOXID. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis epoxy resin yan optimum , selain itu meningkatkan sifat mekanik dengan menggunakan silica fume sebagai filler. Digunakan 2 tipe benda uji, yaitu tipe I (MP) sebanyak 6 jenis variasi campuran dan Tipe II (BPS). Sebanyak 7 jenis variasi campuran. Tipe I yaitu polimer mortar (mikro beton) dengan ukuran agregat 4 mm. Tipe II (BPS) yaitu beton polimer dengan ukuran maksimum agregat adalah 8 mm. Hasil yang diperoleh menunjukkan karakteristik maksimum untuk dosis resin 24% dan kadar maksimum silika fume terhadap mortar polimer, dan beton polimer terhadap karakteristik mekanik dipengaruhi oleh semua faktor campuran, yaitu meningkatkan kuat tekan dengan peningkatan dosis silika fume dan kekuatan lentur dan belah meningkat dengan penurunan dosis silika fume. Hasil dari penelitian yaitu: Nilai-nilai kuat tekan untuk mortar MP bervariasi antara 51,1 MPa (untuk MP6) dan 69,1 MPa (untuk MP5) yang berarti: sampai dosis resin 25,1% kuat tekan menurun dan sampai nilai ini, terjadi peningkatan kuat tekan. Mortar MP5 (dengan polimer 24%) menunjukkan nilai terbesar bagi semua kekuatan mekanis,. Nilai-nilai kuat tekan beton BPS bervariasi antara 65,32 MPa (untuk BPS6) dan 57,75 MPa (untuk BPS7); dalam hal ini tidak bisa ditentukan berapa banyak dosis resin atau dosis silica fume mempengaruhi kuat tekan.

2. Modified Polyester Resins As An Effective Binder For Polymer Concretes (Jamsidi dan Pourkhorshidi, 2011) Dalam penelitian ini karakteristik fisik, mekanik dan kimia dari beton normal (NC), beton polimer dengan pengikat poliester biasa (PC-NR) dan beton polimer dengan modifikasi poliester pengikat (PC-MR) dibandingkan. Tabel 2.4 Komposisi Beton
Mixture PC-NR PC-MR NC w/c 0.6 Water (kg/m3) 225 Cement (kg/m3) 375 Polymer (kg/m3) 438 438 Sand (kg/m3) 912 912 912 Gravel (kg/m3) 842 842 842 Density (kg/m3) 2192 2192 2192

Diperoleh hasil jumlah resin yang digunakan sebanyak 25% dari berat agregat. Hasil kuat tekan dari penetilitan yaitu kuat tekan campuran beton polimer sangat tinggi segera setelah waktu yang singkat (bahkan setelah 1 hari) curing, yaitu sebesar 80-100 MPa pada hari ke 7, dan peningkatan yang hampir konstan pada umur yang lebih tinggi. Kuat tekan beton normal pada umur curing 28 hari hanya 50% dari kuat tekan PC-MR. sedangkan untuk benda uji PC-MR memiliki kuat tekan sekitar 15% lebih tinggi dibandingkan PC-NR. 3. Studi Struktur mikro Pengikatan Resin Epoksi pada Beton (Efendy, 2009) Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa terhadap mikrostruktur beton polimer hasil uji tekan menggunakan mikroskop optik dan scanning electron microscope (SEM) yang meliputi pengamatan terhadap bentuk dan ukuran partikel penyusun beton polimer. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan beton polimer: pasir, agregat kasar (kerikil), resin dan thinner. Jumlah resin epoksi yang ditambahkan sebesar 25% dari total agregat yang digunakan dalam campuran. Benda uji berupa selinder dengan panjang diameter 5cm dan 7cm. Proses pengeringan dan pengerasan dilakukan di dalam dryiang oven pada suhu 600C selama 24 jam. Hasil penelitian yaitu proses dispersi polimer dimana di awal pencampuran partikel-partikel semen dan polimer terdispersi di dalam hidrasi tahap awal semen berlangsung yang mengakibatkan pembentukan pori yang bersifat basa. Seperti pada gambar berikut:

(a)

(b)

Gambar 2.2 Hasil foto SEM (Kanan) dan pemodelan (kiri) tahap awal setelah pencampuran

Gambar 2.3 Hasil foto SEM (Kanan) dan pemodelan (kiri) hasil hidrasi semen dan pembentukan lapisan yang kontinu

Gambar 2.4 Hasil foto SEM (Kanan) dan pemodelan (kiri) tahap akhir pembentukan suatu lapisan yang kontinu Tahap studi pengikatan binder polimer ini diimplementasikan dalam bentuk riset laboratorium yang bertujuan untuk mengembangkan teknologi karakterisasi berupa pengamatan secara mikropis pada bahan beton polimer, mempelajari karakter struktur mikro dan mekanisme pengikatan binder polimer resin epoksi dan kemampuan ikatannya pada agregat beton. Dari teknik pengamatannya dapat memberikan gambaran terhadap struktur topografi adanya inklusi, positas maupun keberadaan retak/cacat yang terbentuk pada bahan beton polimer. Sesuai gambar berikut:

Gambar 2.5 Hasil foto SEM penampang beton polimer (atas dan kiri bawah) dan pembungkusan agregat oleh binder polimer (kanan)

Gambar 2.6 (A) Foto penampang beton polimer menggunakan mikroskop optik refleksi cahaya, (B) setelah memalui titik pewarnaan

Gambar 2.7 Tampakan permukaan beton polimer dengan menggunakan reflected light microscope (E) dan cathodoluminescent (F) 4. Perilaku Mekanika Sambungan Bambu Menggunakan Baut Dengan Pengisi Resin (Nugraha, 2011) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku mekanika sambungan bambu dengan menggunakan baut dengan pengisi resin. Pengujian berupa uji karakteristik bambu yang meliputi; uji kuat tekan bambu, uji kuat tarik bambu, uji kuat geser bambu, dan uji kuat tarik baut, serta uji kuat tekan resin. Resin yang digunakan yaitu merk dagang Ponal Epoxy, dengan ketentuan campuran yang telah ditetapkan dari pabrik pembuat resin tersebut. Hasil uji tekan resin yang diperoleh dalam pebelitian ini sebesar 88,92 MPa.

BAB III LANDASAN TEORI A. Kolom Eksentris Menurut Nawi (1990), kolom merupakan elemen vertikal dari rangka (frame) yang memikul sistem lantai struktural. Elemen ini merupakan elemen tekan yang biasanya disertai dengan momen lentur. Kolom meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi lebih bawah hingga akhirnya sampai tanah melalui pondasi. Sangatlah tidak mungkin untuk mencapai eksentrisitas nol dalam struktur kolom yang aktual. Eksentrisitas pada kolom dapat dengan mudah terjadi karena faktor-faktor seperti ketidakakurasian yang kecil di dalam tata-letak kolom-kolom dan pembebanan yang tidak simetris yang disebabkan oleh perbedaan di dalam ketebalan pelat dalam bentang-bentang yang bersebelahan atau ketidaksempurnaan dalam penjajarannya. Karenanya sebuah eksentrisitas minimum sebesar 10% dari ketebalan kolom dalam arah tegak lurus terhadap sumbu lenturnya dianggap sebagai sebuah asumsi yang dapat diterima untuk reduksi beban kolom pada kolom dengan pengikat 5% untuk beban pada kolom spiral.

10

(a) (b) (c) Gambar 3.1 Tipe kolom berdasarkan posisi beban pada irisan penampang: (a) kolom terbebani konsentris; (b) beban aksialtambah momen uniaksial; (c) beban aksial tambah momen biaksial. (Sumber: Nawi, 1990) Berdasarkan pada besaran regangan dalam tulangan muka tarik (Gambar (c) 3.4) penampang tersebut dikenai oleh satu dari ketiga kondisi berikut: 1. t 0,005 batas (c = 0,375dt) untuk keadaan terkontrol-tarik 2. tt 0,005-0,002 batas (c = 0,375dt - 0,6dt) untuk keadaan transisi antara 3. c 0,002 batas (c 0,6dt) untuk keadaan terkontrol-tekan.
sumbu lentur

Pn Po e= Mn Pn 0,003 s < y Tekan menentukan Tekan menentukan Pb kondisi regangan seimbang


e= eb

e=0

0,003 fy Es kondisi seimbang s = y = 0,003

balance Tarik menentukan e =

Mo

Mb

Mn s > y Tarik menentukan

Gambar 3.2 Diagram interaksi kekuatan untuk tekan aksial dan momen lentur pada satu sumbu (umber: Wang dan Salmon, 1994) B. Kapasitas Lentur Kolom Perumusan kesetimbangan untuk gaya-gaya dan momen-momen dalam Gambar 3.4 dapat dirumuskan sebagai berikut: Gaya tahanan aksial nominal Pn pada saat kegagalan = Cc + Cs Ts

11

Mn= Pn e = Cc (y-a/2) + Cs (y-d) + Ts (d-y) Karena, Cc = 0,85 fc ba, Cs = As fy dan Ts = As fy maka dapat ditulis: Pn = 0,85 fc ba + As fy + As fy Mn= Pn e = 0,85 fc ba (y-a/2) + As fy (y-d) + As fy (d-y) atau Mn = Pn e = 0,85 fc ba (y-a/2) + As fy (d-d)

dimana y untuk penampang persegi = h/2.


c=0,003 d' y h As
s b

Pn 0,85 fc' c a Cs Cc g.n Ts Cs Cc (d-d') Ts e e' pusat geometri

As'

h/2
d

Irisan Penampang

Regangan s = 0,003 (d-c)/c s = 0,003 (c-d')/c

Tegangan fs = Es s < fy fs' = Es s' < fy

Gaya Internal Cc= 0,85 fc' ba Cs= As' fs' Ts= As fs

Gambar 3.3 Tegangan dan Gaya dalam Kolom (Sumber: Nawi, 1990)

C. Daktalitas dan Kekakuan Kolom Park and Paulay (1975), kolom daktail adalah kolom yang direncanakan dengan kapasitas geser jauh lebih besar dibandingkan kapasitas lenturnya. Daktalitas merupakan kemampuan suatu struktur untuk tidak mengalami keruntuhan secara tiba-tiba tetapi masih mampu mengalami deformasi yang cukup besar pada saat beban maksimum tercapai sebelum struktur itu mengalami keruntuhan. Besarnya daktalitas yaitu:

dimana, = displacement ductility factor = lendutan saat leleh = lendutan ultimit, dihitung sebagai lendutan yang terjadi saat beban mencapai 0,8 dari beban maksimum pada bagian penurunan kurva hubungan beban-lendutan.

12

Beban Pu 0,85 Pu Beban turun 15%

y u lendutan Gambar 3.4 Defenisi Daktalitas Lendutan (Sumber: ASTM C1018)

D. Retak pada Beton Berdasarkan SNI 03-1726-2002, Nilai lebar retak yang diperoleh tidak boleh melebihi 0,4 mm untuk penampang di dalam ruangan dan 0,3 mm untuk penampang yang dipengaruhi cuaca luar. Tabel 3.1 Lebar retak yang apat ditoleransi
Kondisi Keterbukaan Udara kering atau membran pelindung Kelembaban, udara lembab, tanah Bahan-bahan kimia peleleh es Air larut dan percikan air laut Struktur penahan air (pipa tak bertekanan tidak termasuk) Sumber: ACI Committee 224 Toleransi retak inci mm 0,016 0,41 0,012 0,30 0,007 0,18 0,006 0,15 0,004 0,10

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan dan Laboratorium Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM. Penelitian yang dimaksud meliputi pengujian mutu material, pembuatan benda uji, perawatan beton, pengujian kuat tekan betonnya, perkuatan beton dengan beton resin, dan pengujian kuat tekan dan kapasitas benda uji setelah perkuatan.

13

B. Bahan Penyusun Beton B.1. Mix Design Dalam penelitian ini menggunakan mutu beton 20 MPa pada umur 28 hari. Pencampuran material beton normal dengan perbandingan sebagai berikut: Tabel 4.1 Mix Design Beton Normal 1 m3
Spesifikasi Mix Design Mutu Slump Jumlah semen Jumlah air Rasio air semen Kerikil (split 1-2) Pasir Nilai fc = 20 MPa 10 2 cm 402 kg (Semen Gresik jenis PCC) 275 liter 0,56 1104 Kg (Kulon Progo) 595 kg (Gunung Merapi)

B.2. Baja Tulangan Baja tulangan yang digunakan adalah baja tulangan polos dengan diameter D10 untuk tulangan longitudinal sebanyak 4 buah dan baja tulangan 8 dengan jarak 150 mm untuk tulangan sengkang. Baja tulangan yang digunakan adalah produksi PT. Krakatau Steel. B. 3. Resin Resin merupakan salah satu bahan utama dalam perkuatan kolom. Digunakan sebagai alat bantu pengikatan yang kuat terhadap beton lama dan beton baru. Selain itu bahan resin akan menggantikan semen dalam adukan beton baru sebanyak 15-20 % terhadap volume benda uji. Resin yang digunakan adalah bahan resin biasa dijual dipasaran atau dengan kata lain resin non paten. Resin terdiri dari dua komponen, yaitu komponen perekat dan katalis yang akan dicampur sebelum dipakai dengan perbandingan 1 kg resin : 20 cc katalis dengan waktu pengerasan 15 menit. Setting time pengerasan akan dihitung lebih lanjut agar didapatkan waktu pengerasan yang pas untuk pengerjaan beton resin. Resin yang digunakan untuk penelitian ini yaitu merk SHCP. C. Alat Penelitian 1. 2. 3. 4. 5. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Strain gage Strain indicator Hydraulick jack Load cell LVDT

14

6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Data logger Loading frame Crane Concrete mixer Kerucut abrams Cetakan benda uji selinder Compression Testing Mechine Timbangan Gelas kimia D. Pelaksanaan Penelitian Secara keseluruhan tahap-tahap pelaksanaan penelitian ini sebagai

berikut: 1. Pembuatan mix design beton normal dan beton resin, yaitu bertujuan untuk mendapatkan komposisi campuran semen, pasir, kerikil, air dan resin yang optimum. Dimana campuran ini merupakan campuran yang akan digunakan pada saat melakukan retrofitting. 2. Tahap Persiapan. Persiapan bahan dan alat yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian. Persiapan peralatan perlu dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dan kapasitas alat yang ada di laboratorium. Persiapan bahan meliputi pengadaan bahan-bahan yang dibutuhkan pada saat penelitian. 3. Pengujian Pendahuluan, berupa pengujian kuat tekan beton resin dan pengujian kuat tarik baja. 4. Pembuatan Benda Uji. Pembuatan benda uji kolom sebanyak 3 kolom. Pelaksanaan pengujian kolom ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pengujian kolom asli dan pengujian kolom perkuatan. Masing-masing benda uji yang diperkuat yaitu: a) Perbaikan dan perkuatan dengan beton biasa, b) Perbaikan dan perkuatan dengan beton resin (15%), c) Perbaikan dan perkuatan dengan beton resin (20%). E. Benda Uji Kolom Ketiga benda uji kolom memiliki ukuran yaitu tinggi total 1200 mm. bagian tengah merupakan tinggi efektif dari benda uji kolom dengan panjang 600 mm dengan ukuran penampang 150 mm x 150 mm, sedangkan bagian ujungnya adalah kepala kolom dengan eksentrisitas 75mm atau setara dengan 0,5h kolom.

15

A P
75 A

150 150
150 150 150

150

P
75

A
300

600

300

A
300

B
600 300

75 10 150
75 10 150

75 150 300 150 150 150

75 150

Gambar 4.1 Benda Uji Kolom 150 300

F. Analisis Data Hasil pengujian ekperimen akan dibandingkan hasil teoritis/analisis dengan software SAP 2000 versi 11.0. Pengolahan data dengan menggunakan MS. Excel, pembuatan laporan menggunakan MS. Word dan untuk penyajian menggunakan MS. Power Point. G. Setting Up Pengujian Setting up benda uji dan alat-alat dapat dilakukan setelah benda uji siap untuk dibebani.
tie rood

loading frame load cell hydraulic jack

LVDT 1

LVDT 2

LVDT 3

hydraulic pump data logger

Gambar 4.2 Setting Up Pengujian Kolom Eksentris (Tampak Atas)

16

H.

Bagan Alir Penelitian

Mulai Pengujian Material Propertis Bahan Persiapan bahan dan Alat Penelitian Pengujian Material Propertis Bahan Uji Pendahuluan Pengujian Material Pembuatan 3 BendaBahan Uji Kolom Asli Propertis

Setting alat

Pengujian Kolom Asli dan Pengumpulan Data

Perbaikan dan Perkuatan Benda Uji Kolom: 1. Perbaikan dan perkuatan dengan beton biasa, 2. Perbaikan dan perkuatan dengan beton resin (15%), 3. Perbaikan dan perkuatan dengan beton resin (20%).

Pengujian Kolom Retrofit dan Pengumpulan Data Analisis Data Perbandingan Hasil dan Verifikasi Kesimpulan Selesai

17

I. Jadwal Penelitian Berikut adalah jadwal rencana tahapan pelaksanaan penelitian:


Bulan No. Uraian Kegiatan Jul Ag Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Konsultasi dosen pembimbing Studi pustaka Pengadaan bahan Pengujian propertis bahan Persiapan bahan dan alat penelitian Uji pendahuluan Pembuatan benda uji kolom Pengujian pembebanan dan pengumpulan data Perkuatan kolom Pengujian pembebanan dan pengumpulan data Analisis dan hasil pengujian Penyusunan draft laporan akhir Penyerahan laporan akhir

18

You might also like