You are on page 1of 10

21

III.

KONDISI UMUM LOKASI

3.1. Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran 3.1.1. Letak, Luas, dan status Kawasan

Sebelum di tetapkan sebagai Cagar Alam (CA) kawasan hutan pangandaran terlebih dahulu ditetapkan sebagai kawasan Suaka Margasatwa, hal ini berdasarkan Gb Tanggal 7-12-1934 Nomor 19 Stbl. 669, dengan luas 497 Ha, (luas yang sebenarnya 530 Ha) dan taman laut luasnya 470 Ha. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya setelah diketemukan bunga Raflesia padma, status Suaka Margasatwa dirubah menjadi Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 34/KMP/1961. Seiring dengan kebutuhan masyarakat akan rekreasi, maka sebagian kawasan seluas 37,70 Ha dijadikan Hutan Wisata dalam bentuk Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 170/Kpts/Um/3/1978 tanggal 10-3-1978. TWA dan CA Pangandaran terletak di Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis. Secara astronomis kawasan ini terletak antara 108 derajat 40 BT dan 7 derajat 43 LS.

3.1.2. Keadaan Fisik Kawasan

3.1.2.1. Topografi Topografi kawasan TWA/CA Pananjung Pangandaran terdiri dari 70% datar dan 30% berbukit. Dengan ketinggian rata-rata < 50 m dpl. Daerah tertinggi mencapai 50 m dpl.

3.1.2.2. Geologi Pembentukan semenanjung Pangandaran bersamaan dengan terbentuknya dataran Pulau Jawa yakni pada periode Miocene, Kondisi ini ditandai dengan batuan Breccia dan susunan kapur hal ini dapat dilihat pada bagian pantai. Susunan Miocene ini tertutup oleh karang dan endapan aluvial yang berasal dari

22

laut. Endapan tersebut terdiri dari pasir dan tanah yang kondisinya hampir menutupi seluruh areal pantai TWA/ CA Pananjung Pangandaran.

3.1.2.3. Iklim Kawasan TWA/CA Pananjung Pangandaran mempunyai curah hujan ratarata 3.196 mm/tahun dengan suhu berkisar 25 - 30 C dan kelembaban udara antara 80-90 %. Musim basah atau hujan terjadi pada Oktober sampai dengan Maret bersamaan dengan bertiupnya angin barat/barat laut. Musim kering terjadi pada Juli sampai dengan September selama periode musim angin tenggara.

3.1.2.4. Hidrologi

Dalam kawasan TWA/CA Pananjung Pangandaran terdapat dua buah sungai yang panjangnya tidak lebih dari 500m 2 km. Sungai terbesar adalah sungai Cikamal yang bermuara di pantai barat dan sungai Cirengganis yang bermuara di pantai timur.

3.1.3. Ekosistem

Kawasan TWA dan CA Pananjung Pangandaran memiliki beberapa tipe ekosistem yakni: a. Ekosistem pantai yang didominasi oleh butun (Baringtonia asiatica), ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), dan pandan (Pandanus tectorius). b. Ekosistem hutan dataran rendah, didominasi oleh jenis laban (Vitex pubescens), kondang (Ficus variegata), marog (Cratoxylon formosum), kisegel (Dilenia excelsa). c. Ekosistem hutan tanaman, didominasi oleh jati (Tectona grandis) dan mahoni (Swietenia macrophyla).

23

3.1.4. Flora Flora yang terdapat sekitar 80% merupakan vegetasi hutan sekunder tua dan sisanya adalah hutan primer. Pohon-pohon yang dominan antara lain Laban (Vitex pubescens), Kisegel (Dilenia excelsea), dan Marong (Cratoxylon formosum). Selain itu banyak juga terdapat jenis-jenis pohon seperti : Reungas (Buchanania arborencens), Kondang (Ficus variegata), Teureup (Artocarpus elsatica) dan lain-lain. Dari formasi Baringtonia terdiri dari Nyamplung (Callophylum inophylum), Waru laut (Hibiscus tiliaceus), Ketapang (Terminalia cattapa), dan Butun (Baringtonia aistica). Di dataran rendahnya terdapat hutan tanaman yang merupakan tanaman eksotik, yaitu yang terdiri dari tanaman jati (Tectona grandis), Mahoni (Swietenia mahagoni) dan Komis (Acacia

auriculirformis). 3.1.5. Fauna Satwa liar yang terdapat diantaranya adalah : Rusa timor (Rusa timorensis), Tando (Cynocephalus variegatus), Kalong (Pteroptus vampyrus), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Lutung (Trcyphithecus auratus), Kangkareng (Anthracoceros convexus), Rangkong (Buceros rhinoceros), dan Ayam hutan (Gallus gallus). 3.1.6. Peta Kawasan TWA/CA Pananjung Pangandaran

Gambar 3.1. Peta Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran.

24

3.2. Taman Nasional Alas Purwo 3.2.1. Letak, Luas, dan Status Kawasan

Secara geografis Kawasan Taman Nasional Alas Purwo terletak ujung Timur Pulau Jawa wilayah pantai Selatan antara 8? 26' 45? - 8? 47' 00? LS dan 114? 20? 16? - 114? 36? 00? BT. Ketinggian tempat bervariasi dari 0 - 322 m dpl. Menurut administrasi wilayah pemerintahan termasuk dalam Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Kantor UPT Taman Nasional Alas Purwo berkedudukan di Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi. Taman Nasional Alas Purwo berbatasan dengan Teluk Grajagan, kawasan hutan produksi Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyuwangi Selatan, Desa Grajagan, Desa Purwoagung, Desa Sumberasri, di sebelah Barat. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali dan Samudera Indonesia, sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Pangpang, Selat Bali, Desa Sumber beras, Desa Kedungrejo, Desa Wringinputih Kecamatan Muncar serta Desa Kedungasri Kecamatan Tegaldlimo dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia. Kawasan Alas Purwo, sebelum ditetapkan sebagai Taman Nasional, semula berstatus Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 6 stbl 456 tanggal 01 September 1939 dengan luas areal 62.000 ha. Kemudian, berdasarkan berita acara pengukuran tanggal 27 Mei 1983 luasan tersebut diubah menjadi 43.420 ha, dan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 283/Kpts-II/1992 tanggal 26 Pebruari 1992, status suaka margasatwa diubah menjadi Taman Nasional Alas Purwo. Kawasan Taman Nasional Alas Purwo, berdasarkan pembagian zonasi sesuai Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor: 51/Kpts/Dj-IV/1987 tanggal 12 Desember 1987, terbagi atas: 1.Zona Inti, 17.200 ha, 2.Zona Rimba, 24.767 ha, berbatasan

25

3.Zona Pemanfaatan, 250 ha, 4.Zona Penyangga, 1.303 ha. Pada tahun 2005 dilakukan revisi zonasi TNAP terkait dengan usulan zona pemanfaatan dan perubahan eks zona penyangga menjadi zona tradisonal dan zona rehabilitas. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor : 26/Kpts/IV-KK/2007 tanggal 19 Pebruari 2007 tentang Revisi Zonasi Taman Nasional Alas Purwo, terbagi atas: 1.Zona Inti, 17.150 ha, 2.Zona Rimba, 24.207 ha, 3.Zona Rehabilitasi, 620 ha, 4.Zona Pemanfaatan, 660 ha. 5.Zona Tradisional, 783 ha.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/MenhutII/2007 tanggal 1 Pebruari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, Balai Taman Nasional Alas Purwo terdiri dari 2 (dua) Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah yaitu Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Tegaldlimo dan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Muncar. Taman Nasional Alas Purwo, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu:

1.Perlindungan proses ekologis sistem penyangga kehidupan. 2.Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. 3.Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dalam bentuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya, dan pariwisata alam.

26

3.2.2. Keadaan Fisik Kawasan 3.2.2.1. Topografi Kawasan Taman Nasional Alas Purwo terdiri dari daerah pantai (perairan, daratan dan rawa), daerah daratan hingga daerah perbukitan dan pegunungan, dengan ketinggian mulai dari 0 322 m dpl dengan puncak tertinggi Gunung Lingga Manis. Daerah pantai di Taman Nasional Alas Purwo melingkar mulai dari Segoro Anak (Grajagan) sampai daerah Muncar dengan panjang garis pantai sekitar 105 Km. Kelerengan kawasan mulai daerah datar (0-8%) seluas 10.554 ha, landai (8-15%) seluas 19.474 ha, agak curam (15-25%) seluas 11.091 ha, serta curam (25-40%) seluas 2.301 ha. 3.2.2.2. Geologi Formasi geologi pembentuk kawasan Taman Nasional Alas Purwo berumur Meosen atas, terdiri dari batuan berkapur dan batuan berasam. Pada batuan berkapur terjadi proses karstifikasi yang tidak sempurna, karena faktor iklim yang kurang mendukung (relatif kering), serta batuan kapur yang diperkirakan terintrusi oleh batuan lain. Di kawasan Taman Nasional Alas Purwo terdapat banyak gua, dan menurut hasil inventarisasi, di Taman Nasional Alas Purwo terdapat 44 buah gua. Diantara gua-gua tersebut yang selama ini banyak dikunjungi adalah Gua Istana, Gua Padepokan dan Gua Basori. Jenis tanah di kawasan Taman Nasional Alas Purwo terdiri atas 4 (empat) kelompok, yaitu (1) tanah komplek Mediteran Merah-Litosol seluas 2.106 ha, (2) tanah Regosol Kelabu seluas 6.238 ha, (3) tanah Grumosol Kelabu seluas 379 ha, dan (4) tanah Aluvial Hidromorf seluas 34.697 ha. 3.2.2.3. Iklim Kawasan Taman Nasional Alas Purwo dan sekitarnya memiliki curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun. Hari hujan berkisar dari tidak ada hari hujan hingga lebih dari 15 hari hujan. Curah hujan tahunan

27

mencapai 1.079 mm (Tegaldlimo), 1.491 mm (Purwoharjo), 1.554 mm (Muncar) dan 2.147 mm (Glagah), masing-masing dengan hari hujan sebanyak 55 hari, 71 hari, 79 hari, dan 112 hari. Menurut sistem klasifikasi Schmidth dan Ferguson daerah sekitar Taman Nasional Alas Purwo memiliki tipe iklim sekitar D (agak lembab) sampai E (agak kering). Khusus untuk kawasan Kawah Ijen mempunyai tipe iklim C (lembab) dan D (agak lembab). Secara umum, bulan basah terjadi pada bulan Nopember sampai April, dan bulan kering terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Kisaran penyinaran matahari bulanan di Banyuwangi dan sekitarnya adalah 52% (bulan Januari) hingga 89% (bulan September), dengan ratarata sebesar 75%. Suhu udara maksimum bulanan di Banyuwangi antara 31,2oC 34,5oC dan suhu udara minimumnya antara 20,7oC 22,5oC, sedangkan suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25,9oC 28,2oC. Fluktuasi kelembaban udara juga tergolong kecil, yaitu berkisar antara 75% - 81%. Arah angin terbanyak yang bertiup di daerah Banyuwangi adalah arah Selatan dengan kecepatan antara 2,3 4,2 knot. 3.2.2.4. Hidrologi Jaringan sungai di kawasan Taman Nasional Alas Purwo berpola radial karena leher semenanjungnya menyempit. Aliran airnya langsung mengarah ke laut (Samudera Hindia dan Selat Bali). Sungai di kawasan Alas Purwo, secara umum berupa sungai-sungai kecil (aliran kurang dari 10 m dengan panjang kurang dari 5 Km), namun jumlahnya sangat banyak (sekitar 70 buah). Beberapa sungai, seperti Sunglon Ombo dan Sungai Pancur, berhubungan dengan sungai bawah tanah yang mengalir di bawah kompleks perbukitan/ lipatan kapur (daerah karst). Sungai Pancur mengalir dari sungai bawah tanah gua Istana dimanfaatkan untuk keperluan pengelolaan Taman Nasional Alas Purwo, terutama pos Rowobendo, Pesanggrahan, Triangulasi dan pos Pancur. Sungai yang ukurannya relatif besar (Sungai Kemiri, Sungai Pail dan Sungai Paluh Agung dan Sungai Segoro Anak) terdapat di daerah Bedul Rowobendo, dimana aliran airnya meng-umpul di bagian hilir Sungai Segoro Anak,

28

memiliki lebar lebih dari 500 m di bagian hilirnya dan membentuk daerah berawa. Sungai yang mengalir sepanjang tahun hanya terdapat di bagian Barat Taman Nasional yaitu Sungai Segoro Anak dan Sunglon Ombo. Pada musim penghujan muara sungai sering jebol dan air mengalir jernih, Sungai Pancur mengalir sepanjang tahun yang pada musim kemarau airnya berasa sadah dan pada musim penghujan berasa tawar. Di beberapa tempat air sumber dalam jumlah kecil dapat diperoleh dari sistim rekahan atau celahan dari lapisan lapuk tebal serta endapan aluvium yang tipis. Sumber air semacam ini dapat ditemui di blok hutan Pecari Kuning dan Sadengan. Mata air banyak terdapat di daerah Gunung Kucur, Gunung Kunci, Goa Basori dan Sendang Srengenge. 3.2.3. Ekosistem Keanekaragaman jenis flora darat di kawasan Taman Nasional Alas Purwo termasuk tinggi. Hasil inventarisasi tumbuhan oleh Taman Nasional Alas Purwo mencatat 158 jenis tumbuhan (59 famili) mulai dari tingkat tumbuhan bawah sampai tumbuhan tingkat pohon dari berbagai tipe/formasi vegetasi (Hutan Pantai-Mangrove-Hutan Dataran Rendah). Menurut Mark Grantham, jenis-jenis vegetasi yang terdapat di Taman Nasional Alas Purwo (semua jenis) lebih dari 300 jenis. Secara keseluruhan, Taman Nasional Alas Purwo merupakan taman nasional yang memiliki formasi vegetasi yang lengkap, dimana hampir semua tipe formasi vegetasi dapat dijumpai di lokasi Taman Nasional. Formasi vegetasi yang dimiliki mulai dari pantai (hutan pantai) sampai hutan hujan tropika dataran rendah. Beberapa tipe Formasi Vegetasi penyusun Taman Nasional Alas Purwo adalah sebagai berikut: 1. Formasi Vegetasi Hutan Pantai 2. Formasi Vegetasi Hutan Mangrove 3. Formasi Vegetasi Hutan Alam Dataran Rendah.

29

3.2.4. Flora Keanekaragaman jenis flora darat di kawasan Taman Nasional Alas Purwo termasuk tinggi. Hasil inventarisasi tumbuhan oleh Taman Nasional Alas Purwo mencatat 158 jenis tumbuhan (59 famili) mulai dari tingkat tumbuhan bawah sampai tumbuhan tingkat pohon dari berbagai tipe/formasi vegetasi (Hutan Pantai-Mangrove-Hutan Dataran Rendah). Menurut Mark Grantham, jenis-jenis vegetasi yang terdapat di Taman Nasional Alas Purwo (semua jenis) lebih dari 300 jenis. Secara keseluruhan, Taman Nasional Alas Purwo merupakan Taman Nasional yang memiliki formasi vegetasi yang lengkap, dimana hampir semua tipe formasi vegetasi dapat dijumpai di lokasi Taman Nasional. Formasi vegetasi yang dimiliki mulai dari pantai (hutan pantai) sampai hutan hujan tropika dataran rendah. 3.2.5. Fauna Disamping kaya akan jenis-jenis flora, Taman Nasional Alas Purwo juga kaya akan jenis-jenis fauna daratan, baik kelas mamalia, aves maupun reptilia. Hasil inventarisasi mencatat sebanyak 21 jenis satwa liar dari kelas mamalia, 35 jenis burung hutan dan 59 jenis burung air. Namun berdasarkan Mark Grantham (Voluntary Service Overseas British Council di Taman Nasional Alas Purwo) diperoleh keterangan bahwa jenis burung yang berhasil diidentifikasi di Taman Nasional Alas Purwo berjumlah 215 jenis (termasuk burung darat/hutan dan burung air). Diantara jenis-jenis satwa liar yang terdapat di Taman Nasional Alas Purwo, jenis dari kelas reptilia memiliki jumlah jenis dan informasi keberadaan jenis yang paling sedikit. Hal ini disebabkan karena hasil penelitian dan publikasinya jumlahnya masih terbatas. Namun demikian, jenis-jenis satwa liar dari kelas reptilia sering dijumpai di dalam dan di luar kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Identifikasi yang telah dilakukan mencatat terdapat sekitar 14 jenis reptilia dan diantara jenis tersebut termasuk empat jenis penyu yang sering mendarat di pantai kawasan Taman Nasional.

30

3.2.6. Peta Kawasan Taman Nasional Alas Purwo

Gambar 3.2. Peta Zonasi Taman Nasional Alas Purwo.

You might also like