You are on page 1of 5

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG JAGUNG (Ostrinia furnacalis G.) DENGAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)
Balai Penelitian Tanaman Serealai, Maros

Andi Tenrirawe dan M.S. Pabbage

ABSTRAK
Pengendalian Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis G) Dengan Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata L). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun A. muricata terhadap mortalitas larva O. furnacalis instar III dan pada konsentrasi berapa yang paling efektif terhadap mortalitas larva O. furnacalis instar III. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Hama dan Penyakit Balai Penelitian Tanaman Serealia, yang berlangsung mulai bulan Februari sampai Mei 2008. Penelitian ini dimulai dengan pembuatan ekstrak daun A. muricata dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan kontrol. Kemudian dilanjutkan dengan pemeliharaan serangga uji O. furnacalis dan pengujian ekstrak daun A. muricata. Pengujian dilakukan dengan metode pencelupan baby corn sebagai makanan larva lalu dimasukkan ke dalam wadah penelitian sesuai dengan konsentrasi perlakuan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 ulangan dengan menggunakan 10 ekor serangga uji per ulangan. Pengamatan dilakukan menghitung mortalitas larva O. furnacalis instar III setelah aplikasi perlakuan selama 24 jam dengan interval pengamatan setiap 4 jam. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam pola RAL dan bila terdapat pengaruh, analisis dilanjutkan dengan uji BNT. Efektifitas dari ekstrak daun A. muricata dalam mematikan serangga uji dihitung dengan menggunakan analisa probit untuk melihat nilai LC50 dan LT50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun A. muricata efektif terhadap mortalitas larva O. furnacalis instar III pada konsentrasi 10%, 20%, 30%, dan 40% dengan tingkat mortalitas masing-masing 22,5%, 37,5%, 52,5%, dan 72,5%. Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun A. muricata berpengaruh terhadap mortalitas larva O. furnacalis instar III dan konsentrasi yang paling efektif adalah konsentrasi 40 % dengan tingkat mortalitas 72,5%. Kata kunci: Daun sirsak, Pengendalian, O. furnacalis

PENDAHULUAN
Hama merupakan salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi jagung. Salah satu hama penting yang dapat menyebabkan kehilangan hasil adalah penggerek batang jagung (O. furnacalis). O. furnacalis dapat merusak batang, tongkol dan bunga jantan, penggerek batang (O. furnacalis) menyerang seluruh fase perkembangan tanaman dan seluruh bagian tanaman jagung. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh serangga ini dapat mencapai 80% (Bato et al., 1983; Wiseman et al, 1984; Nafus dan Schreiner, 1987). Kehilangan hasil terbesar ketika kerusakan terjadi pada fase reproduktif (Kalshoven, 1981). Ciri khas dari serangannya adalah lubang kecil pada daun, gerekan pada batang, kerusakan pada tassel, dan kerusakan sebagian janggel. Beberapa cara pengendalian yang telah dilakukan antara lain dengan penggunaan insektisida, namun penggunaan insektisida secara tunggal dan berlebihan akan menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. untuk mengurangi jumlah dan ketergantungan insektisida, maka dikembangkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Salah satu komponen penting dalam pengendalian hama terpadu adalah

290

Andi Tenrirawe: Pengendalian Penggerek Batang Jagung (O. furnacalis) Dengan Ekstrak Daun Sirsak (A. muricata L.)

pengendalian dengan menggunakan pestisida nabati, diantaranya adalah dengan menggunakan tanaman tembakau, sirsak, srikaya, nimba, sereh, cengkeh. Salah satu tanaman yang memiliki senyawa yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati yaitu sirsak. Bagian dari tanaman sirsak yang digunakan adalah daun dan biji. Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin antara lain asimisin, bulatacin, dan squamosin. Disamping itu, daun, biji, akar dan buahnya yang mentah juga mengandung senyawa kimia annonain (Mulyaman, dkk. 2000). Daun dan biji sirsak dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, repellent (penolak serangga) dan antifeedent (penghambat makan) dengan cara menghaluskan daun dan biji, kemudian dicampur dengan pelarut. Cara kerjanya sebagai racun kontak dan perut. Ekstrak daun sirsak dapat digunakan untuk mengendalikan belalang dan hama lainnya seperti wereng (Kardinan, 2005). Selain itu, menurut Padang (2001) bahwa ekstrak daun sirsak juga menghambat pertumbuhan dan perkembangan serta dapat mematikan Nimfa R. Linearis pada konsentrasi 4,0 %. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata. L) terhadap mortalitas Ostrinia furnacalis. G pada tanaman jagung.

BAHAN DAN METODE


1. Pembuatan ekstrak daun sirsak (A. muricata L) Ekstrak daun sirsak diperoleh dari daun sirsak yang sudah tua ditimbang sebanyak 2 kg, lalu dicuci bersih dan diangin-anginkan tanpa sinar matahari langsung sampai kering selama satu minggu. Setelah kering kemudian ditimbang berat daun menjadi 710 g. Selanjutnya dipisahkan dari tulang daun kemudian dihaluskan. Setelah halus dan telah menjadi tepung, daun sirsak direndam dengan larutan metanol 96 % sebanyak 5 liter selama 24 jam. Sediaan tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring sampai terpisah dari ampasnya, kemudian larutan tersebut didestilasi. Ekstrak hasil destilasi sebanyak 400 ml, diuapkan selama 6-8 jam, sehingga ekstrak yang diperoleh dari proses destilasi adalah sediaan ekstrak murni 100 %. Untuk memperoleh ekstrak sesuai dengan konsentrasi perlakuan, maka dilakukan pengenceran. Dimana : A1 = Konsentrasi 10 % ( 10 ml ekstrak daun A. muricata + 90 ml aquades) A2 = Konsentrasi 20% ( 20 ml ekstrak daun A. muricata + 80 ml aquades) A3 = Konsentrasi 30% ( 30 ml ekstrak daun A. muricata + 70 ml aquades) A4 = Konsentrasi 40% ( 40 ml ekstrak daun A. muricata + 60 ml aquades) 2. Pemeliharaan serangga uji O. furnacalis stadium larva tua yakni instar 4, 5 dan 6 sebanyak 32 ekor dari lapangan dibawa ke laboratorium. Kemudian larva-larva tersebut dipelihara dalam wadah yang berdiameter 7 cm dan tinggi 5 cm dengan tongkol jagung muda (baby corn) sebagai makanannya. Setelah 12 hari terbentuk pupa dan selanjutnya akan berubah menjadi ngengat setelah 14 hari . Setelah jadi ngengat lalu dipindahkan ke dalam wadah perbanyakan yang berdiameter 25 cm dan tinggi 35 cm, lalu diberi daun dan lipatan kertas tempat imago meletakkan telur. Pada bagian penutup wadah digantungi gulungan kapas yang telah diolesi madu yang berfungsi sebagai makanan ngengat. Ngengat Ostrinia furnacalis dibiarkan kawin dan bertelur pada lipatan kertas dan daun jagung. Telur yang ada pada daun dan kertas tersebut digunting dan dipindahkan ke dalam wadah steril yang berdiameter 14 cm dan tinggi 12 cm lalu diberi baby corn sebagai makanan larva yang akan ditetaskan. Setelah 4-5 hari telur-telur tersebut menetas dan dipelihara sampai terbentuk instar III yang akan digunakan sebagai larva uji.

291

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

3. Pengujian ekstrak daun sirsak (A. muricata L) Pengujian dilakukan dengan metode pencelupan. Dimana baby corn yang berukuran 4 cm sebagai makanan larva dicelupkan ke dalam ekstrak daun sirsak (A. muricata) sesuai dengan konsentrasi perlakuan, yakni konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, kontrol dan diulang empat kali, kemudian dimasukkan ke dalam wadah perlakuan, lalu dikering anginkan selama 5-10 menit. Larva O. furnacalis instar III dimasukkan ke dalam wadah perlakuan, Pengamatan mortalitas larva O. furnacalis instar III dilakukan setelah 24 jam perlakuan, dengan interval waktu pengamatan setiap 4 jam sekali.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil menunjukkan bahwa pada pengamatan 24 jam sesudah aplikasi konsentrasi 10%, 20%, 30%, dan 40% berbeda nyata dengan kontrol dan berpengaruh secara nyata terhadap mortalitas larva O. furnacalis. Secara umum terlihat bahwa konsentrasi ekstrak yang paling berpengaruh terhadap mortalitas larva O. furnacalis adalah konsentrasi ekstrak 40%. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula rata-rata mortalitas larva O. furnacalis. Mortalitas larva O. furnacalis pada berbagai tingkat konsentrasi ekstrak daun A. muricata dapat dilihat pada Gambar 1.
80
Persentase Mortalitas (%)

70 60 50 40 30 20 10 0 10 20 Konsentrasi 30 40

Gambar 1. Rata-rata Mortalitas O. furnacalis pada beberapa konsentrasi ekstrak daun A. Muricata Gambar 1 Menunjukkan pada perlakuan kontrol tidak memperlihatkan mortalitas larva O. furnacalis dan pada perlakuan ekstrak daun A. muricata dengan konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% menyebabkan persentase mortalitas larva O. furnacalis masing-masing sebesar 22,5%, 37,5%, 52,5%, dan 72,5%. Hal Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula mortalitas larva O. furnacalis instar III. Hasil analisa probit terlihat nilai LC50 ekstrak daun sirsak (pada pengamatan 24 jam) terhadap larva O. furnacalis instar III adalah sebesar 26,47%. Hasil analisa regresi terlihat Y = 2,9605x 2,1729.

292

Andi Tenrirawe: Pengendalian Penggerek Batang Jagung (O. furnacalis) Dengan Ekstrak Daun Sirsak (A. muricata L.)

Probit Persentase Mortalitas

4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0 0.5 1 Log Waktu 1.5 2 2.5 y = 1.7694x + 0.4773 R2 = 0.996

Gambar 2. Hubungan antara Log Waktu dengan Probit Persentase Mortalitas O. furnacalis Hal ini menunjukkan bahwa 12 jam setelah aplikasi racun yang terkandung dalam ekstrak daun A. muricata mulai bekerja secara signifikan sehingga menyebabkan mortalitas terhadap larva O. furnacalis instar III, dengan tingkat mortalitas larva mencapai 72,5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun A. muricata mampu menyebabkan mortalitas larva O. furnacalis. Menurut Dadang (1999) bahwa senyawa squamosin dan asimisin yang terkandung dalam daun A. muricata, selain dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan serangga, menghambat makan serangga, juga dapat mematikan serangga. Selain itu, daun A. muricata juga mengandung senyawa tanin dalam kadar yang tinggi. Menurut Panda dan Gurdev (1995) bahwa senyawa tanin merupakan suatu senyawa yang dapat memblokir ketersediaan protein dengan membentuk kompleks yang kurang bisa dicerna oleh serangga atau dapat menurunkan kemampuan mencerna bagi serangga. Senyawa tersebut dapat menghambat atau memblokir aktivitas enzim pada saluran pencernaan sehingga akan merobek pencernaan serangga, dan akhirnya menimbulkan efek kematian bagi serangga.

KESIMPULAN
Ekstrak daun A. muricata berpengaruh terhadap mortalitas larva O. furnacalis instar III pada tanaman jagung. Konsentrasi ekstrak daun A. muricata yang paling berpengaruh terhadap mortalitas larva O. furnacalis instar III adalah konsentrasi 40% dengan tingkat mortalitas 72.5%.

DAFTAR PUSTAKA
Bato, S.M., T.R. Evert, and O.O. Malijan. 1983. Integrated pest management for Asia corn borer control. National Crop Protection Center. No. 9. UP. Dadang. 1999. Bahan Pelatihan Pengembangan Dan Pemanfaatan Insektisida Alami. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu Institut Pertanian Bogor. Kalshoven, LGE. 1981. Pests of crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta.701 p.

293

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

Kardinan, A. 2005. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. Mulyaman, S., Cahyaniati., T. Mustofa. 2000. Pengenalan Pestisida Nabati Tanaman Holtikultura. Direktorat Jenderal Produksi Holtikultura dan Aneka Tanaman. Institut Pertanian Bogor. Nafus, D.M. and I.H. Schreiner. 1987. Location of Ostrinia furnacalis Gueene. Eggs and larvae on sweet corn in relation to plant growth. Journal of econ entomol, 84(2): 411-416 Padang, U. 2001. Uji Beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata) Terhadap Beberapa Aspek Biologi Riptortus Linearis Fabricius (Hemiptera; coreidae). Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian dan Kehutanan UNHAS. Makassar. Panda, N dan S. K. Gurdev 1995. Host Plant Resistance to Insect. CABI dan IRRI. Program Studi Entomologi/Fitopatologi Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Wiseman, BR. N.W. Wulstrom, and W.W. Mc. Millian. 1984. Increased seasonal losses in field corn to corn earworm. J. Ca. Entomol Soc, 19, 41-43.

294

You might also like