You are on page 1of 46

Hemoglobin (haemoglobin and abbreviated Hb or Hgb) adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah

merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh pada mamalia dan hewan lainnya.

Hemoglobin in the blood carries oxygen from the respiratory organs (lungs or gills) to the rest of the body (i.e. the tissues) where it releases the oxygen to burn nutrients to provide energy to power the functions of the organism, and collects the resultant carbon dioxide to bring it back to the respiratory organs to be dispensed from the organism.

Hemoglobin has an oxygen binding capacity of 1.34 ml O2 per gram of hemoglobin.

Synthesis
Hemoglobin (Hb) is synthesized in a complex series of steps. The heme part is synthesized in a series of steps in the mitochondria and the cytosol of immature red blood cells, while the globin protein parts are synthesized by ribosomes in the cytosol Production of Hb continues in the cell throughout its early development from the proerythroblast to the reticulocyte in the bone marrow. At this point, the nucleus is lost in mammalian red blood cells.

after the loss of the nucleus in mammals, residual ribosomal RNA allows further synthesis of Hb until the reticulocyte loses its RNA soon after entering the vasculature (this hemoglobin-synthetic RNA in fact gives the reticulocyte its reticulated appearance and name).

Hemoglobin concentration measurement is among the most commonly performed blood tests, usually as part of a complete blood count. For example it is typically tested before or after blood donation. Results are reported in g/L, g/dL or mol/L. 1 g/dL equals about 0.6206 mmol/L.[55

Normal levels are: Men: 13.8 to 18.0 g/dL (138 to 182 g/L, or 8.56 to 11.3 mmol/L) Women: 12.1 to 15.1 g/dL (121 to 151 g/L, or 7.51 to 9.37 mmol/L) Children: 11 to 16 g/dL (111 to 160 g/L, or 6.83 to 9.93 mmol/L) Pregnant women: 11 to 12 g/dL (110 to 120 g/L, or 6.83 to 7.45 mmol/L)

Normal values of hemoglobin in the 1st and 3rd trimesters of pregnant women must be at least 11 g/dL and at least 10.5 g/dL during the 2nd trimester.[58]

Bilirubin
Bilirubin (formerly referred to as hematoidin) is the yellow breakdown product of normal heme catabolism. Heme is found in hemoglobin, a principal component of red blood cells. Bilirubin is excreted in bile and urine, and elevated levels may indicate certain diseases. It is responsible for the yellow color of urine (via its reduced breakdown product, urobilin), the brown color of faeces (via its conversion to stercobilin), and the yellow discoloration in jaundice.

Molecular formula bilirubin C33H36N4O6

Metabolism
Unconjugated (indirect) Erythrocytes (red blood cells) generated in the bone marrow are disposed of in the spleen when they get old or damaged. This releases hemoglobin, which is broken down to heme as the globin parts are turned into amino acids.

The heme is then turned into unconjugated bilirubin in the reticuloendothelial cells of the spleen. This unconjugated bilirubin is not soluble in water, due to intramolecular hydrogen bonding. It is then bound to albumin and sent to the liver

Conjugated (direct) In the liver it is conjugated with glucuronic acid by the enzyme glucuronyltransferase, making it soluble in water. Much of it goes into the bile and thus out into the small intestine.

Some of the conjugated bilirubin remains in the large intestine and is metabolised by colonic bacteria to urobilinogen, which is further metabolized to stercobilinogen, and finally oxidised to stercobilin.

Some of the urobilinogen is reabsorbed and excreted in the urine along with an oxidized form, urobilin.

Urine Under normal circumstances, a tiny amount of bilirubin, if any, is excreted in the urine. If the liver's function is impaired or when biliary drainage is blocked, some of the conjugated bilirubin leaks out of the hepatocytes and appears in the urine, turning it dark amber.

However, in disorders involving hemolytic anemia, an increased number of red blood cells are broken down, causing an increase in the amount of unconjugated bilirubin in the blood.

Because the unconjugated bilirubin is not water-soluble, one will not see an increase in bilirubin in the urine.

Because there is no problem with the liver or bile systems, this excess unconjugated bilirubin will go through all of the normal processing mechanisms that occur (e.g., conjugation, excretion in bile, metabolism to urobilinogen, reabsorption) and will show up as an increase in urine urobilinogen.

This difference between increased urine bilirubin and increased urine urobilinogen helps to distinguish between various disorders in those systems.

Erythrocyte sedimentation rate (ESR/LED)


Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut kecepatan endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam.

LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli hematologi, LED tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat.

Uses
Although it is frequently ordered, ESR is of limited use as a screening test in asymptomatic patients. It is useful for diagnosing diseases, such as temporal arteritis, polymyalgia rheumatica, various auto-immune diseases, systemic lupus erythematosus, rheumatoid arthritis, and chronic kidney diseases. In many of these cases, the ESR may exceed 100 mm/hour.

Nilai normal tertinggi


umur Laki-laki 20 12 55 20 90 19

wanita

18

21

23

Batu Ginjal
Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih).

PENCEGAHAN
Batu kalsium Sebagian besar penderita batu kalsium mengalami hiperkalsiuria, dimana kadar kalsium di dalam air kemih sangat tinggi. Obat diuretik thiazid (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu yang baru.

minum banyak air putih (8-10 gelas/hari). Diet rendah kalsium Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitratpengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut.

Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat dari mengonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh).

Batu asam urat Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.

Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat. Dan sangat dianjurkan untuk banyak minum air putih.

CARA PEMERIKSAAN Hb
Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida

Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin. Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya 10%.

CARA SAHLI
1. Prinsip Hemoglobin darah diubah menjadi asam hematin dengan pertolongan larutan HCL, lalu kadar dari asam hematin ini diukur dengan membandingkan warna yang terjadi dengan warna standard memakaimata biasa. 2. Tujuan Menetapkan kadar hemoglobin dalam darah

Alat dan bahan yang dipergunakan a. Hemoglobinometer (hemometer), Sahli terdiri dari : 1) Gelas berwarna sebagai warna standard 2) Tabung hemometer dengan pembagian skala putih 2 sampai dengan 22. Skla merah untuk hematokrit.

3) Pengaduk dari gelas 4) Pipet Sahli yang merupakan kapiler dan mempunyai volume 20/ul 5) Pipet pasteur. 6) Kertas saring/tissue/kain kassa kering

b. Reagen 1) Larutan HCL 0,1 N 2) Aquades

. Cara Pemeriksaan a. Tabung hemometer diisi dengan larutan HCL 0,1 N sampai tanda 2 b. Hisaplah darah kapiler/vena dengan pipet Sahli sampai tepat pada tanda 20 ul. c. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet dengan kertas tissue secara hati-hati jangan sampai darah dari dalam pipet berkurang.

d. Masukkan darah sebanyak 20 ul inike dalam tabung yang berisi larutanHCL tadi tanpa menimbulkan gelembung udara. e. Bilas pipet sebelum diangkat dengan jalan menghisap dan mengeluarkan HCL dari dalam pipet secra berulang-ulang 3 kali f. Tunggu 5 menit untk pembentukan asam hematin

g. Asam hematin yang terjadi diencerkan dengan aquades setetes demi setetes sambil diaduk dengan pengaduk dari gelas sampai didapat warna yang sama dengan warna standard. h. Miniskus dari larutandibaca. Miniskus dalam hal ini adalah permukaan terendah dari larutan.

5. Pelaporan Dinyatakan dalam gr/dl Hanya dilaporkan dalam angka bulat, atau naik setengah, Misal 11, 11 , 12, 12 , dan sebagainya.

Nilai normal Laki-laki : 14 18 gram/dl Wanita : 12 16 gram/dl

WHO (1972). Kriteria persangkaan Anemi pada : bila Hb dibawah : Pria dewasa 13 g % Wanita tak hamil 12 g % Wanita hamil 11 g % Anak : 6 bl 6 th 11 g % 6 th 14 th 12 g %

Kesalahan yang sering terjadi 1. Alat/regen kurang sempurna, yaitu : a. Volume pipet Hb tidak selalu tepat 20 ul b. Warna standard sering sudah pucat. c. Kadar larutan HCL sering tidak dikontrol.

2. Orang yang melakukan pemeriksaan : a. Pengambilan darah kurang baik. b. Penglihatan pemeriksa tidak normal atau sudah lelah. c. Intensitas sinar/penerangan kurang. d. Pada waktu waktu membaca hsil dipermukaan terdapat gelembung udara. e. Pipet tidak dibilas dengan HCL. f. Pengenceran tidak baik.

You might also like