Professional Documents
Culture Documents
Komunikasi Antarbudaya: Suatu Tinjauan Antropologis
Komunikasi Antarbudaya: Suatu Tinjauan Antropologis
Suatu budaya mempengaruhi komunikasi dalam banyak hal. Budayalah yang menentukan waktu dan jadwal peristiwa-peristiwa antarpersonal, tempattempat untuk membicarakan topik-topik tertentu, jarak fisik yang memisahkan antara seorang pembicara dengan orang lain, serta nada suara yang sesuai untuk pembicaraan tertentu. Budaya dalam hal ini, melukiskan kadar dan tipe kontak fisik yang dituntut oleh adat kebiasaan dan intensitas emosi yang menyertainya, yang meliputi hubungan antara apa yang dikatakan dan apa yang dimaksudkan, seperti tidak maksudnya mungkin dan besok maksudnya tidak pernah. Oleh karena itu kita harus mempelajarinya lebih dalam agar tidak adanya kesalahpahaman atas informasi yang kita peroleh.
Inilah hal-hal penting yang tidak boleh diabaikan, seperti contoh seorang pengusaha yang berbisisnis ke luar negeri, bila ia tidak mau menghadapi resiko maka ia harus mempelajari budaya yang dianut oleh negara yang ditujunya itu, meskipun hal tersebut sulit dipahami karena setiap orang merasa budayanyalah yang paling benar.
Berikut ini adalah hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam mempejalari kebudayaan :
Bahasa Maksud dari perkataan Orang-orang Perasa Menyentuh atau tidak menyentuh Lima Dimensi Waktu Tempat Untuk Segala sesuatu Nyaman Dalam Ruang Pengaruh Status Atas Komunikasi Penyesuaian Diri Berjalan Dua Arah Konformitas atau Penyesuaian Diri
BAHASA
Orang Amerika sering dituduh tidak cakap dalam berbahasa, karena mereka kurang tertarik mempelajari bahasa-bahasa asing. Tetapi ada juga suatu bangsa yang secara inheren tertarik mempelajari bahasa dari pada bangsa lain karena adanya kesempatan dan intensif untuk belajar, seperti orang Eropa Barat atau Tengah yang sejak kecil mendengarkan pembicaraan-pembicaraan dalam bahasa asing, hal itu membuat mereka mempelajari bahasa tersebut. Mungkin jika anak Amerika memiliki kesempatan dan berada sama diposisi anak Eropa tesebut mungkin ia akan bertindak serupa. Kita tidak boleh meremehkan kerusakan yang diakhibatkan oleh kekurangmampuan kita dalam berbahasa, seperti kerusakan hubungan dengan relasi-relasi di seluruh dunia. Memang, bila kita tidak dapat berbicara bahasa seseorang, sangat sulit bagi kita untuk berkomunikasi dengannya. Meskipun bahasa-bahasa telah dipelajari, mungkin saja terdapat kesalahan seperti pada perbendaharaan kata, tata bahasa,dan fasilitas verbal yang tidak memadai. Akan tetapi tidak terjadi kesalahan jika orang tersebut memahami isyarat-isyarat halus yag implisit dalam bahasa, nada suara, gerak-gerik dan ekspresi. Jika Ia salah menafsirkan apa yang dikatakan padanya, mungkin akan menyinggung perasaan orang lain tanpa mengetahui bagaimana atau mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Dalam beberapa budaya lain, kata-kata dan makna kata-kata tersebut tidak mempunyai hubungan langsung. Orang-orang mungkin lebih memperhatikan konteks emosional situasi dari pada memperhatikan makna kata-kata tertentu. Ini mungkinkan mereka memberikan jawaban yang sesuai dan menyenangkan atas suatu pertanyaan, karena jawaban yang harfiah dan faktual bisa menyinggung perasaan dan mempermalukan orang lain.
Orang-orang Perasa
Manusia berkomunikasi tidak hanya dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan nada suaranya, ekspresi wajahnya, gerak-geriknya, semua itu mengandung makna yang perlu diperhitungkan. Jadi, tidak hanya dari bahasa-bahasa saja yang membingungkan, tetapi juga dari gerak-gerik serta isyarat-isyarat kultural. Anggukan seseorang bisa saja berarti negatif bagi orang lainnya, karena setiap budaya memiliki rangkaiannya sendiri, yang terdiri dari tandatanda bermaka, lambang-lambang, gerak-gerik, konotasi emosi, rujukan historis, respon trsadisional dan--juga penting--diam yang mengandung makna. Perhatikan tradisi Aglo saxon untuk menjaga kekalemannya. Orang Amerika diajari oleh budayanya untuk menekankan perasaannya. Ia dikondisikan untuk menganggap emosi sebagai hal yang umumnya jelek (kecuali pada wanita lemah yang tidak dapat menolong dirinya sendiri), dan mengendalikan diri dengan baik. Semakin penting masalah yang ia hadapi, maka semakin tenang penampilannya. Berkepala dingin, roman muka keras, pikiran tenang--bukanlah secara kebetulan saja seperti ciri-ciri ini yang diperihatkan oleh pahlawan-pahlawan dalam film Western. Berbeda dengan kebudayaan di Timur tengah. Sejak masa kanak-kanak orang Arab dibolehkan, bahkan didorong untuk menyatakan perasaannya dengan bebas. Lelaki dewasa boleh menangis, berteriak, memberi isyarat dengan ekspresif, meloncat ke atas dan ke bawah, mereke dikagumi sebagai orang yang tulus.Sedangkan Orang Anglo saxon yang tenang dan punya control diri tersebut dapat dicurigai ia pasti menyembunyikan sesuatu, berusaha untuk menipu. Orang Arab yang gembira sekali dan emosional boleh jadi membuat orang Anglo saxon risi, membuatnya malu dan berfikir : tidaklah prilakunya kekanak-kanakan? Apakah segala tidak bisa dikendalikan?. Dalam hal lain, terdapat perbedaan lainnya tentang intonasi seseorang dalam berbicara. Di dunia Arab, dalam pembicaranan-pembicaraannya, lelaki Arab berbicara dengan suara yang dianggap agresif dan menjengkelkan di Amerika Serikat. Suara yang keras memberikan konotasi kekuatan dan ketulusan di antara orang-orang Arab, suara lemah bisa berarti kelemahan dan tipu daya. Anggapan ini menyebabkan beberapa orang Arab, mengabaikan apapun yang mereka dengar dari radio Voice of America karena suaranya begitu lemah. Namun, status pribadi menentukan nada suara pada masyarakat Arab. Orang-orang Arab Saudi menunjukkan rasa hormatnya kepada atasanmisalnya kepada syekhdengan menurukan suaranya dan bergumam. Orang Amerika berstatus tinggi, mungkin juga akan diperlakukan seperti ini oleh orang Arab, hal ini menimbulkan suasana yang semakin sulit, karena dalam budaya Amerika orang secara tidak sadar meminta orang lainnya untuk meninggikan suaranya sendiri, orang Amerika berbicara keras. Ini menyebabkan suara orang Arab akan lebih rendah lagi dan memperbanyak gumammnya. Ini mengundang oranga Amerika lebih mengeraskan suaranya lagi yang menyebabkan orang Arab ketakutan dan punya kesan bahwa orang Amerika itu tidak sopan. Pada akhirnya, mereka akan berpisah dengan saling tidak menghormati satu sama lain.