You are on page 1of 33

LAPORAN KASUS TB PADA ORANG DEWASA DENGAN PENDEKATAN HL BLUM DI PUSKESMAS NGALIYAN SEMARANG PERIODE 29 JULI 10 AGUSTUS 2013

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Program Pendidikan Profesi Dokter Pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Agung Semarang

..

Disusun oleh Alief Al Amin Akhmad Miftahudin Rizky Hadma S Anisa Ayu P Putri Nurrani Reizhar Cindy

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2013

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KASUS TB PADA ORANG DEWASA DENGAN PENDEKATAN HL BLUM DI PUSKESMAS NGALIYAN SEMARANG

PERIODE 29 JULI 10 AGUSTUS 2013

Telah Disahkan Semarang, Agustus 2013

Mengetahui Kepala Puskesmas Ngaliyan Pembimbing Kepanitraan IKM

dr. Umi Qulsum, M.Kes

dr. Azmi Syahril F

Kepala Bagian IKM FK Unissula

Prof. Dr. Budioro Broto Saputro, MPH Semarang, Agustus 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus TB Pada Orang Dewasa Dengan Pendekatan HL Blum di Puskesmas Ngaliyan Semarang yang telah dilakukan pada tanggal 29 Juli 10 Agustus 2013. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini memuat data hasil kunjungan TB 2 Agustus 2013 di Puskesmas Ngaliyan. Laporan ini dapat diselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. dr. Umi Qulsum, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Ngaliyan yang telah memberikan bimbingan dan pelatihan selama kami menempuh Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Ngaliyan, Semarang. 2. dr. Azmi Syahril F selaku pembimbing Kepanitraan IKM di Puskesmas Ngaliyan yang telah memberikan bimbingan dan pelatihan selama kami menempuh Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Ngaliyan, Semarang. 3. Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Ngaliyan atas bimbingan dan kerjasama yang telah diberikan.

Kami menyadari sepenunhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus TB Dewasa dengan Pendekatan HL Blum di Puskesmas Ngaliyan Semarang Periode 29 Juli 10 Agustus 2013 dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Agustus 2013

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Penyakit tuberkulosis atau TB paru menjadi masalah kesehatan di dunia dan di Indonesia. WHO menyatakan bahwa tuberkulosis saat ini telah menjadi ancaman global, dan diperkirakan 1,9 milyar manusia atau sepertiga penduduk dunia terinfeksi tuberkulosis. Penderita tuberkulosis di Indonesia pada tahun 1995 berjumlah 460.190, angka ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara lain (Sarwo H, 2002) dan menduduki peringkat kedua penyebab kematian di Indonesia setelah kardiovaskuler (Sarwo H, 2002). Sampai sekarang angka kejadian TB di Indonesia relatif terlepas dari angka pandemic infeksi HIV karena masih relatif rendahnya infeksi HIV, tapi hal ini mungkin akan berubah dimasa yang akan datang melihat semakain meningkatnya laporan infeksi HIV dari tahun ketahun. (Amin Z, 2006). Tuberkulosis adalah penyakit menular disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut masuk tubuh melalui udara pernafasan yang masuk ke dalam paru, kemudian kuman menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui saluran nafas atau penyebaran langsung ke tubuh lainnya (DepKes RI, 1997).

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 TB paru merupakan penyebab kematian nomor satu untuk penyakit infeksi di Indonesia dan SKRT (2001), prevalensi TB paru klinis 0,8% dari seluruh penyakit di Indonesia (DEPKES, 2002). Penemuan penderita TB paru menurut Profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2002 sebesar 8.648 penderita Penemuan dengan angka penemuan BTA positif penderita (CDR) 22%. 10.390

penderita

tahun 2003

sebanyak

penderita yang dilaporkan dari 35 Kabupaten / Kota, 11 BP4 dan 1 Rumah Sakit Paru dengan angka penemuan penderita (CDR) 28,5% dan ditemukan jumlah penderita baru BTA positif 39.061 kasus. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar

1.742 kasus (Dinkes Propinsi Jateng, 2002) (Rusnoto, 2006). Pasien TB BTA positif di Puskesmas Pandanaran tahun 2008 adalah 12 pasien, dengan prosentase cakupan 32,4 %. Dan pasien TB anak di Puskesmas Pandanaran tahun 2008 adalah 9 pasien. Sedangkan pasien TB BTA positif di Puskesmas Pandanaran pada tahun 2009 adalah 13 pasien, dengan prosentase cakupan 44,8 %, sehingga dari tahun 2008 ke tahun 2009 hanya terjadi sedikit peningkatan yaitu 12, 4 %. Dan pasien TB anak di Puskesmas Pandanaran pada tahun 2009 adalah 9 pasien. Upaya penanggulangan TB sudah dikembangkan pada awal 1990an oleh WHO, yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly observed Treatment Short-course) dan telah terbukti sebagai penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif. Fokus utama DOTS adalah penemuan dan

penyembuhan pasien, prioritas diberikan pada TB menular. (DepKes RI, 2006). Dengan strategi DOTS, manajemen penanggulangan TB di Indonesia ditekankan pada tingkat kabupaten/kota (Nurhidayat dkk, 2007). Di Puskesmas Ngaliyan jumlah suspeck penderita TB pada Januari 2012 hingga Juli 2012 jumlah pasien yang mengikuti pengobatan sebanyak 22 orang yaitu Tb dewasa 20 orang dengan 8 pasien BTA (+) dan 12 pasien BTA (-) dengan Rootegen kesan paru (+), 1 Tb paru anak, 1 pasien MD. Hal ini yang mendasari disusunnya laporan yang berjudul Laporan Manajemen Puskesmas dan Mutu Pelayanan Dalam Penemuan dan Penanganan Penyakit TB BTA(+) Di Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang.

2.2 Rumusan Masalah Apakah faktor perilaku kebersihan personal dan lingkungan akan berpengaruh dalam kejadian TB di Puskesmas Ngaliyan?

2.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap TB berdasarkan pendekatan HL Blum.

1.3.2

Tujuan Khusus 1.3.2.1 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku yang mempengaruhi terjadinya TB. 1.3.2.2 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan kesehatan yang mempengaruhi terjadinya TB. 1.3.2.3 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor kependudukan yang mempengaruhi terjadinya TB. 1.3.2.4 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya TB. 1.3.2.5 Mengetahui dan memperbaiki pengetahuan mengenai penyakit TB

2.4 Manfaat 2.1.1 Manfaat bagi mahasiswa 1.4.1.1 Memberi masukan dan informasi ilmiah untuk

memperkaya keilmuan 1.4.1.2 Menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang lebih lanjut 2.1.2 Manfaat bagi masyarakat 1.4.2.1 Memberi rekomendasi langsung kepada masyarakat untuk memperhatikan tinggalnya. perilaku dan lingkungan tempat

1.4.2.2

Memberi rekomendasi kepada tenaga kesehatan untuk lebih memberdayakan masyarakat dalam upaya kesehatan promotif dan preventif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN A) Epidemiologi Tuberkulosis adalah penyakit yang diderita manusia sama tuanya dengan sejarah manusia. Penemuan lesi pada tulang-tulang belakang mummi yang sesuai dengan TB ditemukan di Heidelberg, diduga berasal dari tahun 5000 SM. Demikian juga halnya di Italia diduga berasal dari tahun 4000 SM. Keadaan ini juga dijumpai di Denmark dan lembah Jordan. Di Mesir juga ditemukan lukisan-lukisan pada dinding berupa bentuk kelainan tulang belakang yang sesuai dengan penemuan TB spinal pada mummi. Di Indonesia catatan paling tua dari penyakit ini adalah seperti didapatkan pada salah satu relief di candi Borobudur yang tampaknya menggambarkan kasus tuberculosis. Hipokrates juga mendeskripsikan tentang penyakit ini dan

menyebutnya Pthisis. Akhirnya pada tahun 1882 Robert Koch menemukan basil tuberkulosis sebagai penyebabnya dan hasil penemuannya dipresentasikan pada tanggal 24 Maret 1882 di Berlin. Hal ini di peringati sebagai hari TB sedunia (TB Day) (Aditama, 2008). Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada

9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20 30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk (DepKes RI, 2006). B) Cara penularan Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam

ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Kusnindar, 2006). C) Strategi Penanggulangan Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly observed Treatment Short-course). Strategi ini dikembangkan dari berbagi studi, clinical trials, best practices, dan hasil implementasi program penanggulangan TB selama lebih dari dua dekade. Penerapan strategi DOTS secara baik, disamping secara cepat merubah kasus menular menjadi tidak menular, juga mencegah berkembangnya MDR-TB (DepKes RI, 2006). Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan dengan demikian menurunkan insidens TB di masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien

merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB. Pada tahun 1995, WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam penanggulangan TB. Bank Dunia menyatakan strategi DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif. Integrasi strategi DOTS ke dalam pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan demi efisiensi dan efektifitasnya. Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci: 1. Komitmen politis 2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya. 3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan. 4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu. 5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan (DepKes RI, 2006). D) Kepatuhan Berobat Kepatuhan adalah suatu perbuatan untuk bersedia

melaksanakan aturan pengambilan dan minum obat sesuai jadwal yang telah ditetapkan (Notoadmojo, 2002). Penderita yang teratur berobat adalah penderita yang berobat teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan hingga 8 bulan, sedangkan pasien yang tidak teratur berobat dan minum obat adalah pasien yang tidak

melaksanakan pengobatan sesuai rencana yang telah ditetapkan (DepKes RI, 2006). Menurut Aditama (2008) kepatuhan pasien dinilai dari datang atau tidaknya pasien setelah mendapat anjuran untuk kontrol. Pasien dikatakan patuh apabila minum obat sesuai aturan paket obat dan ketepatan waktu pengambilan obat hingga masa pengobatan selesai. E) Faktor Pengaruh Kepatuhan Berobat Kepatuhan pengobatan dipengaruhi oleh : 1. Faktor yang ada dalam diri individu (Predisposing Factor) adalah faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. (a) sikap dan tekad untuk sembuh. Seseorang yang mempunyai atau meyakini suatu kepercayaan bahwa dirinya sembuh akan mempengaruhi perilakunya dalam menghadapi suatu penyakit. (b) Tingkat pengetahuan penderita tentang penyakitnya. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensori khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng. Seseorang dengan pengetahuan rendah akan berdampak pada ketaatan

yang rendah, dimana seseorang yang tidak teridentifikasi mempunyai gejala, mereka akan berfikir bahwa mereka sudah merasa sembuh dan sehat sehingga menghentikan pengobatan. (c) Sosial, ekonomi dan budaya Keadaan sosial ekonomi berpengaruh pada ketaatan penderita untuk berobat. Hal ini dikarenakan apabila penderita berada pada tingkat pendapatan yang rendah maka penderita akan mengeluarkan biaya yang besar untuk transportasi ke fasilitas kesehatan sedangkan kebutuhan sehari-hari memaksanya untuk tidak mengeluarkan biaya sehingga menggoyahkan kepatuhan. 2. Faktor penguat dan faktor pendorong (reinforcing factor) adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. (a) Motivasi keluarga Dukungan keluarga sangatlah penting karena keluarga

merupakan unit terkecil dalam masyarakat dan sebagai penerima asuhan keperawatan. Oleh karena itu keluarga sangat berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit, apabila dalam keluarga tersebut salah satu anggota keluarganya ada yang sedang mengalami masalah kesehatan maka sistem dalam keluarga akan terpengaruhi. (b) Motivasi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Dukungan dari petugas kesehatan misalnya, sangat membantu passion mengalami kepatuhan, dimana dengan adanya

dukungan petugas berpengaruh besar artinya bagi seseorang dalam ketaatan melakukan pearwatan. sebab petugas adalah yang merawat dan sering berinteraksi, sehingga pemahaman terhadap kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering berinteraksi akan sangat mempengaruhi rasa percaya dan menerima kehadiran petugas bagi dirinya, serta motivasi atau dukungan yang diberikan petugas sangat besar artinya terhadap ketaatan passion. 2. Faktor pemungkin (Enabling Factor) adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan. (a) Tersedianya fasilitas kesehatan ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas mempermudah niat suatu perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang baik. Sarana dan fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya suatu perilaku, sehingga disebut sebagai faktor pendukung atau faktor pemungkin. (b) Terjangkaunya akses menuju fasilitas kesehatan Pemanfaatan sarana kesehatan biasanya terkendala oleh lingkungan yang jauh yang memberikan kontribusi rendahnya kepatuhan

BAB III ANALISA SITUASI

2.1 CARA DAN WAKTU PENGAMATAN Cara pengamatan dilakukan dengan pengumpulan data primer dari wawancara dan data sekunder dengan menggunakan rekam medik.

Pengamatan dilakukan di rumah penderita (Home Visit) untuk mencari faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan berobat yaitu tanggal 2 Agustus 2013. 2.2 HASIL PENGAMATAN 2.2.1 Daftar Penderita (Pasien ) a. Identitas pasien - Nama - Jenis kelamin - Umur - Agama - Status Perkawinan - Pendidikan terakhir - Pekerjaan - Alamat - Awal berobat : Ny.D : Perempuan : 34 tahun : Islam : Kawin : SMP : Karyawan : Bringin Wetan RT 1 RW 8 Tambak Aji : April 2013

b. Keluhan Pasien Batuk sudah tiga minggu c. Anamnesis Riwayat Penyakit Sekarang 4 bulan yang lalu pasien datang berobat ke puskesmas

untuk pertama kalinya dengan keluhan ada Sesak, gatal, batuk terus menerus sampai 3 minggu, pusing, keringat dingin . Pasien minum obat yang dibelinya di warung , tapi tidak ada perubahan. Kemudian pasien memutuskan berobat di RS.Tugu, pasien disarankan untuk melakukan rontgen dan hasilnya kesan TB paru aktif. Selanjutnya di rujuk dan memilih berobat di puskesmas ngaliyan. Di Puskesmas dilakukan pemeriksaan sputum dan hasilnya (+). Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga yang tinggal satu rumah tidak ada yang mengalami penyakit seperti ini. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien bekerja sebagai buruh pabrik . Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan suaminya. Kesan ekonomi : cukup untuk makan.

d. Pemeriksaan Fisik Tanda Vital Kesadaran Suhu Nadi Tekanan darah Pernafasan Kepala Leher (-) Mata Hidung Telinga Mulut Thorak : Cor Pulmo Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : Ictus cordis tak tampak : Ictus tidak kuat angkat : redup, batas jantung dbn : regular : : : CA -/-, SI -/: Composmentis : 37,7 C : 88 x per menit : 120/80 mmhg : 20x per menit : : Normal Pembesaran KGB (-), Deviasi trakea

Sekret (-), nafas cuping hidung (-) Gangguan pendengaran (-) : Bibir kering (-), sianosis (-)

Inspeksi maupun statis

: Bentuk dada simetris baik dinamis

Palpasi sinistra

: Strem fremitus hemithorax dextra =

Perkusi

: dextra = sonor - pekak

sinistra = sonor - pekak Auskultasi :dextra = vesikuler, ronki (+) sinistra = vesikuler, ronki (+)

Abdomen : dalam batas normal Ekstremitas Akral dingin (-), ekstrimitas pucat (-), oedem (-)

e. Pemeriksaan Tambahan Pemeriksaan sputum : SPS BTA (+) Pemeriksaan rontgen : kesan TB paru aktif f. Diagnosa : Tuberkulosis paru g. Terapi : Mulai terapi tanggal 20 April 2013: Dengan terapi R : Rifampicin 1 x 150 mg H : Isoniazid (INH) 1 x 75 mg Z : Pirazinamid 2 x 200 mg E : Etambutol 2 x 100 mg

2. Data Perkesmas 2.1. Identitas keluarga Tabel 1. Identitas Keluarga No.


1. 2. 3

Anggota Keluarga
Sugito Marfuah Rofiq

Hub. Dgn Jenis pasien


Ayah pasien Ibu pasien Suami pasien

Umur Pendid ikan


57 56 36 SD SD SMP

Pekerjaan Agama
Kuli Bangunan Buruh pabrik Islam Islam Islam

Kelamin
Laki-laki Perempua n Laki-laki

2.2 Data Lingkungan 1) Data Individu : Pasien tinggal serumah dengan ibu , ayah, dan suami . Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami sakit seperti ini. Keluarga penderita dulu tidak ada yang pernah menderita penyakit yang pasien derita. Kesadaran akan kebersihan pada keluarga pasien masih kurang. 2) Ekonomi Berdasarkan hasil survei, pasien dan suami bekerja sebagai buruh pabrik.Pasien berobat dengan dana pribadi (pasien umum).

3) Lingkungan Rumah

Kepadatan rumah Secara umum penilaian kepadatan penghuni dengan menggunakan ketentuan standar minimum, yaitu kepadatan penghuni yang memenuhi syarat kesehatan diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni 10m2/ orang. Berdasarkan data hasil pengamatan menunjukkan kepadatan rumah memenuhi syarat yang seharusnya. Lingkungan rumah Berdasarkan survei lingkungan rumah kesadaran pasien tentang kebersihan lingkungan masih kurang, pekarangan rumah kurang bersih. 1. Ventilasi Fungsi ventilasi adalah untuk proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari yang masuk kedalam rumah, agar kuman tidak berkembang dengan cepat. Menurut indikator pengawasan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 10% luas lantai rumah. Pada kasus ini rumah penderita sudah memiliki ventilasi namun jendela tidak merata. Ini ditunjukan dengan

penderita hanya memiliki jendela di ruang tamu yang terbuka. Pada bagian kamar dan ruangan yang lainnya ventilasi masih kurang sehingga udara didalam ruangan terasa pengap. Ventilasi didapat dari pintu rumah yang dibuka dan jendela di ruang tamu. 2. Pencahayaan Pada rumah pasien, pencahayaan masih kurang, karena cahaya yang masuk hanya berasal dari pintu rumah dan jendela ruang tamu yang dibuka. Kamar tidur pasien dan keluarga kurang mendapat cahaya matahari yang cukup karena tidak terdapat jendela yang bisa dibuka. 3. Kelembaban Rumah pasien kelembabannya sedang karena udara yang masuk terbatas dan pencahayaan juga kurang. 4. Sosial Pasien bekerja di pabrik. Pasien lebih sering berada di rumah, pasien jarang keluar ataupun mengikuti kegiatan sosial di masyarakat. 5. Masyarakat Keluarga pasien hubungan dengan tetangganya baik, dan hubungan dengan orang lain baik. Pasien tidak mengetahui teman sekitarnya ada yang terkena TB. 2.3 Data Perilaku

Pasien sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik. Pasien dapat beristirahat cukup, makan teratur, pasien makan sering memasak sendiri di rumah namun menu tidak memenuhi 4 sehat 5 sempurna. Memasak air dari sumur artretis dan bahan makanan dari pasar.

2.4 Data Akses Pelayanan yang Terdekat Akses pelayanan terdekat adalah Rumah Sakit Permata Medika dan Puskesmas Ngaliyan. Pasien biasanya berobat ke Puskesmas Ngaliyan

2.5 Data Genetika

Gambar 2.1. Data Genetika

Keterangan: : Ayah pasien : Ibu pasien : Pasien : Suami pasien

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Proses dan Masalah yang Diamati Pendekatan HL BLUM Lingkungan

Genetik

TB

Pelayanan Kesehatan

Perilaku

Gambar 3.1. Pendekatan HL BLUM

3.2 Uraian temuan temuan yang ada a. Perilaku Kurangnya pengetahuan mengenai masalah TB. Pasien sering tidur tanpa alas tikar ataupun kasur, langsung di lantai dengan kondisi lantai yang kurang bersih dan banyak debu Pasien membuang dahak sembarangan tempat Pasien tidak menggunakan masker dan ketika batuk dan bersin tidak menutup mulut Pasien kurang makan yang bergizi

b. Lingkungan Keadaan lingkungan rumah Kesadaran pasien tentang kebersihan lingkungan masih kurang, pekarangan rumah kurang bersih. Ventilasi dan pencahayaan rumah Penderita sudah memiliki ventilasi namun jendela tidak merata. Ini ditunjukan dengan penderita hanya memiliki jendela di ruang tamu yang terbuka. Pada bagian kamar dan ruangan yang lainnya ventilasi masih kurang sehingga udara didalam ruangan terasa pengap Sosial ekonomi Pasien bekerja di rumah sebagai buruh pabrik. Pasien lebih sering berada di pabrik, pasien jarang keluar ataupun mengikuti kegiatan sosial di masyarakat. Untuk biaya pengobatan menggunakan biaya sendiri.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa laporan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya TB pada kasus ini berdasarkan pendekatan HL Blum adalah : 4.1.1. Perilaku Kurangnya pengetahuan menganai masalah TB. Pasien sering tidur tanpa alas tikar ataupun kasur, langsung di lantai dengan kondisi lantai yang kurang bersih dan banyak debu Pasien membuang dahak sembarangan tempat Pasien tidak menggunakan masker dan ketika batuk dan bersin tidak menutup mulut 4.1.2 Pasien kurang makan yang bergizi Lingkungan Keadaan lingkungan rumah Kesadaran pasien tentang kebersihan lingkungan masih kurang, pekarangan rumah kurang bersih. Ventilasi dan pencahayaan rumah

Penderita sudah memiliki ventilasi namun jendela tidak merata. Ini ditunjukan dengan penderita hanya memiliki jendela di ruang tamu yang terbuka. Pada bagian kamar dan ruangan yang lainnya ventilasi masih kurang sehingga udara didalam ruangan terasa pengap Sosial ekonomi Pasien bekerja di rumah sebagai buruh pabrik. Pasien lebih sering berada di pabrik, pasien jarang keluar ataupun mengikuti kegiatan sosial di masyarakat. Untuk biaya pengobatan menggunakan biaya sendiri. Penghasilan yang didapatkan Rp.750.000 4.2. Saran 4.2.1. Untuk pasien o Membuka semua ventilasi di rumah sepanjang hari dan penambahan pada pencahayaan. o Minum obat secara teratur o Menjaga perilaku hidup bersih (menjaga kebersihan rumah, tempat makan, tempat tidur, pakaian, kamar mandi) o Tidak membuang dahak sembarangan tempat o Mengatur pola makan yang bergizi 4.2.2. Untuk Keluarga

Mengawasi minum obat Mengingatkan pasien untuk makan teratur dan istirahat cukup. Memotivasi keluarga untuk menjaga kebersihan rumah. Menambah ventilasi udara dan dibuka dari pagi sampai sore.

4.2.3. Untuk Puskesmas Agar lebih meningkatkan kegiatan kunjungan rumah yang dirasa efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai penyebab, akibat dan cara penanganan TB dan dampak buat lingkungan dengan cara penyuluhan.

BAB V PENUTUP

Demikianlah laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan pada penderita TB di Puskesmas Ngaliyan. Kami menyadari bahwa kegiatan ini sangat penting dan bermanfaat bagi para calon dokter, khususnya yang kelak akan terjun di masyarakat sebagai Health Provider, Decision Maker, dan Communicator sebagai wujud peran serta dalam pembangunan kesehatan. Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Zulkifli. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir dalam Indonesia: 2006. Departemen Departemen Kesehatan Kesehatan RI, RI, 2006, 1997, Pedoman Pedoman Nasional Nasional

Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Edisi ke-4.Jakarta : Ilmu Penyakit Dalam Universitas Penanggulangan Penanggulangan

tuberkulosis, Jakarta. tuberkulosis, Jakarta. Handayani S. Respon Imunitas Seluler pada Infeksi Tuberkulosis Paru . Pusat Penelitian Pemberantasan Penyakit, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta:2002. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13_ResponImunitasSeluler.html Hiswani. Tuberkolosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara: 2004. http://www.docstoc.com/docs/22184/695 Mansjoer, Arief, dkk, 2001, Tuberkulosis paru dalam Kapita Selekta Kedokteran, Media Asesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001, hal. 472-476. Nurhidayah I, Lukman M, Rakhmawati W. Hubungan antara karakteristik lingkungan rumah dengan kejadian tuberculosis.Bandung: Universitas Padjajaran:2007. Rusnoto, Pasihan Rahmatullah, Ari Udiono. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tb Paru Pada Usia Dewasa (Studi kasus di Balai Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit Paru Pati). Semarang : Universitas Diponegoro:2006. http://eprints.undip.a.id/5283

Lampiran Gambar 1. Rumah Bagian Depan

Gambar 5. Keadaan Kamar Mandi Gambar 2. Ruang Tamu Dan Saat

Wawancara Gambar 3. Keadaan Dapur Pasien

Gambar 6. Keadaan Rumah Bagian Belakang Gambar 4. Keadaan Kamar Pasien

You might also like