You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pada zaman yang semakin maju dan serba mutakhir seperti sekarang ini, khususnya dalam lingkungan perindustrian dan perkembangan teknologi yang sangat cepat, tentunya kebutuhan akan listrik mengalami peningkatan yang luar biasa. Maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan peningkatan pada pembangkit listrik yang telah ada, baik dalam peningkatan kapasitas produksi, pengelolaannya serta teknologi. Suatu sistem pembangkit secara garis besar terdiri dari pusat listrik hidro dan pusat listrik thermal. Kedua pusat listrik tersebut terinterkoneksi untuk melayani kebutuhan beban yang ada. Pada umumnya pusat listrik hidro menggunakan biaya yang lebih rendah dari pusat listrik thermal. Pusat listrik thermal juga menggunakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui seperti batu bara, minyak bumi, panas bumi dan lain-lain. Karena itu memerlukan pengoperasian yang optimal agar tidak ada energi yang terbuang percuma. Sistem SulselBar terdiri dari pusat listrik hidro dan thermal. Untuk

pembangkit hidro terdiri dari : 4 Pembangkit Listrik Hidro dan 3 Pembangkit Thermal yang terdiri dari 6 Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap dan 6 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel. Dalam perhitungan optimasi pembangkit ada beberapa cara yang dapat di lakukan, salah satunya dengan economic dispatch. Economic dispatch adalah pembagian pembebanan pada unit-unit pembangkit yang ada dalam sistem secara ekonomis. Dengan Economic dispatch maka akan di dapatkan biaya pembangkitan minimum terhadap produksi daya listrik yang dibangkitkan unit-unit pembangkit pada suatu sistem kelistrikan. Oleh sebab itu, saya mengajukan judul tugas akhir Studi Operasi Ekonomis Pembangkit Thermal Pada Sistem Tenaga Listrik di Sektor SulselBar

1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas maka masalah yang di rumuskan yaitu : bagaimana membuat optimasi penjadwalan unit pembangkit pada sistem SulselBar Metode pengoptimalan yang di gunakan adalah dengan economic dispatch.

1.3 Pembatasan Masalah 1. Pembahasan di lakukan pada unit pembangkit thermal yaitu PLTD dan PLTgU. 2. Penjadawalan operasi dari unit-unit economic dispatch. 3. Besar beban pada suatu periode dianggap sudah di ketahui dengan pasti yaitu dengan menggunakan data beban pada data beban harian. 4. Yang di perhitungkan hanya biaya bahan bakar yang langsung di pengaruhi oleh keluaran daya unit pembangkit yang di perhitungkan. Biaya untuk menjalankan ( start up ) dan menghentikan ( shut down ) unit-unit pembangkit tidak di perhitungkan. 5. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penulisan adalah menentukan operasi optimum yang ideal dari pembangkit thermal Sistem SulselBar dalam melayani beban agar di peroleh pemakaian biaya bahan bakar minimum dari sisi pembangkitan. pembangkit menggunakan metode

1.5 Manfaat Penelitian 1. Menambah ilmu pengetahuan dalam bidang teknik tenaga listrik tentang masalah optimasi penjadwalan unit pembangkit 2. Menambah ilmu pengetahuan tentang metode economic dispatch untuk menyelesaikan persoalan optimasi sistem tenaga listrik 3. Menambah referensi dibidang elektroteknik yang berhubungan dengan optimasi sistem tenaga listrik.

I. 6. Metodologi Penelitian 1 Mengobservasi lapangan, melihat permasalahan yang ada dan perumusan masalah. 2 Melakukan studi literatur melalui pengumpulan literatur-literatur yang berhubungan dengan penulisan tugas akhir ini. 3 4 5 6 Melakukan pengumpulan data. Melakukan pengolahan data yang diperoleh sehubungan dengan pembahasan. Mengevaluasi hasil pengolahan data. Melakukan penulisan berdasarkan data dan pengolahan data serta analisa data.

I.7. Sistematika Penulisan Tugas Akhir Bab I :Pendahuluan. Berisi latar belakang, tujuan, waktu dan tempat

pelaksanaan kerja praktek, pembatasan masalah, metode penulisan laporan dan sistematika penulisan. Bab II :Landasan teori berisi teori pendukung tugas akhir

Bab III :Metodologi penelitian Bab IV : Pembahasan. Berisi pembahasan dari data-data yang dikumpulkan di lapangan, Bab V :Penutup. Berisi kesimpulan dan saran dari laporan.

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem tenaga listrik secara umum terdiri dari Sistem pembangkit, Sistem transmisi, sistem distribusi kemudian dapat sampai ke konsumen. Suatu sistem pembangit yang ada haruslah mencukupi kebutuhan beban sistem. Apabila dua atau lebih pembangkit yang ada melayani beban dengan kapasitas total melebihi kebutuhan beban maka ada banyak cara untuk mengatur pembagian beban dari setiap unit-unit pembangkit tersebut. Dalam pengoperasian sistem yang optimal perlu mengacu pada suatu manajemen operasi yang baik terutama karena melibatkan biaya operasi yang besar. Khususnya untuk pembangkit thermal. Manajemen operasi yang baik harus mampu menyediakan tenaga listrik seekonomis mungkin dan tetap memiliki keandalan (Reability) dan ketersediaan (Available) yang tinggi. Sehingga untuk mencapai pengoperasian yang optimal dan ekonomis perlu adanya pengaturan sistem operasi yang mengkombinasikan pembangkit thermal dengan pembangkit hidro. 2.1 Optimasi unit pembangkit tenaga listrik Operasi ekonomis adalah proses pembagian atau penjatahan beban total kepada masing-masing unit pembangkit , seluruh unit pembangkit di control terusmenerus dalam interval waktu tertentu sehingga di capai pengoperasian yang optimal, dengan demekian pembangkitan tenaga listrik dapat dilakukan dengan cara yang paling ekonomis. Konfigurasi beban atau penjadwalan pembangkit yang berbeda dapat memberikan biaya yang berbeda pula, tergantung dari karakteristik masing-masing unit pembangkit yang dioperasikan. Permasalahan yang dihadapi pada jadwal kerja terdiri dari dua masalah yang saling berkaitan , kedua masalah itu adalah : 1) Economic dispatch, adalah pembagian pembebanan pada unit-unit pembangkit yang ada dalam sistem secara ekonomi. Dengan penerapan economic dispatch , maka akan di dapatkan biaya pembangkitan minimum 4

terhadap produksi daya istrik yang di bangkitkan unit-unit pembangkit pada suatu sistem kelistrikan. 2) Unit commitment, yaitu penentuan kombinasi unit-unit pembangkit yang bekerja dan tidak perlu bekerja pada suatu periode untuk memenuhi kebutuhan beban sistem pada periode tersebut dengan biaya ekonomis.

Perbedaan energi primer dan tingkat efisiensi menyebabkan biaya produksi masing-masing pembangkit menjadi berbeda. Sedangkan perbedaan karakteristik menyebabkan posisi pembangkit dalam mensupply beban sistem menjadi berbada. Secara garis besar ada 3 tipe pembangkit berdasarkan waktu beroperasinya, yaitu : Pembangkit listrik tipe base. Pembangkit tipe ini adalah pembangkit yang di gunakan untuk menyangga beban dasar yang konstan, di operasikan sepanjang waktu dan biasaya pembangkit ini memiliki waktu mula yang lama sehingga di pakai untuk memikul beban dasar Pembangkit tipe intermediate. Pembangkit tipe ini biasanya di gunakan sewaktu-waktu untuk menutupi lubang-lubang beban dasar pada kurva

beban. Memiliki waktu mula yang cepat. Pembangkit tipe peak. Pembangkit tipe ini hanya dioperasikan pada saat beban puncak. Pada umumnya pembangkit tipe ini memiliki keandalan yang cukup tinggi , namun tidak terlalu ekonomis untuk dioperasikan secara terusmenerus.

2.2 Karakteristik input-output pembangkit Untuk menganalisis permasalahan mengenai operasi dalam sistem tenaga, khususnya masalah operasi ekonomis, diperlukan dasar mengenai karakteristik inputouput dari suatu unit pembangkit thermal. Untuk karakteristik input dan output Karakteristik input output pembangkit termal adalah karakteristik yang

menggambarkan hubungan antara input bahan bakar (liter/jam) dan output yang dihasilkan oleh pembangkit (MW)..

Input pada pembangkit thermal berupa panas dari bahan bakar yang diberikan pada boiler untuk menghasilkan output pembangkit ( energi listrik ),dapat ditulis dengan n otasi H dengan satuan MBtu/h atau kalori/jam. Dapat pula dinyatakan dalam nilai uang yang menyatakan besarnya biaya yang di perlukan untuk bahan bakar,ditulis dengan notasi F dan satuan Rupiah/jam. Sedangkan output pembangkit adalah daya listrik (P) yang di keluarkan oleh generator untuk mensupply beban, diluar untuk keperluan pembangkit itu sendiri. Satuannya (MW). Untuk menggambarkan karakteristik input output dapat dilihat pada gambar 2.1 , yang menunjukkan karakteristik input-output suatu unit pembangkit tenaga uap yang ideal. Input unit yang ditunjukkan pada sumbu ordinat adalah kebutuhan energi panas (MBtu/jam) atau biaya total per jam (R/jam). Outputnya adalah output daya listrik dari unit tersebut. Karakteristik yang ditunjukkan adalah bentuk ideal sehingga tampak halus berupa kurva cembung.

Input H (MBtu/h) atau F(R/h)

Output P (MW) Gambar 2.2 Karakteristik Input-Output unit pembangkit thermal (ideal) Data karakteristik input-output biasanya diperoleh dari hasil perhitungan desain atau dari hasil pengukuran. Jika data yang digunakan adalah data dari hasil pengukuran maka akan diperoleh kurva yang tidak kontinyu (smooth). Unit pembangkit termal mempunyai batas kritis operasi minimum dan maksimum, batas 6

beban minimum umumnya disebabkan oleh kestabilan pembakaran dan masalah desain generator, sebagai contoh beberapa unit pembangkit termal tidak dapat beroperasi di bawah 30 % dari kapasitas desain.

2.3 Karakteristik Kenaikan Panas/Biaya Unit Pembangkit Thermal Kenaikan biaya produksi adalah perubahan biaya bahan bakar yang terjadi karena perubahan daya listrik yang dibangkitkanJika daya yang dibangkitkan bertambah sebesar P = P2-P1 maka diperlukan penambahan pada masukan sebesar F = F2-F1. Dengan kata lain bila keluaran unit pembangkit bertambah maka biaya bahan bakar turut bertambah pula. Perubahan jumlah bahan bakar yang terjadi karena perubahan keluaran, didefinisikan sebagai IFR ( Incremental fuel rate ), persamaannya adalah :

IFR

F P

Jika nilai
IFR dF dP liter MWh

Incremental fuel rate juga dapat dinyatakan dengan suatu kurva karakteristik, yaitu kurva laju kenaikan biaya bahan bakar atau Incremental fuel cost, yaitu dengan cara mengalikan IFR dengan biaya bahan bakarnya. IFC = IFR X Fuel Cost
rupiah MWh

Bentuk kurva karakteristik Incremental fuel cost sama dengan kurva karakteristik Incremental fuel rate. Kurva Karakteristik kenaikan panas/biaya dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Karakteristik Kenaikan Panas/Biaya Unit Pembangkit Thermal (Ideal) 2.4 Economic Dispatch Economic dispatch adalah pembagian pembebanan pada setiap unit pembangkit sehingga diperoleh kombinasi unit pembangkit yang dapat memenuhi kebutuhan beban dengan biaya yang minimum atau dengan kata lain untuk mencari nilai optimum dari output daya dari kombinasi unit pembangkit yang bertujuan untuk meminimalkan total biaya pembangkitan. Gambar 2.3 menunjukkan konfigurasi system yang terdiri dari N unit pembangkit thermal yang terhubung dengan 1 busbar yang melayani beban listrik, Pload. Input dari unit ini ditunjukan sebagai Fi mewakili biaya ( cost rate ) unit. Output unit ini Pi adalah daya listrik yang di bangkitkan oleh unit pembangkit thermal. Kendala penting dalam operasi system ini adalha jumlah daya output harus sama dengan kebutuhan beban. Secara matematis, ,masalah ini dapat dijelaskan secara singkat , yaitu fungsi objek FT adalah total biaya untuk memasok beban. Untuk meminimalkan biaya pembangkitan (FT) dengan kendala bahwa jumlah daya yang dihasilkan harus sana dengan beban yang diterima dengan catatan bahwa rugi transmisi diabaikan . maka persamaannya adalah : FT = F1 + F2 + F3 ++FN = FT Fi ( Pi )
i 1 N

dimana : 8

FT Fi(Pi) ai, bi, ci Pi n I

= total biaya pembangkitan (Rp). = fungsi biaya input-output dari pembangkit i (Rp/jam). = koefisien biaya dari pembangkit i. = output pembangkit i (MW) = jumlah unit pembangkit. = indeks dari dispatchable unit

Gambar 2.3 N pembangkit thermal yang melayani beban Pload Kendala optimasi ini dapat dipecahkan dengan menggunakan metode kalkulus lanjut yang berhubungan dengan fungsi Lagrange. Dalam menetapkan kondisikondisi yang diperlukan untuk suatu nilai ekstrim dari suatu fungsi objek , tambahkan fungsi kendala pada fungsi obektif setelah fungsi kendala dikalikan dengan bilangan yang belum diketahui. Hal ini disebut dengan fungsi lagrange, yang dapat dilihat pada persamaan : L = FT + Kondisi yang diperlukan untuk nilai ekstrim dari hasil fungsi objektif dapat dihasilkan ketika menggunakan turunan pertama dari fungsi lagrange dengan memperhatikan tiap variable independent dan set turunan sama dengan nol. Dalam kasus ini ada N + 1 variabel, Nilai N adalah daya keluaran, Pi ditambahkan dengan pengali lagrange , . 9

DAFTAR PUSTAKA

Sidarjanto , Operasi optimum system tenaga.pdf Ontoseno Penangsang. Pengoperasian optimum system tenaga listrik.pdf Optimasi dan karakteristik unit pembangkit.pdf Rusilawati, Ontoseno Penangsang, Adi Soeprijanto. Impelemntasi metoda taguchi untuk economic dispatch pada system IEEE 26 bus Maickel Tuegeh, Soeprijanto<Maudhi H.Poernomo. Modified Improved Particle Swarm Optimization For Optimal Generator Scheduling.pdf AP2B Sistem Sulawesi Selatan.htm /Daftar_pembangkit_listrik_di_Indonesia.htm Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik Prof. Dr. Ir. Nadjamuddin Harun, MS, BAHAN AJAR PERANCANGAN PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK

10

You might also like