You are on page 1of 10

Seri Buku Pintar Ekonomi Islam

Sejarah Ekonomi Islam Masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin

Team Pusat Riset dan Pengembangan Masyarakat Regional Jabodetabek Disusun oleh: Zaeni, LiSEnSi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kata Pengantar Sebagaimana kita ketahui bahwa Islam adalah agama yang tidak memisahkan antara pengetahuan dengan ritual ibadah. Wahyu pertama justru memerintahkan manusia untuk membaca dan memahami berbagai fenomena yang ada di sekitarnya. Manusia dilengkapi akal ebagai pemebda dengan makhluk lainnya dalam beraktifitas sehingga ia dipercaya menjadi khalifah di muka bumi. Ilmu yang merupakan hasil pemikiran manusia diibaratkan sebagai bangunan yang terus mengalami perkembangan. Setiap generasi akan selalu melakukan peneysuaian atas sebuah hasil pemikiran. Bisa dalam bentk perbaikan atas teori sebelumnya, menghapus, atau melahirkan satu kajian baru. Namun pada intinya, ilmu pengetahuan tidak mungkin terlepas dari sejarah pemikiran itu sendiri. Pun dalam ekonomi. Sebagaimana kita ketahui, peradaban yunani adalah peradaban tertua yang kita kenal dan telah menghasilkan buah pikiran yang gemilang. Hasil pemikiran ekonomi kita ketahui lantaran ada generasi selanjutnya yang melakukan pengembangan dengan disertai penghargaan atas sumber pengetahuan tersebut. Sikap mengabaikan akan sumber pengetahuan tersebut menjadi sesuatu perbuatan yang nista. Saat ini dapat kita lihat betapa konsep ekonomi telah mengabaikan prinsip kerja ilmu yang bersifat berkelanjutan dan terus mengalami penyempurnaan. Pemikiran ekonomi barat melakukan loncatan pengetahuan dengan menghdairkan pemikiran zaman yunani kuno (abad 4) menuju zaman skolastik (abad 13). Kita akan mengenal pemikiran Plato, namun tiba-tiba kita langsung dipertemukan dengan pemikiran Thomas Aquinas dari abad yang sangat berbeda. Menurut pemikir barat, rentang 7 abad dianggap sebagai abad tidak produktif, karena Eropa mengalami Dark Ages (Abad Kegelapan). Mengabaikan hasil pemikiran umat Islam yang justru pada saat itu sedang mengalami kejayaan. Ketika banyak pemikir Eropa yang ketakutan untuk menampilkan pengetahuan mereka karena ancaman gereja, justru umat Islam dibawah kekhalifahan haus akan ilmu pengetahuan dan berusaha mencari sumber literatur ilmu baik dari Yunani maupun negeri Timur. Lahirlah tokoh-tokoh pemikir Islam seperti Abu Yusuf, Ibnu Taymiyah, As Syabani, dan masih banyak lagi. Mereka tidak saja menjadi cendikiawan, namun juga disertai dengan rukhiyah dan akhlak yang terpuji. Saat Eropa begitu gagap dengan apa yang terjadi dengan dunia Islam, mereka pun belajar banyak hal dan akhirnya dapat mencapai Renaissance (Abad Pencerahan). Sayangnya, tidak seperti pada masa Islam yang sangat menghargai akan sumber pengetahuan, Eropa melupakan kontribusi besar pemikir Islam dalam mengembangkan ilmu ekonomi. Mempelajari sejarah tidak hanya berbicara tentang masa lampau. Berbicar sejarah adalah berbicara tentag asal-usul sehingga kita tidak menjadi generasi yang insomnia, lupa akan identitas dan kebanggaan kita sendiri. Dengan mempelajari sejarah pemikiran ekonomi Islam kita dapat menilai, membandingkan, dan akhirnya merekonstruksi pemikiran yang relevan sehingga sesuai dengan zaman kita saat ini.

Sebagian besar tulisan ini hanya berupa rangkuman dan pengantar atas buku-buku yang diperoleh penulis dari perpustakaan kampus. Penulis hanya meringkas dari buku-buku para founding father ekonomi Islam negeri kita. Sebagian besar tulisan dari karya Ustad Adiwarman Azwar Karim, Ibu Dr. Euis Amalia, dan beberapa tambahan tulisan dari beberapa rujukan penulis. Semoga Allah memberkahi mereka atas hasil buah pikirannya.Tulisan ini hanya bersifat rangkuman, karenanya bagi sahabat yang ingin mengetahui lebih dalam, bisa mencari buku-buku beliau. Ucapan terimakasih saya haturkan kepada FoSSEi Jabodetabek, dimana penulis mendapat amanah sebagai Koordinator Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat. Tak lupa pada sahabat-sahabat perjuangan di Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSENSi) UIN Jakarta. Karena disanalah perjuangan itu dimulai. Akhir Kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat terutama bagi sahabat-sahabat pejuang ekonomi Islam yang belum memiliki akses terhadap buku-buku yang ada. Ciputat, Januari 2012

Zaeni

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Secara garis besar, rangkuman ini membagi 2 Bab. Yang pertama adalah sejarah Perekonomian Umat Islam di awal pemerintahan Islam. Dan kedua adalah rangkuman singkat tentang para cendikiawan ekonomi Islam. Sejarah Ekonomi umat Islam diawali dengan sejarah kegiatan ekonomi fase rasulullah, kemudia berlanjut pada masa Khulafaur Rasyidin, dan akhirnya fase khalifah bani Umayyah, Abassiyah, dan seterusnya. Dengan mengetahui sejarah perekonomian Islam diharapkan dapat mengetahui berbagai prilaku dan kebijakan ekonomi selama masa awal Islam. Dan dengan mengetahui para cendikiawan Islam, diharapkan dapat mengetahui asal muasal pemikiran dan lingkungan yang mempengaruhinya. Tak lupa diharapkan dapat dijadikan teladan bagi kita semua. a. Fase Ekonomi Masa Rasulullah Dalam sirah nabawi, kita ketahui bahwa periode mekah adalah tahapan dimana Rasulullah lebih menguatkan kondisi akidah umat. Sehingga pembangunan ekonomi dan masyarakat terhambat. Dan Yastrib menjadi pilihan hijrah demi tegaknya Islam. Hanya dalam waktu yang sangat singkat, Rasulullah berhasil membangun masyarakat Islam. Beberapa kebijakan yang dilakukan pertama kali dan menjadi grand strategi luar biasa saat itu adalah: 1. Membangun Masjid Rasulullah menyadari bahwa masjid adalah sentra kegiatan masyarakat yang sangat dibutuhkan. Disana adalah sarana bagi umat yang baru tumbuh untuk meningkatkan ikatan silaturahmi antar umat. Masjid juga mejadi tempat bermusyawarah, baitul mal, pelatihan juru dakwah, dan penyemaian ilmu. Masjid menjadi kebutuhan urgen saat itu. Dampak ekonomi jelas bisa kita dapatkan. Aktivitas sholat lima waktu akan mendatangkan banyak orang dari penjuru Madinah. Maka jalan-jalan baru dibangun yang pada akhirnya akan melahirkan pasar baru karena menjadi lokasi strategis dalam berdagang. Aktivitas masjid benar-benar menjadi fondasi awal pembangunan masyarakat. 2. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar Pada saat hijrah, kaum Muhajirin meninggalkan segala harta kekayaan yang dimilikinya di Mekah. Saat mereka datang ke Madinah, mereka tidak membawa bekal yag mencukupi untuk memulai kehidupan baru. Maka, Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Hubungan antara kaum Muhajirin dan Anshar melebihi hubungan darah. Karenanya Rasulullah memerintahkan kaum Ansah untuk berbagi hartanya dengan kaum Muhajirin. 3. Membuat Piagam Madinah Sebelum kedatangan Rasulullah, Madinah kerap dipenuhi pertikaian antara kabilah. Kondisi yang dipenuhi pertikaian tentunya menyebabkan instabilitas politik dan ekonomi. Perlu dilakukan kontrak sosial dalam rangka menumbuhkan stabilitas dan

mencapai kemakmuran. Maka dibuatlah Piagam Madinah sebagai konstitusi umat bersama antar kabilan dan umat lain. 4. Meletakan dasar sistem keuangan negara Setelah stabilitasi direngkuh, maka mulai diperlakukanlah berbagai pungutan dalam rangka membangun negara. Hal ini tidak pernah dibayangkan sebelumnya dimana negeri gersang di Hijaz dapat berpola pikir demikian. Mulai diberlakukanlah sistem keuangan yang sesuai dengan Quran. Jika bertentangan maka akan dihapus. B. Sistem Ekonomi Secara garis besar, sistem Ekonomi Islam memiliki prinsip-prinsip pokok sebagai berikut: a. Allah adalah pengasa tertinggi dan pemilik absolut seluruh alam semesta b. Manusia hanyalah khalifah di Allah SWT di muka bumi, bukan pemilik yang sebenarnya c. Semua yang dimiliki dan didapatkan manudia adalah atas rahmat Allah Swt. Oleh karena itu, manusia yang kurang beruntung memiliki hak atas kekayaan saudaranya. d. Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun e. Eksploitasi ekonomi,termasuk riba, harus dihapuskan segala bentuknya f. Menerapkan warisan sebagai bentuk distribusi kekayaan yang mengeliminasi berbagai konflik Individu. g. Menetapkan berbagai bentuk sedekah baik yang bersifat wajib ataupun sukarela terhadap para individu pemilik harta kekayaan yang banyak untuk membantu para anggota masyarakt yang tidak mampu. C. Keuangan dan Pajak Pada awal-awal deklarasi Madinah, tidak ada secara khusus mengatur berbagai kebutuhan negara. Dimana setiap pengeluaran ditanggung oleh Rasulullah dan para sahabat. Setiap kali kedatangan para delegasi, yang kebanyakan orang miskin, Rasulullah selalu menyuruh Billal bin Rabbah untuk memberi mereka makanan dan pakaian. Pasca fathul makkah, jumlahnya semakin banyak. Tentara pun belum berbentuk formal dan di gaji. Siapa yang memiliki fisik kuat, mereka harus ikut dan akan mendapatkan ghanimah/rampasan perang. 1. Sumber-sumber pendapatan negara a. Ghanimah, yaitu harta rampasan perang. Namun yang menjadi milik negara hanya seperlima atau lebih dikenal dengan istilah Khums. Khums ini diperuntukan bagi keluarga Rasul dan kesejahteraan umum. Sementara yang empat perlima diperuntukan bagi mereka yang telah berperang. b. Zakat, di masa awal kaum muslim hanya diwajibkan membayar zakat fitrah bagi setiap muslim. Besarannya 1sha kurma,tepung, keju lembut,atau kismis. Atau setengah sha gandum. Baru pada tahun ke-9 hijriah, diberlakukan zakat mal. c. Tebusan tawanan perang Dimasa pada saat perang badar, banya tebusan yang diperoleh oleh kaum muslim. Setiap kepala diminta 4.000 dirham. Bagi yang miskin diminta untuk mengajari anak muslim membaca. d. Tanah Bani Nadhir

Dimana mereka telah melakukan penghianatan. Mereka diminta untuk keluar dari Madinah namun menolak. Hingga akhirnya mereka dikepung dan menyerah. Tanah yang mereka miliki harus ditinggalkan. Mereka hanya membawa harta seadanya. Rasulullah membagi hara tersebut kepada kaum Muhajirin dan dua orang Anshar yang miskin, Sahal bin Hanif dan Abu Dujanah. Sementara Muhairik adalah rabbi Bani Nadhir yang masuk Islam yang menjadi wakif pertama dalam sejarah karena menyerahkan tujuh kebunnya untuk Rasulullah. e. Kharaj/Pajak Tanah Non Muslim Pada tahun ketujuh hijriah, Khaibar berhasil dikuasai oleh umat muslim. Penduduknya menetang dan memerangi umat muslim. Tanah mereka menjadi tanah milik umat muslim. Mereka bersedia takluk namun meminta agar mereka tidak dikeluarkan dari tanah tersebut. Penduduk Khaibar adalah penduduk yang terampil dalam mengelola tanah. Rasulullah menerima tawaran mereka untuk mengelola kebun dan membaginya menjadi dua bagian antara mereka dan pemilik tanah. f. Jizyah Yaitu pajak yang dikenkan pada non-muslim dewasa. Besarnya adalah 1 dinar per tahun. Pajak ini tidak berlaku bagi perempuan, anak-anak, pengemis, orang tua,dan semua yang sakit tetap. Iuran inin menjadi jaminan keamanan bagi kaum non-muslim. g. Ushr Ada dua jenis ushr. Ada Ushr untuk istilah pajak tanah yang dimiliki oleh kaum Muslim (Pajak Tanah bagi non-muslim Kharaj). Dan Ushr untuk pajak perdagangan sebagai bea impor atas barang-barang yang masuk wilayah muslim. Pajak ini dikenakan atas barang bernilai lebih dari 200 dirham. Besar tarif bagi kafir Zimmi adalah 5%. Sementara bagi umat muslim adalah 2,5%. Walaupun di masa selanjutnya Rasulullah banyak melakukan perjanjian pembebasan Usrun bagi berbagai suku demi mempercepat akselarasi pertumbuhan. h. Lain-lain yang tidak signifikan, seperti: Khumz atas rikaz (harta karun), Amwal Fadhilah (warisan tanpa ahli waris), Wakaf, Nawaib (Pajak darurat bagi orang kaya), Fitrah, dan Kafarat. Secara ringkas adalah sebagai berikut Dari Kaum Muslim 1. Zakat Mal 2. Ushr Pertanian (510%) 3. Ushr Perdagangan (2,5%) 4. Zakat Fitrah 5. Wakaf 6. Amwal Fadhal 7. Nawaib 8. Sedekah lain 9. Khums Dari Kaum Non- Muslim 1. Jizyah 2. Kharaj 3. Ushr Perdagangan (5%) Umum 1. 2. 3. 4.

Ghanimah Fai Uang Tebusan Pinjaman dari kaum Muslim dan NonMuslim 5. Hadiah dari pemimpin atau delegasi

2. Sumber-sumber pengeluaran negara Pada masa Rasulullah proses pencatatan tidak terlalu semodern saat ini. Pada saat itu jumlah orang yang menerti administrsi sangat sedikit. Dan lagipula, setiap kali ada pemasukan, Rasulullah akan langsung membagikannya pada yang berhak. Jadi, tidak terlalu tercatat. Berikut adalah beberapa pengeluaran di masa Rasulullah:: Primer Sekunder a. Biaya pertahanan seperti a. Bantuan untuk yang belajar agama di persenjataan, unta, dan persediaan Madinah b. Penyaluran zakat dan Ushr pertanian b. Hiburan untu delegasi keagamaan langsung diberikan pada mereka c. Hiburan untuk utusan dari berbagai yang berhak (8 Asnaf) termasuk para negara dan biaya perjalanan mereka pemungut pajak d. Hadiah untuk pemerintah negara c. Pembayaran gaji untuk wali, Qadi, lain Muadzin, dan pejabat lainnya e. Pembayaran untuk memerdekakan d. Pembayaran upah sukarelawan budak muslim e. Pembayaran utang negara f. Pembayaran denda bagi mereka f. Bantuan untuk musafir yang tidak sengaja terbunuh oleh pasukan kaum mulslimin g. Pembayaran utang orang yang meninggl dalam keadaan miskin h. Pembayaran tunjangan untuk orang miskin i. Tunjangan untuk sanak saudara Rasulullah j. Pengeluaran untuk rumah tangga rasulullah (Kecil, setiap istri 80 butir kurma dan 80 biji gandum) k. Persediaan darurat 3. Baitul Mal Adalah suatu konsep keuangan publik pertama di dunia. Mengingat pada saat itu Raja-raja kafir menjadikan harta yang dikumpulkan dari rakyatnya dianggap sebagai milik pribadi. Padahal, dalam Islam, kekuasaan hanyalah sebuah amanah dimana kita wajib mempertanggungjawabkannya dengan memberikan kesejahteraan pada rakyat. Hasil pajak yang Rasulullah kumpulkan itu harus dikumpulkan terlebih dahulu baru kemudian diberikan pada mereka yang berhak. Harta tersebut bukanlah milik pribadi pejabat. Adapun mereka diperbolehkan menggunakannya sekedar keperluan yang ia dan keluarga butuhkan. Baitulmal pada saat itu belum memiliki tempat khusus. Hanya bergabung dengan masjid Nabawi. Beberapa binatang pun tidak diikat disana. Hanya saja beberapa barang dari madinah dikumpulkan disana dan kemudian disebarkan.

b. Fase Khulafaur Rasyidin 1. Masa Abu Bakar Ciri khas dari masa pemerintahan Abu bakar yang hanya 2 tahun ini adalah sebagai berikut:

a. Pasca kematian Rasulullah SAW, banyak kaum yang menjadi murtad, nabi palsu, dan pembangakangan atas zakat. Mereka beralasan bahwa mereka hanya setia pada Rasul maka ketika beliau wafat, maka selesai pula perjanjian itu. Karenanya, Abu Bakar memerangi mereka dengan yang disebut Perang Riddat (Perang Melawan Kemurtadan). b. Pada masa Abu Bakar juga mulai dilakukannya kegiatan ekspansi ke utara mengingat pada masa itu Romawi dan Persia mulai menjadi ancaman dalam perkembangan Islam. Walaupun misi itu belum terlaksana hingga beliau wafat. c. Pada awalnya, Abu Bakar hanya mendapat tunjangan dirham setiap harinya ditambah daging domba dan pakaian biasa. Namun ternyata kebutuhan itu tidak mencukupi eluarganya, sehingga di masa ini tunjangan khalifah di naikan menjadi 2000 atau 2500 dirham , atau menurut riwayat lain 6000 dirham per tahun. Namun menjelang beliau wafat, ia kesulitan untuk mendapatkan pendapatan negara. Akhirnya ia kembali menjual sebagian besar tanahnya untuk diserahkan pada negara. Sementara, dia juga meminta faslitas yang selama ini dia dapatkan dari baitulmal diserahkan pada pengganti selanjutnya. d. Abu Bakar pun sangat memperhatikan zakat. Ia sangat perhitungan dalam mencegah terjadinya kurang bayar atau lebih bayar zakat, sehingga ia akan mengembalikan sisanya. Misalkan jika muzzaki yang awalnya harus membayar satu ekor unta usia 1 tahun, namun pemiliknya hanya memiliki yang 2 tahun, maka petugas zakat diperintakan untuk membayar senilai 1 tahunnya. e. Pada masa ini, baitulmal tetap langsung mendistribusikan setiap pemasukan yang diperoleh. Dalam pembagian harta baitul mal, Abu Bakar menerapkan prinsip kesamarataan dimana setiap sahabat mendapatkan jumlah yang sama dalam harta. Karena menurutnya, keutamaan dalam keimanan, Allah Swt yang menggnajarnya, sementara dalam kebutuhan hidup, semua sama. 2. Masa Umar bin Khattab Umar bin Khattab telah dipilih ketika Abu Bakar Shiddiq sudah mengalami kepayahan dan semua umat muslim menyetujuinya. Beliau menggelari diri dengan Khalifah Khalifati Rasulillah (Pengganti dari pengganti Rasulullah). Umar juga menggelarinya dengan sebutan Amirul Mukminin atau komandan para mukmin. Pada masanya, pasukan Islam telah berhasil menaklukan banyak wilayah, yaitu Syam (Palestina, Damaskus), Mesir, serta seluruh wilayah kerajaan Persia (termasuk Irak). Karenanya, Umar bin Khattab mendapatkan julukan Saint Paul of Islam. Karena wilayah yang begitu luas, makam Umar bin Khattab meniru sistem administrasi seperti persia, dimana wilayah Islam dibagi menjadi 8 provinsi. Mekkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Dibentuk pula jawatan kepolisian dan tenaga kerja. Berikut secara ringkas kebijakan di masa Umat bin Khattab: a. Pada masa ini, baitul Mal menjadi lembaga yang permanen dan reguler. Jika sebelumnya Rasulullah hanya mencetuskan dan Abu Bakar meneruskan, saat ini Baitul Mal lebih dikelola secara profesional. Baitul Mal ini dipeloori karena Abu Hurairah membawa Kharaj hingga 500.000 dirham. Maka dibangunlah bangunan Baitul Mal secara terpisah dan permanen di Madinah serta diseluruh provinsi.

Bahkan di Mesir, Baitul Mal telah mengumpulkan dana hingga 2 juta dinar dan di Sawad mencapai 200 juta dinar. b. Pengeluaran negara tidak lagi langsung dihabiskan, namun dikeluarkan secara bertahap bahkan mulai menerapkan asas surplus untuk cadangan. c. Dana yang besar tersebut tidak serta merta melahirkan keserakahan Tunjangan bagi khalifah hanya 5000 dirham ditambah pakaian dan tunggangan di musim haji.Bahkan Umar pernah meminjam dana baitul mal untuk kebutuhan pribadinya. d. Pada masa ini, harta zakat dan usr pertanian tetap diperuntukan bagi kaum 8 asnaf. e. Pejabat baitul mal tidak bertanggung jawab terhadap gubernur, ia bertanggungjawab terhadap pemerintah pusat. Maka eksekutif tidak boleh mengintervensi baitul mal. f. Pada masa ini dibentuk beberapa departemen, yaitu: Departemen Pelayanan militer, Departemen Kehakiman dan Eksekutif, Departemen Pendidikan dan Pengembangan Islam, dan Departemen Jaminan Sosial g. Untuk pertama kalinya dalam sejarah dunia, seluruh rakyat mendapatka tunjangan dari negara. Dimana setiap warga negara mendapatkan tunjangan, makanan, dan pakaian. Prinsip yang digunakan adalah keutamaan, yaitu didasarkan pada seberapa besar mereka itu andil dalam perjalanan Islam. Maka bagi kalangan Muhajirin akan mendapatkn bagian yang lebih baik dari penduduk negeri taklukan. Sesungguhnya hal ini pernah diprotes oleh Hakim bin Hizam, karena menyebabkan para pedagang Hijaz menjadi malas dan mengganggu perekonomian. Dan saat itu, Khalifah menyadari kekeliruannya dalam mendistribusikan keuangannya sehingga sangat ingin merubahnya jika ia masih memiliki umur. Namun beliau wafat sebelum merubahnya. h. Kepemilikan tanah menggunakan prinisp kharaj, sehingga tidak dibagi-bagikan kepada umat muslim. Tanah itu juga dikelola oleh mereka yang ahli, sehingga lebih produktif. Perampasan tanah tanpa mempertimbangkan produktifitasnya adalah bentuk perampasan hak publik. Bagi tanah-tanah yang tidak dikelola akan diambil alih oleh negara. i. Ushr atau pajak perdagangan di masa ini dikembangkan bagi pedagang kafir harbi (negeri yang tidak tunduk pada umat muslim) sebesar 10%. j. Sedekah non-Muslim, disini hanya Bani Taghlib Kristen yang membayar karena mereka ikut berperang dengan gagah berani. Mereka enggan membayar Jizyah karena merasa gengsi dan bukan musuh islam sendiri. Karenanya mereka boleh membri sedekah dua kali lipat dengan syarat tidak membaptis anak mereka. Anak-anak mereka diberi kebebasan untuk agama yang mereka anut. 3. Masa Utsman bin Affan (12 tahun) Masa khalifah Utsman hanya meneruskan kebijakan masa Umar, namun, di masa ini telah terjadi ekspansi yang begitu besar. Selain itu, juga dibetuk armada laut untuk menguasai mediterania. Walaupun jumlahnya sangat mahal. Dimasa kekhalifahan ini, dibuat irigasi air dan penguatan administrasi negara. Selain itu, ada banyak pergantian pejabat demi peningkatan pemasukan baitul mal. Masa itu juga

dipelopori menjadikan masjid sebagai tempat membagikan makanan bagi kaum miskin dan musafir. Pembagian tunjangan bagi masyarakat mengikuti prinsip keutamaan dibanding kesamarataan. Utsman meninggal terbunuh dalam intrik politik mengingat banyak yang menganggap beliau bersikap nepotisme dengan mengangat saudara-saudaranya sebagai pejabat negara. 4. Masa Ali bin Abi Thalib (6 Tahun) Pada masa ini telah dibuat SOP administrasi oleh Malik Asther bin Haris. Beliau membatalkan perjanjian Sawad yang sebelumnya dibuat di masa Umar bin Khattab. Menghukup koruptor. Dan mengambil alih perkebunan kolega Ustman yang diberikan Utsman sebelumnya. Pembagian tunjangan bagi rakyat dilakukan setiap hari kamis dan administrasi tuntas dihari sabtu. Instabilitas politik yang begitu tinggi di masa ini menyebabkah hanya bertahan 6 tahun saja.

You might also like