You are on page 1of 22

ABSES SUBMANDIBULA

Mulika Ade Fitria N 20070310064

STATUS PASIEN
Nama : Ny. S. A. Umur : 26 tahun Alamat : Kemiri 1/6 Boto, Bancak, Semarang Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Agama : Islam Tgl masuk: 4 April 2013 No. RM : 13-14-23xxxx

Anamnesis
Keluhan Utama : benjolan dibawah rahang kiri RPS : Pasien datang ke Poli THT atas konsulan dari dokter Sp.RM. Pasien merasakan
terdapat benjolan dibawah rahang sebelah kiri sejak 3 MSMRS. Pasien juga mengeluhkan susah untuk membuka mulut (0,5 cm), demam (-), nyeri pada leher (+), makan (-), minum (+), sesak nafas (-), nyeri menelan (-), perut terkadang terasa perih dan sedikit mual. Benjolan muncul setelah pasien cabut gigi geraham terakhir pada rahang bawah, benjolan terasa panas. Sebelum dicabut, gigi sudah lubang sejak lama, pernah ditambal tetapi 1 tahun terakhir tambalan lepas dan tidak dibawa ke dokter lagi. 1 minggu sebelum dicabut, gigi geraham terakhir sering nyeri dan berbau busuk dan tidak diberi obat apapun. 2 H setelah cabut gigi, pasien merasakan susah untuk membuka mulut, nyeri menelan (+) dan tidak merasakan terdapat benjolan pada bawah rahang kiri. 1M setelah cabut gigi, merasakan terdapat benjolan, dirasakan semakin lama semakin membesar, teraba keras dan mulut semakin susah untuk dibuka akan tetapi masih dapat minum, makan (-), nyeri menelan (+), nyeri pada leher (+), demam (+) tidak terlalu tinggi, sesak nafas (-) dan kemudian pasien kontrol ke dokter gigi dan diberi obat tetapi lupa namanya. Dokter gigi akhirnya konsul ke Sp. RM untuk dilakukan fisioterapi. 2 hari setelah fisioterapi dan kontrol ke dokter gigi, pasien tidak mengalami perbaikan akan tetapi merasakan semakin nyeri pada daerah lehernya, demam (+), makan dan minum (-), terasa lemes dan benjolan di bawah rahang tetap besar dan keras. 2 hari kemudian pasien merasakan seperti menelan darah dan terasa asin serta benjolan dibawah rahang agak mengecil tetapi mulut tetap susah untuk membuka, demam berkurang, nyeri pada leher menjadi berkurang. Saat menelan darah tersebut dimuntahkan oleh pasien dan cairan seperti nanah. 1 M setelah itu, pasien kembali kontrol ke fisioterapi dan akhirnya di konsulkan ke THT.

RPD : Mengalami riwayat penyakit yang sama


sebelumnya (-), sering mengalami nyeri pada gigi akibat gigi berlubang, terdapat 3 gigi lain yang berlubang dan sudah ditambal bersamaan pada saat cabut gigi, hipertensi (-), DM (-), riwayat alergi (-), sakit telinga, hidung dan tenggorok sebelumnya (-), riwayat maag (+).

RPK : Mengalami penyakit yang serupa (-), riwayat


hipertensi (+) pada ayah, DM (-), riwayat alergi(-).

Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
Nadi : 72 x/menit RR : 20 x/menit TD : 100/60 mmHg S : 36 C

Status Interna : dalam batas normal

Status THT :
Dextra TELINGA Auricula Liang Telinga Discharge Serumen Membran timpani HIDUNG Deformitas Cavum nasi Discharge Konka inferior Septum nasi TENGGOROK Tonsil Uvula Dinding faring posterior Dinding buccal Normotia Lapang (-) (-) Utuh (-) Lapang (-) Eutrofi Deviasi (-) T1 Tengah SDE normal Sinistra Normotia Lapang (-) (-) Utuh (-) Lapang (-) Hipertrofi, pucat(-) Deviasi (-) T1 Tengah SDE Terdapat desakan dari luar, hiperemis.

Status Lokalisata :
Leher bagian sinistra : terdapat benjolan pada angulus mandibula, angulus tidak teraba, ukuran 4x3cm, teraba keras, hangat, terfiksir, nyeri tekan dan hanya dapat membuka mulut 0,5 cm.

Pemeriksaan Penunjang Laboratorium : tgl 4 April 2013


AL: 7,8 x 103/L AE : 3,99 x 103/L Hb : 11,9 g/dl HT : 35,1 % MCV : 87,9 FL MCH : 29,8 Pg MCHC : 33,9 g/dl AT : 320 x 103/L GDS : 104 Ureum : 18 Creatinin: 0,5 SGOT : 14 SGPT : 11 HbsAg : Negatif

Tgl 5 April 2013


AL : 7,9 x 103/L AE : 4,42 x 103/L Hb : 13,2 g/dl HT : 39 % MCV : 88,2 FL MCH : 29,9 Pg MCHC: 33,8 g/dl AT : 374 x 103/L LED I : 73 LED II : 86 GDS : 199 Ureum: 25 Creatinin: 0,5 SGOT : 11 SGPT : 13

Radiologi

Diagnosis :

Abses Submandibula
Penatalaksanaan :
Edukasi : posisi tidur Tredelenburg. Inf. RL 20 tpm Inf. Aminofluid 1flabot/hari Inj. Ceftriaxon 2x1gr Inj. Metronidazol 3x500mg Inj. Metil Prednisolon 2x125mg Inj. Ranitidin 2x1A Inj. Ketorolac (k/p)

ABSES SUBMANDIBULA
DEFINISI Terbentuknya abses pada ruang potensial di regio submandibula Merupakan bagian dari abses leher dalam. Mulai jarang dijumpai karena kesehatan mulut dan penggunaan antibiotik meningkat. ANATOMI
Fasia Servikalis dibagi 2 Superfisial Profunda - Superfisial - Media - Profunda

Ruang Potensial Leher dibagi menjadi 3 yaitu :


Ruang yang melibatkan sepanjang leher - ruang retrofaring
- ruang bahaya - ruang supravertebra

Ruang suprahioid
- ruang submandibula - ruang parafaring - ruang parotis - ruang mastikor - ruang peritonsil - ruang temporalis.

Ruang infrahioid
- ruang pretrakeal

Ruang Submandibula
Terdiri dari ruang sublingual, submaksila dan submental. M. Milohioid memisahkan ruang sublingual, submental dan submaksila Ruang sublingual bagian anterior dibatasi mandibula, inferior dibatasi m. Milohioid, superior dibatasi oleh dasar mulut dan lidah, posterior dibatasi oleh tulang hioid. Ruang submental di anterior dibatasi oleh fasia leher dalam dan kulit dagu, di bagian lateral oleh venter anterior m. digastrikus, di bagian superior oleh m. milohioid, di bagian inferior oleh garis yang melalui tulang hioid Ruang maksila bagian superior dibatasi oleh m. milohioid dan m. hipoglossus. Batas inferiornya adalah lapisan anterior fasia leher dalam, kulit leher dan dagu. Batas medial adalah m. digastrikus anterior dan batas posterior adalah m. stilohioid dan m. Digastrikus posterior.

ETIOLOGI
Infeksi dapat bersumber dari gigi (61%), dasar mulut, faring, kelenjar limfe submandibula. kelanjutan infeksi dari ruang leher dalam lain. Sebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh campuran berbagai kuman, baik kuman aerob (Stafilokokus, Streptococcus sp), anaerob (kelompok batang gram negatif, seperti Bacteroides), maupun fakultatif anaerob.

PATOGENESIS
Beratnya infeksi tergantung dari virulensi kuman, daya tahan tubuh dan lokasi anatomi.

Penyebaran abses leher dalam dapat melalui beberapa jalan yaitu limfatik, melalui celah antara ruang leher dalam dan trauma tembus.

GEJALA KLINIS

Pada abses submandibula didapatkan pembengkakan pada regio mandibula, disertai rasa demam, nyeri tenggorok dan trismus.

DIAGNOSIS
Anamnesis
Riwayat infeksi gigi, infeksi daerah mulut, faring dan daerah leher. Asimetri leher, trismus, nyeri leher, sesak nafas.

Pemeriksaan Fisik
tanda peradangan pada daerah benjolan.

Pemeriksaan Penunjang
Rontgen soft tissue leher melihat pembengkakan jaringan lunak Rontgen thorax mengetahui komplikasi (pneumothoraks,
pneumomediastinum)

CT Scan mngetahui lokasi dan perluasan abses leher dalam Darah rutin melihat tanda infeksi Pemeriksaan kultur dan resistensi kuman mengetahui jenis
kuman dan antibiotik yg sesuai

Analisa gas darah menilai adanya sumbatan jalan nafas

KOMPLIKASI Dapat menjalar ke ruang leher dalam lainnya, mengenai struktur neurovaskular (arteri karotis, vena jugularis interna dan n. X) Penjalaran infeksi ke daerah selubung karotis dapat menimbulkan erosi sarung karotis atau menyebabkan trombosis vena jugularis interna. Dapat meluas ke tulang menimbulkan osteomielitis mandibula dan vertebra servikal. Dapat juga terjadi obstruksi saluran nafas atas, mediastinitis, dehidrasi dan sepsis.

TERAPI
antibiotik dosis tinggi
Tes kepekaan kuman dan resistensi antibiotik sementara dg antibiotik untuk kuman aerob dan anaerob evakuasi abses Incisi abses dilakukan setinggi os hyoid atau tempat plg berfluktuasi.

PEMBAHASAN
Anamnesis didapatkan benjolan pada bawah rahang kiri, mulut susah untuk membuka, demam(-), makan dan minum(-), nyeri leher dan menelan, sesak nafas(), perut terasa mual dan perih, terdapat riwayat infeksi gigi.

Pemeriksaan fisik pada mucosa buccal sinistra terdapat desakan dari luar, hiperemis, tonsil T1-T1. pada leher bagian bawah rahang sinistra tidak teraba angulus mandibula, terdapat benjolan yang terfiksir dengan ukuran 4x3cm, nyeri tekan, teraba panas, hiperemis dan trismus 0,5 cm.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan LED yang meningkat tanda infeksi, radiologi : soft tissue leher terdapat pembengkakan jaringan lunak yang mendesak jalan nafas tetapi trakea tidak menyempit dan pada thoraks dalam batas normal.

TERAPI
Edukasi : posisi tidur Tredelenburg posisi tidur kepala lebih rendah daripada kaki untuk menghindari dari aspirasi abses Inf. RL 20 tpm Inf. Aminofluid 1flabot/hari pengganti makanan Inj. Ceftriaxon 2x1gr antibiotik spektrum luas untuk kuman aerob Inj. Metronidazol 3x500mg antibiotik untuk kuman anaerob Inj. Metil Prednisolon 2x125mg anti inflamasi Inj. Ranitidin 2x1A untuk mengatasi nyeri perut Inj. Ketorolac (k/p) sebagai analgesik

TERIMA KASIH

You might also like