You are on page 1of 3

Kepempinan Komunikasi Bennis dan Nanus membuat daftar keterampilan-keterampilan komunikasi sebagai salah satu dari lima strategi

kepemimpinan yang mereka identifikasi. Kepempinan transaksional maupun kepempinan transformasional membutuhkan keterampilanketerampilan komunikasi yang baik. Apa yang unik bagi perilaku transformasional adalah keterampilan untuk berfokus pada perhatian dan menggamblangkan gagasan-gagasan yang kompleks dengan menggunakan berbagai metafora. Sebagai contoh, almarhum laksamana Grace Hopper berada dalam tim yang merencanakan dan membuat komputer pertama. Sesungguhnya, Hopper adalah orang yang memberi istilah bugs untuk masalah pada komputer. Komputer generasi pertama berukuran sangat besar; diperlukan ruangan yang sangat luas untuk menempatkannya. Komputer ini tidak menggunakan transistor; alasannya, transisor belum ditemukan pada saat itu. Komputer ini dijalankan denan menggunakan tabung vakum model lama. Kawat-kawat logam halus/konduktor berpijar dan menarik perhatian serangga-serangga pada saat musim panas sehinga mengakibatkan terjadinya hubungan pendek. Itulah yang membuat Hopper menamakan masalah ini sebagai bugs pada komputer. Sekarang kita menerapkan metafora ini untuk semua permasalahan yang terjadi pada komputer. Meskipun istilah ini menjadi sangat umum, banyak orang tidak mengetahui dari mana istilah dimaksud berasal. Segera setelah Perang Dunia II berakhir, Sir Winston Churchill berpidato di salah satu perguruan tinggi di Amerika untuk menjelaskan pengambilalihan Eropa Timur oleh Rusia pasca perang, dia menggunakan sebuah metafora yang menarik. Dia menyebutkan,Tirai besi telah mendarat turun di sepanjang Eropa kontinen. Sejak runtuhnya Unisoviet kita jarang mendengar istilah Tirai Besi. Namun sejak tahun 1940-an hingga awal tahun 1990-an , istilah tersebut sdah menjadi bagan pembicaraan sehari-hari. Hopper dan Churchill, seperti kebanyakan pemimpin transformasional, terampil menciptakan dan menggunakan berbagai metafora. Mereka menggunakan metafora untuk membuat ide-ide kompleks menjadi konkret dan membuat para pengikutnya senang karena pesan-pesan yang mereka sampaikan.

Kepempinan yang Kredibel Kepempinan ini merupakan kategori perilaku karena sifat dasar kepercayaan seringkali membingungkan. Dalam pandangan kami, kepercayaan berarti menjadi lebih yakin akan tindakan-tindakan seseorang, sekarang dan dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, kepercayaan akan mengurangi ambiguitas dan ketidakpstian. Kepercayaan membuat kita merasa lebih nyaman dan aman dalam hubungan kita dengan seseorang yang kita percayai. Tindakan-tindakan yang konsisten akan membangun kepercayaan. Sebagai contoh, konsistensi antara apa yang kita ucapkan dan apa yang kita lakukan akan mengurangi ketidakpastian lagi bagi orang lain. Ini akan membuat mereka percaya kepada kita. Mengembangkan rasa percaya membutuhkan konsistensi antara kata dan perbuatan (atau

sesuatu yang dilakukan). Sebaliknya, ketika seseorang memberitahu Anda untuk melakukan seperti yang saya katakan, bukan seperti yang saya lakukan, anda cenderung untuk tidak mempercayai orang itu. Para pemimpin transformasional juga memperlakukan orang dengan konsisten. Sebagai contoh, mereka menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain, apakah teman itu atau orang asing. Konsistensi mengkehendaki agar bertindak dengan cara yang sama, dari waktu ke waktu, dan memberikan pesan yang tetap. Kredebilias menuntut seseorang melakukan apa yang dikatakannya. Hal ini berarti memegang teguh janji dan memenuhi komitmen. Dengan kata lain, para pemimpin membangun kredebilitas dengan berterus terang. Dengan perilaku yang konsisten, tindakantindakan kredibel para pemimpin akan secara kontinu meningkatkan kapasitas. Banyak orang mengalami keraguan dalam situasi-situasi yang tidak pasti dan ambigu. Para pemimpin transformasional, dengan tindakan-tindakannya yang konsisten dan kredibel mengurangi kegelisahan itu lewat rasa percaya.

Kepemimpinan yang Peduli Para pemimpn transformasional menunjukan bahwa mereka peduli terhadap orang. Hal ini mencakup rasa hormat bahkan lebih jauh daripada itu. Peduli berarti menghargai keterampilan-keterampilan dan kemampuan-kemampuan khusus individu lain. Para pemimpin yang peduli juga memastikan bahwa orang orang yang di pimpin merasa terlibat, dan merupakan bagian dari kelompok atau organisasi. Dan tentu saja, pemimpin-pemimpin ini juga menghargai adanya perbedaan-perbedaan pada setiap individu.

Menciptakan Berbagai Peluang Bennis dan Nanus menyebut strategi ini kepempinan beresiko dan penempatan diri secara strategis. Mereka melihat hal ini mencakup suatu keinginan untuk memberdayakan orang lain dengan cara-cara yang dilihat beberapa pengamat sebagai hal yang berbahaya bagi pemimpin. Mereka mengunakan sebuah contoh negatif sebagai ilustrasi atas pendapat mereka, berkenaan dengan Karl Wallenda, seorang pejalan di kabel tinggi, dengan rombongan sirkusnya. Untuk berbagai alasan, Wallenda tidak mengizinkan para anggota sirkusnya untuk memasang dan memeriksa peralatan-peralatan kerja mereka. Selama ini Wallenda melakukan hal itu sendiri, pemasangan, pengecekan dan pengecekan ulang. Dia benar-benar tidak dapat mempercayai siapa pun; risikonya terlalu besar. Walaupun demikian, hal ini terlalu banyak untuk dikerjakan oleh satu orang saja. Akhirnya, Wallenda gagal mengamankan satu kabel terakhir dia terjatuh dan meninggal. Risiko yang dimaksud oleh Bennis dan Nanus mungkin terlampau berisiko bagi pengamat-pengamat luar. Namun, pemimpin transformasional tidak melihat tindakan mereka itu sebagai hal yang beresiko. Hal itu terjadi karena mereka tidak hanya sekedar membuat bawahannya untuk bertanggng jawab atas tugas yang sulit atau berbahaya, dan berharap para bawahannya akan berhasil. Sebaliknya, mereka malah merancang kesempatan-kesempatan

bagi orang lain untuk bertanggung jawab dan memegang kontrol atas pekerjaan mereka sendiri. Istilah kunci di sini adalah rancangan Artinya, seseorang pemimpin transformasional yakin bahwa bawahannya memiliki pengetahuan, keterampilan dan sumber daya untuk melaksanakan pekerjaan itu dan mengerjakan dengan benar. Jika para bawahannya membutuhkan pertolongan, pemimpin selalu bersedia untuk melakukannya. Namun, pemimpin tidak pernah membuat bawahan kelihatan buruk atau merasa di abaikan, jika mereka meminta bantuan kepada pemimpinnya. Seorang pengamat dari luar mungkin masih berfikir risiko bisa terjadi di sana. Bagimanapun, pemimpin mengetahui bahwa di sana tidak ada risiko yang nyata, sebab para bawahan telah disiapkan untuk sukses. Menciptakan peluang-peluang untuk sukses sangat penting karena ia menghasilkan para bawahan yang berwenang, yang menjadi percaya pada dirinya, dan yakin atas kemampuan dirinya.

You might also like