You are on page 1of 2

MERS MERS (Middle East Respiratory Syndrome) Pada September 2012, WHO menemukan jenis coronavirus yang baru

yaitu Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). Diidentifikasi di daerah middle east (Saudi Arabia, Qatar, Jordan, UEA), Eropa (UK, France, Italy), dan Tunisia. Gejala umumnya adalah acute, serious respiratory illness disertai demam, batuk, dyspnea. Kebanyakan pasien menderita pneumonia. Sekitar dari pasien yang menderita MERs meninggal. Virus menyebar dengan close contact dengan penderita. Pasien dengan gejala acute respiratory infection dan punya history travel dari daerah middle east dalam 14 hari harus dicurigai menderita MERS. Coronaviruses Pertama kali diisolasi dari pasien yang menderita common cold pada tahun 1965. Ada 3 coronavirus yang baru dideteksi : Severe acute respiratory syndrome (SARS)-associated coronavirus pada tahun 2003, coronavirus NL63 pada tahun 2004 dan HKU1 pada tahun 2005. Diklasifikasikan menjadi 3 grup : - Grup 1 terdiri dari : HCoV-229E dan HCoV-NL63 - Grup 2 : HCoV-OC43 dan HCoV-HKU1 - Grup 3 : SARS-CoV Outer envelope terdiri dari club-shaped peplomers karena memiliki glycoprotein S yang berbentuk seperti paku panjang. Glycoprotein ini berperan dalam receptor binding dan cell fusion dan merupakan target utama dalam menetralkan antibody. Structural protein lainnya adalah : M (matrix) protein, E(envelope) protein, dan N(nucleocapsid) protein. Juga ada HE(hemagglutininesterase) glycoprotein. Masuk via endocytosis dan membrane fusion. Epidemiology. Infeksi corona virus terjadi diseluruh dunia. Lebih banyak terjadi pada musim gugur, dingin, dan awal musim semi. Epidemic SARS awalnya terjadi di China pada November 2002. Pathogenesis. Menyebabkan common cold, menginfeksi ciliated epithelial cells pada nasopharynx. Viral replication menyebabkan kerusakan dari ciliated cells dan induksi chemokine dan interleukin yang akhirnya menyebabkan common cold symptom yang mirip dengan rhinovirus. Virus bisa ditemukan pada respiratory tract dalam 2-3 minggu, dan titer peak sampai 10 hari setelah systemic illness. Pulmonary pathology terdiri dari pembentukan hyaline membrane, deskuamasi pneumocyte di alveolar space, dan interstitial infiltrate yang terdiri dari lymphocyte dan mononuclear cell. Sering juga terlihat adanya giant cells. Clinical manifestation. Setelah masa inkubasi sekitar 2-7 hari (range, 1-10 hari), SARS biasanya muncul dengan gejala sistemik yaitu demam yang disertai malaise, headache, myalgia, dan 1-2 hari batuk nonproductive dan dyspnea. Sekitar 25% pasien ada yang mengalami diare. Chest x-ray menunjukkan adanya infiltrate, meliputi patchy area of consolidation, terutama di daerah peripheral dan lower lung field. Pada kasus yang lebih parah, fungsi respirasi bisa memburuk pada minggu kedua dan menjadi adult respiratory distress syndrome (ADRS) dan multiorgan dysfunction. Masa inkubasi lebih lama dibanding rhinovirus,dan jumlah nasal discharge lebih banyak dibandingkan rhinovirus infection. Laboratory finding and diagnosis. Adanya lymphopenia, pada 50% kasus dan terutama menyerang CD4+T cells tapi juga melibatkan CD8+T cells dan NK cells. Total WBC bisa normal atau sedikit turun dan thrombocytopenia bisa terjadi karena progress penyakit. Juga terjadi peningkatan serum level aminotransferase, CK, dan lactate dehydrogenase. Virus bisa tumbuh dari sampel yang diinokulasi ke Vero E6 tissue culture cells. Rapid diagnosis dengan PCR. Serum antibodies dideteksi dengan ELISA atau immunofluoroscece dan hampir semua pasien bisa dideteksi antibody nya adalam 28 hari setelah onset of illness.

Treatment. Tidak ada specific terapi. Bisa menggunakan ribavirin namun hanya sedikit efeknya. Karena ada keterlibatan immunopathology dalam penyakit ini, maka disarankan untuk menggunakan glucocorticoid. Supportive therapy untuk menjaga paru dan system organ lainnya. Prevention. Tidak bepergian ke daerah endemic

You might also like