You are on page 1of 10

TAUHID

Makalah Ini Dibuat Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah


Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :
Kelompok VI

AMAL JAMALUDIN 200846500087


HENDY PERMANA 200846500101
AGUS JUNIANTO 200846500113
RIAN PUTU RUSSO 200846500132

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA (UNINDRA) PGRI
JAKARTA
2008
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Èβρ߉ç7÷èu‹Ï9 žωÎ) }§ΡM}$#uρ £Ågø:$# àMø)n=yz $tΒuρ

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyaat [51] :56)
Dalam ayat diatas jelas, apa maksud Allah swt menciptakan manusia kecuali
hanya untuk beribadah/menyembah kepadaNya. Tapi masih banyak diantara
kita mengaku bahwa Allah swt itu adalah zat yang Esa dan tidak ada Tuhan
selain Allah, tapi masih menyembah pada hal-hal selain Allah. Maka dari itu
penulis menulis makalah itu, yang akan lebih jelas lagi tentang hakikat Tauhid
akan dijelaskan pada bab selanjutnya, agar kita semua terhindar dari perbuatan
Syirik (menyekutukan Allah).

B. Perumusan Masalah
Adapun hal-hal yang akan kami bahas dalam masalah yang sangat
pokok dalam Islam ini adalah sebagai berikut :
1. Definisi Tuhan
2. Definisi Tauhid
3. Macam - Macam Tauhid
4. Siapa, Mengapa & Untuk Apa Allah itu Esa
5. Penerapan Tauhid Dalam Kehidupan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Tuhan
Dilihat dari sudut perbandingan agama, Tuhan ialah Sesuatu, Apa
atau Siapa yang dipentingkan sedemikian rupa oleh manusia, sehingga ia
membiarkan dirinya dikuasai oleh yang dipentingkannya itu1.
Yang dipentingkan oleh manusia itu bermacam-macam, tetapi secara
garis besar dapat dikatakan bahwa yang dipentingkan dan diinginkan manusia
itu ialah Harta, Tahta, Wanita (Seksualitas), Kemerdekaan, Ilmu Pengetahuan,
Nama yang populer, Pujian dan yang sejenisnya, yang semuanya itu bisa
dikategorikan sebagai hawa nafsu dari manusia. Tetapi dalam Al Qur’an Allah
memperingatkan manusia agar tidak menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya (QS. Al Jatsiah {45} : 23).
Dan juga agar kita terhindar dari dosa syirik karena termasuk
menyekutukan (menduakan) Allah, Syirik ialah Memperlakukan sesuatu
selain Allah sama dengan Allah, dalam hal-hal yang merupakan hak khusus
bagi-Nya2. Karena Syirik adalah termasuk dalam dosa besar, sebagaimana
telah dijelaskan dalam QS. An Nisa {4} : 48

tΒuρ 4 â!$t±o„ yϑÏ9 y7Ï9≡sŒ tβρߊ $tΒ ãÏÿøótƒuρ ϵÎ/ x8uŽô³ç„ βr& ãÏÿøótƒ Ÿω ©!$# ¨βÎ)

∩⊆∇∪ $¸ϑŠÏàtã $¸ϑøOÎ) #“uŽtIøù$# ωs)sù «!$$Î/ õ8Ύô³ç„

1
Zainuddin S. Nainggolan, Inilah Islam : Falsafah dan Hikmah Ke Esaan Allah, (Jakarta :
Kalam Mulia, 2007), Cet. ke 4, h. 46.
2
Syaikh Muhammad At Tamimi, Kitab Tauhid, (Jakarta : Darul Haq, 2000), Cet ke 4, h. 27

3
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa Syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (Syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya”

B. Definisi Tauhid
Tauhid dalam bahasa Arab adalah Mashdar dari Wahhada Yuwahhidu
Tauhid, yang artinya : menjadikan satu, meninggalkan dan meniadakan
bilangan darinya.
Sedangkan Tauhid dalam istilah Syar’I adalah meniadakan yang
setara bagi zat Allah, dalam sifat dan perbuatan-Nya, serta menafikan sekutu
dalam menuhankan dan menyembah-Nya3.

C. Macam - Macam Tauhid


Tauhid itu ada beberapa bagian, yaitu 4 :
1. Tauhid Rububiyyah
2. Tauhid Uluhiyyah
3. Tauhid Asma’
4. Tauhid Shifat
Tauhid Rububiyyah berasal dari kata Rabb yang darinya dibentuk kata
Rububiyyah yang berarti : Mencipta, memberi rizki, memiliki, menguasai,
mengatur, memperbaiki dan mendidik. Dan karena Allah adalah Rabb
yang hak bagi alam semesta, maka Dia sajalah yang khusus dengan ke-
Tuhan-an tanpa yang lain. Wajib mengesakan-Nya dalam ke-Tuhan-an,
dan tidak menerima sekutu bagi-Nya dalam ke-Tuhan-an.

3
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2006).
4
Ibid

4
Tauhid Uluhiyyah, adalah mengesakan Allah swt dalam perbuatan
penghambaan. Tauhid ini sebagai manifestasi dari Tauhid Rububiyyah.
Artinya, jika seseorang telah mengakui akan ke-Tuhan-an Allah swt ia
harus berbakti, taat dan beribadah kepada-Nya. Bentuk dari Tauhid
Uluhiyyah adalah mengesakan Allah swt dalam niat, mendekatkan diri
(Taqarrub), berdo’a, nadzar, qurban, mengharapkan sesuatu (raja’), senang
dan takut, Tawakkal dan kembali.
Tauhid Asma’ dan Shifat adalah Mengesakan Allah swt dengan
mempercayai sifat-sifat dan namanya yang telah dijelaskan dalam Al
Qur’an.

D. Siapa, Mengapa dan Untuk Apa Allah Itu Esa


Ditinjau dari sudut sebab alam semesta adalah bagian dari apa yang
ada, yang dapat diterima oleh akal. Apa yang ada dapat diterima oleh akal
menurut falsafah dibagi tiga macam, yaitu 5 :
1. Mukminul Wujud
2. Mustahil Wujud
3. Wujud Yang Wajib Ada Dengan Sendirinya
1. Mukminul Wujud
Mukminul Wujud adalah segala sesuatu yang bermula dari tidak ada,
kemudian menjadi ada. Sesudah itu dapat kembali tidak ada. Demikian
Mukminul Wujud itu berada dalam 4 keadaaan, yaitu :
a. Mukminul Wujud dalam keadaan tidak ada atau belum ada.
b. Mukminul Wujud dalam keadaan ada atau pasti ada.
c. Mukminul Wujud dalam keadaan kembali tidak ada.
d. Mukminul Wujud dalam keadaan ada terus atau kekal abadi.

5
Zainuddin S. Nainggolan, Inilah Islam : Falsafah dan Hikmah Ke Esaan Allah, (Jakarta :
Kalam Mulia, 2007), Cet. ke 4, h. 3.

5
Manusia, hewan, bumi, alam semesta semuanya bermula dari tidak
ada, kemudian menjadi ada, sesudah itu kembali menjadi tidak ada. Seperti
manusia, hewan, tumbuhan kembali ke tanah. sedangkan yang bersifat
kekal seperti ruh dan malaikat.

2. Mustahil Wujud
Mustahil Wujud adalah segala sesuatu yang tidak mungkin wujud,
yang tidak mungkin terjadi menurut akal, seperti gajah bertelur dan air
mengalir ke atas. Akal tidak mungkin menggambarkan hakikat Mustahil
Wujud yang sebenartnya, baik dalam pikiran maupun luar pikiran.
Mustahil Wujud tidak mungkin menciptakan sesuatu, seperti seekor gajah
yang berasal dari telur gajah, tentu tidak mungkin menciptakan sesuatu,
karena dirinya sendiri tidak ada. Oleh karena itu akal mewajibkan bahwa
yang menciptakan alam semesta ini tentu wujud yang diluar Mukminul
Wujud dan Mustahil Wujud.

Mengapa Allah Itu Esa


Keesaan Tuhan berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan Esa-Nya.
Akal mewajibkan Tuhan (Allah) itu Esa wujud-Nya, Esa Zat-Nya, Esa Sifat-Nya dan
Perbuatan-Nya Esa6.
1. Tuhan (Allah) itu Esa Wujud-Nya
Maksudnya, Allah itu satu-satunya wujud yang Wajibul Wujud, (satu-
satunya wujud yang wajib ada dengan sendirinya), dan sumber dari segala
sumber. Kepada-Nya segala sesuatu bersandar, dan tidak ada segala sesuatu
yang menyerupai dan setara dengan-Nya (QS. Al Ikhlas {112} : 1 – 4).

6
Ibid h. 8

6
2. Tuhan (Allah) itu Esa Zat-Nya
Maksudnya, zat Tuhan itu tidak terbagi dan tidak tersusun dari
beberapa unsur. Jika zat-Nya terbagi, tentu ada zat yang membaginya. Ini
tidak dapat diterima oleh akal, sebab Zat yang membagi lebih berhak
dikatakan Tuhan dari pada zat yang dibagi.
Apa akibatnya jika Tuhan tersusun dari beberapa Zat asal (Unsur
Tuhan)? Menurut Hasbullah Bakry7, hal ini mengakibatkan adanya
pembagian tugas/wewenang, ini menunjukkan lemahnya Tuhan. Apa akibat
kalau Tuhan itu tersusun dari beberapa Zat Asal (unsur). Berkenaan dengan
ini Allah telah berkali-kali menyatakan Tuhan itu tidak beranak, bukan
Ibu/Bapak yang mempunyai anak (QS. Al Ikhlas {112} : 3).

3. Tuhan (Allah) itu Esa Sifat-Nya


Allah itu Esa sifat-Nya berarti semua sifat-Nya pada dasarnya adalah
sama, tidak ada pertentangan diantara Sifat-Sifat-Nya (antara satu sifat dengan
sifatnya yang lain).

4. Tuhan (Allah) itu Perbuatan-Nya Esa


Esa perbuatan-Nya berarti perbuatan Allah atau sunnatullah itu sama
pada dasarnya, beda perinciannya, sepanjang zaman dan dimana saja.
Maksudnya perbuatan Allah itu isi atau substansinya adalah sama tidak
berubah zaman dan dimana saja, karena sunnatullah itu bersifat universal
hanya beda perinciannya.
Perbuatan-Nya unik berarti perbuatan Allah itu lain dari yang lain,
tidak sama dengan perbuatan makhluk-Nya, khususnya tidak sama dengan
perbuatan manusia, sebagai makhluk yang paling baik.

7
Ibid h. 10

7
Perbuatan manusia selalu berubah sesuai dengan daya ciptanya.
Manusia mencipta sesuatu mulai dari sesuatu yang sederhana, meningkat,
maju dan terus maju dan akhirnya bisa menjadi rumit nampaknya bagi
seseorang yang bukan bidang keahliannya. Sedangkan perbuatan Allah
(sunnatullah) tidak demikian. Sebab perbuatan Allah atau sunnatullah baik
yang tidak tertulis maupun yang tertulis itu Esa sifatnya.

E. Penerapan Tauhid Dalam Kehidupan


Dalam agama Islam kedudukan manusia itu sama derajatnya. Inilah
konsekuensi pertama dari jiwa Tauhid. Perbedaan diletakkan hanya ketaatan
dan ketaqwaan kepada Allah, adapun pangkat, kedudukan bahkan ketinggian
ilmu pengetahuan tidak bisa menjadi alasan untuk menganggap diri seseorang
lebih tinggi dari orang lain. Dengan kata lain manusia tidak boleh sombong
terhadap orang lain, karena kesombongan hanyalah hak Allah semata8.

8
Ibid, h. 63

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Tuhan ialah Sesuatu, Apa atau Siapa yang dipentingkan sedemikian rupa
oleh manusia, sehingga ia membiarkan dirinya dikuasai oleh yang
dipentingkannya itu.
2. Tauhid menurut bahasa Arab berarti : menjadikan satu, meninggalkan dan
meniadakan bilangan darinya, sedangkan Tauhid menurut istilah Syar’I
adalah meniadakan yang setara bagi zat Allah, dalam sifat dan perbuatan-
Nya, serta menafikan sekutu dalam menuhankan dan menyembah-Nya.
3. Macam-macam Tauhid antara lain Tauhid Rububiyyah, Tauhid
Uluhiyyah, Tauhid Asma’, Tauhid Shifat.

B. Saran
Setelah membahas makalah ini diharapkan mahasiswa serta umat
Islam mengetahui dengan jelas makna hakikat dari Tuhan dan Tauhid,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam perbuatan sehingga terhindar dari
perbuatan syirik kepada Allah swt.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nainggolan, Zainuddin, Dr., Prof., Inilah Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2007)
At Tamimi, Syaikh Muhammad, Kitab Tauhid, (Jakarta : Darul Haq, 1999)
Mujib, Abdul, Dr., Prof., Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2006)

10

You might also like