You are on page 1of 3

Jerami Dapat Mensubstitusi Pupuk KCl?

Jerami mengandung hara K yang cukup tinggi karena 80% K yang diserap tanaman padi berada dalam jerami. Karena itu, pengembalian jerami ke tanah sawah dapat menyediakan sebagian hara K sehingga mengurangi takaran pupuk KCl. Cara tersebut bermanfaat mempertahankan kesuburan tanah.

elangkaan pupuk yang telah berlangsung beberapa musim di beberapa daerah dikhawatirkan dapat menurunkan produksi beras nasional. Oleh karena itu, perlu upaya memanfaatkan bahan organik yang ada di lokasi setempat ( in situ ) seperti jerami. Limbah panen padi ini dapat memasok sebagian kebutuhan hara K sehingga mengurangi takaran pupuk KCl, di samping mampu meningkatkan kesuburan tanah. Kalium merupakan salah satu hara utama yang dapat menjadi pembatas peningkatan produksi padi. Pupuk KCl sebagai sumber K harganya cukup mahal sehingga sebagian petani tidak lagi menggunakan pupuk KCl.

Jerami padi merupakan satusatunya sumber K yang murah dan mudah tersedia di lahan sawah. Setiap 5 ton jerami mengandung K setara dengan 50 kg KCl. Sekitar 80% K yang diserap tanaman padi berada dalam jerami. Oleh karena itu, mengembalikan jerami ke tanah sawah dapat memenuhi sebagian hara K yang dibutuhkan tanaman. Sebagian besar tanah sawah di pantura Jawa memiliki kadar bahan organik sangat rendah (Corganik <2%). Kondisi ini antara lain disebabkan petani tidak mengembalikan jerami ke tanah, menanam padi secara terus-menerus, mengangkut semua hasil panen keluar, serta menggunakan pupuk anorganik tanpa disertai pupuk

organik. Kadar bahan organik sangat mempengaruhi produktivitas padi sawah; makin rendah kadar bahan organik, makin rendah produktivitas lahan. Tanah miskin bahan organik akan menurunkan daya sangganya terhadap pupuk sehingga efisiensi pupuk anorganik berkurang karena sebagian besar pupuk hilang dari lingkungan perakaran. Fungsi fisika bahan organik/ jerami adalah: (1) memperbaiki struktur tanah karena dapat mengikat partikel tanah menjadi agregat yang mantap, (2) memperbaiki distribusi ukuran pori tanah sehingga daya pegang air (water holding capacity ) tanah meningkat dan pergerakan udara (aerasi) di dalam tanah menjadi lebih baik, dan (3) mengurangi fluktuasi suhu tanah. Fungsi kimia bahan organik yang penting adalah: (1) meskipun mengandung sedikit unsur hara, pupuk organik dapat menyediakan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe; (2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, dan (3) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam seperti Al, Fe, dan Mn, sehingga logam-

logam tersebut tidak meracuni tanaman. Fungsi biologis jerami adalah sebagai sumber energi dan makanan bagi mikroba dan mesofauna tanah. Dengan bahan organik yang cukup tersedia, aktivitas organisme tanah dapat memperbaiki ketersediaan hara, siklus hara, dan pembentukan pori mikro dan makro tanah.

Kandungan Hara Jerami Petani telah lama memanfaatkan jerami sebagai pupuk organik. Namun dengan adanya pupuk anorganik berkadar hara tinggi seperti urea, SP36, dan KCl, pupuk organik makin ditinggalkan. Di beberapa lokasi, sebagian jerami dibakar atau diangkut keluar lahan untuk pakan ternak, bahan baku kertas atau budi daya jamur. Jerami padi mengandung hara K 1,75-1,92%, tergolong tinggi di antara hara makro lainnya. Selain hara K, jerami padi dapat menyumbang hara N, P, S, dan hara mikro. Pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah menyebabkan sebagian hara hilang, seperti C, N, P, K, S, Ca, Mg dan hara mikro. Rata-rata pembakaran mengakibatkan kehilangan hara C 94%, N 91%, P 45%, K 75%, S 70%, Ca 30%, dan Mg 20% dari total kandungan hara tersebut dalam jerami.

Petani biasanya membakar jerami di lahan sawah untuk mengejar waktu tanam, dan pengomposan jerami untuk mempercepat penguraian bahan organik (inzet).

Pengelolaan Hara K dan Rekomendasi Pemupukan Pengelolaan hara K pada tanah sawah tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan bahan organik. Penggunaan bahan organik akan mempengaruhi rekomendasi dan takaran pupuk K. Tanah sawah yang tidak mendapat bahan organik memerlukan pupuk N, P, dan K lebih tinggi dibanding yang mendapat bahan organik, baik berupa jerami maupun pupuk kandang. Pemberian jerami yang dianjurkan adalah 5 t/ha. Jumlah tersebut dapat dihasilkan lahan sawah dengan tingkat hasil gabah 5 t/ha.

Tanaman padi varietas unggul dengan tingkat hasil 5 t gabah kering panen/ha memerlukan pupuk K 156 kg K2O/ha. Jika pada waktu panen seluruh gabah dan jeraminya diangkut ke luar sawah maka akan terjadi pengangkutan hara dalam jumlah banyak, terutama K2O yang banyak terkandung dalam jerami. Bila hanya gabahnya yang diangkut ke luar dan jeraminya dikembalikan ke tanah sawah, pengangkutan K2O akan menurun. Pemupukan K juga perlu memperhatikan status hara K dalam tanah. Tanah sawah dengan kandungan K sedang sampai tinggi tidak memerlukan pupuk K, karena kebutuhan hara K tanaman padi dapat dipenuhi dari K tanah, air pengairan, dan jerami. Berdasarkan Permentan No. 40/Permentan/ OT.140/4/2007, rekomendasi pupuk KCl untuk tanah sawah berstatus K rendah adalah 100 kg KCl/ ha, dan untuk K sedang sampai tinggi 50 kg KCl/ha. Bila jerami dikembalikan ke lahan sawah maka jumlah pupuk KCl untuk tanah sawah dengan status K rendah dapat menurun menjadi 50 kg KCl/ha dan yang berstatus K sedang sampai tingggi tidak perlu dipupuk K. Pemberian jerami 5 t/ha dapat mensubstitusi hara setara 50 kg KCl dan 20 kg urea/ha. Mengingat penting-

nya bahan organik bagi kesuburan tanah maka pengelolaan hara harus dilakukan secara terpadu dengan memberikan pupuk anorganik dan bahan organik atau pupuk organik, antara lain jerami.

Jerami Memperbaiki Kesuburan Tanah dan Meningkatkan Hasil Pemberian jerami pada tanah sawah dapat memperbaiki sifat biologi, kimia, dan fisika tanah sawah. Pengembalian jerami ke tanah dapat memperlambat pemiskinan K dan Si tanah. Berdasarkan penelitian, pembenaman jerami 5 t/ha/ musim selama 4 musim pada tanah sawah kahat K dapat mensubstitusi keperluan pupuk K dan memperbaiki kesuburan tanah sehingga hasil pun meningkat. Setelah 4 musim tanam, jerami dapat meningkatkan kadar C organik, K dapat ditukar, Mg dapat ditukar, KTK tanah, Si tersedia, dan stabilitas agregat tanah. Apabila dihitung dalam hektar, sumbangan hara dari jerami setara dengan 170 kg K, 160 kg Mg, 200 kg Si, dan 1,7 ton C organik/ha. Pada lahan sawah dengan pola tanam padi-palawija, pengembalian jerami penting untuk memperbaiki sifat fisik tanah, antara lain mening-

katkan stabilitas agregat tanah dan memperbaiki struktur tanah sawah yang memadat akibat penggenangan dan pelumpuran secara terus-menerus. Tanah menjadi lebih mudah diolah dan cukup baik untuk pertumbuhan akar tanaman palawija yang ditanam setelah padi. Pada tanah Latosol Cicurug Sukabumi dengan tingkat kesuburan tanah cukup baik, pemberian jerami selama 6 musim meningkatkan hasil padi dan efisiensi pupuk N dan P. Pemupukan urea 200 kg/ha dan TSP 150 kg/ha + 5 ton jerami menghasilkan gabah sekitar 7 t/ha. Pengembalian jerami 5 t/ha disertai pupuk N, P, K dan dolomit meningkatkan hasil gabah hingga 40% (1,7 t/ha) pada lahan sawah intensifikasi di Sumatera Barat. Pengembalian jerami yang dikombinasikan dengan pupuk kandang 5 t/ha meningkatkan hasil padi sekitar 1,0 t/ha. Pemberian jerami ke tanah sawah dalam jangka panjang tidak hanya bermanfaat untuk mempertahankan kandungan unsur hara makro dan mikro dalam tanah, tetapi juga meningkatkan kesuburan dan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta efisiensi pemupukan.

Kendala Aplikasi Jerami Anjuran untuk mengembalikan jerami ke tanah sawah menemui beberapa kendala. Umumnya petani membakar jerami karena beberapa alasan, antara lain mengejar waktu tanam. Bila indeks pertanaman tiga kali, petani tidak cukup waktu untuk mengomposkan jerami. Teknologi pengelolaan jerami yang tepat perlu dikembangkan. Jerami sebaiknya tidak langsung dikembalikan ke sawah pada musim tanam berikutnya, tetapi ditunda dahulu selama satu musim tanam agar jerami melapuk secara alami. Jerami dikumpulkan di bagian pinggir petakan sawah atau di tempat lain dan dibiarkan melapuk secara alami. Penumpukan jerami selama satu musim tanam akan mengurangi luas areal tanam. Namun, keuntungan pengembalian jerami ke tanah sawah akan mengkompensasi masalah berkurangnya areal tanam, seperti takaran pupuk yang perlu diberikan berkurang, meningkatkan produksi, dan memperbaiki kesuburan tanah. Penggunaan jerami segar sebagai pupuk dapat menghambat pertumbuhan tanaman terutama pada

awal pertumbuhan karena adanya persaingan pengambilan hara dengan mikroba. Cara ini juga mengganggu lingkungan karena dapat terbentuk gas metana serta asamasam organik. Bila jerami ingin segera dikembalikan ke lahan sambil menunggu pengolahan tanah pertama, jerami dapat dikomposkan dan diaplikasikan bersamaan dengan pengolahan tanah ke dua. Pelapukan jerami dapat dipercepat dengan teknik pengomposan yang mudah, cepat, dan murah. Untuk mempercepat proses pengomposan dapat digunakan dekomposer (inokulan mikroba), baik yang dibuat sendiri berupa mikroba lokal atau membeli dekomposer di pasaran ( Wiwik Hartatik ) .

Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Balai Penelitian Tanah Jalan Ir. H. Juanda No. 98 Bogor 16123 Telepon : (0251) 8 3 3 6 7 5 7 Faksimile : (0251) 8 3 2 1 6 0 8 E-mail : soil-ri@indo.net.id

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 31, No. 1 2009

You might also like