You are on page 1of 32

Proposal Karya Tulis ilmiah HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN POLA MENSTRUASI PADA MAHASISWI DIII KEBIDANAN SEMESTER

VI AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA 2013

Disusun oleh : Nama Kelompok :

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Diah Ayu Isnain Ramadani Wahyu Hartanti Anik Ida Purwati Putri Eka Savitri Novianti Yuliana Sasmita Yulianingsih

(110034) (110049) (110080) (110096) (110124) (110166)

AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA 2013

LEMBAR PERSETUJUAN Proposal Karya Tulis ilmiah HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN POLA MENSTRUASI PADA MAHASISWI DIII KEBIDANAN SEMESTER VI AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA 2013

Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diseminarkan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini di Akademi Kebidanan Yogyakarta Tanggal, Juni 2013

Disusun oleh : Nama Kelompok :

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Diah Ayu Isnain Ramadani Wahyu Hartanti Anik Ida Purwati Putri Eka Savitri Novianti Yuliana Sasmita Yulianingsih

(110034) (110049) (110080) (110096) (110124) (110166)

Mengetahui

Pembimbing I

Pembimbing II

LEMBAR PENGESAHAN Proposal Karya Tulis Ilmiah HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN POLA MENSTRUASI PADA MAHASISWI DIII KEBIDANAN SEMESTER VI AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA 2013

Disusun oleh : Nama Kelompok :

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Diah Ayu Isnain Ramadani Wahyu Hartanti Anik Ida Purwati Putri Eka Savitri Novianti Yuliana Sasmita Yulianingsih

(110034) (110049) (110080) (110096) (110124) (110166)

Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk dilaksanakan penelitian di SMAN 1 Sewon Bantul

Pembimbing 1 Pembimbing 2 Penguji

: : :

.......................................... .......................................... ..........................................

Direktur Akademi Kebidanan Yogyakarta

Drs. Henri Soekirdi, M.Kes

KATA PENGANTAR Puji dan syukur Ke-hadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat, taufik, serta hidayahNya penulis dapat menyelesaikan proposal ini, dengan baik dan tepat pada waktunya, walaupun penulis sadar, proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis juga sadar, bahwa penyelesaian proposal ini, bisa diselesaikan, karena bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis juga tidak lupa, berterimakasih kepada 1. Drs. Henri Soekirdi, M.Kes selaku direktur Akademi Kebidanan Yogyakarta 2. Agung Nugroho, S.KM.,M.Kes selaku dosen pembimbing dalam penyelesaian proposal ini 3. Trisno Agung Wibowo, SKM.,K.Kes selaku dosen pembimbing dalam penyelesaian proposal ini 4. Fitriani Mediastuti, M.Kes selaku dosen pembimbing dalam penyelesaian proposal ini 5. Teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan proposal ini. Akhir kata, penulis sadar bahwa dalam penyelesaian proposal ini, masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritikan dan saran dari pembaca, sangat penulis harapakan.

Yogyakarta,

Juni 2013

Penyusun

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv DAFTAR ISI ....................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................ B. Rumusan Masalah .................................................................................. C. Tujuan Penelitian .................................................................................... D. Manfaat Penelitian .................................................................................. E. Keaslian Penelitian .................................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III METODE PENELITIAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. Menurut WHO tahun 2003 batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun,sedangkan menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007, masa remaja adalah peralihan dari masa anak anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai dengan 22 tahun bagi pria (Sri Rumini dan Siti sundari;2004) . Dalam periode ini terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental dan sosial. Masa ini juga merupakan periode pencarian identitas diri, sehingga remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan. Umumnya proses pematangan fisik lebih cepat dari pematangan psikososialnya. Karena itu seringkali terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap stres. Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual. Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan) stres dewasa ini digunakan untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respon fisiologis, perilaku dan subyektif terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu sistem (WHO 2003;158) Stresor dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan seseorang, menyebabkan stres mental, perubahan perilaku, masalah-masalah dalam interaksi dengan orang lain dan keluhan-keluhan fisik salah satunya gangguan siklus menstruasi. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stres melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita (Sriati;2008). Menurut dr. Suryo Dharmono,

Sp.KJ(K) dari Departemen Psikiatri FKUI prevalensi depresi pada wanita 2 kali lebih tinggi dibanding pria (Nita;2008). Khususnya mahasiswa kebidanan semester VI yang mempunyai kewajiban memenuhi tugas akhir seperti KTI, target askeb, komprehensif dan uji tahap III yang semuanya harus di selesaikan bersamaan di waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengambil judul "Hubungan antara Stres dengan Pola Menstruasi pada Siswi Kelas XII SMA Negeri 1 Sewon". Peneliti mengambil subyek penelitian mahasiswa DIII Kebidanan semester VI. Sebelumnya sudah ada penelitian serupa yang dilakukan oleh Desti Nur Isnaenidengan judul Hubungan antara Stress dengan Pola Menstruasi Pada Mahsiswa D IV kebidanan Jalur Reguler Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hubungan Pola Makan Dengan Pola Menstruasi Pada Mahasiswi Program D Iii Keperawatan Universitas MuhammadiyahMalang yang di teliti oleh Noer Ike Pristiwi B. Rumusan Masalah Adakah hubungan antara stres dengan pola menstruasi pada mahasiswa DIII Akademi Kebidanan Yogyakarta Semester VI?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara stres dengan pola menstruasi pada mahasiswa D III Akademi Kebidanan Yogyakarta Semester VI

2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat stres yang dialami oleh mahasiswa D IIIAkademi Kebidanan Yogyakarta. b. Mengetahui pola menstruasi mahasiswa D III Akademi Kebidanan Yogyakarta. c. Membuktikan hubungan antara stres dengan pola menstruasi pada mahasiswa D III Akademi Kebidanan Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Aspek Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan masukan dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan stres dan pola menstruasi. 2. Aspek Aplikatif a. Memberi informasi mengenai stres hubungannya dengan pola menstruasi yang dialami mahasiswa D III Akademi Kebidanan Yogyakarta Semester VI b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam penatalaksanaan stres untuk meminimalisasi terjadinya gangguan pola menstruasi. c. Memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai masukan dalam penatalaksanaan dismenore.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Stres a. Pengertian Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap Stres stresor ini

psikososial(tekanan

mental/beban

kehidupan).

dewasa

digunakan secarabergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitasberlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku dansubjektif terhadap stresor, konteks yang menjembatani pertemuanantara individu dengan stimulus yang membuat stres, semua sebagai suatu sistem (WHO, 2003). Hawari 2001 dalam Sriati mengatakan bahwa stres menurutHans Selye merupakan respon tubuh yang sifatnya nonspesifikterhadap setiap tuntutan beban atasnya. yang sehingga Stresor psikososial perubahan itu adalahsetiap dalamkehidupan terpaksa

keadaan/peristiwa seseorang,

menyebabkan

seseorang

mengadakanadaptasi/penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namun, tidaksemua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi

stresortersebut, sehingga timbulah keluhan-keluhan antara lain stres (Sriati,2008). b. Sumber Stres (Stresor) Stresor adalah semua kondisi stimulasi danmenghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah yang berbahaya semua respons

fisiologisnonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis.Stress reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementarayang muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangatberat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan

dankemampuan

koping

(coping

capacity)

seseorang memainkan

peranandalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya. Jenis stresor meliputi fisik, psikologis, dan sosial. Stresor fisikberasal dari luar diri individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhuudara, makanan, zat kimia, trauma, dan latihan fisik yang terpaksa.Pada stresor psikologis tekanan dari dalam diri individu biasanya yangbersifat negatif yang menimbulkan frustasi, kecemasan, rasa bersalah,khawatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan padadiri sendiri, serta rasa rendah diri, sedangkan stresor sosial yaitutekanan dari luar disebabkan oleh interaksi individu

denganlingkungannya. Banyak stresor sosial yang bersifat traumatik yang takdapat dihindari, seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilanganpekerjaan, pensiun, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah danlain-lain. Papero 1997 dalam Sriati menyatakan ada empat

variabelpsikologik yang dianggap mempengaruhi mekanisme respons stres: 1) Kontrol: keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadapstresor yang mengurangi intensitas respons stres. 2) Prediktabilitas: stresor yang dapat diprediksi menimbulkan

responsstres yang tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapatdiprediksi. 3) Persepsi: pandangan individu tentang dunia dan persepsi stresorsaat ini dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas responsstres. 4) Respons koping: ketersediaan dan efektivitas mekanisme

mengikatansietas dapat menambah atau mengurangi respons stres (Sriati,2008). c. Tahapan Stres Hawari 2001dalam Sriati mengatakan bahwa Dr. Robert J. AnAmberg dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut: 1) Stres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan danbiasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: a) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting). b) Penglihatantajam tidak sebagaimana biasanya. c) Merasa mampu menyelesaikanpekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadaricadangan energi semakin menipis. 2) Stres tahap II Dalam tahapan ini dampak/respon terhadap stresor yangsemula menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkankarena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari,karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yangdimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untukmengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit.Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yangberada pada stres tahap II adalah sebagai berikut: a) Merasa letihsewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar. b) Merasamudah lelah sesudah makan siang. c) Lekas merasa lelah menjelang sore hari. d) Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (boweldiscomfort). e) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebardebar). f) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang. g) Tidakbisa santai. 3) Stres Tahap III Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalampekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada strestahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu: a) Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya keluhan maag dan buang air besar tidak teratur (diare). b) Ketegangan otot-otot semakin terasa.

c) Perasaanketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat. d) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulaimasuk tidur (early insomnia) atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia) atau bangun terlalu pagi ataudini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia). e) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh dan serasamau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasipada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa jugabeban stres hendaknya dikurangi dan tubuh

memperolehkesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yangmengalami defisit. 4) Stres Tahap IV Gejala stres tahap IV akan muncul, yaitu: a) Untuk bertahansepanjang hari saja sudah terasa amat sulit. b) Aktivitas pekerjaanyang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadimembosankan dan terasa lebih sulit. c) Yang semula tanggapterhadap situasi menjadi kehilangan

kemampuan untuk meresponssecara memadai (adequate). d) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari. e) Gangguan pola tidurdisertai dengan mimpi-mimpi yang

menegangkan. Seringkalimenolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan. f) Daya konsentrasi daya ingat menurun. g) Timbul perasaanketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apapenyebabnya. 5) Stres Tahap V Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalamstres tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: a) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical danpsychological exhaustion).

b) Ketidakmampuan untuk menyelesaikanpekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana. c) Gangguan sistem pencernaan semakin berat

(gastrointestinaldisorder). d) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakinmeningkat, mudah bingung dan panik. 6) Stres Tahap VI Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorangmengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati.Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini berulangdibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun padaakhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organtubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut: a) Debaran jantung teramat keras. b) Susah bernapas (sesak dan megap-megap). c) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran. d) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan. e) Pingsan atau kolaps (collapse). Bila dikaji maka keluhan ataugejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi olehkeluhankeluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal(fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yangmelebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya (Sriati,2008). d. Respon Terhadap Stresor 1) Respon Fisiologis Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang

selanjutnyamengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatisdan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik

beresponsterhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu mengaktivasi berbagaiorgan dan otot polos yang berada di bawah

pengendaliannya.Sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung danmendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga

memberi sinyal kemedulla adrenal. Untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin kealiran darah. Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamusmensekresikan CRF (corticotropin releasing factor), suatu zatkimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepatdibawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya

mensekresikanhormon ACTH (adrenocorticotropic hormone), yang dibawamelalui aliran darah ke korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasipelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasikadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrinlain untuk melepaskan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagaihormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitasneural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalamrespons fight or flight (Sriati,2008). Secara umum orang yang mengalami stres mengalamisejumlah gangguan fisik seperti: a) Gangguan pada organ tubuh menjadi hiperaktif dalam salahsatu sistem tertentu. Contohnya: muscle myopathy pada otottertentu mengencang/melemah, tekanan darah naik terjadikerusakan jantung dan arteri, sistem pencernaan terjadi maag, dan diare. b) Gangguan pada sistem reproduksi. Seperti: amenorhea/tertahannya menstruasi, kegagalan ovulasi pada wanita,impoten pada pria, kurang produksi semen pada pria, dan kehilangan gairah seks. c) Gangguan pada sistem pernafasan: asma dan bronchitis. d) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, dan jerawat. 2) Respon Psikologik a) Keletihan emosi, jenuh, mudah menangis, frustasi, kecemasan,rasa bersalah, khawatir berlebihan, marah, benci, sedih,cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri. b) Terjadi depersonalisasi ; dengan dalam keletihan keadaan emosi, stres ada

berkepanjangan,seiring

kecenderungan

yangbersangkutan

memperlakuan

orang

lain

sebagai sesuatuketimbang seseorang. c) Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehinggaberakibat pula menurunnya rasa kompeten & rasa sukses.

3) Respon Perilaku a) Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dansering terjadi tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat. b) Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif padakemampuan mengingat informasi, mengambil keputusan,mengambil langkah tepat. c) Mahasiswa yang over-stressed (stres berat) seringkali

banyakmembolos atau tidak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. (Yulianti,2004, Pusat Bimbingan dan Konseling UNHAS,2008, Chomaria,2009). e. Penatalaksanaan Stres Strategi menghadapi stres antara lain dengan mempersiapkan dirimenghadapi stresor dengan dan cara melakukan Perbaikan perbaikan diri diri

secarapsikis/mental,

fisik

sosial.

secara

psikis/mentalyaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetapan tujuan hidup yanglebih jelas, pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri secara fisikdengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan giziyang baik, olahraga teratur, istirahat yang cukup. Perbaikan diri secarasosial dengan melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasidan kelompok sosial. Mengelola stres merupakan usaha untukmengurangi atau meniadakan dampak negatif stresor. Dalam mengelola stres dapat dilakukan beberapa

pendekatanantara lain: 1) Pendekatan farmakologi, menggunakan obat-obatan yangberkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter disusunansyaraf pusat otak (sistem limbik). Sebagaimana diketahui sistemlimbik merupakan

bagian otak yang berfungsi mengatur alampikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang seringdipakai adalah obat anti cemas (axiolytic) dan anti depresi (antidepressant). 2) Pendekatan perilaku, mengubah perilaku stres, yang menimbulkan

stres,toleransi/adaptabilitas

terhadap

menyeimbangkan

antaraaktivitas fisik dan nutrisi,serta manajemen perencanaan, organisasidan waktu. 3) Pendekatan kognitif, mengubah pola pikir individu, berpikir positifdan sikap yang positif, membekali diri dengan pengetahuan tentangstres, menyeimbangkan sertahipnoterapi. 4) Relaksasi, upaya untuk melepas ketegangan. Ada 3 macamrelaksasi yaitu relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera danrelaksasi melalui yoga, meditasi maupun transendensi/keagamaan (Yulianti, 2004; Chomaria, 2009;http://digilib.unsri.ac.id.,2009). antara aktivitas otak kiri dan kanan,

2. Pola Menstruasi a. Pengertian Pola menstruasi merupakan serangkaian proses menstruasi yangmeliputi siklus menstruasi, lama perdarahan menstruasi, dan dismenorea.Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampaidatangnya menstruasi periode berikutnya. Sedangkan panjang siklusmenstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya

menstruasi yang lalu danmulainya menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normalnyaberkisar antara 21-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklusmenstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3-5 hari, ada yang 7-8 hari.Setiap hari ganti pembalut 2-5 kali. Panjangnya siklus menstruasi inidipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres, genetik, dan gizi (Wiknjosastro,2005; Octaria,2009).

Siklus yangdiproduksi

menstruasi oleh

dipengaruhi yaitu

oleh

serangkaian Hormon,

hormon Follicle

tubuh

Luteinizing

StimulatingHormone dan estrogen. Selain itu siklus juga dipengaruhi oleh kondisipsikis sehingga bisa maju dan mundur. Masa subur ditandai oleh kenaikanLuteinizing Hormone secara signifikan sesaat sebelum terjadinya ovulasi(pelepasan sel telur dari ovarium). Kenaikan LH akan mendorong sel telurkeluar dari ovarium menuju tuba falopii. Didalam tuba falopii ini bisaterjadi pembuahan oleh sperma. Masa-masa inilah yang disebut masa subur,yaitu bila sel telur ada dan siap untuk dibuahi. Sel telur berada dalam tubafalopi selama kurang lebih 3-4 hari namun hanya sampai umur 2 hari masayang paling baik untuk dibuahi, setelah itu mati. LH surge yaitu kenaikanLH secara tiba-tiba akan mendorong sel telur keluar dari ovarium. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 1632 jam setelah terjadi peningkatan LH.Beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada bagian perut bawah padasaat hal ini terjadi. Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, pada

umumnyalamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggapnormal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmenkelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknyatidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnyaterlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan.Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatusistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium. Rata-ratabanyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periodemenstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg perg, volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkankehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiaphari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun (Heffner; 2008).

Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadidalam uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangatterkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus. Fasefase tersebut adalah: 1) Fase Menstruasi atau Deskuamasi Fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertaipendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Fase iniberlangsung selama 3-4 hari. 2) Fase Pasca Menstruasi atau Fase Regenerasi Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya

endometrium.Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi dan berlangsung selama 4 hari. 3) Fase Intermenstum atau Fase Proliferasi Setelah luka sembuh, akan terjadi penebalan pada endometrium 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklusmenstruasi. Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: faseproliferasi dini, terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapatdikenali dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel.Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase inimerupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel permukaan yangberbentuk torak yang tinggi. Fase proliferasi akhir, berlangsung antarahari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenali dari permukaan yangtidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis. 4) Fase Pramenstruasi atau Fase Sekresi Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Fase

iniendometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubahmenjadi panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan getah yang makinlama makin nyata. Bagian dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi.Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu: Fase

sekresi dini, pada fase iniendometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan.Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometriumberkembang dan menjadi lebih berkelokkelok dan sekresi mulaimengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Akhir masaini, stroma endometrium berubah kearah sel-sel; desidua, terutama yangada di seputar pembuluhpembuluh arterial. Keadaan ini memudahkanterjadinya nidasi (Wiknjosastro, 2005).

b. Gangguan Pola Menstruasi Apabila menstruasi tidak terjadi pada saat yang seharusnya, hal inimungkin menunjukkan tanda kehamilan. Akan tetapi masa menstruasi yangtidak teratur atau tidak mendapat menstruasi sering merupakan keadaanyang wajar bagi banyak remaja yang baru saja mendapatkan menstruasi danbagi perempuan yang berusia diatas 40 tahun. Kecemasan dan gangguanemosional dapat menyebabkan seorang wanita tidak mendapatkanmenstruasi. Gangguan pola menstruasi yang berhubungan dengan

siklusmenstruasi digolongkan menjadi 3 macam yaitu: 1) Polimenorea Pada polimenorea siklus menstruasi lebih pendek dari biasa(kurang dari 21 hari). Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguanhormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain adalah kongesti ovarium karenaperadangan, endometriosis, dan sebagainya. 2) Oligomenorea Siklus menstruasi lebih panjang, lebih dari 35 hari. Perdarahanpada oligomenorea biasanya berkurang. Pada kebanyakan

kasusoligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukupbaik. Siklus menstruasi biasanya juga ovulator dengan masa proliferasilebih panjang dari biasa.

3) Amenorea Amenorea adalah keadaan tidak adanya menstruasi sedikitnya tigabulan berturut-turut. Amenorea primer apabila seorang wanita berumur18 tahun keatas tidak pernah dapat menstruasi, sedangkan pada amenoreasekunder penderita pernah mendapat menstruasi tetapi kemudian tidakdapat lagi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yanglebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainankongenital dan kelainan-kelainan genetik. Adanya amenorea sekunderlebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalamkehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumortumor,penyakit infeksi, dan lain-lain

(Wiknjosastro,2005). Gangguan pola menstruasi berdasarkan lama

perdarahanmenstruasinya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu: 1) Hipomenorea Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek danatau kurang dari biasa. Hipomenorea disebabkan oleh karenakesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakitmenahun maupun gangguan hormonal. Adanya hipomenorea tidakmengganggu fertilitas. 2) Hipermenorea (Menoragia) Hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak darinormal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Sebabkelainan ini antara lain karena hipoplasia uteri (mengakibatkanamenorea,

hipomenorea), asthenia (terjadi karena tonus otot kurang),myoma uteri (disebabkan oleh kontraksi otot rahim kurang, cavumuteri luas, bendungan pembuluh darah balik), hipertensi,dekompensio cordis, infeksi (misalnya : endometritis, salpingitis),retofleksi uteri (karena bendungan pembuluh darah balik), penyakitdarah (misalnya werlhoff dan hemofili) (Lusa;2010). c. Dismenorea

Dismenorea merupakan rasa sakit akibat menstruasi yang sangatmenyiksa karena nyerinya luar biasa menyakitkan. Selama dismenorea,terjadi kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehinggamenyebabkan vasospasme dari arteriol uterin yang

menyebabkan terjadinyaiskemia dan kram pada abdomen bagian bawah yang akan merangsang rasanyeri disaat menstruasi (Robert dan David, 2004). Dismenorea terbagi menjadi dua, yaitu dismenorea primer dandismenorea sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi yangdijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenoreaprimer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulanatau lebih, oleh karena siklus-siklus menstruasi pada bulan-bulan pertamasetelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai rasanyeri. Rasa nyeri timbul sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaanmenstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapakasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejangberjangkit-jangkit biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapatmenyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapatdijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya.Beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenorea primerantara lain: faktor kejiwaan (emosi labil, kelelahan), faktor konstitusi(anemia, penyakit menahun, TBC), faktor obstruksi kanalis servikalis,faktorendokrin (peningkatan kadar prosta-glandin,hormon steroid seks,kadarvasopresin tinggi) dan faktor alergi. Sekitar 10% penderita dismenoreaprimer tidak dapat mengikuti kegiatan sehari-hari.Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore. Hal ini terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa, polip corpus uteri, endometriosis, retroflexio uteri fixata, gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya AKDR, tumor ovarium (Andaners,2010; Astika,2010). d. Penatalaksanaan Dismenorea

Penatalaksanaan atauminimal

dismenorea

yang

benar

dapat

menghilangkan yang

membantu

mengurangi

nyeri

menstruasi

mengganggu.Berikut ini adalah beberapa penatalaksaan dismenorea: 1) Obat-obatan Wanita dengan dismenore primer banyak yang dibantu

denganmengkonsumsi obat anti peradangan bukan steroid (NSAID) yangmenghambat produksi dan kerja prostaglandin. Obat itu termasukaspirin, formula ibuprofen yang dijual bebas, dan naproksen. Untukkram yang berat, pemberian NSAID seperti naproksen atau piroksikandapat membantu. Dismenore sekunder ditangani dengan mengidentifikasidan mengobati sebab dasarnya. Hal itu memerlukan konsumsiantibiotik atau obat lain tergantung pada kondisi tertentu. 2) Rileksasi Dalam kondisi rileks tubuh menghentikan produksi hormonadrenalin dan semua hormon yang diperlukan saat stres. Karenahormon seks esterogen dan progesteron serta hormon stres adrenalindiproduksi dari blok bangunan kimiawi yang sama, dengan mengurangistres berarti telah mengurangi produksi kedua hormon seks tersebut.Sehingga rileksasi memberikan kesempatan bagi tubuh untukmemproduksi hormon yang penting untuk mendapatkan haid yang bebas dari nyeri. 3) Hipnoterapi Salah satu metode hipnoterapi adalah mengubah pola pikir dariyang negatif ke positif. Pendekatan yang umumnya dilakukan

adalahmemunculkan pikiran bawah sadar agar latar belakang permasalahandapat diketahui dengan tepat. Caranya adalah saat menstruasi belumdatang, rilekskan tubuh dalam posisi terlentang di tempat tidur dengankedua tangan berada disamping tubuh.

Nonaktifkan pikiran. Denganmata yang terpejam, sadari kondisi saat itu. Setelah benar-benar rileksdan nyaman, pelan-pelan instruksikan pada diri sendiri sebuah perintahbahwa menstruasi itu tidak sakit. 4) Alternatif Pengobatan

Selain pemakaian obat penawar sakit, relaksasi dan hipnoterapi,ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyerimenstruasi antara lain: a) Gunakan heating pad (bantal pemanas), kompres handuk atau botolberisi air panas di perut dan punggung bawah, serta minumminuman yang hangat. Mandi air hangat juga dapat membantu. b) Tidur dan istirahat yang cukup, serta olah raga teratur (termasukbanyak jalan). Beberapa wanita mencapai keringanan melalui olahraga, yang tidak hanya mengurangi stres tapi juga meningkatkanproduksi endorfin otak, penawar sakit alami tubuh. Tidak adapembatasan aktivitas selama haid. c) Sebagai tambahan, aroma terapi dan pemijatan juga

dapatmengurangi rasa tidak nyaman. Pijatan yang ringan dan melingkardengan menggunakan telunjuk pada perut bagian bawah akanmembantu mengurangi nyeri haid. d) Mendengarkan musik, membaca buku atau menonton film jugadapat mengurangi nyeri dismenorea (Arifin,2010).

3. Hubungan Stres dengan Pola Menstruasi Stresor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit. Salahsatunya menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada

menstruasi.Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam pola menstruasiselama masa reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stresmelibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannyadalam reproduksi wanita (Sriati,2008). Insel & Roth 1998 dalam http://digilib.unsri.ac.id

mengungkapkanbahwa berbagai macam perubahan emosi akibat suatu stresor telahdihubungkan dengan adanya fluktuasi hormonal selama siklus menstruasi.Beberapa penelitian menunjukkan stresor seperti meninggalkan keluarga,masuk kuliah, bergabung dengan militer, atau memulai kerja baru

mungkinberhubungan dengan tidak datangnya menstruasi. Stresor yang membuat satutuntutan baru bagi suatu pekerjaan, meningkatkan panjang siklus menstruasi,jadi menunda periode setiap bulannya. Sebagai tambahan mengenaimeninggalkan keluarga atau memulai satu pekerjaan baru, beberapa penelitian menunjukkan satu hubungan baru meningkatkan kemungkinanuntuk mendapatkan siklus yang lebih panjang. Gangguan pada pola menstruasi ini melibatkan mekanisme regulasiintergratif yang mempengaruhi proses biokimia dan seluler seluruh tubuhtermasuk otak dan psikologis. Pengaruh otak dalam reaksi hormonal terjadimelalui jalur hipotalamus-hipofisis-ovarium yang meliputi multiefek danmekanisme kontrol umpan balik. Pada keadaan stres terjadi aktivasi padaamygdala pada sistem limbik. Sistem ini akan menstimulasi pelepasanhormon dari hipotalamus yaitu corticotropic releasing hormone (CRH).Hormon ini secara langsung akan menghambat sekresi GnRH hipotalamusdari tempat produksinya di nukleus arkuata. Proses ini kemungkinan Peningkatan terjadimelalui CRH penambahan sekresi pelepasan opioid endogen. dan

akanmenstimulasi

endorfin

adrenocorticotropic hormone (ACTH)ke dalam darah. Endorfin sendiri diketahui merupakan opiat endogen yangperanannya terbukti dapat mengurangi rasa nyeri. Peningkatan kadar ACTHakan menyebabkan peningkatan pada kadar kortisol darah. Pada wanitadengan gejala amenore hipotalamik menunjukkan keadaan hiperkortisolismeyang disebabkan adanya peningkatan CRH dan ACTH. Hormon-hormontersebut secara langsung dan tidak langsung menyebabkan penurunan kadarGnRH, dimana melalui jalan ini maka stres menyebabkan gangguan siklusmenstruasi. Dari yang tadinya siklus menstruasinya normal menjadioligomenorea,

polimenorea atau amenorea. Gejala klinis yang timbul initergantung pada derajat penekanan pada GnRH. Gejala-gejala ini umumnya bersifat sementara dan biasanya akan kembali normal apabila stres yang adabisa diatasi (http://digilib.unsri.ac.id; 2009).

Tubuh

bereaksi

saat

mengalami

stres.

Faktor

stres

ini

dapatmenurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda pertama yang menunjukankeadaan stres adalah adanya reaksi yang muncul yaitu menegangnya otottubuh individu dipenuhi oleh hormon stres yang menyebabkan tekanan darah,detak jantung, suhu tubuh, dan pernafasan meningkat. Disisi lain saat stres,tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dapat menyebabkan peningkatankontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan progesteron bersifatmenghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi secara berlebihan inimenyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkatsehingga menyebabkan otot tubuhtegang termasuk otot rahim dan dapatmenjadikan nyeri ketika menstruasi (Puji,2009).

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang memuat tentang struktur dan strategi penelitian untuk menjawab masalah penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian obsevasional analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan antara stres dengan pola menstruasi. Penelitian cross sectional disebut juga penelitian tranversal sebab variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurrahman;2009).

B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Program Studi D III Kebidanan Yogyakarta pada tanggal Juni 2013.

C. Populasi Penelitian Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Ari Etiawan dkk,2010). Populasi dari penelitian ini adalah semua mahasiswi akademi kebidanan yogyakarta semester VI kelas VI A. Jumlah populasi 40.

D. Sampel dan Teknik Sampling Sampel adalah sebagian obyek yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili dianggap seluruh populasi (Notoatmodjo,2002). Sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling karena populasi sehingga jumlanya tidak trlalu banyak (Arikunto,2006). Pengambilan sampel dilakukan di D III Akademi Kebidanan Yogyakarta pada bulan Juni. Pengambilan data dilakukan pada mahasiswi semeter VI yang hadir. Mahasiswi diberikan inform consent untuk persetujuan menjadi responden kemudian mengisi kuesioner. E. Besar Sampel Dalam penelitian ini, peneliti meneliti sejumlah 40 Mahasiswa. Peneliti menggunakan seluruh anggota populasi karena apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik semua anggota populasi diambil sebagai sampel sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto;2006).

F. Kriteria Restriksi 1. Inklusi Nursalam 2003 dalam Hidayat menyatakan bahwa kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi (Hidayat;2007). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: a. Mahasiswa DIII Kebidanan Akademi Kebidanan Yogyakarta semester VI b. Siklus menstruasi rata-rata tiap bulan normal (21-35 hari) c. Tidak cacat fisik d. Orang tua lengkap (tidak yatim/piatu/yatim piatu) 2. Eksklusi Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam:2008). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kriteria eksklusi sebagai berikut:

a. Sudah menikah b. Hamil c. Tidak bersedia menjadi responden

G. Definisi Operasional Variabel 1. Stres adalah reaksi/respons tubuh berupa respon fisiologis, psikologis maupun perilaku terhadap stresor yang dialami. Tingkat stres ini diukur dengan kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) yang telah dimodifikasi dengan menggunakan skala ordinal. 2. Pola menstruasi adalah serangkaian proses menstruasi yang meliputi siklus menstruasi, lama perdarahan menstruasi dan dismenorea. Dalam penelitian ini pola menstruasi yang diteliti hanya mengenai siklus menstruasi dan dismenorea. Pola menstruasi ini diukur dengan kuesioner menggunakan skala ordinal.

H. Instrumentalisasi 1. Alat ukur a. Kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) yang telah dimodifikasi DASS 42 merupakan instrumen yang digunakan oleh Lovibon dan Lovibon (1995) untuk mengetahui tingkat depresi, kecemasan dan stres. Tes ini merupakan tes standar yang sudah diterima secara internasional. Penilaiannya adalah dengan memberikan skor yaitu: 1). Skor 0 untuk setiap pernyataan yang tidak pernah dialami 2). Skor 1 untuk setiap pernyataan yang jarang dialami 3). Skor 2 untuk setiap pernyataan yang sering dialami dan 4). Skor 3 untuk setiap pernyataan yang selalu dialami. Peneliti menggunakan kuesioner DASS 42 yang telah dimodifikasi berdasarkan Chomaria 2009, Sriati 2008, Yulianti 2004 dan http://digilib. unsri . ac . id 2009 3 tingkatan stres yaitu: 1). stres ringan dengan skor < 56 % dari skor total 2). stres sedang dengan skor 56-75 % dari skor total

3). stres berat dengan skor >75 % dari skor total (Nursalam;2008). b. Kuesioner Pola Menstruasi Kuesioner ini berisi pertanyaan terbuka dan tertutup mengenai pola menstruasi berdasarkan Rabe 2003 dan Wiknjosastro 2005. Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner pola menstruasi Aspek Butir Pertanyaan Riwayat Responden A1, A2, A3, A4, A5 Pola Menstruasi B1, B2, B3, B4, B5, B6, B11 Kriteria Eksklusi B7, B8, B9, B10 Peneliti menggolongkan pola menstruasi menjadi 6 yaitu: 1). Siklus normal apabila responden menjawab ya pada butirpertanyaan B2 dan menjawab tidak pada butir pertanyaan B11 2). Siklus normal dengan dismenorea apabila responden menjawabya pada butir pertanyaan B2 dan B11 3). Siklus pendek (Polimenorhea) apabila responden menjawab ya pada butir pertanyaan B3 dan menjawab tidak pada butirpertanyaan B11 4). Siklus pendek (Polimenorhea) dengan dismenorea apabilaresponden menjawab ya pada butir pertanyaan B3 dan B11 5). Siklus panjang (Oligomenorhea) apabila responden menjawab yapada butir pertanyaan B4 dan menjawab tidak pada butirpertanyaan B11 6). Siklus panjang (Oligomenorhea) dengan dismenorea apabilaresponden menjawab ya pada butir pertanyaan B4 dan B11Sebelum digunakan untuk instrumen penelitian, kuesioner ini perludiujikan validitas da n reliabilitasnya.

a. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto;2006). Peneliti menggunakan mahasiswa semester VI sebagai subjek uji validitas.

Validitas instrumen yang telah dibuat diukur dengan menggunakan rumus korelasi product moment yaitu : Rumus product moment menggunakan SPSS.

b. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto;2006). Alat ukur dikatakan reliabel jika alat tersebut dapat menghasilkan pengukuran yang sama (ajeg) meskipun digunakan oleh peneliti yang berbeda pada waktu yang sama atau sebaliknya

(Notoatmodjo;2007). Untuk mengukur reliabilitas instrumen yang digunakan dilakukan dengan cara menganalisis hasil uji coba instrumen menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut: 2. Cara pengukuran Cara pengukuran dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada sampel. Pada saat itu juga, sampel menjawab pertanyaan yang ada dalam kuesioner dan kuesioner dikembalikan pada hari itu juga. I. Rencana Pengolahan dan Analisis Data 1. Rencana Pengolahan data Setelah semua data terkumpul, data tersebut diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel dan persen dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing Memeriksa data, memeriksa jawaban, mamperjelas serta melakukan pengolahan terhadap data yang dikumpulkan dan memeriksa kelengkapan dan kesalahan. b. Coding Memberi kode jawaban responden sesuai dengan indikator pada kuesioner. c. Tabulating Dari data mentah dilakukan penyesuaian data yang merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis (Budiarto;2002). 2. Analisa Data Langkah-langkah analisis data yang akan dilakukan sebagai berikut :

a. Analisis Univariate Menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi (Notoatmodjo;2005). Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik responden. b. Analisis Bivariate Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan ke dua variabel ordinal menggunakan uji spearman rank correlation dengan taraf signifikansi () 0,05 atau tingkat kepercayaan 95% (Hasan;2002). Analisis data ini akan dilakukan melalui proses komputerisasi dengan bantuan SPSS for Windows versi 16.0. Tabel 3.4 Interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p dan arah korelasi Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji 2. Nilai p P > 0,05 Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji + (positif) Searah. Semakin besar nilai suatu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya 3. Arah Korelasi - (negatif) Berlawanan Arah. Semakin besar nilai suatu variabel semakin kecil nilai variabel lainnya (Sumber: Dahlan, 2008) l

You might also like