You are on page 1of 10

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kapas merupakan tanaman perdu yang banyak dibudidayakan untuk diambil seratnya.Serat kapas merupakan salah satu komoditi perkebunan yang banyak digunakan di industri tekstil dan kertas. Dalam industri pengolahan kapas, biji kapas merupakan salah satu produk samping yang memiliki nilai jual tinggi. Setiap 1 kg serat kapas yang dihasilkan, menghasilkan 1,65 kg biji kapas (Rathore, 2007). Biji kapas mengandung sekitar 18-25% minyak dan 20-25% protein. Minyak biji kapas kaya akan tokoferol yang dapat menghambat timbulnya bau tengik sehingga umur simpannya lebih panjang (Saxena, 2011). Minyak biji kapas umumnya digunakan sebagai minyak goreng karena memiliki titik asap yang tinggi (sekitar 232C) sehingga dapat digunakan untuk memasak atau membuat roti dan kue (Brien, 2005). Selain digunakan dalam industri makanan, minyak biji kapas juga digunakan dalam produksi biodiesel, industri cat, dan sebagai aditif pada pelumas (Ertugrul, 2004). Ekstraksi dengan solvent merupakan teknik ekstraksi paling komersial untuk pengambilan minyak nabati dari biji tanaman. Saat ini, n-hexane banyak digunakan sebagai solvent karena efisiensi yang tinggi, harganya murah, dan mudah dalam penggunaannya, tetapi n-hexane dikategorikan sebagai Hazardous Air Pollutant oleh US Environmental Protection Agency dan termasuk dalam bahan kimia beracun (Saxena, 2011). Beberapa solvent telah diteliti dan diujicobakan dalam ekstraksi minyak dari biji tanaman seperti heptane, aseton, alkohol, dan isohexane. Dari beberapa solvent tersebut, alkohol lebih banyak diteliti karena lebih aman dari nhexane (Saxena, 2011). Dari golongan alkohol, ethanol merupakan solvent yang paling aman digunakan karena dihasilkan secara alami dari proses fermentasi oleh mikroba sehingga tingkat toksisitasnya lebih rendah dan dikategorikan aman oleh Food and Drugs Association (Saxena, 2011). 1.2 Rumusan Masalah . Minyak biji kapas memiliki banyak kegunaan, daiantaranya sebagai minyak goreng, bahan baku biodiesel, industri cat, dan sebagai aditif pada pelumas. Ekstraksi biji kapas dengan solvent merupakan teknik ekstraksi yang paling komersial dan banyak digunakan. Solvent yang banyak digunakan dalam ekstraksi biji kapas adalah n-hexane, namun n-hexane bersifat racun sehingga berbahaya bagi lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif jenis solvent yang tidak berbahaya bagi lingkungan dan memiliki efisiensi yang cukup tinggi. Dari beberapa solvent, ethanol merupakan solvent yang paling aman dan murah karena dihasilkan secara alami dari fermentasi dan memiliki toksisitas rendah sehingga aman bagi lingkungan.

1.3 Tujuan Penelitian 1. Mempelajari pengaruh jenis solvent pada proses ekstraksi terhadap kadar minyak hasil ekstraksi 2. Mempelajari pengaruh waktu pada proses ekstraksi terhadap kadar minyak hasil ekstraksi 1.4 Manfaat Penelitian . 1. Mengetahui pengaruh jenis solvent pada proses ekstraksi terhadap kadar minyak hasil ekstraksi 2. Mengetahui pengaruh waktu pada proses ekstraksi terhadap kadar minyak hasil ekstraksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Minyak Biji Kapas Biji kapas memiliki kandungan minyak biji kapas sebanyak 16,14 % dengan kelembaban < 10 %. Kandungan asam lemak minyak biji kapas yang paling banyak adalah asam linoleat C18:2 (asam lemak tak jenuh / unsaturated fatty acid). Minyak biji kapas kaya akan tokoferol yang dapat menghambat timbulnya bau tengik sehingga umur simpannya lebih panjang (Saxena, 2011). Minyak biji kapas umumnya digunakan sebagai minyak goreng dan minyak makan karena memiliki titik asap yang tinggi (sekitar 232C) sehingga dapat digunakan untuk memasak atau membuat roti dan kue (Brien, 2005). Selain digunakan dalam industri makanan, minyak biji kapas juga digunakan dalam produksi biodiesel, industri cat, dan sebagai aditif pada pelumas (Ertugrul, 2004) Kapas adalah suatu serabut lembut yang tumbuh di sekitar suatu semak belukar yang asli kepada daerah subtropis dan tropis. Serabut kapas setelah diproses untuk memindahkan benih dan jejak lilin, protein, dll. terdiri dari selulosa suatu polimer alami. Produksi kapas sangat efisien dimana hanya sekitar kurang dari sepuluh persen berat dari kapas yang terbuang sewaktu dilakukan pengolahan awal sehingga menjadi bahan baku. Tanaman kapas tumbuh pada daerah tropis dan subtropis yang beriklim hangat (panas). Komposisi kandungan asam lemak yang terdapat pada minyak biji kapas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Kapas Asam Lemak (FA) Kandungan % Miristat C14:0 Palmitat C16:0 Palmitoleat C16:1 Stearat C18:0 Oleat C18:1 Linoleat C18:2 Linolenat C18:3 Aracidoneat C20:4 0.7 0.9 22.7 27.3 0.6 0.8 2.0 2.7 15.6 18.6 50.5 55.8 0.2 0.3 0.1 Sumber:deptan.go.id 2.2 Ethanol Etanol disebut juga etil alkohol yang dipasaran lebih dikenal sebagai alkohol merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Dalam kondisi kamar, etanol berwujud cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna. Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil

eter, etilena glikol,gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena. Ia juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik sepertitrikloroetana dan tetrakloroetilena.

Tabel sifat fisik dan kimia ethanol

Sumber: wikipedia 2.3 n-hexane Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air.

Tabel sifat fisik dan kimia n-hexane

Sumber: wikipedia 2.4 Ekstraksi Minyak Nabati Ada 3 metode yang dapat dilakukan untuk mengekstrak minyak nabati dari biji tanaman : a. Pengepresan Hidraulik Pada cara ini, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000 pound/inch2 (140,6kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4 sampai 6%, tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidraulik.

b. Pengepresan Berulir Cara expller pressing (Pengepresan berulir) memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 240F (115,5C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar antara 2,5 sampai 3,5 persen, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5 persen. c. Ekstraksi Dengan Pelarut Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak ataupun lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara expeller pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstrasi. Pelarut minyak atau lemak yang biasa dipergunakan dalam proses ektraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline karbon disulfida, karbon tetraklorida, benzene dan n-heksan. Jumlah pelarut menguap atau yang hilang tidak boleh lebih dari 5%.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Percobaan Biji Kapas Dipisahkan antara kulit dan daging biji

Pengeringan dengan oven ( T= 50C) selama 10 menit

Penggilingan dan pengayakan

Analisis kadar minyak awal dalam sampel

Ekstraksi minyak biji kapas

Analisa hasil

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan 1. biji kapas 2. n-hexane 3. ethanol 95%

3.2.2 Alat 1. satu set alat soxhlet 2. corong 3. gelas ukur 50 ml 4. erlenmeyer 250 ml 5. oven 6. penggiling 7. screen 40 mesh 8. neraca analitik

3.3 Penetapan Variabel 3.3.1 variabel Bebas Jenis solvent Waktu ekstraksi 3.3.2 variabel tetap Massa biji kapas Volume pelarut Suhu ekstraksi : 10 gram : 100 ml : 50C : n-hexane dan ethanol 95% : 60 menit, 90 menit, 120 menit

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Persiapan bahan baku Biji kapas dipisahkan antara huller (kulit biji) dan kernelnya (daging biji), kemudian kernel dikeringkan dengan oven pada suhu 50C selama 10 menit. Daging biji kemudian digiling dan diayak menggunakan screen 40 mesh. 3.4.2 Analisa kadar minyak awal dalam sampel Biji kapas sebanyak sekitar 2 gram dimasukkan ke dalam selongsong kertas saring. Selongsong tersebut kemudian disumbat dengan kapas lalu dikeringkan dalam oven pada suhu tidak lebih dari 80C selama lebih kurang 1 jam. Selongsong yang telah berisi biji kapas tersebut kemudian dimasukkan ke dalam soxlet ekstraktor.

Ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut n-hexane selama lebih kurang 6 jam. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut direcovery dan ekstrak lemak dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 105C, kemudian labu lemak didinginkan dan ditimbang. Pengeringan ini diulangi hingga tercapai bobot tetap. Perhitungan yang berlaku untuk kadar lemak sebagai berikut : kadar lemak = [(W - W1)/W2] x 100% dengan W = bobot selongsong kertas + contoh sebelum ekstraksi (gr) W1 = bobot selongsong kertas + contoh setelah ekstraksi (gr) W1 = bobot contoh (gr) 3.4.3 Ekstraksi Minyak Biji Kapas 1. Biji kapas yang telah dikeringkan ditimbang dengan teliti 2. Labu bundar soxhlet kosong ditimbang dengan teliti 3. Biji kapas di masukkan ke dalam tabung ekstraksi soxhlet dalam thimble lalu ditambahkan ke dalamnya pelarut n- hexane 4. Air pendingin dialirkan ke dalam kondensor soxhlet 5. Proses ekstraksi minyak biji kapas dilakukan selama 60 menit, 90 menit, dan 120 menit. 6. Setelah selesai proses ekstraksi, dilakukan proses recovery pelarut hexane agar hexane terpisah dari minyak biji kapas yang dihasilkan. 7. Kemudian ditimbang labu bundar yang telah berisi minyak biji kapas untuk diketahui berat minyak yang dihasilkan. 8. Langkah 1-7 diulang dengan menggunakan pelarut ethanol 95% 9. Rendemen minyak dari biji kapas dapat dihitung dengan rumus berikut: Rendemen minyak = (bobot labu minyak) bobot labu bobot awal 100%

DAFTAR PUSTAKA
Brien R.D.O. dan Wakelyn PJ. 2005. Cottonseed Oil: An oil for trans-free options. J. Food Technology. 16(11): 677-679. Ertugrul D., Filiz K. 2004. Using of Cottonseed Oil as an environmentally accepted Lubricant additive. Energy Sources, part A, Recovery, Utilization and Environmental Effects. 26(7): 611-625. Rathore, Keerti S.2007. Reducing Gossypol in cottonseed may improve human nutrition, Deptt. of Socialand Crop Science, Texas A and M University College Station TX. Saxena, Davesh K., S.K. Sharma, dan S.S. Sambi.2011.Comparative Extraction of Cottonseed Oil by n-Hexane and Ethanol. ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences Vol.6 No.1 http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol http://id.wikipedia.org/wiki/Heksana http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/?p=4136

PROPOSAL PENELITIAN

PERBANDINGAN KADAR MINYAK HASIL EKSTRAKSI BIJI KAPAS MENGGUNAKAN PELARUT n-HEXANE dan ETHANOL 95%

Disusun oleh :

1. Gus Ihsan Wahid 2. Agam Wira Sani

21030110120065 21030110120042

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013

You might also like