You are on page 1of 14

LAPORAN KONSENTRASI SPERMA

I. TUJUAN
1) Untuk Mempelajari bagaimana melakukan analisis semen manusia 2) Untuk mengetahui sprmatozoa mati atau tidak , ada spermatozoa yang bergerak atau tidak.

II.

DASAR TEORI
Analisis semen adalah pemeriksaan terhadap semen (spermatozoa dan bahan bahan lain yg

ada di dalamnya) dari seorang laki-laki. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah semennya normal atau tidak sehingga dapat terjadi fertilisasi serta mengetahui jika ada kelainan yang dialami oleh sebuah sperma. Ada bermacam macam kelainan yang dialami oleh sebuah spermatozoa .Secara umum sebuah spermatozoa terdiri dari kepala, leher dan ekor. Apabila terjadi kelainan dari salah satu bagian sperma tersebut maka tidak akan terjadi pembuahan Analisis semen adalah

pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah serta kualitas semen dan sperma seorang laki-laki. Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan tahap pertama untuk menentukan kesuburan pria. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah ada masalah pada sistem produksi sperma atau pada kualitas sperma. Ada dua tahap penting pada pemeriksaan sperma, yaitu tahap pengambilan sampel dan tahap pemeriksaan sperma. Pada tahap pengambilan sampel, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Pria yang akan diambil semennya dalam keadaan sehat dan cukup istirahat. Tidak dalam keadaan letih atau lapar. 2. Tiga atau empat hari sebelum semen diambil, pria tersebut tidak boleh melakukan aktifitas seksual yang mengakibatkan keluarnya semen. WHO bahkan merekomendasikan 27 hari harus puasa ejakulasi, tentunya tidak sebatas hubungan suami istri, tapi dengan cara apapun. 3. Semen (sperma) dikeluarkan melalui masturbasi di laboratorium (biasanya disediakan tempat khusus). Sperma kemudian ditampung pada kontener yang lebar dan steril.

4. Masturbasi tidak boleh menggunakan bahan pelicin seperti sabun, minyak, atau abahn lainnya. Sedangkan pada tahap kedua, dilakukan pemeriksaan sampel semen di laboratorium.

Hasil analisis Semen yang normal menurut WHO :

1. Volume total cairan lebih dari 2 ml 2. Konsentrasi sperma paling sedikit 20 juta sperma/ml 3. Morfologinya paling sedikit 15% berbentuk normal 4. Pergerakan sperma lebih dari 50% bergerak kedepan, atau 25% bergerak secara acak kurang dari 1 jam setelah ejakulasi 5. Adanya sel darah putih kurang dari 1 juta/ml 6. Analisa lebih lanjut (tes reaksi antiglobulin menunjukkan partikel ikutan yang ada kurang dari 10 % dari jumlah sperma).
SEMEN
Lendir yang keluar dari genitalia jantan waktu eyakulasi disebut : SEMEN ( MANI ) yang terdiri dari : 1. Bagian padat : Spermatozoa 2. Bagian cair : Plasma semen ( air mani ) Spermatozoa dihasilkan oleh testis, sedangkan plasma semen dihasilkan oleh ampula vas deferens dan kelenjar-kelenjar prostat, vesicula seminalis, cowper dan littre.

Analisis semen adalah pemeriksaan terhadap semen (spermatozoa dan bahan-bahan lain yang ada di dalamnya) dari seorang laki-laki. Apakah semenya normal atau tidak untuk dapat membuahi sel telur oleh spermatozoa, sehingga terjadi fertilisasi.
Spermatozoa normal

Spermatozoa normal mempunyai kepala berbentuk oval, regular dengan bagian tengah (leher) utuh dan ekor tidak melingkar mempunyai panjang kira kira 45 mikron .Panjang kepala 3-5 mikron dengan lebar kepala 2-3 mikron .Akrosom tampak baerwarna pink, kepala baerwarna bayangan lebih gelap di daerah akrosom dari bagian tengah , ekor

terlihat berwarna abu abu sampai violet .Kepala membulat pada bagian kaitan dengan bagian tengah, pada semua kepala yang masuk kategori oval

Spermatozoa abnormal

Disebut abnormal bila terdapat satu atau lebih bagian spermatozoa yang tidak semestinya. Bila kepalanya oval tapi kalau bagian tengahnya menebal maka spermatozoa tersebut dikatakan abnormal. Apakah semennya normal atau tidak untuk dapat membuahi sebuah sel telur oleh spermatozoa, sehingga terjadi fertilisasi. Disebut Azoospermia jika tidak ada spermatozoa sama sekali pada semen yang mungkin disebabkan oleh pretestikuler, testikuler dan post-testikuler. Oligozoospermia jika parameter semen lain normal, kecuali jumlah spermatozoa yang jumlahnya dibawah 40 juta/ejakuat. Astenozoospermia diindikasikan jika motolitasnya kurang dari 50% yang progresif. Jika abnormalitas tunggal, kurang dari 20% baru dianggap tidak normal. Tetratozoospermia jika morfologi abnormal sperma lebih dari 50%. Keadaan ini sering dijumpai sebagai abnormalitas campuran, misalnya Oligoastenotertratozoospermia. Pemeriksaan dalam menganalisis sperma dibagi menjadi 2 macam, yaitu secara makroskopik dan mikroskopik.

Pemeriksaan Mikroskopik Sperma


Konsentrasi spermatozoa Dihitung dengan hemasitometer. Biasanya menggunakan larutan George yang mengandung formalin 40% agar spermatozoa tidak bergerak. Jumlah spermatozoa dihitung per ml ejakulat dan pervolume ejakulat dan viabilitas . Ada 4 golongan fertilitas : o Polyzoospermia = > 250 juta/ml o Normozoospermia = 20 200 jt/ml o Oligozoospermia = < 20 juta /ml o Azoospermia = 0 / ml Morfologi spermatozoa

Tujuannya adalah untuk melihat bentuk spermatozoa yg normal atau abnormal. Dihitung jumlah spermatozoanya yang bentuknya normal maupun yg tidak normal. Kecepatan sperma yaitu, untuk mengukur kecepatan sperma digunakan kaca obyek hemasitometer Neuauer perbesaran 40 x 10

Azoospermia : Bilamana tak dijumpai spermatozoa dari pemeriksaan sedimen sentrifugasi sperma, yang lebih dari satu kali. Nekrozoospermia : Bilamana semua spermatozoa tidak ada yang hidup. Kriptozoospermia : Bilamana ditemukan spermatozoa yang tersembunyi yaitu bila ditemukan dalam sedimen sentrifugasi sperma. Aspermia : Bila tak ada sperma yang keluar, meskipun pasien merasa telah mengeluarkan ejakulat.

Interpretasi Hasil Analisis Semen Untuk mengetahui hasil dari analisis semen diperlukan 3 parameter pokok: 1. jumlah spermatozoa / ml 2. persentase motilitas spermatozoa yang geraknya baik 3. persentase morfologi spermatozoa normal .
Tabel Interpretasi Hasil Pemeriksaan Semen

Hemasitometer adalah kamar hitung, ada berbagai macam jenis hemasitometer yang biasa digunakan sebagai ruang hitung mikroorganisme. 9 tipe hemasitometer/ hemositometer tersebut antara lain :

1. Neubauer Luas keseluruhan areanya ialah 9 mm2 dengan kedalaman 0,1 mm. Terdiri dari 9 kotak utama yang masing-masing luasnya 1 mm2. Kotak utama yang berada di tengah digunakan untuk perhitungan. Kotak utama ini terbagi lagi menjadi 16 kotak besar dan setiap kotak besar dibagi lagi menjadi 16 kotak-kotak kecil dengan ukuran 0,05 mm x 0,05 mm. Sedangkan 8 kotak utama lainnya hanya terbagi menjadi 16 kotak besar saja. Gambar Hemasitometer Tipe Neubauer:

2. Neubauer Improved

Luas keseluruhan areanya ialah 9 mm2 dengan kedalaman 0,1 mm. Terdiri dari 9 kotak utama yang masing-masing luasnya 1 mm2. Kotak utama yang berada di tengah digunakan untuk perhitungan. Kotak utama ini terbagi lagi menjadi 25 kotak besar dan setiap kotak besar dibagi lagi menjadi 16 kotak-kotak kecil dengan ukuran 0,05 mm x 0,05 mm. Sedangkan 8 kotak utama lainnya terbagi menjadi 16 kotak besar saja. Gambar Hemasitometer Tipe Neubauer Improved:

3. Neubauer Improved Bright-line Pada dasarnya jenis hemasitometer ini sama dengan jenis Neubauer Improved. Demikian juga dengan cara atau aturan perhitungannya. Yang membedakan kedua jenis ini ialah tampilan pada saat diamati dengan mikroskop. Pada jenis Bright-line ini area perhitungan tampak gelap, sangat tipis dan semi transparan (dilapisi Rhodium), sedangkan garis-garis pembatasnya akan tampak menyala. Tampilan dengan kekontrasan yang sangat mencolok ini akan meningkatkan keakuratan dalam perhitungan. Tetapi, kekurangan dari jenis ini ialah lebih sensitif dalam pembersihan dan perawatannya. Lapisan rhodium sangat mudah

rusak atau terhapus pada saat pembersihan sehingga untuk pembersihannya membutuhkan ketelitian ekstra. Gambar Hemasitometer Tipe Neubauer Improved Bright-Line:

4. Buerker Luas keseluruhan areanya ialah 9,3 mm2 dengan kedalaman 0,1 mm. Terdiri dari 9 kotak utama yang masing-masing luasnya 1 mm2. Kotak utama ini terbagi lagi menjadi 16 kotak besar dan setiap kotak besar dibagi lagi menjadi 16 kotak-kotak kecil dengan ukuran 0,05 mm x 0,05 mm. Gambar Hemasitometer Tipe Buerker:

5. Tuerk Luas keseluruhan areanya ialah 9 mm2 dengan kedalaman 0,1 mm. Terdiri dari 9 kotak utama yang masing-masing luasnya 1 mm2. Kotak utama yang berada di tengah digunakan untuk perhitungan. Kotak utama ini terbagi lagi menjadi 25 kotak besar dan setiap kotak besar dibagi lagi menjadi 16 kotak-kotak kecil dengan ukuran 0,05 mm x 0,05 mm. Sedangkan 8 kotak utama lainnya hanya terbagi menjadi 16 kotak besar saja.

Dilihat dari pembagian kotaknya, jenis ini hampir sama dengan jenis Neubauer Improved. Yang membedakan kedua jenis ini ialah adanya garis ganda yang membatasi semua kotak-kotak besar yang ada dalam area perhitungan Gambar Hemasitometer Tipe Tuerk:

6. Thoma Luas keseluruhan areanya ialah 1,21 mm2 dengan kedalaman 0,1 mm. Hanya terdiri dari satu kotak utama yang berada di tengah digunakan untuk perhitungan. Kotak utama ini terbagi lagi menjadi 16 kotak besar dan setiap kotak besar dibagi lagi menjadi 16 kotakkotak kecil dengan ukuran 0,05 mm x 0,05 mm. Sedangkan area di bagian atas, bawah, kanan dan kiri dari kotak utama hanya terdiri dari garis lurus yang merupakan lanjutan dari garis-garis lurus pada kotak utama. Gambar Hemasitometer Tipe Thoma:

7. Thoma Neu Luas keseluruhan areanya ialah 1,21 mm2 dengan kedalaman 0,1 mm. Hanya terdiri dari satu kotak utama yang berada di tengah digunakan untuk perhitungan. Kotak utama ini terbagi lagi menjadi 16 kotak besar dan setiap kotak besar dibagi lagi menjadi 16 kotakkotak kecil dengan ukuran 0,05 mm x 0,05 mm. Sedangkan area di bagian atas, bawah, kanan dan kiri dari kotak utama hanya terdiri dari garis lurus yang merupakan lanjutan dari garis-garis lurus pada kotak utama. Pada dasarnya jenis ini sama dengan jenis terdahulunya (Thoma), yang membedakan kedua jenis ini ialah tidak adanya garis bertumpuk 3 yang menjadi pembatas kotak-kotak besar pada kotak utama.

Gambar Hemasitometer Tipe Thoma Neu:

8. Nageotte Luas keseluruhan areanya ialah 100 mm2 dengan kedalaman 0,5 mm. Kedalaman area perhitungan untuk jenis ini dapat divariasi menjadi 0,25 mm atau 1 mm, hanya saja variasi kedalaman ini dapat dilakukan dengan pemesanan khusus pada pabrik produsennya. Terbagi menjadi 40 area berbentuk persegi panjang dengan ukuran 10 x 0,25 mm dan pada bagian tengah dari area perhitungan ditandai dengan garis ganda. Gambar Hemasitometer Tipe Nageotte:

9. Fuchs-Rosenthal Luas keseluruhan areanya ialah 16 mm2 dengan kedalaman 0,2 mm. Terdiri dari 16 kotak besar yang berukuran 1 mm2, yang masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak kecil dengan ukuran 0,25 x 0,25 mm. Antara kotak-kotak besar dibatasi dengan garis tebal, sedangkan kotak-kotak kecil dibatasi dengan garis yang lebih tipis. Gambar Hemasitometer Tipe Fuchs-Rosenthal:

Praktikum Analisis semen konsentrasi sperma yang akan digunakan dalam adalah tipe NeubauerImproved.

III.
a. b. c. d. e. f. g. h.

ALAT DAN BAHAN


Neubauer Improved Semen Pasien Kaca Penutup

Pipet tetes Batang pengaduk Tissue Mikroskop Alkohol 70%.

IV.

CARA KERJA

Mempersiapkan alat dan bahan

Bersihkan Neubauer Improved menggunakan alkohol.

Pipetkan 1 tetes Sperma ke kotak atas dan bawah kotak utama pada Neubauer Improved Kemudian ditutupi dengan kaca penutup.

Pasanglah sediaan tersebut pada mikroskop cahaya, dengan perbesaran 40x10.

Lihat dan amati sediaan tersebut apakah ada spermatozoa yang hidup atau matinya dan apakah ada yang bergerak atau tidaknya.

Catat Hasil pengamatannya.

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. 1. HASIL
Dari praktikum yang dilakukan tidak didapatkan hasil untuk praktikum konsentrasi sperma untuk menentukan Jumlah spermatozoa dihitung per ml ejakulat dan per volume ejakulat.
Hal ini disebabkan karena berbagai faktor sebagai berikut :

1) Banyaknya pemeriksaan analisis sperma yang dilakukan, dan tidak ada pembagian orang pada saat melakukan praktikum tertentu 2) Adanya kegagalan dalam membuat sediaan karena kaca penutup pecah. 3) Kurangnya pengetahuan tentang praktikum analisis semen konsentrasi sperma sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk pengerjaannya karena sebelum mengerjakan yang konsentrasi sebelumnya mengerjakan morfologi dan penghitungannya dan dalam pendahuluan praktikum sebelumnya belum dijelaskan tentang interpretasi hasil dari praktikum ini.

VI. 2. PEMBAHASAN
Konsentrasi spermatozoa dengan Jumlah spermatozoa dihitung dengan menggunakan hemasitometer yang mempunyai bilik hitung dalam perhitungan spermatozoa. Jumlah spermatozoa dihitung per ml ejakulat dan per volume ejakulat.

Tata cara pencacahan sperma dalam kamar hemositometer ialah sebagai berikut : segi empat untama dari kisi-kisi hemositometer neubauer yang terdiri atas 25 segi empat besar yang masing-masing terdiri dari 16 segi empat yang lebih kecil

Jika siapan mengandung kurang daripada 10 sperma setiap segi empat, maka seluruh kisi-kisi yaitu seluruh segi empat harus dipecah. Jika siapan mengandung 10 sampai 40 sperma setiap segi empat, maka harus dicacah 10 segi empat. Jika siapan mengandung 40 sperma setiap segi empat, maka 5 segi empat dicacah. Sperma yang terletak diatas garis pemisah dua segi empat dicacah jika terletak pada sisi atas atau kiri segi empat yang sedang diamati. Untuk menentukan jumlah sperma dalam semen dalam juta/ml, bagaikan jumlah sperma yang ditentukan dengan factor konversi yang tertera dalam table di bawah ini. Sebagai contoh jika siapan telah diencerkan 1 + 9 dan tercacah 2 sperma dalam 25 segi empat, maka jumlah sperma dalam setiap siapan adalah 0,2 juta/ml.

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

VIII.1. KESIMPULAN
Jumlah sperma dikatakan : 1. Normal : jumlah spermatozoa diatas 60 juta/ml 2. Subfertil : 20 60 juta/ml 3. Steril : 20 juta atau kurang/ml

VIII.2. SARAN
1) Sebaiknya Sebaiknya hindari serum yamg lipemik karena dapat memberikan hasil positif palsu. 2) Sebaiknya di lakukan pemeriksaan ulang ASTO (sekali atau dua kali seminggu) untuk

menetukan kadar tinggi dari peningkatan titer antibodi serum.

VII. DAFTAR PUSTAKA


1) Sacher RS., Mcpherson RA., Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Ed. 11. Jakarta : EGC.2004. 2) Lestari Sw,. Fertility Disorder and Infertility Assesment in Female. Jakarta : FKUI. 2013. 3) 4) Cunningham F.G., et al. Obstetri Williams. Ed.23. Jakarta : EGC. 2012. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta. 2000. 5) 6) Departemen Biologi FKUI. Lab Work of Male Fertility. Jakarta : FKUI. 2013. PSPD UNPAR. Buku Panduan Praktikum Modul Reproduksi. Palangka Raya : PSPD UNPAR. 2013.

You might also like