You are on page 1of 11

JURNAL PRAKTIKUM LABORATORIUM PENGENDALIAN HAYATI

APLIKASI FEROMON

O L E H NAMA NIM PROGRAM STUDI MEJA/ GRUB : M. KHOLIQ SYAH : 1109008770 : AGROEKOTEKNOLOGI : GRUB A

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA TAHUN 2013

JURNAL PRAKTIKUM LABORATORIUM PENGENDALIAN HAYATI

APLIKASI FEROMON O L E H NAMA NIM PROGRAM STUDI MEJA/ GRUB : M. KHOLIQ SYAH : 1109008770 : AGROEKOTEKNOLOGI : GRUB A

NAMA ASISTEN 1. LINDA YUSPITA 2. SWANDOKO KOORDINATOR ( NURLIANA, S.P., M.P. ) FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA TAHUN 2013

NILAI

APLIKASI FEROMON ( M. Kholiq syah, 1109008770, FP. UISU )


ABSTRAK

Penggunaan feromon dalam pengendalian hama Oryctes rhinoceros sudah dilakukan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa feromon agregasi sintetikdapat menangkap kumbang O. rhinoceros betina lebih banyak dibanding kumbang jantan. Rata-rata jumlah kumbang yang terperangkap pada lokasi dengan tingkat serangan ringan adalah 5,6ekor/ha/bulan sedangkan pada lokasi dengan tingkat serangan berat mencapai 27 ekor/ha/bulan. Penggunaan feromon ialah salah satu cara mengendalikan serangab hama kumbang badak secara hayati. Pengendalian dengan menggunakan feromon untuk mengendalikan populasi hama Oryctes rhinoceros sudah dilakukan oleh beberapa negara antara lain Filipina,Malaysia, Srilanka, India, Thailand dan Indonesia. Penggunaan feromon dapat menurunkan populasi O. rhinoceros di lapangan,5-27 ekor kumbang per hektar dapat terperangkap setiap bulan. Kata Kunci : Penggunaan feromon

PENDAHULUAN Latar Belakang Istilah feromon pertama kali digunakan oleh Karlson dan Luscher (1959). Feromon berasal dari bahasa Yunani yakni pherein yang berarti membawa dan hormon yang berarti membangkitkan gairah. Feromon diproduksi oleh kelenjarkelenja reksokrin dan termasuk golongan semiochemical (Semeon dalam bahasa Yunani berarti suatu signal) atau signal kimia. Signal kimia dibagi dua, yakni feromon danallelo kimia atau substansi kimia yang dilepaskan oleh suatu organisme kelingkungannya yang memampukan organisme tersebut berkomunikasi secara interspesifik. Feromon pada awalnya disebut ektohormon karena dikeluarkan oleh

kelenjar dan memiliki pengaruh fisiologi seperti hormon. Istilah tersebut bersifat kontradiksi dengan feromon karena hormon adalah substansi yang dikeluarkan secara internal untuk mempengaruhi organisme lain sedangkan feromon dikeluarkan secara eksternal untuk bisa mempengaruhi serangga lain. Feromon dibagi dalam dua kelompok yaitu feromon primer dan releaser. Feromon primer dapat mempengaruhi fisiologi serangga sedangkan releaser mempengaruhi tingkah laku serangga dari spesies yang sama. Feromon primer umumnya terdapat pada serangga sosial dan belum banyak dipelajari karena sulitnya mengisolasi feromon tersebut. Feromon releaser dikelompokkan berdasarkan fungsi (Klowden, 2002) atau tingkah laku yang ditunjukkan oleh penerima (Shorey, 1973),yakni feromon sex, feromon agregasi, feromon alarm, feromon pengikut jejak dan distribusi atau feromon penanda lokasi.

Tujuan Praktikum Untuk mengetahui tingkat efektifitas feromon dan untuk mengetahui jenis beserta jumalah serangga yang tertangkap.

TINJAUAN PUSTAKA

Feromon adalah substansi kimia yang dilepaskan oleh suatu organisme kelingkungannya yang memampukan organisme tersebut mengadakan

komunikasisecara intraspesifik dengan individu lain. Feromon bermanfaat dalam monitoringpopulasi maupun pengendalian hama. Di samping itu feromon bermanfaat juga dalam proses reproduksi dan kelangsungan hidup suatu serangga (Nation, 2002). Istilah feromon pertama kali digunakan oleh Karlson dan Luscher (1959). Feromon berasal dari bahasa Yunani yakni pherein yang berarti membawa dan hormon yang berarti membangkitkan gairah. Feromon diproduksi oleh kelenjarkelenja reksokrin dan termasuk golongan semiochemical (Semeon dalam bahasa Yunani berarti suatu signal) atau signal kimia (Purba, 2005). Signal kimia dibagi dua, yakni feromon danallelo kimia atau substansi kimia yang dilepaskan oleh suatu organisme kelingkungannya yang memampukan organisme tersebut berkomunikasi secara interspesifik. Feromon pada awalnya disebut ektohormon karena dikeluarkan oleh kelenjar dan memiliki pengaruh fisiologi seperti hormon. Istilah tersebut bersifat kontradiksi dengan feromon karena hormon adalah substansi yang dikeluarkan secara internal untuk mempengaruhi organisme lain sedangkan feromon dikeluarkan secara eksternal untuk bisa mempengaruhi serangga lain (APCC. 2005). Ekstrak feromon kasar dapat diperoleh dengan mengekstrak seluruh tubuh serangga atau hanya kelenjar-kelenjar yang mengandung feromon saja seperti

diujung abdomen untuk serangga dari ordo lepidoptera atau usus bagian belakang

dari kumbang kulit kayu (bark beetle) (Ordo Coleoptera). Serangga dari ordo Lepidoptera, feromon diekstrak menggunakan metil klorida. Ekstrak tersebut dapat dianalis dengan menggunakan gas-liquid chromatography (Perangin-angin, 2006). Feromon alarm pada umumnya dihasilkan oleh serangga-serangga sosial. Feromon alarm dikeluarkan sebagai peringatan terhadap sesamanya pada saat ada ancaman atau bahaya dan untuk membentuk pertahanan koloni. Feromon pengikut jejak terdapat pada serangga-serangga sosial seperti semut, rayap dan lebah. Feromonini sudah banyak dipelajari, sebagai contoh semut sudah membangun mekanisme yang sangat sensitif untuk mengikuti jejak sesamanya untuk mendapatkan sumber makanan (Pahan, 2006).

BAHAN dan METODE 1) Pelaksaan Pratikum Praktikum Pengendalian Hayati dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 12 Oktober 2013 pukul 10.30 - 12.30 WIB. Di Jalan Karya Wisata gedung johor Laboratorium Pengendalian Hayati Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatra Utara Medan. 2) Bahan dan alat : Bahan : 1. Feromon untuk kumbang tanduk 2. Feromon untuk kumbang moncong 3. Tali Alat : 1. Perangkap feromon 2. Pisau 3) Cara kerja : 1. Ambil feromon yang telah kita bawa dan sediakan perangkap feromon yang telah tersedia. 2. Ambil tali secukupnya lalu ikat di ujung perangkap feromonnya, kemudian bukalah sashet feromon tersebut dengan menggunakan pisau. 3. Letakkan feromon yang telah di buka ke dalam perangkap feromon tersebut. 4. Setelah itu, gantung perangkap tersebut di areal tanaman kelapa sawit yang terserang kumbang minimal 2 m dari tanah. 5. Tunggu selama satu minggu dan lihatlah di dalam perangkpa tersebut berapa kumbang yang tertangkap. 6. Catatlah hasil tersebut di tabel pengamatan.

HASIL dan PEMBAHASAN A. Hasil a) Tabel Pengamatan Oryctes rhynoceros TANGGAL PENGAMATAN JUMLAH TANGKAPAN O. rhynoceros KETERANGAN Perangkap feromon yang telah di pasang di lapangan telah hilang di ambil orang, sehingga tidak bisa mengamati hasil dari perangkap feromon tersebut.

17 Oktober 2013

b) Tabel Pengamatan Kumbang moncong TANGGAL PENGAMATAN JUMLAH TANGKAPAN KUMBANG MONCONG KETERANGAN Perangkap feromon yang telah di pasang di lapangan telah hilang di ambil orang, sehingga tidak bisa mengamati hasil dari perangkap feromon tersebut.

17 Oktober 2013

B. Pembahasan Feromon berpeluang digunakan di daerah-daerah serangan O. Rhinoceros yang sulit untuk diaplikasi dengan M. anisopliae misalnya daerah kering dengan kelembaban udara rendah sehingga cendawan ini lambat berkembang.

Kompatibilitas feromon dengan komponen pengendalian lain seperti pengendalian hayati yang ramah lingkungan menyebabkan feromon berperan penting dalam pengendalian hama O. rhinoceros secara terpadu. Feromon juga telah berhasil digunakan untuk mengevaluasi populasi kumbang terinfeksi virus di lapangan dan sebagai media penting untuk mendapatkan serangga terinfeksi untuk tujuan perbanyakan virus sebagai agensia hayati hama O. rhinoceros. Pada kamis sore tanggal 17 oktober 2013, Perangkap feromon yang telah dipasang di lapangan telah hilang saat kami ingin mengamati berapa kumbang tanduk dan kumbang moncong yang tertangkap selama satu minggu pemasangan, sehingga tabel pengamatan tidak dapat informasi anggka jumlah kumbang yang tertangkap.

KESIMPULAN 1) Feromon adalah senyawa kimia yang di keluarkan oleh 1 spesies serangga yang khusus dan bisa di deteksi oleh serangga tersebut. 2) Pengaplikasian feromon di lapangan dapat memakai perangkap feromon dari ember atau pun kayu kelapa. 3) Jenis feromon yang digunakan untuk pengendalian hayati umumnya adalah feromon sek. 4) Jenis feromon yang digunakan sebagai perangkap untuk hama O.

rhinoceros tersebut tergolong feromon agregasi sehingga serangga betina maupun jantan dapat terperangkap. 5) Pengaplikasian feromon di lapangan dapat menjadi suatu evaluasi terhadap kumbang yang terinfeksi di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

APCC. 2005a. Coconut Jakarta. 195 p.

integrated

pest

management.

Annual report. APCC.

Nation, L.N. 2002. Insect physiology and biochemistry. CRC Press. New York. 485 p. Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 410 hal. Perangin-angin, S.A. 2006. Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Kawan Batu Estate, PT. Teguh Sempurna, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah. Purba. Y, Dkk. 2005., Hama-hama pada Kelapa Sawit, Buku 1 Serangga Hama pada Kelapa Sawit. PPKS, Medan.

You might also like