Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Tajus Sobirin
NIM A1C004047
Oleh:
Tajus Sobirin
NIM A1C004047
Oleh:
Tajus Sobirin
NIM A1C004047
Mengetahui:
Dekan,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
3. Dr. rer. agr. Ir. Djeimy Kusnaman, M.Sc.Agr. selaku dosen pembimbing II
Skripsi ini.
Penulis,
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
SUMMARY .......................................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar belakang......................................................................................... 1
B. Identifikasi masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan penelitian..................................................................................... 6
D. Manfaat penelitian................................................................................... 6
iv
C. Keadaan Pemasaran Pepaya di Kecamatan Sumbang............................. 42
D. Marjin Pemasaran Pepaya di Kecamatan Sumbang................................ 45
E. Farmer’s share, Biaya dan Keuntungan ................................................ 47
F. Profit marjin ............................................................................................ 54
G. Efisiensi Pemasaran Pepaya Kecamatan Sumbang................................. 57
LAMPIRAN........................................................................................................ 66
RIWAYAT HIDUP............................................................................................. 78
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
vii
RINGKASAN
viii
SUMMARY
ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perluasan pasar produk pertanian, baik di dalam maupun di luar negeri. Salah
bersumber dari hasil kebun adalah pemasaran (Tukan et. al., 2001).
berorientasi produksi namun juga berorientasi pasar. Salah satu program pembangunan
intensif dan komersial dalam skala agribisnis serta dikelola secara profesional
dan menambah penerimaan daerah dan devisa negara. Hal tersebut seiring dengan
1
Upaya pemenuhan gizi masyarakat melalui pengembangan tanaman buah-
buahan terus dilakukan terutama pada lahan kering atau pekarangan baik atas
akan nilai gizi buah-buahan, dan semakin bertambahnya permintaan bahan baku
faktor, seperti masa pembuahan dan umur tanaman. Pepaya memiliki umur
produktif antara 3 sampai 4 tahun. Tanaman pepaya yang sudah tidak produktif
2
Tabel 1. Data produksi pepaya di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas
periode 2003-2007
Kecamatan Sumbang selama periode tahun 2003 sampai 2007. Jumlah pohon
pepaya pada tahun 2003 sebanyak 809 pohon dengan total produksi 291 ton,
sedangkan pada tahun 2007, jumlah pohon bertambah menjadi 16.892 pohon
dengan total produksi mencapai 2.473 ton. Produksi terbesar terdapat pada tahun
2005, yaitu sebesar 6.029 ton. Peningkatan jumlah pohon dan produksi pepaya di
dilakukan petani serta adanya peluang strategis usahatani pepaya. Iklim dan lahan
produksi pepaya. Hama pada tanaman pepaya, diantaranya lalat buah (Bactrocera
sp.), bekicot (Achatina fulica B.), wereng pepaya (Empoasca stevensi), tungau
Phytophtora palmivora, virus bercak cincin dan bakteri Erwinia papayae. Upaya
3
pencegahan hama dan penyakit umumnya dilakukan dengan perawatan kebun
secara intensif, termasuk sanitasi dan drainase kebun (Kusnaman, et. al., 2008).
menjadi pertimbangan tersendiri bagi petani dalam mengatur kuantitas panen dan
memilih saluran pemasaran pepaya yang paling efisien, mengingat sifat buah
mudah rusak.
konsumen namun petani hanya menerima bagian harga relatif kecil. Harga
pepaya di tingkat petani hanya berkisar antara Rp800,00 sampai Rp1.200,00 per
kilogram, sedangkan harga jual di tingkat pengecer bisa mencapai Rp2.500,00 per
saluran pemasaran dan biaya akan mengarah pada efisiensi pemasaran, baik secara
4
murah dan mampu mengadakan pemerataan pembagian keuntungan (Oppen dan
B. Identifikasi Masalah
petani ke konsumen. Pepaya tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga
masing pihak untuk menjalankan fungsinya dan pembagian imbalan secara adil.
Masalah pokok dalam pemasaran pepaya adalah harga rendah di tingkat petani
dan harga tinggi di tingkat konsumen, sehingga pendapatan petani lebih rendah
pemasaran.
5
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
lanjut.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Pepaya
dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Meksiko dan
Costa Rica.
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
tropis. Pepaya dapat tumbuh subur pada daerah dengan curah hujan 1000 sampai
2000 mm per tahun dengan suhu optimal 22 sampai 26 oC. Derajat keasamaan
tanah untuk tanaman pepaya adalah netral, yaitu antara 6 sampai 7 dan ketinggian
tanah kurang dari 600 meter diatas permukaan laut. Tanaman pepaya tersebar di
beberapa daerah di Indonesia dengan berbagai nama, jenis dan varietasnya (Kalie, 1983).
Pepaya terbagi dua jenis, yaitu pepaya semangka dan pepaya burung.
Pepaya semangka memiliki ciri-ciri daging buah tebal, warna merah mirip daging
buah semangka dan citaranya manis. Pepaya burung memiliki ciri-ciri daging
7
buah berwarna kuning, harum dan citarasanya manis asam (Rukmana, 1996).
Karakteristik Jenis
Semangka Burung
Umur mulai berbuah (bulan) 8 8
Daerah pertumbuhan (m dpl) 0-1000 0-1000
Warna daging buah Merah sampai jingga Kuning
Rasa buah Manis Manis asam
Sumber : Aksi Agraris Kanisius, 1975.
daging dan rasa buah. Pepaya semangka memiliki warna daging buah merah
sampai jingga dan rasa buah manis, sedangkan pepaya burung berwarna kuning
Pohon pepaya menghasilkan dua komoditas, yaitu enzim papain dan buah
pepaya. Enzim papain adalah enzim protease yang dapat merusak struktur primer
protein atau ikatan antar asam amino pada rantai polimer asam amino. Buah
pepaya dapat dijadikan buah meja, sayur, manisan, asinan, saus dan selai (Kalie,
1986).
Pepaya siap dipetik saat daging buah berwarna kuning cerah dan bila kulit
buah dilukai tidak banyak mengeluarkan getah. Buah ditempatkan pada suhu
kamar setelah dipetik dan dalam tiga hari buah sudah matang. Adapun ciri-ciri
pepaya matang adalah daging buah menjadi lunak dan rasanya lebih manis.
8
Pepaya matang akan mulai membusuk dalam empat hari. Upaya untuk
buah pepaya mempunyai daya tahan simpan selama 15 sampai 20 hari (Aksi
Cara paling umum dipraktekkan adalah cara perbanyakan generatif dengan media
biji. Biji atau benih dapat diperoleh di toko-toko sarana produksi pertanian atau
jarang dilakukan karena memerlukan tanaman untuk batang bawah dalam jumlah
banyak (Kalie, 1983). Budidaya tanaman pepaya meliputi beberapa tahap, antara
lain:
1. Pembibitan
berasal dari jenis dan varietas unggul, tingkat kemurnian varietas tinggi,
penyakit serta memiliki tiga macam bunga (bunga jantan, sempurna dan
betina). Upaya untuk mendapatkan benih pepaya bermutu dan murni atau
9
mendekati kemurnian adalah dengan isolasi bunga dan seleksi biji atau
benih. Tahapan dan tata cara isolasi bunga antara lain (Rukmana, 1996):
1). Pilih pohon induk dari jenis dan varietas unggul berbunga sempurna,
misalnya varietas jingga dengan bentuk buah bulat panjang dan besar
(elongata)
2). Tempatkan bunga pepaya elongata pada pohon induk pilihan, kemudian
3). Tutup bunga elongata terpilih dengan kertas minyak atau kantong
5). Tutup kembali bunga elongata dengan kertas minyak atau kantong
7). Ambil buah pepaya matang, lalu potong 1/3 bagian pangkal buah untuk
8). Ambil biji dari 2/3 bagian buah untuk dicampurkan dengan abu dapur,
9). Cuci dan rendam biji dalam air sampai terlihat biji terendam dan
terapung. Biji terendam adalah biji berkualitas dan layak untuk ditanam
10). Kumpulkan biji hasil seleksi, lalu keringkan pada suhu ruangan sampai
10
2. Pesemaian
Menurut Rukmana (1996), kebutuhan benih per hektar lebih kurang 250
gram. Benih direndam terlebih dahulu dalam larutan fungisida Benomyl dan
Thiram (Benlate T) sebanyak 0,5 gram per liter, kemudian disemai dalam
polybag ukuran 20 x 15 cm. Media tanam terdiri dari campuran 2 ember tanah
ayakan, ditambah 1 ember pupuk kandang, 50 gram TSP dan 29 gram Curater
atau Petrofar.
bisa langsung ditanam atau disemai lebih dahulu. Pesemaian dilakukan 2 atau
3. Pengolahan tanah
dangkal, daya regenerasi kecil dan peka terhadap air menggenang, sedangkan
11
dibersihkan dan digemburkan. Panjang bedengan tergantung keadaan tanah,
sedangkan lebarnya dibuat 2 atau 2,5 meter dan tinggi 0,2 meter. Jarak antar
50 cm x 50 cm x 40 cm (Kalie, 1983).
dengan tanah, berturut-turut tanah galian bagian bawah dan tanah bagian atas
bersifat asam, harus ditambahkan dolomit setelah diberi pupuk kandang, lalu
4. Teknik penanaman
Menurut Rukmana (1996), waktu tanam paling baik adalah tiga sampai
empat bulan sebelum musim hujan. Penentuan waktu tanam tersebut bertujuan
Bibit dipindahkan dari pesemaian dapat berupa bibit cabutan atau bersamaan
dasar berupa 50 gram NPK atau campuran 50 gram Urea, 50 gram TSP dan 25
gram KCL per tanaman atau bibit pepaya. Jumlah bibit pepaya setiap lubang
tanam ditentukan sebanyak tiga bibit pepaya. Beberapa bulan kemudian dapat
5. Pemeliharaan Tanaman
tanaman pepaya adalah tungau, kutu daun (Myzus persicae Sulzer), kutu Aphis
12
gossypii Glov, kepik (Nezara virdula L.) dan Thrips tabaci Lind. Penyakit
1975):
b. Penyiangan
c. Pemupukan
1) Tiap minggu setelah tanam diberi 50 gram ZA, 25 gram Urea, 50 gram
13
4) Umur 6 bulan dan seterusnya 1 bulan sekali diberi pupuk dengan 100
air. Maka pengairan dan pembuangan air harus diatur dengan seksama.
Penanaman di daerah dengan curah hujan tinggi dan bertanah liat harus
disirami.
6. Panen
kuningan, getah berwarna bening, tankai buah mulai menguning atau terdapat
garis kuning pada ujung buah dan buah telah mencapai ukuran maksimal
(Rukmana, 1996).
berbentuk setengah kerucut dan berguna untuk menjaga agar buah papaya
tidak jatuh saat dipetik. Panen dilakukan setiap 10 hari sekali setelah panen
perdana. Tiap pohon dapat menghasilkan 30 sampai 150 buah dan akan terus–
14
menerus berbuah setelah panen pertama. Pohon pepaya sebaiknya dibongkar
7. Pascapanen
kertas pembungkus sebagai pelapis, lalu dimasukkan dalam dus karton atau
Penympanan paling baik adalah dalam ruangan dingin dengan suhu 5 sampai
C. Pemasaran
15
Produksi dan pemasaran mempunyai keterkaitan erat. Peningkatan produksi
tidak akan berarti, jika tidak ada dukungan sistem pemasaran dan mampu
menyerap hasil produksi tersebut pada tingkat harga layak. Pemasaran merupakan
lainnya, karena dipengaruhi sifat khas produk pertanian, seperti musiman, mudah
16
Pemasaran produk hortikultura pada umumnya menghadapi berbagai
bagi petani. Salah satu bukti lemahnya posisi tawar petani adalah perubahan
harga di tingkat konsumen tidak dapat segera diteruskan kepada petani produsen.
Transmisi harga kurang berjalan baik dapat menyebabkan rata-rata perubahan harga
pengecer. Hal tersebut akibat dari struktur pasar persaingan tidak sempurna dan
dalam saluran pemasaran akan membentuk mata rantai distribusi semakin panjang
jual beli. Lembaga pemasaran dapat berbentuk perorangan, perserikatan atau perseroan.
dan sifat buah. Saluran pemasaran buah-buahan di Indonesia terdiri dari lima
jenis. Kelima jenis saluran pemasaran tersebut, antara lain (Winardi, 1989):
17
1. Saluran I
Petani – Konsumen
2. Saluran II
3. Saluran III
4. Saluran IV
5. Saluran V
Konsumen
konsumen akhir. Pedagang pengumpul dapat menjual kepada hotel, restoran, dan
Pedagang besar memperoleh barang dari pedagang pengumpul lokal atau petani.
Barang tersebut selanjutnya dijual dalam jumlah lebih kecil kepada pedagang
pengecer. Eksportir dan importir berkaitan dengan pembelian dan penjualan barang
antar negara. Pedagang pengecer adalah perantara yang menjual barang kepada
18
Adanya lembaga-lembaga pemasaran dalam kegiatan pemasaran
harga di tingkat petani, ditambah dengan seluruh biaya pemasaran dan keuntungan
1. Menghitung selisih harga jual di tingkat produsen dengan harga beli di tingkat
konsumen akhir
MP = Pr − Pf
Keterangan:
MP : marjin pemasaran
Pr : harga di tingkat pedagang pengecer (retailer)
Pf : harga di tingkat petani (farmer)
pemasaran. Marjin pemasaran tinggi dan share harga bagi petani rendah
saluran pemasaran suatu produk tergantung pada beberapa faktor, antara lain
19
1. Jarak antara produsen dan konsemen
Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen, maka semakin panjang
3. Skala produksi
Struktur pasar secara teoritik dibagi dua, yaitu pasar persaingan sempurna
dan tidak sempurna. Pasar persaingan sempurna mempunyai ciri jumlah penjual
dan pembeli banyak, komoditas homogen, penjual dan pembeli tidak dapat
mempengaruhi harga dan bebas keluar masuk pasar (freedom of entry and exit).
20
persaingan tidak sempurna meliputi pasar oligopoli, monopoli, oligopsoni dan
monopsoni.
D. Profit Marjin
rentabilitas suatu usaha. Semakin tinggi profit marjin sebuah usaha maka semakin
Laba bersih
PM = x 100%
Nilai penjualan
dengan profit marjin tinggi memiliki kemampuan baik dalam mengelola sejumlah
menganggap sistem pemasaran efisien, bila produk mudah diperoleh denga harga
E. Efisiensi Pemasaran
21
ketepatgunaan. Efisiensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan menjalankan
tugas dengan baik dan cepat dengan tidak membuang-buang waktu tenaga dan
rasio output-input. Pendekatan rasio output-input terdiri dari dua sudut pandang,
yaitu konsep efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga (Sudiyono, 2001).
dengan peran dan fungsi masing-masing dalam proses penyampaian barang dan
dan penghubung antara produsen dan konsumen. Menurut Azzaino (1981), fungsi
jasa seimbang kepada semua pihak, yaitu petani, pedagang perantara dan
22
tangan konsumen dan mempunyai nilai ekonomis tinggi sehingga menghendaki
pemasaran dapat dilihat dari segi efisiensi operasional dan efisiensi harga.
biaya dalam kegiatan pemasaran (Oppen dan Raju dalam Arifudin, 1997).
harga di tingkat petani, sedangkan farmer’s share adalah persentase bagian harga
untuk petani. Pola pemasaran paling efisien memiliki marjin terkecil dan farmer’s
indikator koefisien korelasi harga dan elastisitas transmisi harga. Analisis korelasi
harga dan elastisitas transmisi harga menunjukkan keterkaitan harga antara dua
23
Analisis korelasi dan transmisi dalam penelitian Roziah (2005),
tingkat konsumen. Hasil penelitian didapat nilai korelasi 0,98 dan elastisitas
dikatakan efisien, apabila marjin pemasaran rendah dan koefisien korelasi harga
tinggi.
24
III. METODE PENELITIAN
beberapa sampel untuk mendapatkan keterangan lebih jelas dan valid tentang
B. Sasaran Penelitian
pepaya terdapat di empat desa, antara lain Banjarsari Kulon, Banjarsari Wetan,
desa dilakukan secara sengaja (purposive), karena produksi di empat desa tersebut
relatif lebih tinggi dan jumlah petani pepaya lebih banyak dari desa lain.
25
C. Rancangan Pengambilan Sampel
dilakukan karena luas kepemilikan lahan dan jumlah populasi tanaman heterogen.
Sampling adalah tersedianya daftar anggota petani atau sample frame dari populasi
petani pepaya di Kecamatan Sumbang sudah tersedia. Populasi dibagi menjadi tiga
strata berdasarkan nilai interval dari rata-rata luas lahan. Adapun ketentuannya,
yaitu strata I (kurang dari 0,45 hektar), strata II (0,45 sampai 0,825 hektar) dan
strata III (lebih dari 0,825 hektar). Nilai interval sebesar 3750 hektar diperoleh dari
selisih lahan terluas dan lahan tersempit kemudian dibagi dengan jumlah strata.
NZ α2 / 2 N h S h2
n=
N 2 E 2 + Z α2 / 2 N h S h2
Nh
nh = n
N
Keterangan:
N : Jumlah populasi
n : Jumlah sampel
Nh : Jumlah populasi tiap strata
nh : Jumlah sampel tiap strata
E : tingkat toleransi kesalahan
Za/2 : nilai distribusi normal baku (Tabel-Z) pada tertentu
Sh : standar deviasi strata
26
Berdasarkan hasil perhitungan sampel dengan tingkat toleransi kesalahan
0,05 atau 5 persen, diperoleh sampel total sebanyak 23 petani responden dan
petani responden, strata II sebanyak 11 petani responden dan strata III sebanyak 5
sampel dilakukan secara berantai, mulai dari ukuran sampel terkecil sampai
terbesar (Sugiarto et. al., 2003). Jumlah sampel pedagang sebanyak 18 orang,
langsung dengan petani pepaya dan pedagang perantara. Data lain penelitian
berupa data sekunder, yaitu data dari instansi terkait, internet dan berbagai
pustaka.
27
2. Biaya pemasaran, adalah biaya lembaga pemasaran dalam menyampaikan
5. Marjin pemasaran, adalah selisih harga pepaya di tingkat petani dengan harga
6. Farmer’s share, adalah persentase bagian harga untuk petani terhadap harga di
F. Analisis Data
selisih harga di tingkat konsumen akhir dengan harga di tingkat produsen dan
28
komoditas tersebut. Menurut Azzaino (1981) Secara sistematis marjin
MP = Pr − Pf
Keterangan:
MP : marjin pemasaran
Pr : harga di tingkat pedagang pegecer (retailer)
Pf : harga di tingkat petani (farmer)
2. Farmer’s share
Besarnya bagian harga bagi petani dari harga jual pepaya dapat
Pf
Si = × 100%
Pr
(Azzaino, 1981):
Bi
Sbi = × 100%
Pr − Pf
Ki
SKPi = × 100%
Pr − Pf
Keterangan:
29
3. Analisis profit marjin
Laba bersih
PM = x 100%
Nilai penjualan
semakin efisien suatu saluran pemasaran. Indeks efisiensi teknis (T) dan
Wahyuningsih, 2005):
Vij /wij
Tij =
dij
30
Indeks efisiensi ekonomis (E)
k (πijk )
Eij =
Vij
Keterangan:
T : biaya pemasaran per berat akhir penjualan barang per unit jarak
:
Eij jumlah keuntungan lembaga per variabel biaya pemasaran
V : biaya pemasaran
W : berat akhir penjualan
: jumlah keuntungan pada tiap lembaga pemasaran
d : total jarak tempuh komoditas
i : jenis komoditas
j : jenis saluran pemasaran
k : jumlah pedagang untuk komoditas i dalam saluran pemasaran j
1) Secara teknis, apabila nilai Tij lebih kecil dari Tij lainnya maka saluran
distibusi efisien.
2) Secara ekonomis, apabila nilai Eij lebih besar dari nilai Eij lainnya
dan atau indeks efisiensi ekonomis saluran A lebih besar dari saluran B.
31
tingkat pedagang pengecer. Penentuan elastisitas transmisi harga dapat
dPr Pf
Et = ×
dPf Pr
Keterangan:
2) Et > 1 berarti laju perubahan di tingkat petani lebih besar dari pada laju
3) Et < 1 berarti laju perubahan di tingkat petani lebih kecil dari pada laju
32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
diatas permukaan laut dan topografi bervariasi, yaitu dari datar sampai
19 desa. Desa paling luas adalah Limpakuwus, yaitu seluas 1.170 ha,
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas, 2006). Nama desa dan luas
33
Tabel 3. Daftar desa dan luas wilayah di Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas Tahun 2006
2. Penggunaan Tanah
kering. Total luas lahan kering sebesar 3.198 hektar, meliputi pekarangan atau
34
merupakan lahan sawah dengan irigasi sederhana dan setengah teknis.
pepaya dan tanaman tahunan. Pepaya jenis bangkok dan jingga banyak
35
3. Keadaan Iklim
Sumbang memiliki curah hujan 1.495 milimeter per tahun dan jumlah hari
hujan sebanyak 149 hari. Suhu minimum mencapai 24,5 oC dan suhu
maksimum 30,9 oC. Menurut Aksi Agraris Kanisius (1975), suhu optimal
merata, antara 1.000 sampai 2.000 milimeter per tahun. Keadaan curah hujan
dan suhu udara di Kecamatan Sumbang cukup layak untuk budidaya pepaya.
4. Keadaan Penduduk
36
Tabel 5. Komposisi penduduk berdasarkan umur di Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas tahun 2006
berumur tidak produktif adalah kelompok umur 0 sampai 14 tahun dan di atas
berikut:
RK = 27.401 x 100%
41.914
= 65,37 %
37
Tabel 6. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas 2006
dan 14.317 orang bekerja di luar bidang pertanian. Data tersebut menunjukkan
memberikan efek positif terutama pada pola pikir masyarakat dalam meyikapi
38
pada akhirnya mempengaruhi laju pembangunan daerah. Data mengenai
persentase lebih dari 50 persen atau lebih dari setengah penduduk Kecamatan
ditingkatkan.
5. Kondisi Aksesibilitas
kemudahan dalam mencapai suatu hal selalu didukung ketersediaan sarana dan
39
di Kecamatan Sumbang, meliputi saluran irigasi, drainase, sarana jalan,
B. Identitas Responden
1. Umur Responden
Tabel 8.
sampai 50 tahun, yaitu 12 orang atau 52,17 persen dari total petani responden.
40
2. Tingkat Pendidikan
banyak, yaitu 11 orang atau 47,82 persen dari total responden. Responden
3. Tanggungan Keluarga
41
Tabel 10. Komposisi tanggungan keluarga responden di Kecamatan Sumbang.
jumlah tanggungan keluarga sebanyak tiga sampai lima orang, yaitu terdapat
pengumpul telah menjadi mitra usaha, terutama dalam hal penyediaan benih
konsumen
pengecer → konsumen
42
Setiap saluran memiliki karakteristik masing-masing sebagai pembeda
antara saluran satu dengan saluran lainnya. Persentase jumlah petani di saluran
I sebanyak 21,74 persen dari total petani responden. Pepaya di saluran I dibeli
pupuk dan beberapa sarana produksi, sedangkan pedagang diberi hak untuk
menyerap seluruh hasil produksi pepaya dari petani. Persentase jumlah petani
Persentase jumlah petani di saluran III sebanyak 26,09 persen dari total petani
responden.
43
Saluran pemasaran III memiliki karakteristik sama dengan saluran II
dalam hal pola kemitraan, sistem penjualan dan grade pepaya. Saluran II dan
III hanya menjual pepaya grade A untuk varietas bangkok dan jingga. Hal ini
dan kualitas pepaya yang dikonsumsi. Pedagang pengecer di saluran II dan III
dan III menempati kios-kios buah di pinggiran jalan utama Kota Purwokerto
Grade A untuk pepaya jingga adalah pepaya dengan berat 1,8 sampai
2,4 kilogram, sedangkan untuk jenis bangkok adalah 1,5 sampai 2 kilogram.
44
Pepaya grade A banyak diminati konsumen, karena ukuran buah cukup ideal
bangkok dan jingga adalah pepaya dengan ukuran besar dan kecil. Harga
utama, yaitu harga jual dan harga beli lembaga pemasaran. Data mengenai
Besarnya Marjin
Jenis Lembaga
Saluran I Saluran II Saluran III
Pemasaran
Rp/kg % Rp/kg % Rp/kg %
Pengumpul - - 325,00 27,60 266,67 21,05
Besar - - - - 350,00 27,63
Pengecer 759,00 100 852,50 70,11 650,00 51,32
Total 759,00 100 1.177,50 100 1.266,67 100
Sumber : Data Primer diolah, 2008.
45
Tabel 12 menjukkan bahwa lembaga pemasaran di saluran I adalah
per kilogram atau 41,59 persen dari harga jual rata-rata di tingkat konsumen.
jual rata-rata pepaya pada saluran I sebesar Rp1.825,00 per kilogram. Pepaya
di saluran I terdiri dari grade A dan B. Proses grading dilakukan petani saat
dipasarkan karena jumlahnya realtif sedikit, yaitu sekitar 2 persen dari total
pemasaran III sebesar Rp1.266,67 per kilogram atau 50,67 persen dari harga
46
karena memiliki marjin pemasaran paling kecil di antara saluran-saluran
pemasaran jeruk siam terendah terdapat pada saluran III, yaitu sebesar
Rp883,63 per kilogram. Lembaga pemasaran di saluran III hanya terdiri dari
pemasaran serta untuk mengetahui bagian harga untuk petani (farmer’s share).
47
Tabel 13. Farmer’s share, biaya pemasaran, keuntungan lembaga pemasaran
pepaya di Kecamatan Sumbang
1. Farmer’s share
semakin rendah bagian harga untuk petani (farmer’s share). Farmer’s share
saluran I, yaitu sebesar 58,42 persen dari harga jual rata-rata di tingkat
persen dan 49,33 persen dari harga jual rata-rata di tingkat konsumen. Saluran
48
Posisi tawar petani di saluran I relatif lebih kuat dari petani di saluran
farmer’s share pemasaran anggur di Bali pada setiap saluran pemasaran rata-
pepaya.
49
dan konsumen. Hasil penelitian pemasaran pepaya di Kecamatan Sumbang
pemasaran.
tertinggi untuk pemasaran mangga gedong gincu terdapat pada saluran kedua,
yaitu sebesar Rp8871,63 per kilogram atau 52,51 persen dari harga jual rata-
rata. Saluran kedua juga memiliki marjin pemasaran terkecil, yaitu Rp8024,21
per kilogram atau 47,49 persen dari harga jual rata-rata. Saluran paling
membuktikan hal serupa, yaitu pemasaran paling efisien bagi petani adalah
2. Persentase Biaya
bahan bakar kendaraan dan ongkos angkutan. Biaya tenaga kerja mewakili
50
seluruh upah karyawan dan buruh angkut. Biaya penyusutan berkenaan
anyaman bambu. Biaya retribusi adalah semua jenis iuran dan pajak untuk
terdapat pada saluran II, yaitu sebesar 32,66 persen dari marjin pemasaran.
jauh lebih banyak dari saluran I, sehingga walaupun biaya per satuannya lebih
karena proporsi biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari saluran lainnya dan
penyerapan hasil panen dari petani lebih banyak dari saluran I. Saluran
adalah saluran II. Perhitungan persentase biaya dapat dilihat pada Lampiran 5.
51
terendah terdapat pada saluran pertama, yaitu sebesar Rp341,73 per kilogram
atau 1,99 persen dari total marjin. Biaya pemasaran mangga gedong gincu di
saluran kedua dan ketiga lebih besar. Tingginya biaya di kedua saluran
saluran II, sehingga saluran II adalah saluran pemasaran pepaya paling efisien
3. Persentase Keuntungan
52
persentase keuntungan lembaga pemasaran terbesar, yaitu Rp792,90 per
kilogram atau 67,34 persen dari total marjin. Saluran I dan III memiliki
persentase keuntungan lebih kecil, yaitu 59,03 persen dan 57,76 persen. Hal
pemasaran lain.
pengecer hanya mampu menjual pepaya sebanyak 40 sampai 400 kilogram per
Lampiran 6.
53
membeli dalam jumlah banyak. Pedagang pengecer di saluran II mampu
menjual pepaya dengan harga relatif tinggi, sehingga perolehan laba lebih
pedagang lainnya. Hal tersebut sebanding dengan risiko dan peran pedagang
biaya paling kecil dan persentase keuntungan lembaga pemasaran paling besar
relatif banyak, yaitu berkisar antara 600 sampai 1.200 kilogram setiap minggu.
F. Profit Marjin
54
Tabel 14. Profit marjin masing-masing lembaga di Kecamatan Sumbang
pedagang pengecer di saluran II, yaitu sebesar 24,7 persen dari total penjualan.
relatif tinggi. Setiap perubahan harga beli dari petani atau pedagang
dibandingkan pedagang lain, seperti buah busuk atau menyusut dan risiko
55
tergantung besar kecilnya peranan dan risiko atau biaya dalam memasarkan
Menurut Kohls dan Uhl (1979), profit marjin merupakan daya tarik bagi
pedagang untuk ikut terlibat dalam proses pemasaran. Semakin besar profit
saluran IV merupakan saluran pemasaran ubi kayu paling efisien, karena profit
marjin pada saluran tersebut lebih besar dari saluran pertama. Hal tersebut
dikarenakan harga beli ubikayu lebih rendah dari harga beli pada saluran I.
marjin juga dipengaruhi oleh biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh suatu
56
G. Efisiensi Pemasaran Pepaya di Kecamatan Sumbang
1. Efisiensi operasional
Efisiensi operasional terdiri dari dua indikator, yaitu efisiensi teknis dan
sesuatu bersifat teknis, seperti pemanfaatan waktu, tenaga kerja dan biaya.
60,94. saluran II dan III secara berturut-turut memiliki indeks efisiensi teknis
57
merupakan saluran pemasaran pepaya paling efisien secara teknis
pada tahun 1978, yaitu pada studi efisiensi saluran pemasaran Kentang
2,11, saluran kedua sebesar 1,33, saluran ketiga sebesar 1,1, saluran keempat
sebesar 0,63 dan saluran kelima sebesar 0,16. Indeks efisiensi teknis di saluran
Saluran kelima memiliki jarak tempuh paling dekat diantara keempat saluran
variabel kecil dan jarak tempuh relatif dekat menjadikan saluran pemasaran
58
tersebut tidak efisien secara teknis, sedangkan pada saluran kelima dengan
biaya variabel besar dan jarak tempuh relatif jauh menjadikan saluran
terdapat pada saluran II yaitu sebesar 2,06. Nilai indeks efisiensi ekonomis
dan III memiliki indeks efisiensi ekonomis masing-masing sebesar 1,44 dan
efisiensi ekonomis sebesar 4,08 pada saluran pertama merupakan nilai paling
paling efisien adalah saluran II. Saluran I adalah saluran pemasaran pepaya
59
semakin cepat produk pertanian sampai ke konsumen dengan nilai ekonomis
2. Efisiensi Harga
kenaikan harga BBM pada tanggal 24 Mei 2008. Kenaikan harga BBM
tersebut diikuti dengan kenaikan beberapa sarana produksi, seperti benih, dan
pupuk.
nilai sebesar 0,95 atau kurang dari satu. Hal tersebut menunjukkan bahwa laju
perubahan harga di tingkat petani lebih kecil dari laju perubahan harga di
tingkat konsumen dan pasar bagi seluruh pelaku pasar berbentuk pasar
dari nilai elastisitas transmisi harga kurang dari satu adalah setiap perubahan
60
Menurut Handewi dalam Endah (2006), transmisi harga berjalan kurang
belum diketahui dengan baik oleh petani karena hambatan tertentu. Hambatan
pembentukan harga.
61
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
2. Farmer’s share pada saluran I adalah 58,42 persen, saluran II adalah 51,74
persen dan saluran III adalah 49,33 persen. Persentase biaya pada saluran I
adalah 40,97 persen, saluran II adalah 32,66 persen dan saluran III adalah 4,24
59,03 persen, saluran II adalah 67,34 persen dan saluran 57,76 persen.
3. Profit marjin di saluran I adalah 22,61 persen, saluran II adalah 32,86 persen
B. Saran
62
2. Perlunya pengembangan media informasi harga sampai tingkat petani,
63
DAFTAR PUSTAKA
64
Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan
dan Penerangan Ekonomi, dan Sosial, Yogyakarta. 243 hal.
Roziah, S. 2005. Studi Efisiensi Jalur Pemasaran Salak Pondoh (Salacca adulis
Reinw cv Pondoh) di Kecamatn Turi Kabupaten Sleman. Skripsi.
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. 102 hal. (Tidak
dipublikasikan).
Sucipto. 2008. Efisiensi Pemasaran Mangga Gedong Gincu (Mangifera indica L.)
Di Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Skripsi.
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. (Tidak dipublikasikan).
Sugiarto, D., Siagian, L.T., Sunaryanto, D.S., Oetomo. 2003. Teknik Sampling. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
65
Lampiran 1. Perhitungan contoh dan ukuran sampel petani
66
Lampiran 2. Peta Kecamatan Sumbang.
67
Lampiran 3. Perhitungan marjin pemasaran pepaya
1. Saluran I
Pedagang Pengecer
Harga beli rata-rata dari petani per kg = Rp. 1.066,60
Harga jual rata-rata ke konsumen per kg = Rp. 1.825,60
Total Marjin = Rp. 759,00
2. Saluran II
a. Pedagang Pengumpul
Harga beli rata-rata dari petani per kg = Rp. 1.262,50
Harga jual rata-rata ke pedagang pengecer per kg = Rp. 1.587,50
Besarnya Marjin (M1) = Rp. 325,00
b. Pedagang Pengecer
Harga beli rata-rata dari pedagang pengumpul per kg = Rp. 1.587,50
Harga jual rata-rata ke konsumen per kg = Rp. 2.440,00
Besarnya Marjin (M2) = Rp. 852,50
3. Saluran III
a. Pedagang Pengumpul
Harga beli rata-rata dari petani per kg = Rp. 1.233,33
Harga jual rata-rata ke pedagang besar per kg = Rp. 1.500,00
Besarnya Marjin (M1) = Rp. 266,67
b. Pedagang Besar
Harga beli rata-rata dari pedagang pengumpul per kg = Rp. 1.500,00
Harga jual rata-rata ke pedagang pengecer per kg = Rp. 1.850,00
Besarnya Marjin (M2) = Rp. 350,00
c. Pedagang Pengecer
Harga beli rata-rata dari pedagang besar per kg = Rp. 1.850,00
Harga jual rata-rata ke konsumen per kg = Rp. 2.500,00
Besarnya Marjin (M3) = Rp. 650,00
68
Lampiran 4. Perhitungan farmer’s share
1. Saluran I
Pf = Rp. 1.066,60
Pr = Rp. 1.825,60
1.066,60
FS = × 100% = 58,42%
1.825,60
2. Saluran II
Pf = Rp. 1.262,50
Pr = Rp. 2.440,00
1.262,5
FS = × 100% = 51,74%
2.440
3. Saluran III
Pf = Rp. 1.233,33
Pr = Rp. 2.500,00
1.233,33
FS = × 100% = 49,33%
2.500
69
Lampiran 5. Bagian biaya terhadap besarnya marjin
1. Saluran I
Pedagang Pengecer
115,63
Biaya transportasi = × 100% = 15.23%
759
60,94
Biaya tenaga kerja = × 100% = 8,03%
759
28,13
Biaya penyusutan = × 100% = 3,71%
759
70,31
Biaya Pengemasan = × 100% = 9,26%
759
35,94
Biaya Retribusi = × 100% = 4,73%
759
2. Saluran II
a. Pedagang Pengumpul
75
Biaya transportasi = × 100% = 6,73%
1.177,5
36,11
Biaya tenaga kerja = × 100% = 3,07%
1.177,5
6,39
Biaya penyusutan = × 100% = 0,54%
1.177,5
50
Biaya Pengemasan (Peti) = × 100% = 4,25%
1.177,5
3,89
Biaya Retribusi = × 100% = 0,33%
1.177,5
b. Pedagang Pengecer
18,57
Biaya transportasi = × 100% = 1,58%
1.177,5
52,86
Biaya tenaga kerja = × 100% = 4,49%
1.177,5
60
Biaya penyusutan = × 100% = 5,10%
1.177,5
70
Lanjutan Lampiran 5
64,29
Biaya Pengemasan = × 100% = 5,46%
1.177,5
17,5
Biaya Retribusi = × 100% = 1,49%
1.177,5
3. Saluran III
a. Pedagang Pengumpul
75
Biaya transportasi = × 100% = 5,92%
1.266,67
36,11
Biaya tenaga kerja = × 100% = 2,85%
1266,67
6,39
Biaya penyusutan = × 100% = 0,5%
1.266,67
50
Biaya Pengemasan (Peti) = × 100% = 3,95%
1.266,67
3,89
Biaya Retribusi = × 100% = 0,31%
1.266,67
b. Pedagang Besar
56,25
Biaya transportasi = × 100% = 4,44%
1.266,67
33,75
Biaya tenaga kerja = × 100% = 2,66%
1.266,67
10,83
Biaya penyusutan = × 100% = 0,83%
1.266,67
35,42
Biaya Pengemasan = × 100% = 2,8%
1.266,67
14,17
Biaya Retribusi = × 100% = 1,12%
1.266,67
71
Lanjutan Lampiran 5
c. Pedagang Pengecer
18,57
Biaya transportasi = × 100% = 1,47%
1.266,67
52,86
Biaya tenaga kerja = × 100% = 4,17%
1.266,67
60
Biaya penyusutan = × 100% = 4,74%
1.266,67
64,29
Biaya Pengemasan = × 100% = 5,08%
1.266,67
17,5
Biaya Retribusi = × 100% = 1,38%
1.266,67
72
Lampiran 6. Perhitungan Bagian Keuntungan terhadap Marjin
1. Saluran I
448,06
Pedagang Pegecer = × 100% = 59,03%
759
2. Saluran II
153,61
a. Pedagang Pengumpul = × 100% = 13,05%
1.177,5
639,29
b. Pedagang Pengecer = × 100% = 54,29%
1.177,5
3. Saluran III
95,28
a. Pedagang Pengumpul = × 100% = 7,52%
1.266,67
199,58
b. Pedagang Besar = × 100% = 15,76%
1.266,67
436,79
c. Pedagang Pengecer = × 100% = 34,48%
1.266,67
73
Lampiran 7. Perhitungan profit marjin
1. Saluran I
Pedagang Pengecer
1) Harga beli rata-rata per kg Rp. 1.066,60
2) Volume pembelian rata-rata 64 kg = Rp. 68.262,40
3) Biaya
a) Transportasi (115,63 x 64) = Rp. 7.400,00
b) Tenaga kerja (60,94 x 64) = Rp. 3.900,00
c) Penyusutan (28,13 x 64) = Rp. 1.800,0
d) Pengemasan (70,31 x 64) = Rp 4.500,00
e) Retribusi (35,94 x 64) = Rp. 2.300,00
4) Harga jual rata-rata ke konsumen Rp. 1.825,60
5) Volume penjualan 62,4 kg = Rp. 113.917,44
6) Laba bersih [(5)-(3)-(2)] = = Rp. 25.755,04
25.755,04
7) Profit marjin = × 100% = 22,61%
113.917,44
2. Saluran II
a. Pengecer Pengumpul
1) Harga beli rata-rata per kg Rp. 1.262,50
2) Volume pembelian rata-rata 866,67 kg = Rp. 1.094.167,09
3) Biaya
a) Transportasi (75 x 866,67) = Rp. 6.333,33
b) Tenaga kerja (36,11 x 866,67) = Rp. 29.333,33
c) Penyusutan (6,39 x 866,67) = Rp. 5.333,33
d) Pengemasan (50 x 866,67) = Rp. 43.333,33
e) Retribusi (3,89 x 866,67) = Rp 3.333,33
4) Harga jual rata-rata ke konsumen Rp. 1.587,50
5) Volume penjualan 849,33 kg = Rp. 1.348.311,38
6) Laba bersih [(5)-(3)-(2)] = Rp. 109.477,62
109.477,62
7) Profit marjin = × 100 = 8,12%
1.348.311,38
74
Lanjutan Lampiran 7
b. Pedagang Pengecer
1) Harga beli rata-rata per kg Rp. 1.587,50
2) Volume pembelian rata-rata 280 kg = Rp. 444.500,00
3) Biaya
a) Transportasi (18,7 x 280) = Rp. 5.200,00
b) Tenaga kerja (52,86 x 280) = Rp. 14.800,00
c) Penyusutan (60 x 280) = Rp. 16.800,00
d) Pengemasan (64,29 x 280) = Rp. 18.000,00
e) Retribusi (17,5 x 280) = Rp. 4.900,00
4) Harga jual rata-rata ke konsumen Rp. 2.440,00
5) Volume penjualan 274,4 kg = Rp. 669.536,00
6) Laba bersih [(5)-(3)-(2)] = Rp. 165.336,00
165.336
7) Profit marjin = × 100% = 24,7%
669.536
3. Saluran III
a. Pengumpul Pengumpul
1) Harga beli rata-rata per kg Rp. 1.233,33
2) Volume pembelian rata-rata 866,67 kg = Rp. 1.068.877,78
3) Biaya
a) Transportasi (75 x 866,67) = Rp. 6.333,33
b) Tenaga kerja (36,11 x 866,67) = Rp. 29.333,33
c) Penyusutan (6,39 x 866,67) = Rp. 5.333,33
d) Pengemasan (50 x 866,67) = Rp. 43.333,33
e) Retribusi (3,89 x 866,67) = Rp. 3.333,33
4) Harga jual rata-rata ke konsumen Rp. 1.500,00
5) Volume penjualan 849,33 kg = Rp. 1.273.995,00
6) Laba bersih [(5)-(3)-(2)] = Rp. 60.450,56
60.450,56
7) Profit marjin = × 100% = 4,74%
1.273.995
75
Lanjutan Lampiran 7
b. Pedagang Besar
1) Harga beli rata-rata per kg Rp. 1.500,00
2) Volume pembelian rata-rata 500 kg = Rp. 750.000,00
3) Biaya
a) Transportasi (56,25 x 500) = Rp. 27.500,00
b) Tenaga kerja (33,75 x 500) = Rp. 16.500,00
c) Penyusutan (10,83 x 500) = Rp. 5.000,00
d) Pengemasan (35,42 x 500) = Rp. 17.500,00
e) Retribusi (14,17 x 500) = Rp. 7.000,00
4) Harga jual rata-rata ke konsumen Rp. 1.850,00
5) Volume penjualan 490 kg = Rp. 906.500,00
6) Laba bersih [(5)-(3)-(2)] = Rp. 83.000,00
83.000
7) Profit marjin = × 100% = 9,16%
906.500
c. Pedagang Pengecer
1) Harga beli rata-rata per kg Rp. 1.850,00
2) Volume pembelian rata-rata 280 kg = Rp. 518.000,00
3) Biaya
a) Transportasi (18,57 x 280) = Rp. 5.200,00
b) Tenaga kerja (52,86 x 280) = Rp. 14.800,00
c) Penyusutan (60 x 280) = Rp. 16.800,00
d) Pengemasan (64,29 x 280) = Rp. 18.000,00
e) Retribusi (17,5 x 280) = Rp. 4.900,00
4) Harga jual rata-rata ke konsumen Rp. 2.500,00
5) Volume penjualan 274,4 kg = Rp. 686.000,00
6) Laba bersih [(5)-(3)-(2)] = Rp. 108.300,00
108.300
7) Profit marjin = × 100% = 15,79%
686.000
76
Lampiran 8. Perhitungan elastisitas transmisi harga antara harga pepaya di
kecamatan Sumbang
804 1.237
= × = 0,95 atau (Et < 1)
422 2.487
77
RIWAYAT HIDUP
78