You are on page 1of 20

DIABETES MELITUS

Anggota : 1. Dian Kurnia Sari 2. Agnes Eka 3. Prasetyo Handy K 4. Prasasti Wati Nirmala 5. Windy Oktavia Boru Hombing 6. Fajar Risda Astuti 7. Yosefina N. Seran 8. Baptissa Mira Miranti 9. Amida E. Saa 118114089 118114102 118114108 118114133 118114134 118114165 118114168 118114179 118114186

DIABETES MELITUS
Diabetes adalah suatu penyakit metabolik dengan kadar gula darah yang tinggi secara kronis dengan gangguan metabolisme yang bisa dikarenakan kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Insulin merupakan hormon yang dilepaskan oleh pankreas, untuk mempertahankan kadar gula darah pada kondisi normal. Insulin memasukan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.

Klasifikasi Diabetes Melitus


Diabetes Melitus Tipe 1
Karena destruksi sel sehingga menyebabkan defisiensi insulin.

Diabetes Melitus Tipe 2


Karena defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan insulin bersama resistensi insulin

Diabetes Melitus Tipe Lain


Karena defek genetik, infeksi, obat-obatan, atau zat kimia.

Diabetes Melitus Gestasional


Diabetes melitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifat sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk DM Tipe 2.

Gejala
Gejala khas/klasik DM :
Polifagia : sering merasa lapar Poliuria : sering kencing Polidipsia : sering haus Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya

Keluhan lainnya berupa


Badan lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta gatal daerah kemaluan pada wanita

Kriteria Diagnosis DM
Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL.
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. atau

Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa 126 mg/dL.


Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. atau

Kadar glukosa plasma 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 200 mg/dL.

Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaaan pada DM :
Jangka pendek :
Menghilangkan keluhan dan tanda DM Menimbulkan rasa nyaman Mengendalikan kadar glukosa darah sesuai target

Jangka Panjang :
Mencegah dan menghambat perkembangan komplikasi pada pembuluh darah (mikroangiopati, makroangiopati, dan saraf (neuropati)).

SASARAN TERAPI
Sasaran terapi untuk diabetes melitus tipe 2 adalah kadar glukosa darah, komplikasi, dan pola hidup penderita diabetes melitus tipe 2. Terapi harus meminimalkan gejala dan menghindari komplikasi, dan memungkinkan pasien untuk hidup normal.

KASUS
Seorang wanita berumur 60 tahun Berobat ke poskes Tekanan darah 120/70 mmHg Gula Darah 402 mg/dL ( diderita 5 tahun) Didiagnosis DM, sakit perut Tidak diketahui alergi Tidak diketahui riwayat penyakit lain Tidak diketahui berat badan

Dengan obat :
Metformin 500 mg tb no X S 2 dd 1 tablet Glibenclamid 2,5 mg no X S 1 dd 1 tablet Antasida no X S 3 dd 1 tablet Mecobalamin 250 g no VII S 2 dd 1 tablet

Glibenklamid
Gol : sulfonilurea Indikasi : mengobati diabetes tipe 2. ESO : hipoglikemia (gula darah rendah). Dosis dewasa: 2,5 - 5 mg/hari Onset : kurang dari 1 jam, durasi : 12 24 jam T1/2 : 10 jam Vd : 0,125 L/kg, selama fase eliminasi Vd : 0,155 L/kg Tmaks : 2 6 jam Klirens : 78 ml/jam/kg Aturan pakai : Dewasa 1x sehari, 1 tablet. Mekanisme kerja : Merangsang sekresi insulin dari sel-sel -Langerhans; menurunkan keluaran glukosa dari hati Pada Resep aturan pakai sesuai 1x sehari 1 tablet

Metformin (Biguanid)
Indikasi : antihiperglikemik oral untuk diabetes tipe 2 dengan berat badan berlebih (pilihan utama untuk obesitas ) Mekanisme : Metformin dianggap meningkatkan sensitivitas insulin in vivo, sehingga konsentrasi glukosa plasma berkurang, penyerapan glukosa meningkat, dan penurunan glukoneogenesis. Aturan Pakai : Untuk mengobati diabetes tipe 2 pada orang dewasa, metformin biasanya dimulai dengan dosis 500 mg dua kali sehari atau 850 mg sekali sehari. Dosis harian maksimum adalah 2.550 mg diberikan dalam tiga dosis terbagi. ESO : Penggunaan jangka panjang Metformin menyebabkan malabsorpsi vitamin B12, asidosis, dan anorexia ( nafsu makan berkurang ). Dosis : 500 mg Cp maks : 1 -3 jam Onset : 1-1,5 jam Tmaks : 6,2 jam T1/2 : 18,5-31,5 jam Clearance :718-1552 mL/menit VD : 654 358L pada dosis 850 mg Interaksi Obat : Simetidin dapat meningkatkan metformin dalam darah hingga 40% Metformin tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia karena tidak merangsang pembentukan insulin Pada resep 500 mg, 2x sehari 1 tablet. Metformin menurunkan glukosa darah dengan memperbaiki transport glukosa kedalam sel otot yang dirangsang oleh insulin. Obat ini dapat memperbaiki ambilan glukosa sebesar 1040%, Metformin menurunkan produksi glukosa hati dengan mengurangi glikogenolisis dan glukoneogenesis. Metformin ,meningkatkan jumlah reseptor insulin.

Mecobalamin
Indikasi: Neuropati perifer dan anemia megaloblastik yang disebabkan defisiensi vitamin B12. Mekanisme: Vitamin B12 secara normal berperan signifikan di metabolisme dari setiap sel di dalam tubuh, terutama mempengaruhi sintesis dan regulasi DNA dan juga sintesis asam lemak dan produksi energi. Dosis: 500microgram/hari Aturan pakai : 2x 1 tablet/hari T 1/2: 12.5 hr T max: 3.6 hr Vitamin B12 ini diberikan untuk menanggulangi kekurangan Vitamin B12 yang disebabkan oleh efek samping dari Metformin. Selain itu Vitamin B12 ini diberikan karena kebanyakan orang pada umur lanjut susah untuk mengabsorbsi Vitamin B12 yang terdapat dalam makanan.

Antasida
Indikasi : Menetralisir asam lambung,ganguan pencernaan,meredakan gejala kembung, gangguan pencernaan Kontra indikasi : pasien dengan gangguan ginjal ESO : konstipasi, diare, mual, muntah Dosis : 3-4 kali sehari 1-2 tablet Pada resep tidak dicantumkan kekuatan Dengan aturan pakai 3 x sehari 1 tablet Mekanisme kerja : menetralkan HCl dalam lambung dengan membentuk garam Al(cl)3 dan H2O

INTERAKSI OBAT
1. Antasida Al(OH)3 dan Glibenclamide Alumunium hidroksida meningkatkan tingkat atau efek glibenclamide dengan meningkatkan pH lambung. 2. Metformin dan Mecobalamin Metformin menurunkan tingkat mecobalamin oleh mekanisme interaksi yang tidak ditentukan, interaksi tidak signifikan.

Kombinasi Obat DM
Mengingat sifat penyakit diabetes yang progresif, pasien yang kadar gula darahnya sulit tercapai dengan terapi obat tunggal, kontrol gula darah dengan terapi kombinasi dapat tercapai dengan lebih cepat, terutama apabila menggunakan kombinasi OHO (obat hiperglikemik oral) yang mempunyai target terapi yang berbeda. Glibenklamid memiliki masa kerja yang panjang oleh karena itu tidak dianjurkan pada lanjut usia berkaitan dengan tingginya resiko hipoglikemia. Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui efektifitas terapi kombinasi glibenclamide dengan metformin 2,5 mg/500 mg pada pasien dengan diabetes tipe 2. Kombinasi ini dipilih karena:
Kerja dari kedua obat ini berbeda. Dengan terapi kombinasi menurunakan dosis masing-masing obat, menurunkan angka kejadian kerusakan fungsi organ, memperbaiki efektifitas dan menurunkan angka kejadian efek samping. Kedua obat menurunkan angka kejadian komplikasi diabetes pada penelitian di Inggris, Prospective Diabetes Study. Pemberian kedua obat ini dengan bersamaan tidak mengganggu farmakokinetik masing-masing obat. Kedua obat ini sebagai monoterapi terbukti efektif dari pengalaman bertahun-tahun.

Metformin dapat menekan potensi glibenklamid dalam menaikkan berat badan pada pasien diabetes melitus tipe 2, sehingga cocok untuk pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengalami kelebihan berat badan

Antasida untuk apa? T1/2 untuk menentukan frekuensi pemberian obat. Apakah sudah sesuai aturan atau belum?? Glibenklamid clirens Metformin onset, VD, cek apa aja yang kurang Kesesuaian antara resep dengan literatur Sesuai ama pasien atau tidak Persingkat bahasa dalam ppt. Fungsi vit B12 untuk apa?

Antasid
Antasid untuk tukak lambung. Ada 2 kemungkinan terjadinya tukak lambung pasien: 1. Sebelumnya pasien merupakan pengguna aktif metformin, dimana metformin sendiri memiliki efek samping menekan nafsu makan 2. Pasien memiliki riwayat tukak lambung

Pengatasan
Penggunaan antasida dan glibenklamid tidak boleh bersamaan, diberi jeda. Hal ini bisa diatasi karena peningkatan efek glibenklamid terjadi pada fase absorbsi saat kedua obat dikonsumsi bersamaan. Antasid tidak selalu harus digunakan, dimana antasid dapat digunakan saat nyeri lambung saja.

dibalik semua itu modifikasi gaya hidup juga merupakan kunci sukses keberhasilan terapi untuk mencapai kualitas hidup pasien yang lebih baik.

You might also like