You are on page 1of 26

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam tubuh makhluk hidup seperti tumbuhan reaksi dapat bekerja secara optimal pada suhu 300C sedangkan pada tubuh hewan homotermis, reaksi dalam tubuh berlangsung optimal pada suhu 37 0C. Pada suhu tersebut reaksi oksidasi berjalan lambat. Oleh karena itu diperlukan katalisator untuk mempercepat laju reaksi ini. Katalisator dalam sel makhluk hidup atau disebut biokatalisator ini adalah enzim. Enzim merupakan biomolekul berupa protein yang memiliki fungsi sebagai zat yang mempercepat laju sebuah reaksi kimia dalam tubuh. Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik dengan menurunkan energi aktivasi reaksi tersebut menjadi lebih rendah, sehingga terjadi percepatan reaksi kimia. Enzim memegang perannan penting dalam semua sistem organ yang ada dalam tubuh makhluk hidup terutama manusia. Elemen penting tersebut tidak bisa digantikan oleh elemen lain. Salah satu enzim yang memegang peranan penting ini adalah enzim lipase. Enzim lipase adalah enzim yang dapat mengkatalisis hidrolisis lemak dan minyak, pengikat ester dalam trigliserida untuk membentuk asam lemak dan gliserol. Aktivitas lipase ini terjadi di permukaan air-lemak, yang merupakan karakteristik struktural unik dari kelas enzim ini. Sifatnya yang mudah larut dalam air tersebut memasukkan enzim ini ke dalam jenis enzim esterase. Enzim lipase ternyata juga bisa mencerna lemak sekalipun tidak dalam air. Lemak memerlukan tindakan pencernaan khusus sebelum diserap karena produk akhir harus dilakukan dalam media air (darah dan getah bening)., tempat lemak tidak dapat larut. Enzim lipase adalah pencerna utama yang digunakan untuk memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Emulsifikasi merupakan

kunci nyata bagi pencernaan lemak. Molekul lemak besar menyajikan permukaan yang relatif lebih kecil bagi enzim lipase utnuk bekerja sehingga proses emulsifikasi perlu dilakukan. Mengingat pentingnya aktivitas hidrolitik dari enzim lipase terhadap lemak dan minyak dalam tubuh, maka dalam tugas akhir kali ini, dilakukan penelitian mengenai aktivitas hidrolitik enzim lipase terhadap sampel minyak sawit.

1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana cara penentuan aktivitas hidrolitik enzim lipase dalam menghidrolisis sampel minyak sawit? 2. Bagaimana cara pengujian nilai unit aktivitas dan nilai aktivitas hidrolitik spesifik enzim lipase terhadap minyak sawit? 3. Hal apa saja yang mempengaruhi aktivitas enzim lipase dalam menghidrolisis sampel minyak sawit?

1.3 Hipotesis 1. Aktivitas hidrolitik dari enzim lipase terhadap sampel minyak sawit dapat ditentukan melalui metode titrasi asam basa. 2. Lipase bertindak sebagai biokatalisator yang spesifik terhadap trigliserida dalam minyak sawit dan mempunyai nilai aktivitas hidrolitik spesifik yang diuji dengan cara titrasi netralisasi. 3. Aktivitas enzim lipase dipengaruhi oleh suhu, pH dan konsentrasi substrat.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana cara penentuan aktivitas hidrolitik enzim lipase. 2. Mengetahui nilai atau angka unit aktivitas hidrolitik spesifik dari lipase terhadap minyak sawit. 3. Aktivitas enzim lipase akan dipengaruhi oleh beberapa kondisi, yaitu suhu, pH dan konsentrasi substrat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Enzim Enzim merupakan suatu katalis biologis yang berfungsi mempercepat dan pengarah reaksi biokimia (metabolisme) di dalam tubuh. Enzim sebagai biokatalis tersebut bersifat spesifik, baik terhadap substrat yang dikatalisisis maupun produk reaksinya (Hudiyono, 2004).

[Sumber: Nuringtyas, 2010] Gambar 2.1 Enzim Penamaan enzim berhubungan dengan fungsi dari enzim tersebut, yaitu sesuai dengan jenis reaksi yang dikatalisisnya. Enzim diklasifikasikan ke dalam enam jenis, yaitu oksireduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase, dan ligase (sintetase). Pada Tabel 2.1 merupakan klasifikasi enzim berdasarkan jenis reaksi yang dikatalisisnya.

Tabel 2.1: Klasifikasi Enzim No. 1. 2. Kelas Enzim Oksireduktase Transferase Tipe Reaksi yang Dikatalisis Reaksi redoks (transfer elektron atau proton) Transfer atom atau gugus dari satu substrat ke substrat yang lainnya (diluar reaksi kelas lainnya) Lanjutan Tabel 2.1 No. 3. 4. 5. 6. Kelas Enzim Hidrolase Liase Isomerase Ligase Tipe Reaksi yang Dikatalisis Reaksi hidrolisis Penambahan gugus fungsi pada ikatan rangkap (adisi) atau pemutusan ikatan rangkap dengan pelepasan gugus fungsi Reaksi isomerase Pembentukan ikatan C C, C S, C O, dan C N diikuti dengan pemutusan isofosfat dari ATP

[ Sumber: Hudiyono, 2004] Pada mikroba, berdasarkan sifat pembentukannya, enzim dapat

diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu enzim induktif dan enzim konstitutif. a. Enzim konstitutif merupakan enzim yang akan dihasilkan tanpa adanya zat penginduksi terlebih dahulu. Contoh enzim yang tergolong dalam kelompok ini adalah beberapa enzim yang yang terlibat dalam proses glikolisis. Pada enzim jenis ini, berapa pun besarnya konsentrasi substrat yang ada dalam medium jumlah enzim yang dihasilkan adalah tetap. b. Enzim induktif merupakan suatu enzim yang terbentuk sebagai respon adaptasi terhadap substrat tertentu yang terdapat dalam medium biakan suatu mikroba. (Budiyanti, 2004) 2.2. Mekanisme Kerja Enzim Enzim bekerja pada substrat yang spesifik terhadap sifat aktivitasnya sebagai katalis. Enzim akan mengkatalisis substrat yang spesifik dengan

mengikatnya lalu membentuk kompleks enzim substrat (ES) dan memecah substrat menjadi produk (P). Enzim dapat bekerja dengan dibantunya kofaktor sebagai gugus pengaktivasi kegiatan katalisis enzim dan terdapatnya inhibitor yang menghambat kerja katalisis enzim. Skema sederhana kerja enzim, sebagai berikut. S + E yaitu sebagai berikut,
1. Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan transisi

[ES]

P + E

Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara dalam menurunkan G reaksi,

yang terstabilisasi (contohnya mengubah bentuk substrat menjadi konformasi keadaan transisi ketika ia terikat dengan enzim). 2. Menyediakan lintasan reaksi alternatif, seperti bereaksi dengan substrat sementara waktu untuk membentuk kompleks Enzim-Substrat (ES). 3. Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat pada orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi ini melibatkan destabilisasi keadaan dasar, dan kontribusinya terhadap katalis relatif kecil (Enzim, 2010).

[Sumber: Nelson, David, L. dan Michael M. Cox, 2007] Gambar 2.2 Mekanisme Kerja Enzim Terhadap Substrat Enzim sangat rentan aktivitasny terhadap kondisi kondisi yang melebihi ketahanannya terhadap kondisi tersebut. Akibat dari tidak dapat enzim bertahan pada kondisi tersebut ialah kegiatan aktivitas katalisis akan menurun atau bahkan struktur dari enzim akan terdenaturasi dan kehilangan aktivitas katalisisnya. Yang dimaksud kondisi yaitu pH, suhu, inhibitor, kofaktor dan konsentrasi substrat. 2.3. Lipase Triasil Gliserol Hidrolase atau lipase merupakan suatu asil hidrolase yang bersifat dapat larut dengan baik dalam air. Lipase memiliki peranan yang sangat penting dalam pencernaan suatu senyawa lemak. Enzim ini mengkatalisis reaksi hidrolisis lemak dan minyak dengan cara memutuskan rantai panjang trigliserida pada lemak menjadi bentuk lipid polarnya (Yapasan, 2008). Enzim lipolitik ini juga mampu mengkatalisis berbagai macam reaksi, seperti hidrolisis, esterifikasi, alkoholisis, dan aminolisis. Lipase dapat diproduksi oleh berbagai jenis mikroba, seperti Pseudomonas aeruginosa, Serratia marcescens, Staphylocococcus aureus dan Bacillus subtilis (Chumaidi, 2009). Pada Gambar 2.3 merupakan contoh reaksi hidrolisis trigliserida oleh lipase.
O O R

R O O O
+

HO

Lipase

O O R

H2O 3

OH

OH

HO

[Sumber: Jaeger et al, 1994] Gambar 2.3 Reaksi Hidrolisis Trigliserida yang Dikatalisis oleh Lipase

Lipase juga dapat mengkonversi bahan minyak nabati menjadi metil ester (biodiesel) dengan tingkat kemurnian yang tinggi karena gliserol dapat dengan mudah dipisahkan. Penggunaan lipase dipilih karena keaktifannya untuk reaksi yang berulang dan penggunaan enzim atau selnya dapat dalam bentuk amobil. Salah satu kendala utama transesterifikasi dengan katalis lipase adalah gliserol yang dihasilkan dapat secara kompetitif akan menghambat aktivasi lipase dengan menutup permukaan sisi aktifnya (Chumaidi, 2009). 2.4. Reaksi yang Dikatalisis oleh Lipase Reaksi yang dikatalisis oleh lipase diduga terjadi melalui pembentukan suatu senyawa intermediet asil-enzim. Dalam lingkungan akueus yang mengandung banyak air, maka air tersebut akan berperan sebagai nukleofil yang menyerang senyawa intermediet asil-enzim, sehingga reaksi akan mengarah pada hidrolisis substrat. Sebaliknya dalam kondisi jumlah air yang terbatas maka gugus asil akan ditransfer ke nukleofil lain, seperti alkohol, gliserol, atau ester lainnya (Yusnizar, 2001). Secara skematik, mekanisme katalitik lipase melalui intermediet asil-enzim dapat dilihat pada Gambar 2.6.

O
R

R' + Lipase-OH

OH R OR' Tetrahedral Intermediet O-Lipase

O-Lipase

Asil-Enzim H2O Hidrolisis Alkoholisis RCO2H + Lipase-OH RCO2R" + Lipase-OH RCO2R'" + R"CO2H + Lipase-OH R"OH R"CO2R'" Transesterifikasi

[Sumber: Sumiyanah, 2001] Gambar 2.4 Mekanisme Reaksi yang Dikatalisis oleh Lipase 2.4.1 Reaksi Hidrolisis Secara Enzimatik Reaksi hidrolisis suatu ester oleh lipase dapat dilihat pada Gambar 2.7 di bawah ini. Reaksi tersebut merupakan hasil reaksi bertahap yang menghasilkan senyawa digliserida dan monogliserida sebagai senyawa intermedietnya.

O O

R'

R O O
Lipase

O O

R' R OH + HO O

O O R"

H 2O
O

O R"

O O

R' HO
Lipase

OH

OH
+

O O R"

H2 O
O

O OH

R'

O R"

HO

OH
Lipase

HO

OH OH
+

O O R"

H2 O

R"

HO

[Sumber: Sumiyanah, 2001] Gambar 2.5 Reaksi Hidrolisis Trigliserida oleh Lipase Reaksi hidrolisis minyak/ lemak oleh lipase dapat berjalan pada reaksi sangat cepat, lambat, maupun sangat lambat. Hal ini dipengaruhi oleh kerja lipase yang memiliki spesifitas terhadap lokasi atau posisi esternya. Ester yang letaknya pada bagian luar molekul, yaitu alkohol primer akan lebih mudah untuk terhidrolisis terlebih dahulu dibandingkan dengan ester dengan alkohol sekunder Karena reaksi hidrolisis ini terjadi bersifat kesetimbangan, maka hidrolisis akan berjalan dengan baik, apabila kondisi reaksi kaya akan air, sehingga reaksi dapat terdorong kearah pembentukan produk (Faizal, 1994).

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Erlemeyer 100 ml

3.1.2. Bahan

Horizontal Shaker Incubator Buret 50 ml Penangas Air Pipet tetes Beaker Glass 100 ml

3 ml enzim lipase 8,5 ml emulsi sampel Buffer fosfat pH 7 2 ml CaCl2 Aseton : Alkohol (1 : 1) Indikator Phenolpthalein NaOH 0,05 N

3.2. Prosedur Kerja a. Blanko Mematikan aktivitas 1,5 ml enzim lipase dengan memanaskannya pada penangas air mendidih selama 10 menit

Menginkubasi campuran tersebut pada suhu 300C selama 1 jam di dalam Horizontal Incubator Shaker (agitasi 150 rpm)

Melakukan titrasi dengan menggunakan titran NaOH 0,05 N

Menghentikan reaksi dengan penambahan aseton : alkohol (1 :1)

Melakukan penambahan indikator PP sebanyak 2-3 tetes

Melakukan titrasi dengan menggunakan titran NaOH 0,05 N b. Sampel Memasukkan 1,5 ml enzim lipase dalam erlenmeyer 100 ml yang berisi8,5 ml emulsi sampel dalam buffer fosfat pH 7

Menginkubasi campuran tersebut pada suhu 300C selama 1 jam di dalam Horizontal Incubator Shaker (agitasi 150 rpm)

Menghentikan reaksi dengan penambahan aseton : alkohol (1 :1)

Melakukan penambahan indikator PP sebanyak 2-3 tetes

Melakukan titrasi dengan menggunakan titran NaOH 0,05 N

BAB IV PENGOLAHAN DATA NaOH Dibutuhkan NaOH dengan kemolaran 0,05 M, maka dibutuhkan massa NaOH padatan sebanyak : Perhitungan :

Buffer pH 7 K2 = 6,32 x 10-8 Perhitungan : [H+] = K2 x [a] / [g] [H+] = 6,32 x 10-8 pH = - log [H+] pH = 7,2 K2 adalah konstanta disosiasi dari NaH2PO4 menjadi Na2HPO4 Dibutuhkan NaH2PO4 sebanyak :

Dibutuhkan Na2HPO4 sebanyak :

5% Minyak Sawit dan 5% Gum Arabic 5 % Minyak sawit Perhitungan :

5 % Gum Arabic Perhitungan :

Hasil Percobaan : Volume KHP yang digunakan untuk titrasi adalah 10 ml. Volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi 10 ml KHP tersebut adalah 1,8 ml. Volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi blanko adalah 1,3 ml.

No.

pH

Volume NaOH yang dibutuhkan untuk menitrasi 11,55 ml 10,2 ml 9,85 ml

1. 2. 3.

6,5 7,0 7,5

Nilai Aktifitas Lipolitik Enzim :

A : volume NaOH untuk titrasi sampel B : volume NaOH untuk titrasi blanko W : berat minyak (mg) yang digunakan 1000 : konversi mmol ke mol t : waktu inkubasi Untuk pH 6,5

Untuk pH 7,0

Untuk pH 7,5

BAB V PEMBAHASAN Minyak sawit merupakan jenis minyak dihasilkan dari tanaman kelapa sawit. Dalam minyak sawit ini terkandung senyawa trigliserida seperti minyak pada umumnya. Komposisi utama minyak sawit dan inti sawit adalah asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh, antara lain adalah: miristat C14:0 (1,1-2,5%), palmitat C16:0 (4045%), stearat C18:0 (3,6-4,7%), oleat C18:1(9) (39-45%), linoleat C18:2(9,12) (7-11%): laurat C12:0 (46-52%), miristat C14:0 (14-17%), palmitat C16:0 (6,5 9%), stearat C18:0 (12,5%), oleat C18:1(9) (1319%) (Kirk & Othmer 1980; Ketaren 1986). Minyak sawit ini termasuk dalam jenis minyak nabati yang dihasilkan oleh tanaman berbeda dengan minyak yang dihasilkan dari minyak bumi. Minyak sawit diperoleh dari proses penyaringan dan mempunyai warna cenderung kemerahan. Minyak sawit ini memiliki kandungan beta karoten cukup tinggi. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa komposisi utama dari minyak sawit adalah senyawa trigliserida. Trigliserida merupakan lipida yang memiliki struktur ester, yang tersusun oleh tiga molekul asam lemak bebas dan satu molekul gliserol seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Struktur trigliserida yang disusun oleh molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak bebas Reaksi hidrolisis pada trigliserida akan menghasilkan gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dapat berlangsung dalam suasana asam atau basa atau dapat pula dengan bantuan enzim. Reaksi hidrolisis dari trigliserida dapat dilihat pada persamaan di bawah ini

Gambar 4.2. Reaksi Hidrolisi trigliserida Pada dasarnya minyak sawit ini digunakan untuk memasak pada kesehariannya dan ini akan masuk dalam proses metabolisme tubuh. Dimana nantinya minyak sawit ini akan dicerna oleh tubuh secara enzimatis agar senyawa trigliserida yang terkandung dapat dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses enzimatik ini dilakukan dengan bantuan enzim lipase yang berasal dari pankreas dan berfungsi sebagai biokatalisator untuk menghidrolisis trigliserida. Proses enzimatik yang terjadi dalam tubuh tersebut pada umumnya merupakan reaksi hidrolisis minyak, rekasi hidrolisis minyak bertujuan untuk membentuk gliserol dan asam lemak. Lipase merupakan enzim yang memiliki peran yang penting dalam bioteknologi modern. Lipase terkenal memiliki aktivitas yang tinggi dalam reaksi hidrolisis. Lipase dapat berperan sebagai biokatalis untuk reaksi reaksi hidrolisis, esterifikasi, alkoholisis, asidolisis and aminolisis.[Pandey, dkk, 1999]. Semua enzim termasuk lipase pada umumnya kandungan utamanya protein. Protein adalah senyawa dengan berat molekul tinggi terutama terdiri dari rantai asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Lihat Gambar 1.

banyak enzim memerlukan kehadiran senyawa lain - kofaktor - sebelum aktivitas katalitik mereka dapat diberikan. Kompleks aktif seluruh disebut sebagai holoenzyme tersebut, yaitu, apoenzyme (porsi protein) ditambah kofaktor (koenzim, prostetik kelompok atau logam-ion-aktivator) disebut holoenzyme tersebut.

Apoenzyme + kofaktor = Holoenzyme Menurut Holum, kofaktor mungkin: 1. Sebuah koenzim - suatu zat non-protein organik yang dialyzable, termostabil dan longgar melekat pada bagian protein.

2. Sebuah kelompok prostetik - zat organik yang dialyzable dan termostabil yang melekat erat pada bagian protein atau apoenzyme. 3. Sebuah logam-ion-aktivator - ini termasuk K +, Fe + +, Fe + + +, Cu + +, Co + +, Zn +
+,

Mn + +, Mg + +, Ca + +, dan Mo + + + .

Enzim akan berperan secara maksimum pada kondisi optimumnya. Ada beberapa faktor yang memperngaruhi aktifitas enzim, yaitu Konsentrasi enzim Konsentrasi substrat Pengaruh inhibitor Suhu pH Pada tugas akhir kali ini, peneliti melakukan penelitian terhadap aktifitas hidrolitik enzim lipase dalam menghindrolisis sampel minyak sawit. Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh pH terhadap aktifitas hidrolitik enzim lipase tersebut dalam menghidrolisis sampel minyak sawit yang ada. Secara umum, enzim dipengaruhi oleh perubahan pH. Nilai pH yang paling menguntungkan - titik di mana enzim yang paling aktif - dikenal sebagai pH optimum. Hal ini secara grafis diilustrasikan pada Gambar 14.

Nilai pH yang sangat tinggi atau rendah umumnya menyebabkan hilangnya lengkap aktivitas enzim yang paling. pH juga merupakan faktor dalam stabilitas enzim. Seperti aktivitas, untuk setiap enzim juga ada wilayah stabilitas pH optimal. Nilai pH optimum akan sangat bervariasi dari satu enzim ke yang lain. Enzim pada umumnya rentan terhadap suatu kondisi dengan pH tertentu, terutama pada pH yang menyebabkan kegiatan katalitiknya tidak maksimum atau bahkan hilang kegiatan katalitiknya. Namun hal itu terjadi pada pH dengan tingkat yang ekstren dari kondisi pH yang seharusnya terhadap enzim, sehingga struktur enzim terdenaturasi dan kehilangan kegiatan katalitiknya. Profil aktivitas pH enzim menggambarkan pH pada saat gugus pemberi atau penerima proton yang terdapat pada sisi katalitik enzim berada dalam tingkat ionisasi yang diinginkan (Britsanti, 2010). Adanya perubahan pH akan mempengaruhi transfer proton atau stabilitas muatan yang terdapat pada lipase ekstrak kasar. Pada umumnya, enzim merupakan suatu protein yang dapat bereaksi pada suasana asam atau pun basa. Pada suasana terlalu asam, maka ion H+ yang terdapat pada media akan bereaksi dengan gugus amina yang ada, hal ini akan mengakibatkan terganggunya ikatan hidrogen yang terdapat pada struktur enzim. Selain itu, apabila terdapat pada media yang terlalu basa, maka gugus OH - akan bereaksi dengan H+ yang terionisasikan dari gugus karboksil menghasilkan molekul H2O. Hal ini juga akan

merusak ikatan hidrogen yang ada antara nitrogen dengan hidrogen pada molekul enzim (Britsanti, 2010). Pada penelitian, pengaruh pH dilakukan dengan mengubah pH dari buffer fosfat yang digunakan. Dilakukan pengamatan aktifitas hidrolitik enzim lipase pada pH 6,5; 7,0 dan 7,5. Dimana pH yang diubah-ubah adalah pH buffer fosfat yang digunakan. Pengubahan pH pada buffer fosfat dilakukan dengan penambahan asam untuk menurunkan pH buffer fosfat dari pH 7 menjadi pH 6,5 dan melakukan penambahan basa untuk menaikan pH dari 7 menjadi 7,5. Setelah dilakukan inkubasi. Dilakukan penamabahan aseton:alkohol (1:1) untuk menghentikan reaksi sehingga aktifitas hidrolitik enzim lipase yang terukur hanya aktifitas enzim yang terjadi selama waktu inkubasi. Untuk semua perlakukan pH, waktu inkubasi dibuat tetap sama yaitu 60 menit. Selain itu, faktor lain yang dibuat tetap adalah konsentrasi substrat (minyak sawit) dan konsentrasi enzim. Hal ini dilakukan agar faktor yang mempengaruhi perbedaan aktifitas enzim lipase dalam menghidrolisis sampel minyak sawit hanyalah perbedaan perlakukan pH yang diberikan. Kemudian setelah aktifitas enzim dihentikan, dilakuakn titrasi pada ketiga sampel tersebut. Titrasi yang dilakukan merupakan titrasi asam-basa. Dimana pada titrasi ini digunakan titran berupa NaOH. NaOH akan bereaksi dengan asam lemak hasil hidrolisis trigliserida yang terkandung dalam sampel minyak sawit. Banyaknya volume NaOH yang dipakai untuk menitrasi sampel hingga berwarna merah muda setara dengan komposisi asam lemak yang ada pada sampel minyak sawit yang dihasilkan dari proses hidrolisis trigliserida. Dari banyaknya volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi sampel tersebut, peneliti dapat menghitung aktifitas enzim lipase dalam menghidrolisis sampel minyak sawit. Selain melakukan titrasi terhadap sampel, dilakukan pula titrasi terhadap blanko. Blanko yang hanya terdiri dari enzim lipase yang telah dimatikan aktifitasnya ini berfungsi sebagai faktor pengkoreksi. Dari pengolahan data dan pengamatan terlihat bahwa semakin tinggi pH, maka aktifitas enzim semakin menurun, dimana terlihat aktifitas maksium enzim terjadi saat pH 6,5. Berikut grafik yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan :

Nilai aktifitas hidrolitik enzim pada pH 6,5 sebesar 0,0198 ; pada pH 7,0 sebesar 0,01704 dan pada pH 7,5 sebesar 0,01659. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa enzim lipase memiliki pH optimum sebesar 6,5 dalam menghidrolisis sampel minyak sawit. Pada pH 6,5 ini dibutuhkan titran NaOH yang paling banyak untuk menitrasi sampel minyak sawit. Titran NaOH yang dibutuhkan sebanyak 11,55 ml. Sedangkan pada pH 7,0 dibutuhkan titran NaOH yang lebih seditkit yaitu 10,2 ml dan pada pH 7,5 dibutuhkan titran NaOH paling sedikit untuk menitrasi sampel minyak sawit, yaitu sebanyak 9,85 ml. Selain pH dan faktor-faktor lain yang sudah dijelaskan di awla, ada faktor lain, seperti kekuatan ion, yang dapat mempengaruhi reaksi enzimatik. Masing-masing parameter fisik dan kimia harus diperhatikan dan dioptimalkan agar reaksi enzimatik.

BAB VI KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dan dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Cara penentuan aktivitas hidrolitik enzim lipase dalam menghidrolisis sampel minyak sawit dapat dilakukan melalui titrasi asam-basa dengan menggunakan titran berupa larutan NaOH. 2. Cara pengujian nilai unit aktivitas dan nilai aktivitas hidrolitik spesifik enzim lipase terhadap minyak sawit dihitung melalui rumus :

3. Hal yang mempengaruhi aktivitas enzim lipase dalam menghidrolisis sampel minyak sawit yaitu ; pH Suhu Konsentrasi substrat Konsentrasi enzim Inhibitor

Kekuatan ion

BAB VII DAFTAR PUSTAKA Groggins, P.H. 1958. Unit processis in organic synthesis. New York: McGrawHill. Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press. Lehninger, A. L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Terj, dari principles of biochemistry, oleh Thenawidjaja, M. Penerbit Erlangga, Jakarta:xv+369 hlm. Http://www.worthington-biochem.com/introbiochem/effectsph.html Http://www.chem-is-try.org/trigliserida Dewi H, Britsanti. 2010. Isolasi lipase ekstrak kasar dari pseudomonas aeruginosa sebagai kofaktor dalam studi pendahuluan reaksi esterifikasi antara asam lemak minyak sawit dengan sukrosa. Depok: Fmipa kimia UI.

You might also like