Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari banyak generator, transformator, elekmenaktif dan pasif
serta peralatan lainnya yang terinterkoneksi dalam jaringan transmisi antara beberapa buah atau
bahkan beratus-ratus buah bus. Studi aliran daya sangatlah penting dalam perencanaan
pengembangan suatu sistem untuk masa yang akan datang karena pengoperasian yang baik dari
sistem tersebut banyak tergantung pada diketahuinya efek interkoneksi dengan sistem tenaga yang
lain, beban yang baru, stasiun pembangkit yang baru serta saluran transmisi yang baru sebelum
semuanya terpasang. Studi aliran daya menjamin bahwa sistem tenaga yang baru dapat
memenuhi kebutuhan listrik secara ekonomis, efisien dan aman. Banyak metode yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah studi aliran daya dan salah satu metode yang dpergunakan dalam
studi aliran daya ini adalah metoda Newton Raphson. Penerapan prosedur metoda Newton
Raphson untuk perhitungan sistem besar akan dapat memberikan solusi untuk desain sistem,
perencanaan dan pengembangan sistem tenaga di masa depan dan pengoperasian sistem tenaga
dengan tingkat keamanan yang maksimum dan biaya operasi minimum
Keyword : Aliran Daya, Metoda Newton Raphson, Interkoneksi Sistem Tenaga Listrik
TeknikA 25
No. 27 Vol.2 Thn. XIV April 2007 ISSN: 0854-8471
ini merupakan suatu petunjuk tentang ketepatan untuk menyederhanakan perhitungan terutama jika
suatu penyelesaian dan diperoleh dengan perhitungan dilakukan secara manual.
menghitung selisih daya aktif (P) dan biasanya juga
daya reaktif (Q) yang masuk ke dalam dan 2.1 Representasi Sistem Tenaga Listrik
meninggalkan masing-masing bus.
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan a. Generator Sinkron
dalam studi aliran daya pada sistem tenaga listrik ini
Generator sinkron biasanya dihubungkan
dikenal beberapa metoda antara lain metoda Gauss
langsung ke busbar atau seringkali melalui
Seidel, metoda Newton Raphson dan metoda Fast
transformator daya terlebih dahulu, karena tujuan
Decouple. Dalam penelitian ini akan dibahas studi
dari studi aliran daya adalah untuk mengetahui besar
aliran daya dengan menggunakan metoda Newton
tegangan busbar dan aliran daya, maka generator
Raphson dengan aplikasi : sistem Interkoneksi PT.
sinkron direpresentasikan sebagai suatu sumber daya
PLN Sumbar-Riau 150 KV.
aktif dan daya reaktif. Tegangan yang diperoleh
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
adalah tegangan busbar dimana generator tersebut di
memperkenalkan studi aliran daya dengan metoda
sambung.
Newton Raphson dan mengimplementasikan
metoda Newton Raphson ini dalam suatu perangkat
lunak (software) yang diaplikasikan pada sistem b. Transformator
tenaga listrik PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV. Pada umumnya transformator dilengkapi
Masalah studi aliran daya dalam sistem tenaga dengan tapping yang dapat diubah-ubah, untuk
listrik memiliki ruang lingkup yang sangat luas, mengatur atau mengubah tegangan busbar jika
melihat hal tersebut maka perlu diadakan diperlukan. Perubahan posisi tap transformator
pembatasan masalah penelitian ini. Sesuai dengan menyebabkan faktor transfomasi (a) berubah.
judul penelitian ini , maka permasalahan yang Transformator seperti ini memiliki admitansi yang
dibahas adalah masalah-masalah yang menyangkut tidak sama bila dilihat dari kedua sisinya.
studi aliran daya dengan menggunakan metode
Newton Raphson dan pembahasan tentang c. Saluran Transmisi
komponen sistem tenaga listrik yang berhubungan
dengan studi aliran daya sistem tenaga listrik , Untuk keperluan analisis dan perhitungan, maka
dilakukan hanya untuk memperoleh persamaan diagram pengganti saluran transmisi dapat dibagi
matematika yang akan mewakili komponen tersebut dalam tiga klasifikasi berdasarkan panjang saluran
dalam penyelesaian perhitungan aliran daya ini. yaitu
Dengan demikian pembahasan mendetail dari setiap 1. Saluran Pendek ( kurang dari 80 km)
komponen tersebut tidak perlu diberikan dalam Saluran transmisi dimana panjang saluran
penelitian ini. tersebut kira-kira kurang dari 80 Km maka
saluran transmisi dikelompokan pada saluran
2. STUDI ALIRAN DAYA pendek. Pada saluran jenis ini efek kapasitansi
parallel (shunt) nya sangat kecil sekali dan efek
Studi aliran daya adalah studi yang tersebut dapat diabaikan tampa pengaruh yang
dilaksanakan untuk mendapatkan informasi berarti pada ketelitian perhitungan.
mengenai aliran daya dan tegangan sistem dalam
kondisi operasi tunak. Informasi ini sangat 2. Saluran Menengah ( antara 80 – 240 km)
dibutuhkan guna mengevaluasi unjuk kerja sistem Pada umumnya karakteristik saluran menengah
tenaga listrik dan menganalisa kondisi pembangkitan ini tidak berbeda jauh dengan karakteristik
maupun pembebanan. Analisa ini memerlukan pada saluran pendek. Efek kapasitansi pada
informasi aliran daya dalam kondisi normal maupun saluran jenis ini harus diperhitungkan.
darurat.
Analisis aliran daya dalam sistem tenaga listrik 3. Saluran Panjang ( lebih dari 240 km)
memerlukan representasi atau pemodelan komponen Untuk menganalisis saluran panjang diperlikan
sistem tenaga listrik. Suatu sistem kelistrikkan tiga suatu ketelitian yang lebih baik. Harus
fasa yang seimbang selalu diselesaikan per fasa dan diperhatikan bahwa parameter rangkaian
digambarkan dalam diagram satu garis yang sesuai sebenarnya tidak terpusat menjadi satu,
dengan sistem tersebut. Tujuan diagram satu garis melainkan tersebar secara merata di seluruh
itu adalah untuk memberikan semua informasi yang panjang saluran.
diperlukan. Dalam berbagai kasus, diagram satu
garis berbeda-beda sesuai dengan persoalan yang d. Kapasitor dan Reaktor Shunt
akan diselesaikan. Misalnya dalam studi aliran daya,
beban-beban dan hambatan – hambatan seperti Dalam sistem tenaga listrik sering diperlukan
impedansi, resistansi dan induktansi harus kapasitor shunt dan reaktor shunt yang dipakai
digambarkan. Tempat netral ke tanah tidak perlu sebagai alat kompensasi pada saluran transmisi.
digambarkan. Sebenarnya pengabaian ini bertujuan Kompensasi diperlukan antara lain untuk
TeknikA 26
No. 27 Vol.2 Thn. XIV April 2007 ISSN: 0854-8471
e. Beban ( Load)
Gambar 2.2 Diagram Segaris Sistem Tenaga Listrik
Ada tiga cara merepresentasikan beban dalam 20 Bus (PT. PLN Sumbar-Riau)
sistem tenaga listrik sebagai berikut :
1. Beban direpresentasikan sebagai daya konstan. 2. METODA NEWTON RAPHSON UNTUK
Di sini daya nyata (MW) dan daya reaktif ALIRAN DAYA
(MVAR) dianggap konstan. Representasi ini
dipakai untuk studi aliran beban
Pada tahap awal, dilakukan penomoran bus
2. Beban direpresentasikan sebagai arus konstan.
terhadap sistem yang akan dianalisis. Bus-bus yang
Dalam hal ini arus beban dihitung sebagai
terhubung dengan generator diberi nomor terlebih
berikut
dahulu setelah itu penomoran bus dilanjutkan pada
P − JQ
I = = I ∠(θ − φ ) (2.1) bus-bus beban, bus yang memiliki kapasitas
V* pembangkit terbesar dipilih sebagai sebagai slack
Besaran skalar (magnitude) dari arus I dijaga bus dan diberi nomor 1 (satu), Untuk bus yang lain
agar tetap konstan. yang terhubung ke generator diberi nomor 2 (dua)
3. Beban direpresentasikan sebagai impedansi sebagai bus pembangkit dan bus beban diberi nomor
konstan. Kondisi ini sering dipakai untuk 0 (nol).
merepresentasikan beban dalam studi stabilitas. Menyusun data tentang sistem yang akan
Bila daya nyata (MW) dan reaktif (MVAR) dianalisis yang meliputi data resistansi, reaktansi dan
diasumsikan diketahui dan menjaga agar kapasitansi antara saluran, data tapping
besarnya (magnitude) tetap konstan maka transformator, data beban terjadwal, data
impedansi Z dapat dihitung sebagai berikut pembangkitan, asumsi awal magnitude tegangan
V
2 dan sudut phasa tegangan bus. Perhitungan dimulai
V
Z= = (2.2) dengan membentuk impedansi jaringan (Zij) dengan
I P − jQ rumus
Z ij = R ij + jX ij (3.1)
2.2 Model Sistem dimana
Dalam berbagai kasus, diagram satu garis Z ij : Impedansi jaringan antara bus i dan bus j
berbeda-beda sesuai dengan persoalan yang akan
diselesaikan. Misalnya dalam studi aliran daya, R ij : Resistansi jaringan antara bus i dan bus j
beban-beban dan hambatan – hambatan seperti X ij : Reaktansi jaringan antara bus i dan bus j
impedansi, resistansi dan induktansi harus
digambarkan. Tempat netral ke tanah tidak perlu kemudian impedansi jaringan dikonversi ke
digambarkan. Sebenarnya pengabaian ini bertujuan admitansi jaringan
untuk menyederhanakan perhitungan terutama jika Yij = Yrij + JYx ij (3.2)
perhitungan dilakukan secara manual. Komponen-
dimana
komponen dari suatu sistem tenaga listrik pada
umumnya terdiri dari : pusat pembangkit, dalam hal R ij
Yrij =
ini yang digambarkan adalah generatornya.,
R ij 2 + X ij 2
transformator daya, saluran transmisi, kondesator
sinkron arus statis, alat pengaman (pemutus daya
dan relai-relai) dan beban yang terdiri dari beban
dinamik dan beban statis
TeknikA 27
No. 27 Vol.2 Thn. XIV April 2007 ISSN: 0854-8471
(
Pi : Daya aktif terhitung pada bus i ∂Q i
Qi : Daya reaktif terhitung pada bus i
∂δ j
= − Vi V j Yij cos θ ij + δ j − δ i )
(3.13)
Vi , θ i : Magnitude tegangan dan sudut phasa pada
bus i Untuk komponen diagonal
∂Qi N N ∂Qi
V j , θ j : Magnitude tegangan dan sudut phasa = ∑ ViVjYij cos(θij + δ j − δi = ∑
∂δi n=1,n≠i
)
pada bus j n=1,n≠i ∂δn
Yin , θ in : Magnitude dan sudut phasa elemen matrik (3.14)
admitansi Y Untuk komponen diagonal M atau J 3 dengan
membandingkan pada persamaan PIhit diperoleh
Mismatch daya dihitung dengan persamaan dibawah persamaan sebagai berikut
ini ∂Q i 2
jd = Pi − Vi G ii (3.15)
ΔPi = P − Pihit (3.7) ∂δ i
i
jd
ΔQ i = Q − Q ihit (3.8) Untuk submatrik N atau J 2 dapat dihitung dengan
i
dimana rumus sebagai berikut
Untuk komponen off diagonal
ΔPi : Mismatch daya aktif bus ke I
∂Pi
ΔQ i : Mismatch daya reaktif bus ke I Vj (
= V j Vi Yij cos θ ij + δ j − δ i ) (3.16)
∂ Vj
Setelah Mismatch daya dihitung maka selanjutnya
membentuk matrik Jacobian Untuk komponen diagonal
∂Pi ∂Qi 2 2
Vi = + 2 Vi Gii = Pi + Vi Gii (3.17)
∂ Vi ∂δi
TeknikA 28
No. 27 Vol.2 Thn. XIV April 2007 ISSN: 0854-8471
∂Qi ∂Q (3.24)
Vj dan Vi i : Elemen dari submatrik J 4 = L Hasil perkalian yang diperoleh selanjutnya dipisah-
∂Vj ∂Vi
Δ Vi
pisah menjadi bagian Δδ i dan kemudian
Vi , δ i : Magnitude tegangan dan sudut phase Vi
tegangan pada bus i
V j , δ j : Magnitude tegangan dan sudut phase Δδ i (k +1) = δ i (k) + Δδ i (k) (3.25)
(k +1) (k) (k)
tegangan pada bus j Vi = Vi + Δ Vi
Q i , Pi : Daya reaktif dan daya aktif pada bus i ⎛ (k) ⎞
(k) ⎜ Δ Vi ⎟
Yin , θ in : Magnitude dan sudut phase admitansi = Vi ⎜1 + (k) ⎟⎟
(3.26)
⎜ Vi
pada bus i s/d n ⎝ ⎠
G ii , B ii : Konduktansi dan suseptansi bus ke i dimana
Δδ i : Perubahan sudut phasa tegangan bus i
Setelah diperolehnya harga dari masing-masing Δ Vi : Perubahan magnitude tegangan bus i
elemen pada submatrik Jacobian maka selanjutnya
Perbedaan nilai sudut phasa dan magnitude tegangan
dibentuk matrik Jacobian dengan menggabungkan
tiap bus antara yang lama dengan yang baru
keempat submatrik Jacobian tersebut sehingga
selanjutnya dibandingkan dengan nilai ketelitian
terbentuk rumus umum untuk menghitung aliran
yang telah ditentukan, jika nilai ketelitian belum
daya dengan metoda Newton Raphson :
tercapai maka iterasi diulangi dari awal sampai
⎡ Δδ ⎤ ketelitian terpenuhi dan konvergensi tercapai.
⎡ ΔP ⎤ ⎡H N ⎤ ⎢ Δ V ⎥
=
⎢ΔQ⎥ ⎢ J L ⎥ ⎢ (3.20) Daya pada Slack Bus selanjutnya dihitung
⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎢ V ⎥⎥ setelah konvergensi tercapai. Adapun rumus yang
⎣ ⎦
atau digunakan adalah
N
⎡ Δδ ⎤
⎡ ΔP ⎤ ⎡ J1 J 2 ⎤ ⎢ Δ V ⎥
(
Pi = ∑ Y in Vi Vn cos θ in + δ n − δ i (3.27) )
= (3.21) n =1
⎢ΔQ⎥ ⎢J ⎥
⎣ ⎦ ⎣ 3 J 4 ⎦ ⎢⎢ V ⎥⎥ N
⎣ ⎦ Q i = − ∑ Yin Vi Vn sin(θ in + δ n − δ i (3.28) )
Selanjutnya matrik Jacobian yang terbentuk n =1
diinvers dengan menggunakan metoda dekomposisi dimana
LU dan kemudian sudut phasa dan magnitude Pi : Daya aktif pada Slack bus
tegangan tiap bus yang baru dicari dengan Qi : Daya reaktif pada Slack bus
menggunakan rumus sebagai berikut
TeknikA 29
No. 27 Vol.2 Thn. XIV April 2007 ISSN: 0854-8471
Selain itu pula daya reaktif pada Bus PV (Bus NO NAMA BUS TIPE BUS
Pembangkit) juga dihitung setelah konvergensi 1 PLTU Ombilin Slack Bus
tercapai, adapun rumus yang digunakan adalah 2 PLTG Pauh Limo Bus PV
N
Q i = − ∑ Yin Vi Vn sin(θ in + δ n − δ i (3.29) ) 3
4
PLTA Maninjau
PLTA Batang Agam
Bus PV
Bus PV
n =1
dimana 5 PLTA Singkarak Bus PV
Qi : Daya reaktif pada Bus Pembangkit I 6 PLTA Koto Panjang Bus PV
Aliran daya antara bus dihitung dengan 7 PLTD Teluk Lembu Bus PV
menggunakan rumus 8 Dumai Bus PQ
( )
S ij = Vi V * ij Y * ij + V * i Y * c ij (3.30)
9
10
Duri
Garuda Sakti
Bus PQ
Bus PQ
atau 11 Bangkinang Bus PQ
)
Pij − JQ ij = Vi * (Vi − V j Yij + Vi * Vi Yc ij (3.31) 12 Payakumbuh Bus PQ
13 Padang Luar Bus PQ
dimana 14 Lubuk Alung Bus PQ
Sij : Aliran daya kompleks dari bus i ke bus j 15 PIP Bus PQ
16 Batusangkar Bus PQ
Pij : Aliran daya aktif dari bus i ke bus j 17 Indarung Bus PQ
Q ij : Aliran daya reaktif dari bus i ke bus j 18 Solok Bus PQ
19 Salak Bus PQ
Vi : Vektor tegangan di bus i 20 Simpang Haru Bus PQ
Vj : Vektor tegangan di bus j
Vij : Vektor tegangan antara bus i dan bus j Dengan menggunakan metoda Newton Raphson ,
akan disimulasikan diantaranya
Yij : Admitansi antara bus i dan bus j 1. Bagaimana pengaruh perubahan tegangan dan
Yc ij : Admitansi line charging antara bus i dan sudut phasa tiap bus pada sistem tenaga listrik
Sumbar-Riau jika terjadi perubahan Tapping
bus j Transformastor pada sistem tersebut
2. Bagaimana pengaruh perubahan tegangan dan
Rugi-rugi daya antar bus dihitung dengan sudut phasa pada sistem tenaga listrik Sumbar-
menggunakan rumus Riau jika terjadi penambahan daya reaktif dalam
S ij (losses ) = S ij + S ji (3.32) bentuk pemasangan pembangkit daya reaktif
dimana berupa Kapasitor Shunt pada beberapa bus
S ij (losses ) : Rugi daya kompleks dari bus i ke bus j dalam sistem tersebut
3. Bagaimana pengaruh perubahan tegangan dan
S ij : Daya kompleks dari bus i ke bus j sudut phasa serta jumlah iterasi jika terjadi
S ji : Daya kompleks dari bus j ke bus i perubahan beban antara 0.5 sampai dengan 1.5
kali beban dasar pada sistem tenaga listrik
Sumbar-Riau tersebut
4. Bagaimana pengaruh perubahan tegangan dan
sudut phasa serta jumlah iterasi jika terdapat
perbandingan R/X saluran yang kecil dan R/X
4. STUDI ALIRAN DAYA PADA SISTEM saluran yang besar dari suatu sistem yang sama.
TENAGA LISTRIK PT. PLN SUMBAR- Hasil perhitungan aliran daya untuk sistem tenaga
RIAU listrik PT. PLN Sumbar-Riau dengan berbagai
perubahan diantaranya :
4.1 Data Sistem Tenaga Listrik PT. PLN
Sumbar-Riau 1. Jika terjadi perubahan nilai Tapping
Tranformator yang terletak diantara bus 1
Data-data sistem tenaga listrik PT. PLN (PLTU Ombilin) dan bus 17( GI Indarung), bus
Sumbar-Riau yang terdiri dari 20 bus dengan data 2 ( PLTG Pauh Limo) dan bus 20 (GI Simpang
dan asumsi sebagai berikut : Haru), bus 3 ( PLTA Maninjau) dan bus 13 (GI
- Faktor daya setiap bus bernilai 0.85 Padang Luar) yang mengalami penurunan
- Tegangan perunit untuk Slack bus 1.05 dan masing-masing sebesar 0.985 diperoleh hasil
bus pembangkit bernilai 1.03 sebagai berikut :
Selain setiap bus diberi nomor sebagai berikut :
Hasil simulasi menunjukkan bahwa perubahan
Tapping Transformator saluran antara bus 1 ( PLTU
Ombilin) dan bus 17 ( GI Indarung), bus 2 ( PLTG
Tabel 4.1 Data Nomor Tiap Bus
TeknikA 30
No. 27 Vol.2 Thn. XIV April 2007 ISSN: 0854-8471
Pauh Limo) dan bus 20 (GI Simpang Haru), bus 3 ( penuh) memberikan pengaruh yang cukup besar
PLTA Maninjau) dan bus 13 (GI Padang Luar) terhadap jumlah iterasi sebagai berikut:
menjadi 0.985. Akibat perubahan nilai nominal
Tapping Transformator tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan magnitude tegangan dan sudut Tabel 4.3 Hasil Perbandingan Antara R dan X
phasa pada tiap bus beban (Bus PQ) dan perubahan Terhadap Jumlah Iterasi
sudut phasa pada tiap bus pembangkit (Bus PV) Perbandingan R/X Iterasi
dalam sistem tenaga listrik Sumbar-Riau. Perubahan R/X baru = 0.5 R/Xlama 4
nilai Tapping Transformator ini juga dapat juga R/Xbaru = 1.0 R/Xlama 4
dilakukan pada saluran-saluran antar bus yang lain
R/Xbaru = 1.5 R/Xlama 4
dengan nilai nominal yang bervariasi, dimana akan
R/Xbaru = 2.0 R/Xlama 4
memberikan perubahan terhadap sudut phasa pada
bus pembangkit (Bus PV) dan perubahan magnitude R/Xbaru = 3.0 R/Xlama 5
tegangan dan sudut phasa pada bus beban (Bus PQ)
Pada Tabel-4.3 terlihat bahwa perubahan
2. Jika Kapasitor Shunt ditambahkan pada bus 8 perbandingan R/X saluran tidak begitu
(GI Dumai) dan bus 9 (GI Duri) diperoleh mempengaruhi jumlah iterasi perhitungan untuk
hasil sebagai berikut : menuju konvergen.
TeknikA 31
No. 27 Vol.2 Thn. XIV April 2007 ISSN: 0854-8471
TeknikA 32
No. 27 Vol.2 Thn. XIV April 2007 ISSN: 0854-8471
BIODATA
TeknikA 33