You are on page 1of 9

RESIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN

Pengembalian Investasi Konsep pengembalian memberikan cara yang mudah bagi investor menyejikan kinerja keuangan dari suatu investasi. Sebagai gambaran, membeli 10 lembar saham seharga $1.000. Saham tersebut tidak membeyarkan deviden, tetapi pada akhir tahun pertama, anda menjual saham tersebut seharga $1.100. Berapakah pengembalian dari investasi $1.000 anda? Pengembalian uang = Jumlah yang diterima Jumlah yang diinvestasikan = $ 1.100 - $ 1.000 = $ 100 Sebaliknya, jika pada akhir tahun pertama anda menjual saham tersebut dengan harga hanya $900 maka pengembalian uang anda menjadi -$100 Meskipun menyajikan pengembalian dalam bentuk uang adalah suatu yang mudah, ada dua masalah yang akan terjadi: (1) untuk mendapatkan suatu penilaian yang berarti dari pengembalian, harus mengetahui skala (ukuran) dari investasi, (2) kapan pengembalian itu diterima. Pemecahan dari masalah skala dan waktu adalah dengan menyajikan hasil investasi sebagai tingkat pengembalian atau persentase pengembalian. Tingkat pengembalian = jumlah yang diterima jumlah yang diinvestasikan Jumlah yang diinvestasikan = pengembalian uang Jumlah yg diinvestasikan Resiko Berdiri Sendiri Resiko (risk) didefinisikan dalam kamus Webster sebagai suatu halangan; gangguan; ejsposur terhadap kerugian atau kecelakaan. Jadi resiko diartikan sebagai peluang akan

terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan. Resiko suatu aktiva dapat dianalisis dalam dua cara: (1) dengan basis berdiri sendiri, di mana aktiva tersebut dipertimbangkan dalam suatu keadaan terisolasi, dan (2) dengan basis portofolio, di mana aktiva dimiliki sebagai salah satu dari sejumlah aktiva lain di dalam suatu portofolio. Jadi, resiko berdiri sendiri (stand-alone risk) suatu aktiva adalah resiko yang akan dihadapi seorang investor jika ia hanya memiliki satu aktiva itu saja. Sudah pasti kebanyakan aktiva akan dimiliki dalam bentuk portofolio, tetapi kita perlu memahami resiko berdiri sendiri agar dapat memahami resiko dalam konteks portofolio. Distribusi probabilitas Probabilitas suatu peristiwa didefinisikan sebagai peluang terjadinya suatu peristiwa. Sebagai contoh, seorang peramal cuaca mungkin menyatakan: ada peluang 40% terjadi hujan hari ini dan 60% tidak akan terjadi hujan. Jika seluruh peristiwa atau hasil yang mungkin akan terjadi, disusun daftarnya dan kemudian da kemudian jika diberikan probabilitas untuk setiap peristiwa, daftar tersebut akan disebut sebagai distribusi probabilitas. Tingkat pengembalian yang diharapkan Jika kita mengalikan setiap kemungkinan hasil yang terjadi dengan tingkat probabilitas terjadinya dan kemudian menjumlahkan produk-produk itu, kita akan mendapatkan rata-rata tertimbang dari hasil yang terjadi. Bobotnya adalah probabilitas dan rata-rata tertimbang adalah tingkat pengembalian yang diharapkan. Perhitungan tingkat pengembalian yang diharapkan dapat dinyatakan dalam satu persamaan: Tingkat pengembalian yang diharapkan = k = P1k1 + P2k2 + ......+ Pnkn = Ket: ki = kemungkinan hasil terjadi yang ke-i Pi = probabilitas terjadinya hasil yang ke-i n = jumlah hasil yang mungkin terjadi

k = rata-rata tertimbang dari kemungkinan hasil yang akan terjadi Mengukur resiko berdiri sendiri: deviasi standar Setiap pengukuran resiko hendaknya memiliki nilai yang definitif kita membutuhkan suatu ukuran atas ketepatan distribusi probabilitas. Ukuran tersebut adalah deviasi standar (standard deviation), yang memiliki tanda , dan dibaca sigma. Semakin kecil deviasi standar maka semakin ketat distribusi probabilitasnya dan akibatnya semakin rendah tingkat resiko investasi. Deviasi standar dapat dirumuskan : Deviasi standar = = Jadi, deviasi standar pada dasarnya adalah rata-rata tertimbang dari deviasi-deviasi nilai yang diharapkan, dan akan memberikan gambaran dari seberapa di atas atau di bawah dari nilai yang diharapkan kemungkinan nilai aktual sebenarnya. Mengukur resiko berdiri sendiri: koefisien variasi Jika harus diambil suatu pilihan diantara dua investasi yang memiliki ekspektasi tingkat pengembalian yang sama tetapi dengan deviasi standar yang berbeda, kebanyakan orang akan memilih investasi dengan deviasi standar yang lebih rendah dan karenanya, resiko yang juga lebih rendah. Demikian pula jika kita dihadapkan dengan suatu pilihan di antara dua investasi dengan tingkat resiko (deviasi standar yang sama) tetapi dengan ekspektasi tingkat pengembalian yang berbeda, investor umumnya akan memilih investasi dengan ekspektasi pengembalian yang lebih tinggi. Bagaimana kita memilih di antara dua investasi jika satu investasi memiliki tingkat pengembalian diharapkan yang lebih tinggi tetapi yang lainnya memiliki deviasi standar yang rendah? Kita akan menggunakan cara pengukuran resiko yang lain yaitu koefisien variasi (coefficient of variation - CV) yang merupakan deviasi standar dibagi dengan tingkat pengembalian yang di harapkan. Dapat diformulasikan sebagai berikut: Koefisien variasi = CV =

K Koefisien variasi menunjukkan resiko per unit pengembalian, dan akan menunjukkan dasar yang lebih bermakna untuk melakukan perbandingan ketika pengembalian yang diharapkan dari dua alternatif tidaklah sama. Penghindaran resiko dan pengembalian yang diminta Kebanyakan investor memang menghindari resiko dan sudah pasti rata-rata investor akan menghindari resiko jika berkaitan dengan uang seriusnya. Karena itu adalah fakta yang tercatat dengan baik kita akan mengasumsikan penghindaran resiko (risk aversion). Implikasi dari penghindaran resiko bagi harga-harga sekuritas dan tingkat pengambalian adalah jika semua hal yang lain dianggap konstan, semakin tinggi resiko suatu sekuritas, semakin rendah harganya dan semakin tinggi tingkat pengembalian yang diminta. Dalam suatu pasar yang didominasi oleh investor yang menghindari resiko, sekuritas yang lebih beresiko harus memiliki ekspektasi tingkat pengembalian yang lebih tinggi, seperti yang diestimasikan oleh investor marginal, dari pada sekuritas yang kurang beresiko. Jika situasi ini tidak terjadi, pembelian dan penjualan dalam pasar akan memaksanya untuk terjadi.

Resiko Dalam Konteks Portofolio Menurut sudut pandang investor, adanya fakta bahwa suatu saham tertentu akan naik atau turun bukanlah hal yang sangat penting; yang penting adalah tingkat pengembalian dari portofolionya, dan resiko portofolio tersebut. Logikanya, resiko dan tingkat pengembalian dari masing-masing sekuritas harus dianalisis dari segi bagaimana sekuritas tersebut mempengaruhi resiko dan tingkat pengembalian portofolio di mana sekuritas dimiliki. Pengembalian portofolio Tingkat pengembalian portofolio yang diharapkan (expected return on a portfolio), kp sederhananya adalah rata-rata tertimbang dari tingkat pengembalian yang diharapkan

dari masing-masing aktiva di dalam portofolio, dengan bobotnya adalah pecahan dari total portofolio yang diinvestasikan di setiap aktiva: Kp = w1k1 + w2k2 + ........ + wnkn = Ket : ki = tingkat pengembalian yang di harapkan dari masing-masing saham wi = bobot n = jumlah saham Resiko Portofolio Ekspektasi tingkat pengembalian dari suatu portofolio sebenarnya hanyalah rata-rata tertimbang dari ekspektasi tingkat pengambalian individual aktiva di dalam portofolio. Akan tetapi, tidak seperti pengambalian, tingkat resiko dari suatu portofolio, p , biasanya bukanlah merupakan rata-rata tertimbang dari deviasi standar masing-masing aktiva di dalam portofolio; risiko portofolio akan lebih kecil dari rata-rata tertimbang aktivaaktivanya. Bahkan kenyataannya, secara teori dimungkinkan untuk menggabungkan saham-saham yang secara individual cukup beresiko jika dilihat dari deviasi standarnya dan membuat sebuah portofolio yang sepenuhnya tanpa resiko, dengan p=0 Resiko yang Dapat Didiversifikasikan versus Resiko Pasar Resiko yang dapat didiversifikasi (diversifiable risk) disebabkan oleh peristiwa-pristiwa acak seperti tuntutan hukum, pemogokan, program pemasaran yang berhasil dan gagal, memenangkan atau kalah dalam kontrak besar dan peristiwa-peristiwa lainnya yang khusus bagi suatu perusahaan tertentu. Karena bersifat acak pengaruh berbagai peristiwa ini pada suatu portofolio dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Peristiwa merugikan yang terjadi pada satu perusahaan akan dihilangkan oleh peristiwa menguntungkan di perusahaan lain. Resiko pasar (market risk) dilain pihak tumbuh dari faktor-faktor yang secara sistematis akan mempengaruhi sebagian besar perusahaan; perang, inflasi, resesi, dan tingkat suku

bunga yang tinggi. Karena kebanyakan saham akan dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor ini, resiko pasar tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Investor menginnginkan premi karena menanggung resiko, jadi semakin tinggi tingkat resiko sebuah sekuritas semakin tinggi ekspektasi tingkat pengembalian yang harus diberikan untung merangsang investor membeli (memiliki) sekuritas tersebut. Dengan hal itu tiap investor ingin mengetahui tingkat resiko dari setiap saham, tingkat resiko dari setiap saham dapat diukur melaui model penetapan aktiva modal ( capital asset pricing model-CAPM), sebuah alat penting yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara resiko dan tingkat pengembalian. Kesimpulan utama dari CAPM adalah tingkat resiko dari suatu saham secara relevan adalah kontribusi yang diberikannya kepada tingkat resiko dari portofolio yang terdiversifikai dengan baik. Saham-saham yang berbeda akan mempengaruhi portofolio dengan cara yang berbeda pula, sehingga sekuritas yang berbeda akan memiliki derajat resiko relevan yang berbeda. Seluruh resiko kecuali yang behubungan dengan pergerakan pasar secara luas dapat dan mungkin dihilangkan melalui diversifikasi. Resiko yang masih tersisa setelah mendiversifikasikan resiko pasarnya, atau resiko yang inheren di dalam pasar, dan dapat diukur melalui seberapa besar sebuah saham tertentu cenderung akan bergerak naik atau turun mengikuti pasar. Konsep Beta Kecenderungan sebuah saham bergerak naik dan turun mengikuti pasar akan tercermin dalam koefisien betanya (beta coefficient),b. Beta adalah elemen kunci dari CAPM. Sebuah saham dengan resiko rata-rata dinyatakan sebagai saham yang cenderung bergerak naik dan turun sesuai dengan pasar umum yang diukur dengan suatu indeks tertentu. Teorinya, sebuah saham bisa saja memiliki beta negatif. Dalam keadaan ini, pengembalian saham akan cenderung meningkat ketika pengembalian dari saham-saham lain turun. Namun, ingatlah bahwa sebuah saham dalam suatu tahun tertentu dapat

bergerak berlawanan dengan pasar secara keseluruhan, meskipun beta dari saham tersebut memiliki nilai positif. Jika sebuah saham memiliki beta positif, kita akan memiliki ekspektasi bahwa tingkat pengembaliannya akan anaik ketika bursa saham secara keseluruhan mengalami peningkatan. Meskipun begitu, faktor-faktor yang spesifik dari setiap perusahaan dapat menyebabkan tingkat pengembalian saham yang diterima menurun, walaupun pengembalian pasar memiliki nilai positif. Hubungan antara Resiko dan Tingkat Pengembalian Dampak Inflasi Bunga diartikan sebagai biaya sewa dar uang yang dipinjam atau harga dari uang. Jadi kRF adalah harga uang untuk seorang peminjam bebas resiko. Tingkat pengembalian bebas resiko yang diukur sebagai tingkat pengembalian dari sekuritas dan terdiri dari dua unsur : (1) tingkat pengembalian bebas inflasi riil dan (2) premi inflasi. Menurut CAPM, peningkatan dalam kRF menyebabkan terjadinya suatu peningkatan setara dalam tingkat pengembalian seluruh aktiva yang beresiko, karena premi inflasi yang sama akan terdapat di dalam tingkat pengembalian yang diminta baik beresiko maupun yang tanpa resiko. Perubahan dalam Penghindaran Resiko Kemiringan garis pasar sekuritas mencerminkan tingkat sampai sejauh mana investor akan menghindari resiko, semakin curam kemiringan garisnya maka semakin besar penghindaran resiko rata-rata investor. Anggaplah para investor bersikap indiferen atau biasa terhadap resiko atau dengan kata lain mereka tidak menghindari resiko. Jika kRF sebesar 6% maka aktiva yang beresiko juga akan memberikan ekspektasi tingkat pengembalian sebesar 6%, karena jika tidak ada penghindaran resiko maka tidak akan ada premi resiko dan SML akan digambarkan sebagai sebuah garis horizontal. Dengan meningkatnya penghindaran resiko, maka akan meningkat pula premi resiko dan hal ini menyebabkan kemiringan SML menjadi lebih curam. Perubahan dalam Koefisien Beta Saham

Sebuah perusahaan dapat mempengaruhi resiko pasarnya, dan juga niali betanya melalui perubahan-perubahan dalam komposisi aktivanya dan juga melalui penggunaan utang. Beta sebuah perusahaan dapat juga berubah sebagai akibat dari faktor-faktor eksternal seperti meningkatnya persaingan dalam industri, habisnya masa berlaku paten-paten dasar dan lain sebagainya. Ketika terjadi perubahan-perubahan seperti itu tingkat pengembalian yang diminta juga akan ikut berubah dan akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. Aktiva Fisik versus Sekuritas Mengapa kita menghabiskan begitu banyak waktu membahas tingkat resiko dari saham? Mengapa tidak diawali dengan melihat tingkat resiko dari aktiva bisnis seperti misalnya pabrik dan peralatan? Alasannya adalah bagi manajemne yang tujuan utamanya adalah maksimalisasi harga saham, pertimbangan yang mendasari adalah tingkat resiko dari saham perusahaan, dan resiko yang relevan dari setiap aktiva fisik harus diukur dilihat dari pengaruhnya pada resiko saham seperti apa yang dilihat oleh para investor. Resiko berdiri sendiri dari suatu proyek individual dapat terlihat cukup tinggi, tetapi jika dilihat di dalam konteks pengaruh proyek tersebut terhadap resiko pemegang saham, mungkin resiko ini tidaklah begitu besar. Beberapa Kekhawatiran tentang Beta dan CAPM Model penetapan aktiva modal (CAPM) adalah lebih dari sekedar teori abstrak, model ini dipergunakan secara luas oleh para analis, investor, dan perusahaan. Meskipun terdapat daya tarik yang intuitif dari CAPM, beberapa penelitian terakhir mengangkat ke permukaan beberapa kekhawatiran akan validitasnya. Sebagai alternatif dari CAPM tradisional, para praktisi mulai berpaling pada model-model multibeta yang lebih umum. Model multibeta adalah suatu generalisasi yang menarik dari pandangan CAPM tradisional bahwa resiko pasar, resiko yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi, mendasari penilaian atas aktiva. Dalam model multibeta, resiko pasar diukur secara relatif terhadap sekumpulan faktor-faktor resiko yang menentukan prilaku dari tingkat pengembalian aktiva, di mana CAPM mengukur resiko yang hanya relatif terhadap pengembalian pasarnya.

Volatilitas versus Resiko Volatilitas tidaklah harus berarti resiko. Sebagai contoh, asumsikan penjualan dan keuntungan sebuah perusahaan sangat berfluktuasi dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, atau dalam cara-cara yang lainnya. Apakah artinya perusahaan tersebut beresiko jika dilihat dari sudut pandang potofolio atau berdiri sendiri? Jika fluktuasi tersebut mengikuti pola-pola siklus atau musiman, seperti pada distributor es krim hal ini akan dapat diprediksi, sehingga volatilitas tidak akan menjadi bagian yang signifikan dari resiko. Jika keuntungan perusahaan es krim turun sebesar yang biasanya terjadi dalam musim dingin, hal ini tidak akan menjadi kekhawatiran dari para investor, sehingga harga saham perusahaan tidak akan terpengaruh. Perusahaan yang harga sahamnya secara relatif sangat berfluktuasi (sehingga akan menghasilkan nilai beta yang tinggi), bahwa keuntungan masa depannya secara relatif tidak dapat diramalkan. Jadi, perusahaan-perusahaan bioteknologi memiliki keuntungan yang kurang dapat diramalkan jika dibandingkan dengan fasilitas umum. Harga-harga saham bioteknologi bergejolak dan perusahaan tersebut memiliki nilai beta yang relatif tinggi. Volatilitas keuntungan tidaklah selalu harus diartikan sebagai resiko tergantung penyebab dari volatilitas tersebut sebelum menarik kesimpulan mengenai apakah volatilitas keuntungan menunjukkan adanya resiko. Volatilitas harga saham memang diartikan sebagai resiko.

You might also like