You are on page 1of 29

ASKEP ANEMIA PADA ANAK

By : Novian Indra Nugraha

Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui

Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah) 2. Perdarahan 3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker) 4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper

Klasifikasi anemia
1. Anemia aplastik Penyebab: agen neoplastik/sitoplastik terapi radiasi antibiotic tertentu obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason benzene

2. Anemia pada penyakit ginjal Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin

3. Anemia pada penyakit kronis Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan

4. Anemia defisiensi besi Penyebab: a) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi b) Gangguan absorbsi (post gastrektomi) c) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)

5. Anemia megaloblastik Penyebab: Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

6. Anemia hemolitika yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah: Pengaruh obat-obatan tertentu Proses autoimun Reaksi transfusi

Tanda dan Gejala


Lemah, letih, lesu dan lelah Sering mengeluh pusing dan mata berkunangkunang Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.

Kemungkinan Komplikasi yang muncul


Gagal jantung, Parestisia dan Kejang.

Pemeriksaan Khusus dan Penunjang


Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

Terapi yang Dilakukan


1. Anemia aplastik: Transplantasi sumsum tulang Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG) 2. Anemia pada penyakit ginjal Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat Ketersediaan eritropoetin rekombinan

3. Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.

4. Anemia pada defisiensi besi Dicari penyebab defisiensi besi Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus. 5. Anemia megaloblastik Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.

Lanjutan
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan a. Usia anak: Fe biasanya pada usia 6-24 bulan b. Pucat pasca perdarahan pada difisiensi zat besi anemia hemolistik anemia aplastik

c. Mudah lelah Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh d. Pusing kepala Pasokan atau aliran darah keotak berkurang e. Napas pendek Rendahnya kadar Hb f. Nadi cepat Kompensasi dari refleks cardiovascular

g. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin aktif untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki perpusi dengan manefestasi penurunan produksi urine h. Gangguan pada sisten saraf Anemia difisiensi B 12

i. Gangguan cerna Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan nafsu makan j. Pika Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang tidakbergizi, Anak yang memakan sesuatu apa saja yang merupakan bukan makanan seharusnya (PIKA) k. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung) l. Suhu tubuh meningkat Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik m. Pola makan

n. Pemeriksaan penunjang - Hb - Eritrosit - Hematokrit o. Program terafi, perinsipnya : - Tergantung berat ringannya anemia - Tidak selalu berupa transfusi darah - Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala

Nilai normal sel darah


1. Eritrosit (juta/mikro lt) umur bbl 5,9 (4,1 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 5,1), 5 Tahun 4,7 (4,2 5,2), 8 12 Tahun 5 (4,5 -5,4). 2. Hb (gr/dl)Bayi baru lahir 19 (14 24), 1 Tahun 12 (11 15), 5 Tahun 13,5 (12,5 15), 8 12 Tahun 14 (13 15,5). 3. Leokosit (per mikro lt) Bayi baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 15),

Lanjutan
5 Tahun 8000 (5 13), 8 12 Tahun 8000 (512). Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun 260.000, 8 12 Tahun 260.000 4. Hemotokrit (%0)Bayi baru lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 12 Tahun 40.

Diagnosa Keperawatan
Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat: kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang

RENCANA
1) Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia Rencana Tindakan: 1. Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi, takipnue, dispneu, pusing, perubahan warna kulit, dan lainya 2. Bantu aktivitas dalam batas tolerasi 3. Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan dan meningkatkan istirahat 4. Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen 5. Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat

2) Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat : kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan Rencana Tindakan: 1. Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging, kacang, gandum, sereal kering yang diperkaya zat besi 2. Berikan susu suplemen setelah makan padat 3. Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat, fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk meningkatkan absorpsi berikan bersama jeruk 4. Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau makan zat besi dengan cara berkumur setelah minum obat, minum preparat dengan air atau jus jeruk 5. Berikan multivitamin 6. Jangan berikan preparat Fe bersama susu

3) Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang Rencana Tindakan: 1. Libatkan orang tua bersama anak dalam persiapan prosedur diagnosis 2. Jelaskan tujuan pemberian komponen darah 3. Antisipasi peka rangsang anak, kerewelan dengan membantu aktivitas anak 4. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan 5. Berikan darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan ketentuan, dengan harapan anak mau menerima

TERIMA KASIH

You might also like