You are on page 1of 22

1 BAB I PENDAHULUAN

Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian antara 20 35%. Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun.

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pneumonia 1. Definisi Pneumonia adalah infeksi parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstitial. Pneumonia digolongkan atas dasar anatomis seperti pneumonia lobaris, pneumonia (bronkiolitis). lobularis (bronkopneumonia) dan pneumonia insterstitialis

2. Etiologi Berdasarkan usia, etiologi pneumonia dapat digolongkan menjadi: Tabel 2.1 Klasifikasi etiologi Pneumonia USIA 0 20 hari PENYEBAB TERSERING Bacteria Escherichia coli Group B streptococci Listeria monocytogenes JARANG SEBAGAI PENYEBAB Bacteria Anaerobic organisms Group D streptococci Haemophilus influenzae Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum Viruses Cytomegalovirus Herpes simplex virus Bacteria

3 minggu s.d 3 bulan

Bacteria

Chlamydia trachomatis S. pneumoniae Viruses Adenovirus Influenza virus Parainfluenza virus 1, 2, and 3 Respiratory syncytial virus

Bordetella pertussis H. influenzae type B and nontypeable Moraxella catarrhalis Staphylococcus aureus U. urealyticum Virus Cytomegalovirus

3 Lanjutan tabel 2.1 Klasifikasi etiologi Pneumonia USIA 4 bulan 5 tahun PENYEBAB TERSERING Bacteria Chlamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae S. pneumoniae Viruses Adenovirus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Bacteria C. pneumoniae M. pneumoniae S. pneumoniae Bacteria H. influenzae type B M. catarrhalis Mycobacterium tuberculosis Neisseria meningitis S. aureus Virus Varicella-zoster virus JARANG SEBAGAI PENYEBAB

5 tahun

Bacteria H. influenzae Legionella species M. tuberculosis S. aureus Viruses Adenovirus Epstein-Barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella-zoster virus

3. Diagnosis Diagnosis ditegakkan bila ditemukan: Sesak napas disertai retraksi interkostal, suprasternal maupun pernafasan cuping hidung. Kriteria takipnea menurut WHO yaitu: umur <2 bulan: 60x/menit, umur 2-11 bulan: 50x/menit, umur 1-5 tahun: 40x/menit, umur 5 tahun: 30 x/menit. Pengukuran sebaiknya dilakukan 1 menit penuh dalam kondisi anak yang tenang. Demam Ronkhi basah sedang nyaring (crackles) Foto thoraks menunjukkan gambaran konsolidasi pada lobus

4 Leukosistosis: pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan dan pada infeksi bakteri 15.000-40.000/mm3 dengan neutrofil yang predominan. Riwayat lain yang dapat digali antara lain: Adanya penyakit jantung/paru yang mendasari. Kemungkinan aspirasi benda asing Kemungkinan terhirup zat toksik Malas menyusu/makan Gejala gastrointestinal: Mual, muntah, diare, nyeri perut Tanda dehidrasi

4. Pengobatan Penatalaksanaan pada pneumonia dibagi menjadi a. Penatalaksanaan umum Pemberian oksigen Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit

b. Penatalaksanaan khusus Obat penurun panas Pemberian antibiotika

Adapun pemberian antibiotika untuk penderita pneumonia antara lain: Tabel 2.2 Pemberian antibiotika untuk pneumonia USIA 0-20 hari RAWAT JALAN RAWAT INAP KRITIS

Ampicillin IV/IM Usia <7 hari BB <2 kg=50-100mg /kgbb/hr dibagi dalam 2 dosis BB 2 kg= 75-150 mg /kgbb/hr dibagi dalam 3 dosis

Ampicillin IV/ IM (dengan dosis yang sama untuk rawat inap), Ditambah: Gentamicin IV/ IM (dengan dosis yang sama untuk rawat inap)

5 Lanjutan Tabel 2.2 Pemberian antibiotika untuk pneumonia USIA RAWAT JALAN RAWAT INAP Usia 7 hari: BB <1.2 kg= 50-100 mg /kgbb/hr dibagi dalam 2 dosis BB1.2-2 kg= 75-150 mg /kgbb/hr dibagi dalam 3 dosis BB >2 kg: 100- 200 mg /kgbb/hr dibagi dalam 4 dosis; atau Gentamicin IV/ IM: Usia 0-7hari= 2.5mg/kg/12 jam Usia >hari= 2.5mg/kg/8 jam atau; Cefotaxime IV: Usia 7 hari:100 mg /kgbb/hr dibagi dalam 2 dosis Usia >7 hari:150 mg /kgbb/hr dibagi dalam 3 dosis Erythromycin IV 40 mg/kg/hr dibagi dalam 4 dosis Atau dapat ditambahkan: Cefotaxime IV 200 mg/kg/hr dibagi dalam 3 dosis atau; Cefuroxime IV 150 mg/kg/hr dibagi dalam 3 dosis KRITIS Dengan atau tanpa Cefotaxime IV (dengan dosis yang sama untuk rawat inap)

3 mg 3 bulan

Afebris: Azithromycin PO 10 mg/kg/hr (10hr) atau; Erythromycin PO 30- 40 mg/kg/hr dibagi dalam 4 dosis (10hr) Rawat jika demam atau hipoksia

Cefotaxime IV 200 mg/kg/hr dibagi dalam 3 dosis ditambah Cloxacillin IV 150 to 200 mg/kg/hr dibagi dalam 4 dosis Atau; Cefuroxime IV 150 mg/kg/hr dibagi dalam 3 dosis

6 Lanjutan Tabel 2.2 Pemberian antibiotika untuk pneumonia USIA 4 bln 5 th RAWAT JALAN Amoxicillin PO 90 mg/kg/hr dibagi dalam 4 dosis (7-10hr) Atau Amoxicillinclavulanic acid; Azithromycin; Clarithromycin; Erythromycin RAWAT INAP Cefotaxime IV 200 mg/kg/hr dibagi dalam 3 dosis atau; Cefuroxime IV 150 mg/kg/hr dibagi dalam 3 dosis KRITIS Cefuroxime IV 150 mg/kg/hr dibagi dalam 3 dosis Ditambah: Erythromycin IV 40 mg/kg/hr dibagi dalam 4 dosis Selama 10 -14 hari days Atau Cefotaxime IV 200 mg/kg/hr dibagi dalam 3 dosis Ditambah: Cloxacillin IV 150 to 200 mg/kg/hr dibagi dalam 4 dosis Selama 10 -14 hari days Cefuroxime IV 150 mg/kg/hr dibagi dalam 3 dosis hours Ditambah: Erythromycin PO 40 mg/kg/hr dibagi dalam 4 dosis (1014hari)

5 tahun

Azithromycin PO 10 mg/kg/hr (max 500mg) (10 hr) Atau; Clarithromycin PO 15 mg/kg/hr dibagi 2 dosis (10 hr) atau Erythromycin PO 40 mg/kg/hr dibagi dalam 4 dosis (10hr)

Cefuroxime IV 150 mg/kg/hr dibagi dalam 3 dosis hours Ditambah: Erythromycin PO 40 mg/kg/hr dibagi dalam 4 dosis (1014hari)

B. PENYAKIT JANTUNG BAWAAN 1. Defek septum ventrikel Gambaran klinis Gambaran klinis bervariasi, dari yang asimptomatis sampai gagal jantung berat yang disertai failure to thrive. Manifestasi klinis ini sangat bergantung

7 kepada besarnya defek serta derajat pirau dari kiri ke kanan. Letak defek biasanya tidak berpengaruh terhadap manifestasi klinis.

Defek septum ventrikel kecil Pada defek septum ventrikel kecil biasanya tidak terdapat keluhan. Jantung normal atau hanya sedikit membesar, tidak ada gangguan tumbuh kembang. Defek biasanya ditemukan pada saat pemeriksaan fisik rutin, yaitu dengan ditemukannya bising. Pada defek septum ventrikel kecil ditemukan bising pansistolik yang biasanya keras, disertai dengan getaran bising, dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri dan menjalar sampai garis sternal kiri.

Defek septum ventrikel sedang Pada pasien dengan defek septum ventrikel sedang, gejala biasanya sudah terlihat pada masa bayi. Sesak napas pada waktu minum, atau memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan makan dan minum merupakan keluhan yang paling sering dari orang tua pasien. Kenaikan berat badan tidak memuaskan dan pasien sering menderita infeksi paru dan memerlukan waktu yang lama untuk sembuh. Pada pemeriksaan fisis, bayi tampak kurus, dengan dipsnea, takipnea dan retraksi. Pada pasien besar, bentuk dada mungkin sudah menonjol, namun pada bayi, bentuk dada masih normal. Pada auskultasi akan terdengar bunyi jantung I dan II yang normal dengan bising pansistolik yang keras, kasar disertai getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri yang menjalar ke seluruh prekordium.

Defek septum ventrikel besar Pada pasien dengan defek septum ventrikel besar, gejala dapat timbul pada masa neonatus. Dipsnea dapat terjadi bila terdapat pirau kiri ke kanan yang bermakna dalam minggu pertama setelah lahir. Gejala gagal jantung biasanya

8 baru mulai muncul setelah minggu keenam, sering didahului oleh infeksi saluran napas bawah. Bayi tampak sesak napas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernapasan. Gangguan pertumbuhan sangat nyata. Pada pemeriksaan biasanya bunyi jantung masih normal dan dapat terdengar bising pansistolik dengan atau tanpa getaran bising. Bising biasanya melemah di akhir systole akibat peningkatan tekanan ventrikel kanan akibat peningkatan resistensi vascular paru sehingga terjadi tekanan sistolik yang sama besarnya pada kedua ventrikel pada akhir systole.

Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan foto dada pasien dengan defek septum ventrikel kecil biasanya memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung yang normal dengan vaskularisasi paru normal atau sedikit meningkat. Pada pasien dengan defek septum ventrikel sedang, akan tampak kardiomegali sedang dengan konus pulmonalis yang menonjol, peningkatan vaskularisasi paru dan pelebaran pembuluh darah di sekitar hilus. Pada pasien dengan defek septum ventrikel besar, akan tampak kardiomegali nyata dengan konus pulmonalis yang menonjol, peningkatan vaskularisasi paru dan pelebaran pembuluh darah di sekitar hilus.

Pembedahan Dalam dua tahun pertama, defek mungkin mengecil atau menutup spontan. Jika pada umur 3 atau 4 tahun defek belum menutup dan terdapat pembesaran jantung, plethora paru dan masih terdapat gejala, maka dianjurkan penutupan defek. Di atas usia 6 tahun, tidak ada lagi kemungkinan untuk menutup spontan, oleh karena itu, operasi untuk menutup defek dilakukan pada usia 4 6 tahun. Jika pasien dengan defek besar mengalami gagal jantung yang refrakter terhadap pengobatan medis, defek harus dikoreksi pada umur berapapun.

2. Defek septum atrium Gambaran klinis Kebanyakan penderita defek atrium sekundum asimptomatis, terutama pada masa bayi dan anak kecil. Bila pirau cukup besar maka pasien mengalami sesak napas dan sering mengalami infeksi paru. Tumbuh kembang biasanya normal. Pada pemeriksaan jantung pada umumnya normal atau hanya sedikit membesar dengan pulsasi ventrikel kanan yang teraba. Bising ejeksi sistolik terdengar di daerah pulmonal akibat aliran darah yang berlebih melalui katup pulmonal. Aliran darah yang memintas dari atrium kiri ke kanan tidak menimbulkan bising karena perbedaan tekanan yang kecil.

Pemeriksaan radiologis Pada pasien dengan pirau yang bermakna, foto thorax AP menunjukkan atrium kanan yang menonjol dengan konus pulmonalis yang menonjol. Jantung hanya sedikit membesar dan pertambahan vaskularisasi paru sesuai dengan besarnya pirau.

Pembedahan Defek septum atrium primum memerlukan tindakan bedah korektif jika terdapat pembesaran jantung yang progresif pada pemeriksaan foto thoraks berkala. Karena defek primum lebih berat dari defek sekundum, maka dianjurkan melakukan koreksi pada usia yang lebih dini yaitu 2-3 tahun.

10 BAB III ILUSTRASI KASUS IDENTITAS PASIEN Nama / No.MR Umur Ayah / Ibu Suku Alamat Tanggal Masuk : An. MV / 79 07 96 : 9 bulan : Muhammad Yunas / Hasnah Safnita : Batak/Melayu : Jl. Sei. Duku, Gg. SD, No. 27 Pekanbaru : 29 September 2013

Pediatric Assesment Triangle Appearance: Tone Interactivennesis Consolability Look/gaze : tonus otot baik : derajat kesadaran Allert : dapat ditenangkan : arah pandangan positif dan fokus, refleks pupil positif, isokor kiri dan kanan Speech/cry Kesan Work of breathing : Suara nafas Retraksi : Stridor (-), gargling (-), snoring (-) : retraksi subcostal(+), retraksi suprasternal (+), intercostal (+), Cuping hidung Kesimpulan Circulation: Nadi teraba kuat, akral hangat, CRT < 3 dtk Pucat (-), Mottled (-), sianosis (-) Kesimpulan : Normal circulation : Nafas cuping hidung (+) : Abnormal work of breathing : suara tangis normal : normal appearance

11

A (N)

C (N)

Berdasarkan penilaian dengan menggunakan segitiga penilaian pediatrik (Pediatric Assesment Triangle) didapatkan hasil bayi mengalami gawat napas. PRIMARY SURVEY: Airway: o Look o Listen o Feel Kesan Breathing: o Frekuensi napas 60 kali per menit o Gerakan dinding dada simetris, napas cuping hidung (+), retraksi (+), otot bantu napas (+) Tindakan: O2 2L/menit melalui nasal kanul Reevaluasi: o Frekuensi napas 48 kali per menit o Gerakan dinding dada simetris, napas cuping hidung (-), retraksi (+), otot bantu napas (+) Circulation: o Nadi teraba kuat, frekuensi 154x/menit, isian cukup CRT < 3 detik akral hangat, pucat (-), sianosis (-) Kesan : circulation normal, pasang jalur IV Disability: o Kesadaran: allert : gerakan dinding dada simetris : stridor (-), gargling (-), snoring (-) : terasa aliran udara keluar melalui hidung : airway clear

12 o Pupil isokor 2mm/2mm, refleks cahaya (+/+) Exposure : T= 38,9 0C

ANAMNESIS Diberikan oleh

: Alloanamnesis : Nenek

Keluhan utama

: Sesak napas yang makin hebat sejak 1 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang : Tujuh hari SMRS pasien demam, naik perlahan-lahan. Batuk (-), pilek (+), jika bernapas suara napas pasien terdengar berisik, hidung terlihat kembang kempis. Pasien rewel, namun masih mau menyusu seperti biasa. Pasien

dibawa ke bidan, diberi obat puyer, demam turun, lalu kemudian kembali demam setelah beberapa jam. Satu hari SMRS, demam tidak turun dengan obat penurun panas. Anak tampak sangat sesak. Jika bernapas kepala anak tampak terangguk-angguk, cuping hidung kembang kempis. Anak malas menyusu. Bibir dan ujung jari terlihat pucat (-), kebiruan (-). Anak kemudian dibawa ke RSUD AA.

Riwayat Penyakit Dahulu Saat usia 3 bulan, jika menangis kuat, bibir dan ujung ujung jari pasien membiru, tampak sangat sesak (+). Ibu mengatakan berat badan anak susah naik. Tidak ada keluhan saat menyusu. Anak juga sering mengalami batuk dan pilek, hampir tiap bulan. Setelah diperiksa dokter Sp. JP di RSUD AA, pasien dikatakan menderita penyakit jantung bawaan. Anak disarankan untuk dioperasi, tetapi karena masalah biaya, keluarga menunda operasi. Bulan Mei 2013, pasien dirawat selama 2 minggu di RSUD AA dengan keluhan utama sesak. Anak dikatakan menderita infeksi paru-paru.

13 Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama.

Riwayat Orang Tua Ayah pasien Ibu pasien : Pekerjaan swasta, pendidikan tamat SMP : Pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan tamat SMP

Riwayat Kehamilan Selama kehamilan, ibu pasien tidak pernah menderita penyakit tertentu, demam (-), kejang (-), mual dan muntah sampai mengganggu aktivitas (-), tidak pernah merokok, minum jamu maupun minum-minuman keras. Pasien merupakan anak 2 dari 2 bersaudara. Ibu tidak rutin memeriksakan kehamilan ke bidan. Tidak pernah USG. Lahir cukup bulan dengan berat badan lahir 3600 gram dan panjang badan 50 cm, langsung menangis, tidak biru. Persalinan normal ditolong bidan

Riwayat makan dan minum ASI saja: 0 3 bulan Susu formula : 3 bulan sekarang

Riwayat Imunisasi Imunisasi lengkap

Riwayat Pertumbuhan BBL = 3600gr PBL = 50cm

BBM = 6000gr

PBM = 70cm

Riwayat Perkembangan: Sesuai anak seusianya Mengangkat badan = usia 3 bulan

14 Senyum spontan Duduk sebentar = usia 3 bulan = usia 6 bulan

Mengambil dengan jari = usia 9 bulan

Keadaan Perumahan dan Tempat Tinggal Tinggal di rumah sendiri, permanen dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 3 orang, ventilasi baik, sumber air minum dari air gallon isi ulang dan MCK dari sumur.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum Kesadaran Vital Sign : Tampak sakit sedang : Alert : T = 38,9C, FN=154 /i RR = 48 /i (setelah diberi O2 melalui nasal kanul 1L/i) Status Gizi : PB : 70 cm BB : 6 kg Z-score : BB ideal 8,4 kg Status Gizi : 6/8,4 x 100% : 71,4 % (moderate malnutrition) Lingkar Kepala : 43 cm (normosefali) Kepala Rambut : hitam, tidak mudah dicabut

Mata kiri dan kanan : Konjungtiva : tidak pucat Sklera : tidak kuning Pupil : bulat, isokor, 2mm/2mm Refleks cahaya : +/+ Telinga Hidung : low set ear (-), sekret (-) : tidak ada napas cuping hidung (setelah diberikan O2), deviasi septum (-), sekret (-) Mulut : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor, tidak hiperemis. Palatum tidak terbelah. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar,

15 kaku kuduk (-) Paru-paru Inspeksi : gerak dinding dada simetris, retraksi subkostal (+), Retraksi interkostal (+), retraksi suprasternal (+) Palpasi Perkusi Auskultasi : Fremitus sulit dinilai : Sonor : Suara nafas bronkovesikuler, ronkhi basah kasar (+/+), Wheezing (-) Jantung Inspeksi Palpasi : Iktus kordis tidak terlihat :Iktus kordis teraba pada sela iga ke-IV, linea Midclavicula Sinistra Perkusi Auskultasi Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Genitourinarius Ekstremitas Status neurologis o Refleks o : Perut datar, venektasi (-) : Supel, hepar dan lien tidak teraba : Timpani : Bising usus (+) normal : dalam batas normal : Akral hangat, sianosis (-), refilling kapiler < 2 : : Refleks fisiologis : (+/+) : Batas jantung dalam batas normal : Bunyi jantung S1 dan S2, murmur pansistolik (+)

o Pemeriksaan rangsang meningeal : Kaku kuduk : (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan darah rutin (29 September 2013) Hb Ht : 11,3 gr% : 34,1 vol%

16 Leukosit Trombosit : 11.300/mm3 : 215.000 /mm3

Elektrolit (29 September 2013) Na+ = 152,7 K+ = 2, 74 Cl- = 123,8

Pemeriksaan Echocardiography (Maret 2013)

Dimensi jantung: LV dilatasi, LVH (+). VSD dengan Left to Right shunt ASD (+).

HAL-HAL YANG PENTING DARI ANAMNESIS Riwayat ISPA 7 hari SMRS Tampak sangat sesak sejak 1 hari SMRS Demam tidak turun dengan obat penurun panas sejak 1 hari SMRS Riwayat penyakit jantung bawaan (+)

17 HAL-HAL PENTING DARI PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: Tampak sakit sedang Vital Sign: T = 38,9C, HR=154 /i, RR = 60 /i Napas cuping hidung (+) Retraksi subkostal (+), retraksi interkostal (+), retraksi suprasternal (+) Suara nafas bronkovesikuler, ronkhi basah kasar (+/+), wheezing (-) Murmur pansistolik (+)

HAL-HAL YANG PENTING DARI PENUNJANG Pemeriksaan elektrolit: hipokalemia Echo: VSD dengan L-R shunt, ASD, LVH

DIAGNOSIS KERJA: Pneumonia + PJB asianotik

DIAGNOSIS GIZI: moderate malnutrition

DIAGNOSIS BANDING: Tuberkulosis paru

PEMERIKSAAN ANJURAN: Pemeriksaan foto rontgen

TERAPI MEDIKAMENTOSA : IVFD D5 NS + KCl 20 mEq O2 nasal kanul 1L/i Inj. Ceftriaxon 2 x 250 mg

DIIT: Diet MC 840 kkal

18 FOLLOW UP Senin, 30 September 2013-10-06 S : Demam (-), sesak sudah berkurang, batuk (+), pilek (+) O : KU: tampak sakit sedang KES: Alert Vital sign: FN= 140x/i RR= 44 x/ T= 37,40C BB= 6,3kg Paru-paru Inspeksi : gerak dinding dada simetris, retraksi subkostal (+), Retraksi interkostal (+), retraksi suprasternal (+) Palpasi : Fremitus sulit dinilai Perkusi : Sonor Auskultasi : Suara nafas bronkovesikuler, ronkhi basah kasar (+/+), Wheezing (-) Jantung Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga ke-IV, linea Midclavicula Sinistra Perkusi : Batas jantung dalam batas normal Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2, murmur pansistolik (+) A : Pneumonia + PJB asianotik (VSD + ASD) P : IVFD D5 NS + KCl 20 mEq 20 tpm (mikro) O2 nasal kanul 2L/i Inj. Ceftriaxon 2x250mg PCT 4x0,6 cc Nebu ventolin tiap 8 jam Selasa, 1 Oktober 2013-10-06 S : Demam (-), sesak sudah berkurang, batuk (+), pilek (+) sudah berkurang O : KU: tampak sakit sedang KES: Alert Vital sign: FN= 142x/i RR= 42 x/ T= 36,90C BB= 6,3kg Paru-paru Inspeksi : gerak dinding dada simetris, retraksi subkostal (+), Retraksi interkostal (+), retraksi suprasternal (+) Palpasi : Fremitus sulit dinilai

19 Perkusi Auskultasi Jantung Inspeksi Palpasi : Sonor : Suara nafas bronkovesikuler, ronkhi basah kasar (+/+), Wheezing (-)

A P

: Iktus kordis tidak terlihat : Iktus kordis teraba pada sela iga ke-IV, linea Midclavicula Sinistra Perkusi : Batas jantung dalam batas normal Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2, murmur pansistolik (+) : Pneumonia + PJB asianotik (VSD + ASD) : IVFD D5 NS + KCl 20 mEq 20 tpm (mikro) O2 nasal kanul 2L/i Inj. Ceftriaxon 2x250mg PCT 4x0,6 cc Nebu ventolin tiap 8 jam

Rabu, 2 Oktober 2013-10-06 S : Demam (-), sesak sudah berkurang, batuk (+), pilek (+) sudah berkurang O : KU: tampak sakit sedang KES: Alert Vital sign: FN= 142x/i RR= 42 x/ T= 36,90C BB= 6,3kg Paru-paru Inspeksi : gerak dinding dada simetris, retraksi subkostal (+), Retraksi interkostal (+), retraksi suprasternal (+) Palpasi : Fremitus sulit dinilai Perkusi : Sonor Auskultasi : Suara nafas bronkovesikuler, ronkhi basah kasar (+/+), Wheezing (-) Jantung Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga ke-IV, linea Midclavicula Sinistra Perkusi : Batas jantung dalam batas normal Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2, murmur pansistolik (+) A : Pneumonia + PJB asianotik (VSD + ASD) P : IVFD D5 NS + KCl 20 mEq 20 tpm (mikro) O2 nasal kanul 2L/i

20 Inj. Ceftriaxon 2x250mg PCT 4x0,6 cc Nebu ventolin tiap 8 jam Kamis, 3 Oktober 2013-10-06 S : Demam (-), sesak sudah berkurang, batuk (+), pilek (-) O : KU: tampak sakit sedang KES: Alert Vital sign: FN= 144x/i RR= 44 x/ T= 37,50C BB= 6,4 kg Paru-paru Inspeksi : gerak dinding dada simetris, retraksi subkostal (+), Retraksi interkostal (+), retraksi suprasternal (+) Palpasi : Fremitus sulit dinilai Perkusi : Sonor Auskultasi : Suara nafas bronkovesikuler, ronkhi basah kasar (+/+), Wheezing (-) Jantung Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga ke-IV, linea Midclavicula Sinistra Perkusi : Batas jantung dalam batas normal Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2, murmur pansistolik (+) A : Pneumonia + PJB asianotik (VSD + ASD) P : IVFD D5 NS + KCl 20 mEq 20 tpm (mikro) O2 nasal kanul 2L/i Inj. Ceftriaxon 2x250mg PCT 4x0,6 cc Nebu ventolin tiap 8 jam Jumat, 4 Oktober 2013-10-06 S : Demam (-), sesak sudah berkurang, batuk (+), pilek (-) O : KU: tampak sakit sedang KES: Alert Vital sign: FN= 144x/i RR= 44 x/ T= 37,50C BB= 6,4 kg Paru-paru

21 Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Jantung Inspeksi Palpasi : gerak dinding dada simetris, retraksi subkostal (+), Retraksi interkostal (+), retraksi suprasternal (+) : Fremitus sulit dinilai : Sonor : Suara nafas bronkovesikuler, ronkhi basah kasar (+/+), Wheezing (-)

A P

: Iktus kordis tidak terlihat : Iktus kordis teraba pada sela iga ke-IV, linea Midclavicula Sinistra Perkusi : Batas jantung dalam batas normal Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2, murmur pansistolik (+) : Pneumonia + PJB asianotik (VSD + ASD) : IVFD D5 NS + KCl 20 mEq 20 tpm (mikro) O2 nasal kanul 2L/i Inj. Ceftriaxon 2x250mg PCT 4x0,6 cc Nebu ventolin tiap 8 jam

22 BAB IV PEMBAHASAN

Diagnosis pneumonia pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesa

You might also like