You are on page 1of 23

2.2.

Aliran Fluida Dalam Pipa


Dasar persamaan aliran fluida di dalam pipa adalah persamaan energi yang
menyatakan keseimbangan energi atau dapat dinyatakan bahwa energi fluida yang
masuk ke dalam sistim ditambah dengan setiap perubahan energi terhadap waktu,
harus sama dengan energi yang meninggalkan sistim.
Keseimbangan energi tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
c
2
c
2
2
2 2 2
c
1
c
2
1
1 1 1
g
mgZ
g 2
mV
V P U Ws q
g
mgZ
g 2
mV
V P U + + + + + + .... (2-1)
dimana
U = energi dalam
PV = energi ekspansi atau energi kompresi
c
2
g 2
mV
= energi kinetik
c
g
mgZ
= energi potensial
q = energi panas yang masuk ke dalam fluida
W
s
= kerja yang dilakukan terhadap fluida.
Z = ketinggian yang dihitung dari suatu datum tertentu.
Dengan membagi Persamaan (2-1) dengan m untuk mendapatkan energi per unit
massa, maka dalam bentuk diferensial dapat ditulis sebagai :
s
dW dq dZ
gc
g
gc
vdv P
d dU + +

,
_

+
.......................................... (2-2)
Persaman di atas masih dalam bentuk energi dalam, sehingga dalam bentuk energi
mekanik dimana tidak ada kerja yang dilakukan baik terhadap maupun oleh
fluida, didapat :
0 L d
gc
Z d g
gc
dv V P d
W
+ + +

.......................................................... (2-3)
untuk pipa miring dengan sudut kemiringan terhadap bidang horisontal dimana
dZ=dL sin , maka :
0 L d sin dL
gc
g
gc
dv V P d
W
+ + +

................................................... (2-4)
Bila persamaan (2-4) dikalikan dengan /dL pada kondisi atau kemiringan
tertentu, maka diperoleh :
0
dL
L d
sin
gc
g
L d gc
vdv
dL
P d
W

+
................................................ (2-5)
dimana dL
W
adalah kehilangan energi akibat proses irreversibilitas, misalnya oleh
adanya gesekan. Persamaan (2-5) tersebut dapat digunakan untuk menghitung
gradien tekanan dan dengan menganggap penurunan tekanan adalah positif dalam
arah aliran, maka :
0
dL
dP
sin
gc
g
L d gc
vdv
dL
P d
f

,
_

............................................... (2-6)
dimana :


,
_

dL
L d
dL
dP
W
f
gradien tekanan yang disebabkan adanya gesekan.
Kehilangan tekanan untuk aliran di dalam pipa disebabkan oleh gesekan,
perbedaan ketinggian serta adanya perubahan energi kinetik. Karena gesekan
terjadi pada dinding pipa maka perbandingan antara shear stress (
w
) dengan
energi kinetik per satuan volume (v
2
/2g
c
) menunjukkan peran shear stress
terhadap kehilangan tekanan secara keseluruhan. Perbandingan ini membentuk
suatu kelompok tidak berdimensi yang dikenal sebagai faktor gesekan Fanning,
sebagai berikut :
f
2
c w
c
2
w
v
g 2
g 2 / v

..................................................................... (2-7)
Gradien tekanan yang disebabkan oleh faktor gesekan dinyatakan dalam
persamaan Fanning, yaitu :
d g
v f 2
dL
dP
c
2
f


,
_

............................................................................. (2-7)
Dalam bentuk faktor gesekan Moody (f
m
), dimana f
m
= 4f , sehingga persamaan
(2-7) menjadi :
d g 2
v f
dL
dP
c
2
m
f


,
_

........................................................................... (2-8)
2.2.1. Aliran Fluida Satu Fasa
Penentuan faktor gesekan untuk aliran fluida satu fasa tergantung tipe
alirannya. Pada aliran satu fasa laminer, faktor gesekan ditentukan berdasarkan
penggabungan persamaan (2-8) dan persamaan Hagen-Poiseuille, yaitu :
f
c
2
dL
dP
32
g d
v

,
_

........................................................................... (2-9)
Re
m
N
64
vd
64
f

........................................................................ (2-10)
Pendekatan untuk penentuan faktor gesekan aliran satu fasa turbulen
dibuat berdasarkan kekasaran pipa. Untuk pipa halus korelasi yang dikembangkan
berlaku untuk selang bilangan Reynold (N
Re
) yang berbeda-beda. Persamaan yang
umum digunakan untuk selang harga N
Re
yang luas, yaitu 3000<N
Re
<3.10
6
dikembangkan oleh Drew, Koo dan Mc Adam (1932), yaitu sebagai berikut :
32 . 0
Re
N 5 . 0 0056 . 0 f

+
................................................................ (2-11)
Untuk pipa kasar dapat digunakan persamaan Colebrook dan White (1939) yang
merupakan penyempurnaan persamaan Nikuradse, yaitu :

,
_


g Re c
f N
7 . 18
d
2
log 2 74 . 1
f
1
.......................................... (2-12)
dimana :
fc = faktor gesekan sebagai hasil perhitungan
fg = faktor gesekan yang dimisalkan

Persamaan gradien tekanan yang dapat digunakan untuk setiap fluida satu
fasa yang mengalir pada sudut kemiringan pipa tertentu diperoleh dengan
menggabungkan persamaan (2-6) dan (2-8), sebagai berikut :
dZ g
vdv
d g 2
v f
sin
g
g
dL
dP
c c
2
c

+
..................................................... (2-13)
Secara umum persamaan gradien tekanan total dapat dinyatakan dalam tiga
komponen, yaitu :
(dP/dL)
total
= (dP/dL)
el
(dP/dL)
f
- (dP/dL)
acc
................................. (2-14)
dimana :
(dP/dL)
el
= (g/gc) sin , merupakan komponen yang ditimbulkan oleh
adanya perubahan energi potensial atau perubahan
ketinggian.
(dP/dL)
f
= (fv
2
)/(2g
c
d), merupakan komponen yang ditimbulkan oleh
adanya gesekan.
(dP/dL)
acc
= (vdv)/(g
c
dz), merupakan komponen yang ditimbulkan oleh
adanya perubahan energi kinetik.
Tinjauan lebih luas mengenai aliran fluida satu fasa ini adalah sebagai
berikut :
1. Komponen Perubahan Ketinggian
Komponen ini sama dengan nol untuk aliran horisontal dan mempunyai harga
untuk aliran compressible atau incompressible atau transient, baik dalam
aliran pipa vertikal maupun miring. Untuk aliran ke bawah harga sin
berharga negatif dan tekanan hidrostatik akan bertambah pada arah
aliran.
2. Komponen Friction Loss
Komponen ini berlaku untuk semua jenis aliran pada setiap sudut pipa
dan menyebabkan penurunan tekanan dalam arah aliran. Pada aliran
laminer friction loss berbanding lurus dengan kecepatan fluida. Sedangkan
pada aliran turbulen friction loss berbanding lurus dengan v
n
, dimana
1,7<n<2.
3. Komponen percepatan
Komponen ini berlaku untuk setiap kondisi aliran transient, berharga
nol untuk luas penampang yang konstan dan aliran incompressible. Pada
setiap kondisi aliran dimana terjadi perubahan kecepatan, seperti dalam
aliran kompressibel, penurunan tekanan terjadi dalam arah pertambahan
kecepatan.
2.2.2. Aliran Fluida Dua Fasa
Perhitungan gradient tekanan untuk aliran dua fasa memerlukan harga-harga
kondisi aliran seperti kecepatan aliran dan sifat-sifat fisik fluida (berat jenis,
viskositas dan dalam beberapa hal tegangan permukaan). Apabila harga-harga
tersebut telah dapat ditentukan untuk masing-masing fasa yang mengalir, maka
perlu dilakukan penggabungan-penggabungan.
Untuk melakukan penggabungan sifat pada fasa yang mengalir dalam aliran
dua fasa perlu digunakan suatu parameter yang disebut sebagai liquid hold-up dan
no-slip liquid hold-up tergantung pada anggapan kondisi aliran yang terjadi.
2.2.2.1. Liquid Hold-Up dan No-Slip Liquid Hold-Up
Liquid hold-up didefinisikan sebagai perbandingan antara bagian volume
pipa yang diisi oleh cairan dengan volume keseluruhan pipa. Liquid hold-up
merupakan fraksi yang berharga nol (untuk aliran yang seluruhnya adalah gas)
sampai berharga satu (untuk aliran yang seluruhnya cairan). Bagian pipa yang
berisi gas bila dibandingkan dengan volume pipa keseluruhan disebut sebagai gas
hold-up.
Pipa Volume
pipa dalam cairan Volume
H
L

.................................................. (2-15)
L g
H H 1
................................................................................... (2-16)
dimana :
H
L
= Liquid hold-up
H
g
= Gas hold-up
No-slip liquid hold-up atau disebut juga dengan input liquid content,
didefinisikan sebagai perbandingan antara volume cairan yang mengisi pipa
dengan volume pipa keseluruhan, apabila gas dan cairan bergerak dengan
kecepatan yang sama. Harga no-slip liquid hold-up (
L
) dapat dihitung langsung
dari harga laju aliran gas dan cairan, yaitu :
g L
L
L
q q
q
+

................................................................................... (2-17)
g L
g
g
q q
q
+

.................................................................................... (2-18)
dimana :

L
= No-slip liquid hold-up

g
= No-slip gas hold-up
= 1-
L
=
g L
g
q q
q
+
q
L
= laju alir cairan
q
g
= laju alir gas
Berdasarkan kedua persamaan di atas maka penggabungan sifat fisik fasa-
fasa yang mengalir bersama di dalam pipa dapat dilakukan.
2.2.2.2. Berat Jenis
Berat jenis total antara cairan dan gas yang mengalir bersama-sama dalam
pipa dapat ditentukan dengan tiga cara, yaitu : slip density (
s
), no-slip density
(
n
), dan kinetic density (
k
). Masing-masing densitas tersebut dapat dicari dengan
menggunakan persamaan berikut :
g g L L s
H H +
......................................................................... (2-19)
g g L L n
+
.......................................................................... (2-20)
g
g g
L
L L
k
H H
2
2


+
.......................................................................... (2-21)
Bila cairan yang mengalir terdiri dari minyak dan air, maka densitas cairan
merupakan penggabungan antara densitas minyak dan air, sesuai dengan kadar
masing-masing dalam cairan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan persamaan
sebagai berikut :
w w o o L
f f +
.......................................................................... (2-22)
dimana :
w o
o
o
q q
q
f
+

..................................................................................... (2-23)
o w
f f 1
..................................................................................... (2-24)
2.2.2.3. Kecepatan Aliran
Banyak perhitungan gradien tekanan aliran dua fasa didasarkan pada
variabel kecepatan yang disebut superficial velocity. Superficial Velocity
didefinisikan sebagai kecepatan suatu fasa jika mengalir melewati seluruh
penampang pipa.
A q v
g sg

.................................................................................... (2-25)
g g g
H A q v
................................................................................. (2-26)
A q v
L L s
..................................................................................... (2-27)
sg sL m
v v v +
.................................................................................. (2-28)
dimana :
v
sg
= superficial gas velocity
v
sL
= superficial liquid velocity
v
g
= kecepatan aliran gas
v
L
= kecepatan aliran cairan
v
m
= kecepatan aliran dua fasa
A = luas penampang pipa
Apabila terjadi perbedaan antara kecepatan gas sebenarnya dengan kecepatan
aliran sebenarnya, maka :
L
sL
g
sg
L g s
H
v
H
v
v v v
.................................................................. (2-29)
Dengan menggunakan persamaan-persamaan di atas, maka bentuk lain persamaan
no-slip hold-up adalah :
m
sL
L
v
v

.......................................................................................... (2-30)
2.2.2.4. Viskositas
Harga viskositas sangat diperlukan dalam perhitungan gradien tekanan
aliran, terutama untuk menentukan bilangan Reynold atau pun untuk menentukan
gradien tekanan dari komponen gesekan. Viskositas campuran air dan minyak
ditentukan dengan persamaan :
w w o o L
f f +
.......................................................................... (2-31)
dimana :
f
o
= fraksi aliran minyak
f
w
= fraksi aliran air
Viskositas dua fasa (cairan dan gas) ditentukan sesuai dengan adanya slip atau
tidak, yaitu :
a. Viskositas dengan slip,
s

g
L
H
H
L s
) g ( ) ( + ...................................................................... (2-32)
b. Viskositas tanpa slip,
n
g g L L n
+
............................................................................ (2-33)
2.2.2.5. Tegangan Permukaan
Apabila fasa cair terdiri dari air dan minyak maka tegangan permukaan
cairan (
L
) ditentukan dengan :
w w o o L
f f +
......................................................................... (2-34)
dimana :

o
,
w
= tegangan permukaan minyak, air
Persamaan (2-13) merupakan persamaan gradien tekanan yang berlaku
untuk setiap fluida yang mengalir dalam pipa dengan sudut kemiringan dari
bidang horisontal. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk aliran dua fasa
dengan menganggap bahwa campuran gas dan cairan merupakan campuran yang
homogen untuk seluruh pipa dengan panjang tak terhingga. Karena sifat-sifat fisik
yang mengalir untuk aliran fluida dua fasa telah berubah, maka komponen elevasi
menjadi :

,
_

sin
g
g
dL
dP
s
c el
....................................................................... (2-35)
dimana s adalah berat jenis gas-cairan dalam pipa dan harga ini dapat ditentukan
dari persamaan (2-19).
Bentuk-bentuk persamaan untuk komponen friction loss adalah sebagai
berikut :
d g 2
v f
dL
dP
c
2
sL L L
f

,
_

.......................................................................... (2-36)
d g 2
v f
dL
dP
c
2
sg g g
f

,
_

.......................................................................... (2-37)
d g 2
v f
dL
dP
c
2
tp tp tp
f


,
_

......................................................................... (2-38)
Tiap-tiap metoda penentuan gradien tekanan aliran akibat friction loss biasanya
berbeda dalam hal penentuan faktor gesekan, dimana faktor gesekan dihubungkan
dengan bilangan Reynold (N
Re
), yaitu :

vd
1488 N
Re ............................................................................. (2-39)
dimana :
= berat jenis, lb/ft
3
= viskositas, cp
d = diameter dalam pipa, ft
v = kecepatan, ft/s
Komponen percepatan, (dP/dL)
acc
biasanya diabaikan dalam perhitungan gradien
tekanan.
2.2.3. Metode Beggs dan Brill
Beggs dan Brill mengembangkan metode perhitungan kehilangan tekanan
antara fluida dua fasa dalam pipa, berdasarkan pengukuran di laboratorium.
Pengukuran kehilangan tekanan dilakukan di dalam pipa acrylic yang dapat
diubah-ubah sudut kemiringannya.

2.2.3.1. Penentuan Pola Aliran
Pola aliran merupakan suatu parameter korelasi dan tidak menyatakan
tentang pola aliran sebenarnya, kecuali apabila pipa pada kedudukan horisontal.
Pola-pola aliran yang dipertimbangkan dalam perhitungan ini, yaitu : segregated,
transisi, intermitent dan distributed. Parameter-parameter yang diperlukan untuk
menentukan pola aliran adalah sebagai berikut :
N
FR
= (vm)
2
/(gd) ......................................................................... (2-40)

L
= v
sL
/v
m ...........................................................................................................................................
(2-41)
L
1
= 316(
L
)
0,302
............................................................................ (2-42)
L
2
= 0,0009252(
L
)
-2,4684
............................................................. (2-43)
L
3
= 0,1(
L
)
4,4516
.......................................................................... (2-44)
L
4
= 0,5(
L
)
-6,738
.......................................................................... (2-45)
Dari variabel-variabel di atas, batasan untuk tiap pola aliran adalah sebagai
berikut :
1. Pola aliran segregated :

L
<0.01 dan N
FR
<L
1
atau
L
>0,01 dan N
FR
<L
2
2. Pola aliran transisi :

L
>0.01 dan L
2
<N
FR
<L
3
3. Pola aliran intermitent :
0.01<
L
<0.4 dan L
3
<N
FR
<L
1
4. Pola aliran distributed :

L
<0.4 dan N
FR
>L
1
Gambar 2.6. Pola-Pola Aliran Horisontal
5)
Gambar 2.7. Peta Pola Aliran Horisontal
5)
2.2.3.2. Penentuan Liquid Hold-up
Secara umum persamaan hold-up cairan pada pipa horisontal, sebagai
berikut :
c
FR
b
L
N a ) o ( H ........................................................................ (2-46)
dimana konstanta a, b dan c berbeda untuk setiap kondisi aliran, seperti terlihat
pada Tabel II-1.
Untuk mencari liquid hold-up pada pola aliran transisi digunakan interpolasi
dari liquid hold-up aliran segregated dengan aliran intermittent, dengan
persamaan :
H
L
(transisi)=A H
L
(segregated) + B H
L
(intermittent) ...................... (2-47)
dimana :
2 3
3
L L
N L
A
FR

A B 1
Tabel II-1. Konstanta untuk Penentuan Liquid Hold-up
5)
Flow Patttern A b C
Segregated 0,98 0,4846 0,0868
Intermittent 0,845 0,5351 0,0173
Distributed 1,065 0,5824 0,0609
Harga liquid hold-up pada sudut kemiringan tertentu merupakan koreksi
dari harga pada pipa horisontal, yaitu :
) ( ) ( o H H
L L

...................................................................... (2-48)
dimana :
H
L
() = liquid-hold up pada sudut kemiringan pipa sebesar
H
L
(o) = Liquid hold-up pipa horisontal.
= faktor koreksi terhadap pengaruh kemiringan pipa
= 1 - C(Sin(1,8 ) - 0,333 sin
3
(1,8 )
= sudut kemiringan pipa sebenarnya terhadap bidang horisontal
C = (1-
L
)ln(d(
L
)
e
(N
FR
)
f
(N
FR
)
g
Dimana d, e, f, g merupakan konstanta yang besarnya tergantung dari pola aliran
seperti tercantum pada Tabel II-2 berikut :
Tabel II-2. Konstanta untuk Menghitung harga C
5)
Pola Aliran d e f g
Segregated flow up-hill 0.011 -3.7680 3.5390 -1.6140
Intermittent flow 2.965 0.3050 -0.4473 0.0978
Semua pola aliran 4.700 -0.3692 0.1244 -0.5056
Harga liquid hold-up pada sudut kemiringan pipa tertentu digunakan untuk
menghitung densitas campuran yang diperlukan untuk menentukan gradien
tekanan sebagai akibat perbedaan elevasi.
2.2.3.3. Korelasi Faktor Gesekan
Beggs dan Brill juga mendefinisikan faktor gesekan dua fasa (f
tp
) dengan
menggunakan diagram Moody untuk pipa halus seperti pada Gambar 2.3, atau
dengan menggunakan persamaan berikut :
2
8215 , 3 ) N log( 5223 , 4
N
log 2 f
n Re
n Re
n

1
1
]
1

,
_

............................... (2-49)
dimana :
N
Ren
=
n
m m
d v
1488

g g L L
n +
Harga f
tp
/f
n
dihitung dengan persamaan :
S
n
tp
e
f
f

........................................................................................... (2-50)
dimana :
4 2
)) Y (ln( 01853 , 0 )) Y (ln( 8725 , 0 ) Y ln( 182 , 3 0523 , 0
) Y ln(
S
+ +


(2-51)
[ ]
2
L
L
) ( H
Y


untuk harga 1<Y<1,2 parameter S dihitung dengan persamaan :
S = ln(2,2Y-1,2)
Sehingga persamaan untuk faktor gesekan dua fasa adalah :
n
n
tp
tp
f
f
f
f
....................................................................................
(2-52)
Gradien tekanan sebagai akibat gesekan dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :
( )
d gc 2
) v ( f
dZ / dP
2 n
n tp
f

................................................................. (2-53)
g g L L n
+
........................................................................... (2-54)
Sudut kemiringan pipa pada percobaan dari Beggs dan Brill diukur sesuai dengan
arah aliran dan diukur dari bidang horisontal berlawanan dengan arah jarum jam.
Gambar 2.8. Diagram Moody untuk Faktor Gesekan
5)
2.2.4. Evaluasi Metoda Beggs and Brill Oleh Payne dan Palmer
Payne dan Palmer telah melakukan sebuah eksperimen yang salah satunya
ditujukan untuk mengevaluasi beberapa metoda yang ada untuk memprediksi
holdup cairan dan kehilangan tekanan pada pipa miring menggunakan data yang
didapatkan dari fasilitas tes. Evaluasi tersebut dilakukan dengan membandingkan
hasil perhitungan dengan hasil pengukuran.
2.2.4.1. Evaluasi Holdup Cairan
Holdup cairan telah diukur dari enam kemiringan, masing-masing 3
kemiringan ke atas (uphill) dan 3 kemiringan ke bawah (downhill). Untuk
Korelasi Beggs and Brill, hasil analisa ditampilkan pada Gambar 2.9 untuk uphill
dan 2.12 untuk downhill.
Pemeriksaan terhadap persen kesalahan untuk bagian uphill mengindikasikan
bahwa Korelasi Beggs and Brill ini lebih akurat memprediksi holdup cairan yang
terbentuk dibandingkan dengan korelasi yang lain. Sebagai pembanding
Gambar 2.9. Holdup uphill terukur vs Holdup uphill perhitungan
dengan metode Beggs and Brill
9)
diberikan contoh hasil analisa dengan Korelasi Flanigan dan Korelasi Guzhov.
pada Gambar 2.10. dan 2.11.
Gambar 2.10. Holdup uphill terukur vs Holdup uphill
perhitungan dengan metode Flanigan
9)

Gambar 2.11. Holdup uphill terukur vs Holdup uphill
perhitungan dengan metode Guzhov
9)
Untuk aliran pada downhill, Pemeriksaan persen kesalahan antara harga holdup
downhill terukur terhadap holdup downhill hasil perhitungan dengan Korelasi
Guzhov et al. memberikan persen kesalahan rata-rata lebih kecil dibanding dengan
Korelasi Beggs and Brill, sedangkan kombinasi antara Beggs and Brill-Guzhov
memberikan hasil yang terbaik sebagaimana yang terlihat pada Gambar 2.12, 2.13
dan 2.14. Hasil dari pemeriksaan persen kesalahan holdup pada bagian uphill dan
downhill dapat dilihat Tabel II-3, dimana bagian yang kosong menandakan tidak
dilakukannya pemeriksaan.

Tabel II-3. Statistik Dari Analisa Holdup
9)
Uphill Downhill
Metode E % S E % S
Beggs and Brill 9,2 15,0 61,0 80,8
Flanigan 16,3 30,1 - -
Guzhov et al. 14,3 19,5 36,6 57,4
Beggs and Brill-Guzhov - - 17,9 48,7
Gambar 2.12. Holdup downhill terukur vs Holdup downhill
perhitungan dengan Metode Beggs and Brill
9)

Gambar 2.13. Holdup downhill terukur vs Holdup downhill
perhitungan dengan Metode Guzhov et al
9)
Gambar 2.14. Holdup downhill terukur vs Holdup downhill
perhitungan dengan Metode Beggs and Brill-
Guzhov et al
9)
2.2.4.2. Evaluasi Kehilangan Tekanan
Dari analisa data holdup, Payne dan Palmer menemukan bahwa Korelasi
Beggs and Brill terlalu besar dalam memperkirakan harga holdup untuk aliran
pada bagian downhill. Akibat dari terlalu besarnya harga holdup tersebut
membuat kehilangan tekanan yang diperhitungkan dengan Korelasi Beggs and
Brill relatif lebih kecil dibandingkan hasil pengukuran, sebagaimana yang terlihat
pada Gambar 2.15.
Hal ini dapat disebabkan oleh adanya penambahan tekanan pada saat fluida
mengalir turun (pada bagian downhill) dan karena Korelasi Beggs and Brill
dibangun dari percobaan yang menggunakan pipa berbahan plastik maka
komponen kekasaran tidak termasuk dalam parameter yang mempengaruhi faktor
gesekan. Payne dan Palmer kemudian membandingkan kehilangan tekanan hasil
pengukuran terhadap hasil perhitungan dengan normalisasi faktor gesekan, yaitu
menggunakan persamaan faktor gesekan yang lebih representatif untuk pipa kasar
seperti Persamaan Faktor Gesekan Jain berikut :
Gambar 2.15. Kehilangan tekanan terukur vs perhitungan
dengan Korelasi Beggs and Brill
9)

1
]
1

+
9 . 0
Re
25 . 21
log 2 14 . 1
1
N d f

................................................... (2-55)
dimana :
f = faktor gesekan
= kekasaran pipa, ft
d = diameter pipa, ft
N
Re
= Bilangan Reynold
Hasil yang didapatkan sebagaimana yang terlihat pada Gambar 2.16 ternyata
memberikan persen kesalahan yang lebih kecil dibandingkan bila menggunakan
faktor gesekan yang semula digunakan oleh Beggs and Brill.
Gambar 2.16. Kehilangan tekanan terukur vs perhitungan
dengan Korelasi Beggs and Brill dengan
normalisasi faktor gesekan.
9)

2.2.5. Penyelesaian Persamaan Kehilangan Tekanan dan Temperatur Secara
Simultan
Dengan anggapan bahwa aliran fluida di dalam pipa adalah steady state,
perhitungan profil tekanan sepanjang pipa didasarkan pada persamaan
kesetimbangan energi, yang secara eksplicit dapat ditulis sebagai berikut :
0
P d
L z T fw
10 5 . 6
z T
sin P L 0188 . 0
P P
g
5
2
5
avg g
i o

+

+

.... (2-56)
dimana :
P
o
= Tekanan keluar, psi
P
i
= Tekanan masuk, psi
L = Panjang pipa, ft

g
= Specific gravity gas
P = Tekanan, psi
P
avg
= Tekanan rata-rata, psi
T = Temperatur,
o
R
d = diameter dalam pipa, in
z = faktor kompresibilitas
Untuk perhitungan profil temperatur sepanjang pipa dapat dirumuskan sebagai
berikut :
0 ) sin a
dL
dP
a
T )( e 1 ( e T T
o
i
s
L al L a
i o
i

+

.................. (2-57)
Persamaan (2-57) merupakan modifikasi persamaan Caulter-Bourdeon dengan
memasukkan efek gaya gravitasi. Persamaan (2-56) dan (2-57) membentuk
sebuah sistem persamaan dengan tekanan dan temperatur sebagai variabel utama.
Secara umum dapat disederhanakan menjadi :

,
_


) T , P ( G
) T , P ( E
) G , E ( ) T , P ( F
T
................................................... (2-58)
dimana E(P,T) adalah representasi persamaan (2-56) yang merupakan bentuk
eksplicit dari persamaan profil tekanan dan G(P,T) adalah representasi persamaan
(2-57) yang merupakan bentuk implicit dari persamaan profil temperatur.
Karena persamaan (2-56) dan (2-57) adalah non linear maka untuk menghitung
tekanan dan temperatur secara simultan digunakan suatu teknik iterasi.
Metode iterasi Newton-Raphson dapat digunakan untuk menyelesaikan
persamaan (2-58). Dengan teknik ini penyelesaian persamaan dapat ditulis dalam
bentuk umum :
) T , P ( J
) T , P ( F
U U
n 1 n

+
.................................................................... (2-59)
dimana :
F(P,T) = bentuk implicit dari sistem persamaan yang akan diselesaikan
U = variabel vektor untuk tekanan dan temperatur
n = indikator level iterasi
J (P,T) = representasi dari Matrix Jacobian
=
1
1
1
]
1

T
G
P
G
T
E
P
E
.................................................................... (2-60)
Komponen dari Matrix Jacobian pada persamaan (2-60) adalah turunan dari
persamaan (2-56) dan (2-57) dengan perhatian pada tekanan dan temperatur.
Persamaan (2-59) dapat dirubah kebentuk persamaan :

,
_

,
_

,
_

,
_

+
T
G
P
G
T
E
P
E
) T , P ( G
) T , P ( E
T
P
T
P
n 1 n
............................................... (2-61)

,
_

,
_

,
_

,
_

+
) T , P ( G
) T , P ( E
T
G
P
G
T
E
P
E
T
P
T
P
1
n 1 n
............................ (3-62)
Persamaan (2-62) adalah persamaan iterasi Newton-Raphson yang digunakan
untuk menghitung tekanan dan temperatur secara simultan.
Secara garis besar dalam diagram alir perhitungan kehilangan tekanan dan
temperatur secara simultan untuk satu segmen sebagaimana tersebut di atas dapat
digambarkan dengan Gambar 2.17, sedangkan untuk detailnya dapat dilihat pada
Lampiran A.

Input data
P
0
, T
0
,
Hitung

T , P
Sifat fisik
fluida pada

T , P
Dengan iterasi
didapat
P
1
, T
1
?
P
assumsi
-P
1
<
T
assumsi
-T
1
<
i=i+1
P
1
,T
1
Tidak
Selesai
Ya
Gambar 2.17. Bagan Alir Perhitungan Penurunan Tekanan dan
Temperatur Secara Simultan
P
asumsi
, T
asumsi

i=1

You might also like