You are on page 1of 16

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Tujuan utama higinie perusahaan adalah melindungi pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan dari pengaruh bahaya yang timbul. Kegiatannya adalah melakukan pengukuran setiap akses produksi agar mengetahui bahaya-bahaya (polutan) yang timbul baik secara kualitatif maupun kuantitatif, serta berusaha melakukan perbaikan dan pencegahan, cara kerja higinie perusahaan adalah masalah teknik. Ada 2 jenis ancaman yaitu kesehatan (fisik, mental dan sosial) tenaga kerja maupun masyarakat, serta kecelakaan yang menimbulkan cacat fisik, mental dan sosial. Oleh karena itu, baik secara individual maupun secara bersamasama diperlukan upaya pemeliharaan/pencegahan terhadap berbagai kemungkinan yang diakibatkan kegiatan perusahaan. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu perogram yang di buat sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuan dari di buatnya program K3 adalah untuk mengurangi biaya perusahaaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang benar-benar menjaga keselamatan dan kesehatan karyawannya dengan membuat aturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang di laksanakan oleh seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan. Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja atau akibat dari lingkungan kerja sangat dibutuhkan oleh karyawan agar karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya. Tenaga kerja yang sehat
1

akan bekerja produktif, sehingga di harapkan produktifitas kerja karyawan maningkat yang dapat mendukung keberhasilan bisnis perusahaan dalam membangun dan membesarkan usahanya(T.Lestari,2007) Makalah ini membahas tentang kesehatan kerja khususnya di bidang perkebunan kelapa sawit. Karena pada kenyataannya masih terjadi kecelakaan kerja pada tahun 2010 sebesar 22 kali kejadian. Hal ini terjadi peningkatan jumlah kecelakaan kerja dari tahun 2009 sebesar 13 kali kejadian. Dan perusahaan yang memiliki pabrik harus menyediakan alat pelindung diri (APD) agar menghindari kecelakaan kerja yang sedang bekerja.

A. RUMUSAN MASALAH 1. Jelaskan Pengertian higieni perusahaan dan kesehatan kerja! 2. Jelaskan berbagai bahaya potensial dilingkungan kerja perkebunan terhadap timbulnya berbagai jenis penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja! 3. Jelaskan faktor penyebab terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja 4. Bagaimana upaya pencegahan penyakit akibat kerja dan

kecelakaan kerja. 5. Studi kasus di perkebunan sawit

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hiperkes merupakan cabang dari Ilmu Kesehatan Masyarakat, yang mempelajari cara-cara pengawasan serta pemeliharaan kesehatan tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan, dan segala kemungkinan gangguan kesehatan dan keselamatan akibat proses produksi di perusahaan. Banyak kenyataan menunjukkan bahwa dalam setiap kegiatan tersebut. Ancaman dapat langsung pada manusia yang bersangkutan, ataupun tidak langsung pada manusia lain di

sekitarnya. Dapat ditimbulkan proses produksi, namun dapat juga ditimbulkan bahan baku, bahan jadi, serta bahan sisa produksi yang bersangkutan. Pemeliharaan dan pengawasan kesehatan tenaga kerja dilakukan sedini mungkin/sejak menjadi tenaga kerja diperusahaan yang

bersangkutan. Demikian juga sebelum perusahaan memulai kegiatannya, seawal mungkin telah memperhitungkan segala kemungkinan akibat kegiatan tersebut terhadap masyarakat disekitar perusahaan. Kesehatan kerja adalah upaya perusahaan untuk mempersiapkan, memelihara serta tindakan lainnya dalam rangka pengadaan serta penggunaan tenaga kerja dengan kesehatan (fisik, mental dan sosial) yang maksimal, sehingga dapat bereproduksi secara maksimal pula. Kesehatan kerja direncanakan serta dilaksanakan oleh unit kesehatan kerja di perusahaan, dan dalam kegiatannya bekerja sama dengan pimpinan perusahaan, dan dalam unit-unit lainnya yang berkaitan dengan kesehatan serta keselamatan kerja.

B. Berbagai Bahaya Potensial Dilingkungan Kerja Perkebunan Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada sektor kerja perkebunan adalah sebagai berikut : 1. Pembukaan Lahan Luka akibat pemakaian alat pertanian untuk pembukaan lahan seperti parang, babat, kampak, cidera akibat tertimpa pohon yang

tumbang, serangan binatang buas dapat juga menimbulkan cidera sedangkan digigit ular dapat menimbulkan kondisi yang fatal akibat racun ular. 2. Pemeliharaan Tanaman Pemakaian alat babat, cangkul, dodos, dan lain-lain dapat

mengancam terjadinya kecelakaan kerja bila tidak dilaksanakan dengan sikap kerja yang kurang Serta budaya kerja kurang beradap seperti alat pelindung kerja tidak cukup atau tidak memenuhi standar keselamatan kerja dan perilaku tidak mengindahkan kerja yang benar terutama akibat minimnya sosialisasi dan pelatihan kerja bagi buruh perkebunan. 3. Panen Kecelakaan akibat menggunakan alat panen yang tidak

ergonomis terutama untuk lokasi yang dipanen cukup tinggi seperti penggunaan egrek dapat menyebabkan pemanen kena timpa buah yang dipanen. 4. Pengolahan Kecelakaan kerja dapat terjadi akibat pemakaian boiler, luka oleh cutting machine, jari terpotong oleh proses machine dan ancaman kecelakaan kerja oleh house keeping yang jelek seperti susunan barang hasil panen yang tidak teratur, tangga yang curam, lantai
4

yang licin yang dapat menimbulkan tertimpa barang, terjatuh dari tangga dan terpeleset. 5. Gudang Dapat juga terjadi kecelakaan kerja di gudang yang merupakan lokasi penyimpanan pupuk, bahan kimia dan lain-lain akibat house keeping yang jelek. Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) harus diawasi dengan ketat untuk mencegah terjadinya kecelakaan untuk kebakaran. 6. Kabel Listrik Kurang terpeliharanya kabel listrik (tegangan listrik) terutama

dibangunan perusahaan dapat mengundang terjadinya kebakaran.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja di Perkebunan penyebab oleh : a. Lingkungan kerja fisik oleh pemakaian alat/mesin (suar, panas, sinar, dan lain-lain) b. Lingkungan kerja kimia oleh pemakaian bahan kimia (pupuk, pestisida, dan lain-lain) c. Lingkungan kerja biologis oleh makhluk hidup (babi, tikus, landak, lalat anclylostoma, dan lain-lain) d. Lingkungan kerja ergonomi oleh pemakaian alat yang tidak sesuai dengan keterbatasan kemampuan anatomi dan fisiologis tenaga kerja. e. Lingkungan kerja umumnya disebabkan oleh suasana kerja, kecelakaan kerja di perkebunan umumnya disebabkan

lokasi pemukiman jauh dari kota. f. Human Error (sikap kerja (Sumber daya manusia) yang salah).

D. Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Perkebunan. Tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya

kecelakaan adalah hal yang lebih penting dibandingkan dengan mengatasi terjadinya kecelakaan. Kecelakaan dapat dicegah dengan menghindarkan sebab-sebab yang bisa mengakibatkan terjadinya

kecelakaan. Tindakan pencegahan bisa dilakukan dengan cara penuh kehati-hatian dalam melakukan pekerjaan dan ditandai dengan rasa tanggung jawab. Mencegah kondisi kerja yang tidak aman, mengetahui apa yang harus dikerjakan dalam keadaan darurat, maka segera melaporkan segala kejadian, kejanggalan dan kerusakan peralatan sekecil apapun kepada atasannya. Kerusakan yang kecil atau ringan jika dibiarkan maka semakin lama akan semakin berkembang dan menjadi kesalahan yang serius jika hal tersebut tidak segera diperbaiki. Tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan harus dilakukan dengan rasa

bertanggung jawab sepenuhnya terhadap tindakan keselamatan kerja. Peralatan perlindungan anggota badan dalam setiap bekerja harus selalu digunakan dengan menyesuaikan sifat pekerjaan yang

dilakukan.beberapa alat pelindung keamanan anggota badan, terdiri dari pelindung mata, kepala, telinga, tangan, kaki dan hidung. Penggunaan alat pelindung ini disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dikerjakan. Sebagai contoh pelindung mata, pakailah kaca mata atau gogles untuk melindungi dari sinar yang kuat, loncatan bunga api, loncatan logam panas dan sebagainya. Cara pengendalian ancaman bahaya kesehatan kerja 1. Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja basah dan ventilasi pergantian udara.

2. Pengendalian administrasi: mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung, memasang tanda tanda peringatan, membuat daftar data bahan-bahan yang aman, melakukan pelatihan sistem penangganan darurat. 3. Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan kesehatan. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Pekerja Perkebunan Kelapa Sawit. Perkebunan kelapa sawit merupakan sebuah perusahaan yang menggunakan banyak tenaga kerja untuk setiap aktivitas yang dilakukan. Hal ini terjadi karena pekerjaan masih lebih banyak dilakukan secara manual daripada menggunakan tehnologi canggih hal ini juga bukan keinginan pengusaha tetapi karena tehnologi untuk pekerjaan tersebut memang masih terbatas jumlahnya. Karena menggunakan tenaga manusia maka otomatis para pekerja memiliki hak sesuai dengan peraturan yang berlaku terutama tentang kesehatan dan keselamatan kerja yang didalamnya termasuk penggunaan alat pelindung diri saat bekerja.

Seiring dengan pencapaian program sertifikasi baik itu RSPO (Rountable Sustainable Palm Oil), ISCC (International Sustainability Carbon Certifite) dan ISPO (Indonesia Palm Oil). Dimana kesemua sertifikasi ini mengacu kepada undang-undang yang berlaku di setiap Negara terutama untuk masalah ketenaga kerjaan. Apalagi ISPO yang merupakan mandatory atau wajib di miliki oleh setiap pengusaha perkebunan kelapa sawit bahkan petani sendiri wajib mematuhi semua prinsip dan criteria yang tertuang di dalamnya.

Di perkebunan kelapa sawit pekerja di wajibkan menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan jenis pekerjaan yang di lakukan karena alat pelindung diri yang di gunakan di sesuaikan dengan potensi resiko yang di alami oleh pekerja saat melaksanakan aktivitas pekerjaannya.

Gambar Jenis jenis alat pelindung diri (APD)

Berikut adalah jenis-jenis dan fungsi masing-masing alat pelindung diri : 1. Helm, helmberfungsi untuk melindungi kepala dari segala jenis benturan sehingga cedera otak dapat di minimalkan. 2. Kaca Mata,Kaca mata berfungsi untuk melindungi mata dari serpihan benda-benda kecil seperti abu, bunga kelapa sawit, bahan kimia dan sepihan potongan benda laian. 3. Ear Plug, Ear Plug Untuk mengurangi tingkat kebisingan pendengaran. 4. Masker, Masker berfungsi untuk menghindari terhirupnya bahan kimia yang beracun 5. Clemet, Clemet berfungsi agar tubuh tim semprot tidak terpapar bahan kimia karena terbuat dari bahan yang tahan air. 6. Sarung tangan kain, Sarung tangan kain berfungsi untuk menyerap keringat dan menghindari kerusakan tangan (kapalan) karena bekerja dengan benda keras. 7. Sarung tangan karet, Sarung tangan karet berfungsi untuk

menghindari tangan terpapar bahan kimia.

8. Sepatu AV/Safty berfungsi untuk melindungi bagian kaki terkena duri, terjepit, dan benda tumpul lainnya.

Alat pelindung diri berdasarkan jenis pekerjaan di perkebunan kelapa sawit adalah sebagai berikut : 1. Prasarana Jalan Untuk pekerja prasarana jalan alat pelindung diri yang digunakan adalah : Helm, Sepatu AV, sarung tangan dan kacamata 2. Pemupukan Untuk pekerjaan pemupukan alat pelindung diri yang digunakan adalah : Topi, Masker, Clemet, sarung tangan dan Sepatu AV. 3. Tunas Pokok Untuk pekerjaan tunas pokok alat pelindung diri yang di gunakan adalah : Helm, kacamata, sarung tangan dan sepatu av, sarung egrek/dodos. 4. Pengendalian Gulma Manual Untuk pengendalian gulma secara manual alat pelindung diri yang di gunakan adalah : topi, sarung tangan dan sepatu AV 5. Pengendalian Gulma Kimia Untuk pekerjaan pengendalian gulma secara kimia alat pelindung diri yang di gunakan adalah Topi, Masker, Clemet, sarung tangan kain, sarung tangan karet dan Sepatu AV. 6. Panen Untuk pekerjaan panen alat pelindung diri yang di gunakan adalah Helm, kacamata, sarung tangan dan sepatu av, sarung egrek/dodos. 7. Gudang dan Kantor Untuk pekerja gudang alat pelindung diri yang di gunakan adalah helm, Masker, Clemet, sarung tangan kain, sarung tangan karet dan Sepatu Safty.

Menurut Beberapa Tokoh Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja

1. Menurut

Bennett

NBS

(1995)

bahwa

teknik

pencegahan

kecelakaan harus didekati dengan dua aspek, yakni : a. Aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, letak, dan sebagainya) b. Aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan)

2. Menurut Julian B. Olishifski (1985) bahwa aktivitas pencegahan kecelakaan dalam keselamatan kerja professional dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut : a. Memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari mesin, cara kerja, material dan struktur perencanaan b. Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada dalam perusahaan tersebut c. Memberikan pendidikan (training) kepada tenaga kerja atau karyawan tentang kecelakaan dan keselamatan kerja d. Memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada area yang membahayakan. 3. Menurut Sumamur (1996), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan 12 hal berikut : a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang

diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan pengujian pengusaha dan dan cara buruh, dan pemeliharaan , pengawasan, tugas-tugas

kerja,peralatan latihan,

industri,

supervisi medis, P3K dan

pemeriksaan kesehatan. b. Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipatuhi c. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan

ledakan dan peralatan lainnya. d. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patalogis, faktor

10

lingkungan dan teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan. e. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola

kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan. f. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis

kecelakaan yang terjadi. g. Pendidikan h. Latihan-latihan i. j. Penggairahan, pendekatan lain agar bersikap yang selamat Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan k. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan

E. Studi Kasus di Perkebunan Sawit Bentuk kecelakaan kerja di perkebunan, khususnya perkebunan sawit adalah tertimpa pelepah dan buah, mata terkena kotoran dan tatal (getah) bagi buruh bagian panen dan pembersihan lahan.Terkena tetesan gromoxone, roun-dup dan terhirup racun pestisida, fungisida dan insektisida terutama pekerjaan yang berhubungan dengan penyemprotan. Bentuk kecelakaan kerja tersebut berdampak pada resiko cacat anggota tubuh seperti mata buta bagi pemanen buah sawit dan penderes karet, cacat kelahiran terutama bagi wanita penyemprot, bahkan menemui ajal ketika tertimpa tandan buah segar (TBS). Umumnya penyebab kecelakaan kerja adalah tempat kerja yang tidak aman seperti lokasi yang tidak rata menyulitkan memanen, lokasi kerja bersemak tempat bersemainya binatang berbisa jalan licin dan berlobang terpeleset kerja adalah tempat kerja yang tidak aman seperti lokasi yang tidak rata menyulitkan memanen, lokasi kerja bersemak tempat bersemainya binatang berbisa jalan licin dan berlobang terpeleset

11

Serta budaya kerja kurang beradap seperti alat pelindung kerja tidak cukup atau tidak memenuhi standar keselamatan kerja dan perilaku tidak mengindahkan kerja yang benar terutama akibat minimnya sosialisasi dan pelatihan kerja bagi buruh perkebunan. Dengan demikian di sektor perkebunan, ptensi kecelakaan kerja cukup tinggi. Untuk mencegah kecelakaan kerja seharusnya pihak perkebunan memberikan pendidikan tentang bahaya, risisko dan dampak zat-zat kimia yang digunakan , melakukan permeriksaan kesehatan buruh kepada dokter akhli, dan merotasi buruh yang bekerja di bagian yang berhubungan dengan kimia dan bahaya Hal ini mengakibatkan banyak buruh kebun belum mengerti K-3 termasuk hak dan kewajiban perusahaan perkebunan, pemerintah baik dalam bentuk pengetahuan dan kaitannya dengan operasi kerja mereka. Pada hal K-3 berfungsi untuk melindungi dan menjaga diri buruh tersebut agar terhindar dari kecelakaan kerja yang merugikan mereka. Pemberiaan alat kerja dan pelindung kerja yang tidak cukup dan tidak memenuhi standart keselamatan kerja. Sebagai contoh, kaca mata yang diberikan perusahaan tidak menutup keseluruhan permukaan mata, dan kalau digunakan mudah terkena embun menyebabkan penglihatan kabur. Akibatnya rata-rata buruh tidak menggunakan karena mengganggu proses kerja sementara target-target yang tinggi juga menjadi salah satu pertimbangan buruh untuk menggunakannya. Sementara upah rendah yang diterima buruh seringkali menjadi kendala menyebabkan mereka bekerja tidak memperdulikan aspek keselamatan kerja. Banyak buruh perkebunan bekerja tanpa memiliki alat kerja dan pelindung kerja yang memadai. Dari sisi ekonomi, buruh tidak mampu menyediakan alat dan pelindung kerja karena upah rendah, membeli makanan bergizi untuk mengganti sel-sel tubuh mereka yang keracunan karena upah yang

12

mereka terima sangat tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan minimum setiap hari. Oleh karena itu, buruh kebun akan bekerja sebanyak mungkin dengan melibatkan seluruh anggota keluarga hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan makan dengan kualitas yang memprihatinkan, sementara beban kerja memerlukan energi yang tinggi tidak sebanding dengan kualitas makanan yang dikonsumsi setiap hari. Itulah realitas kecelakaan kerja yang tinggi di perkebunan di tengah tumpukan dollar yang dihasilkan oleh buruh kita.

13

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN 1. Higieni perusahaan dan kesehatan kerja merupakan cabang dari Ilmu Kesehatan Masyarakat, yang mempelajari cara-cara

pengawasan serta pemeliharaan kesehatan tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan, dan segala kemungkinan gangguan kesehatan dan keselamatan akibat proses produksi di perusahaan. 2. Potensial bahaya dilingkungan kerja perkebunan Pembukaan seperti pada saat pembukaan lahan:Luka akibat pemakaian alat pertanian untuk pembukaan lahan seperti parang, babat, kampak, cidera akibat tertimpa pohon yang tumbang, serangan binatang buas dapat juga menimbulkan cidera sedangkan digigit ular dapat menimbulkan kondisi yang fatal akibat racun ular. Pemeliharaan tanaman, panen,pengolahan, gudang dan kabel listrik. 3. Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada umumnya karean lingkungan Lingkungan kimia, lingkungan lingkungan kerja kerja fisik, lingkungan kerja

biologis , lingkungan kerja ergonomi,

kerja, dan Human Error (sikap kerja (Sumber daya

manusia) yang salah). 4. upaya pencegahan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja yaitu menggunakan peralatan perlindungan anggota badan dalam setiap bekerja harus selalu digunakan dengan menyesuaikan sifat pekerjaan yang dilakukan.beberapa alat pelindung keamanan anggota badan, terdiri dari pelindung mata, kepala, telinga, tangan, kaki dan hidung.

14

B. SARAN Seharusnya setiap perusahaan mengutamakan keelamatan

pekerjanya jadi menyediakan berbagai alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Dan juga memperhatikan kesesuaian alat pelindung diri dengan sifat pekerjaan.. Serta memberikan pendidikan tentang bahaya, risisko dan dampak zat-zat kimia yang digunakan , melakukan permeriksaan kesehatan buruh kepada dokter akhli, dan merotasi buruh yang bekerja di bagian yang berhubungan dengan kimia dan bahaya, Sehingga kecelakan dapat di hindari meskipun ada hal yang di luar dari kehendak kita

15

DAFTAR PUSTAKA

http://konsultasisawit.blogspot.com/2012/11/alat-pelindung-diriapd-perkebunan.html

http://luckey13ch.blogspot.com/2013/05/higiene-perusahaankeselamatan-dan.html

http://gindonadapdap.wordpress.com/2009/06/08/beritatentang-k-3-di-perkebunan/

malvindeardo.blogspot.com/2008/08/prinsip-prinsip-jesehatandan.html

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17569/4/Chapter%2 0II.pdf

16

You might also like