Professional Documents
Culture Documents
Pancasila
1
Pancasila pada hakekatnya adalah nilai (Kaelan, 2002) Nilai dasar Pancasila itu adalah nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan Lima nilai dasar itu bagi negara bangsa Indonesia dijadikan dasar (falsafah) negara
Ketetapan MPR No XVIII/MPR/1998 menegaskan bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara dari NKRI. Dasar negara didalamnya mengandung makna pula ideologi nasional
Norma Etik
Norma-norma etik dalam kehidupan bernegara menjadi pedoman perilaku baik oleh penyelenggara negara maupun warga negara
Pokok pokok etika bersumber dari (nilai etik) Pancasila yg harus dijabarkan lagi kedalam kode etik masing-masing profesi
Norma etik kehidupan bernegara Indonesia diwujudkan melalui PokokPokok Etika Kehidupan Berbangsa (Ketetapan MPR No VI/MPR/2001)
Norma etik/moral bersifat tidak memaksa tetapi berdasar pada hati nurani manusia itu sendiri untuk melaksanakan (subyektif)
Norma Hukum
Kehidupan bernegara ternyata tidak hanya membutuhkan norma moral / etik tetapi juga butuh norma hukum
Nilai Pancasila sebagai (dijadikan) sumber bagi penyusunan norma hukum di Indonesia (Pancasila sebagai sumber hukum material). Menurut teori jenjang norma (stufentheorie) Pancasila adalah grundnorm
Norma hukum bersifat memaksa dan mengikat (bersifat obyektif) terhadap warganegara
Norma hukum tertinggi negara adalah UUD 1945 yang bersumber dari nilai Pancasila
Norma Hukum
1
UUD 1945 merupakan hukum tertinggi negara. UUD 1945 sebagai hukum dasar negara
Perda Provinsi
Perda Kab/Kota
Menciptakan toleransi atas dasar kemanusiaan dan berkeadaban dalam hidup beragama
Hukum harus memelihara integrasi bangsa baik secara ideologis maupun teritorial
Hukum harus membuka jalan bahkan menjamin terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
MASALAH MENDASAR DALAM PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL Hukum harus mampu Hukum harus menjamin tampilnya tata politik dan kenegaraan yang demokratis dan nomokratis
membnagun terciptanya toleransi hidup beragama diantara para warganya dan menjamin agar tak seorangpun melanggar atau dilanggar haknya dalam memeluk dan melaksanakan ajaran agama yang diyakini dan dianut
Lilis menggugat walikota Tangerang karena menjadi korban salah tangkap. Gugatan ini ditolak Pengadilan Negeri Tangerang. Gugatan Lilis semakin tidak mendapat perhatian setelah Mahkamah Agung menolak permohonan uji materi oleh masyarakat Tangerang atas Perda tersebut. Alasannya, Perda itu telah dirumuskan sesuai dengan proses yang disyaratkan. Pemerintah Kota Tangerang juga tidak melakukan upaya untuk merehabilitasi nama baik Lilis. Lilis mengalami keguguran pasca peristiwa ini. Ia juga dikeluarkan dari pekerjaannya. Suaminya keluar dari pekerjaan karena tertekan dengan tudingan beristrikan pekerja seks. Tekanan juga datang dari masyarakat sekeliling. Di tengah keterpurukan ini, Lilis dan keluarganya mulai terlilit hutang dan hidup berpindahpindah. Lilis akhirnya meninggal dunia di penghujung 2008 dalam kondisi depresi. Tangerang adalah satu dari 38 daerah yang memiliki perda tentang pelacuran yang mengkriminalisasi perempuan. Tidak satupun peraturan daerah serupa ini yang dibatalkan. Bahkan, Mahkamah Agung juga kembali menolak permohonan judicial review untuk perda serupa dari Bantul. Kali ini dengan alasan bahwa permohonan diajukan melewati batas waktu yang diperbolehkan, yaitu 180 hari sejak Perda itu ditetapkan. **
Manusiawi : a.terwujudnya masyarakat yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab; b.terwujudnya hubungan harmonis antar manusia Indonesia tanpa membedakan latar belakang budaya, suku, ras, agama dan lainlain; c.berkembangnya dinamika kehidupan bermasyarakat ke arah peningkatan harkat dan martabat manusia; d.terwujudnya keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Bersatu: a.meningkatnya semangat persatuan dan kerukunan bangsa; b.meningkatnya toleransi, kepedulian, dan tanggung jawab sosial; c.berkembangnya budaya dan perilaku sportif serta menghargai dan menerima perbedaan dalam kemajemukan; d.berkembangnya semangat antikekerasan; e.berkembangnya dialog secara wajar dan saling menghormati antarkelompok dalam masyarakat.
Demokratis a.terwujudnya keseimbangan kekuasaan antara lembaga penyelenggara negara dan hubungan kekuasaan antara pemerintahan nasional dan daerah; b. menguatnya partisipasi politik sebagai perwujudan kedaulatan rakyat melalui pemilihan umum yang jujur, adil, langsung, umum, bebas, dan rahasia, efektifitas peran dan fungsi partai politik dan kontrol sosial masyarakat yang semakin meluas; c. berkembangnya organisasi sosial, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi politik yang bersifat terbuka; d. terwujudnya mekanisme kontrol di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; e. berkembangnya budaya demokrasi: transparansi, akuntabilitas, jujur, sportif, menghargai perbedaan; f. berkembangnya sistem kepemimpinan yang egaliter dan rasional
Adil a.tegaknya hukum yang berkeadilan tanpa diskriminasi; b.terwujudnya institusi dan aparat hukum yang bersih dan profesional; c.terwujudnya penegakan hak asasi manusia; d.terwujudnya keadilan gender; e.terwujudnya budaya penghargaan dan kepatuhan terhadap hukum; f.terwujudnya keadilan dalam distribusi pendapatan, sumberdaya ekonomi dan penguasaan aset ekonomi, serta hilangnya praktek monopoli; g.tersedianya peluang yang lebih besar bagi kelompok ekonomi kecil, penduduk miskin dan tertinggal
NORMA ETIK
SISTEM ETIK
WNI
25
26