You are on page 1of 14

PROSES MENUA I.

PENGERTIAN MENUA adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dir atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (Darmojo, R. 2000) TEORI-TEORI MENUA TEORI BIOLOGI Teori genetic clock Tiap spies didalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi Jam ini menghitung mitosis dan menghentikan replikasi tertentu, jadi menurut konsep ini kita akan meninggal dunia meskipun tidak disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit. Teori ini didukung oleh kenyataan mengapa beberapa spesies mempunyai perbedaan umur harapan hidup yang nyata. Secara teoritis dapat dimungkinkan kita memutar jam ini meski hanya beberapa waktu dengan pengaruh-pengaruh dari luar berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan lain-lain. Teori ini disebut juga biological clock atau celuller agung. Teori mutasi somatik Terjadi mutasi progesif pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan sel tersebut. Error catastrope yaitu menua disebabkan oleh kesalahan-kesalahan beruntun dalam waktu yang lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNA)(RNA) maupun dalam proses translasi (RNA)protein/enzim) Teori menua akibat metabolisme Pada tahun 1935 Mc Kay Et. Al (terdapat dalam boldstein, Et Al 1989) memperlihatkan bahwa pengurangan intake kalori pada usia muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Hewan yang paling terhambat pertumbuhannya dapat mencapai umur 2 x lebih panjang umur kontrolnya. Perpanjangan umur karena penurunan jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. (Parmodjo, Budi, R Geritri 2000)

II. 1. A.

B.

C.

2. TEORI PSIKOLOGIS a. Teori Tugas Perkembangan Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua antara lain adalah: 1) Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan 2) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan 3) Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup 4) Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya 5) Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan 6) Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes Selain tugas perkembangan diatas, terdapat pula tugas perkembangan yang spesifik yang dapat muncul sebagai akibat tuntutan: 1) Kematangan fisik 2) Harapan dan kebudayaan masyarakat 3) Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasi b. Teori Delapan Tingkat Kehidupan Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya kondisi dimana kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap kehidupan tertentu. Ericson (1950) yang telah mengidentifikasi tahap perubahan psikologis (depalan tingkat kehidupan) menyatakan bahwa pada usia tua, tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk mencapai keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa. Peck (1968) menguraikan lebih lanjut tentang teori perkembangan erikson dengan mengidentifikasi tugas penyelarasan integritas diri dapat dipilah dalam tiga tingkat yaitu : pada perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, perubahan tubuh terhadap pola preokupasi, dan perubahan ego terhadap ego preokupasi. Pada tahap perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, tugas perkembangan yang harus dijalani oleh lansia adalah menerima identitas diri sebagai orang tua dan mendapatkan dukungan yang adekuat dari lingkungan untuk mengnhadapi adanya peran baru sebagai orang tua (preokupasi). Adanya pensiun dan atau pelepasan pekerjaan merupakan hal yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyakitkan dan dapat menyebabkan perasaan penurunan harga diri dari orang tua tersebut. Perubahan fisik dan pola fikir pada usia lanjut juga dapat menjadi salah satu gangguan yang berarti bagi kehidupan lanjut usia. Kondisi fisik/pola fikir yang menurun kadang tidak disadari oleh lanjut usia dan hal ini dapat mengkibatkan konflik terhadap peran baru dari lanjut usia yang harus dijalaninya.

Tugas perkembangan terakhir yang harus diterima oleh lanjut usia adalah bahwa mereka harus mampu menerima kematian yang bakal terjadi pada dirinya dalam kesejaheraan. Pemanfaatan sisa keefektifan tubuh untuk aktivitas seharihari dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan moral individu dalam menerima perubahan ego menuju keselarasan diri. c. Teori Jung Carl Jung merupakan psikolog swiss yang mengembangkan teori bahwa perkembangan personal individu dilalui melalui tahapan-tahapan : masa kanakkanak, masa remaja dan remaja akhir, usia pertengahan, dan usia tua. Kepribadian personal ditentukan oleh adanya ego yang dimiliki, ketidaksadaran personal dan ketidaksadaran kolektif. Teori ini mengungkapkan bahwa sejalan dengan perkembangan kehidupan, pada masa usia pertengahan maka seseorang mulai mencoba menjawab hakikat kehidupan dengan mengeksplorasi nilai-nilai, kepercayaan dan meninggalkan khayalan. Pada masa ini dapat terjadi krisis usia pertengahan yang dapat mempengaruhi/menghambat proses ketuaan itu sendiri secara psikologis. Adanya sikap ekstrovert maupun introvert sangat berpengaruh sekali terhadap peran dan penyelesaian masalah kehidupan saat usia pertengahan. Pencapaian keselarasan hidup merupakan salah satu indikator telah tereksplorasinya nilai-nilai kehidupan oleh individu dan pencapaian ini sangat dipengaruhi oleh kepribadian (introvert maupun ekstrovert). Berdasar pada pemahaman diatas, maka Jung menilai bahwa seseorang mampu dianggap sukses dalam proses menua manakala individu mampu untuk menjadi orang yang berfokus pada orang lain dan memiliki kepedulian yang penuh terhadap kehidupan sosial. 3. TEORI SOSIAL a. Teori Aktivitas Teori ini menyatakan bahwa seorang individu harus mampu eksis dan aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan di hari tua. (Havigurst dan Albrech. 1963). Aktivitas dalam teori ini dipandang sebagai sesuatu yang vital untk mempertahankan rasa kepuasan pribadi dan kosie diri yang positif. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa : (1) aktif lebih baik daripada pasif (2) Gembira lebih baik daripada tidak gembira (3) orang tua merupakan adalah orang yang baik untuk mencapai sukses dan akan memilih alternatif pilihan aktif dan bergembira. b. Teori Kontinuitas Teori ini memandag bahwa kondisi tua merupakan kondisi yang selalu terjadi dan secara berkesinambungan yang harus dihadapi oleh orang lanjut usila.

III.

BATASAN USIA MENURUT WHO a. Usia pertenggahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun. b. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 70 tahun c. Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun. d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANJUT USIA Perubahan-perubahan fisik a. Sel 1. Lebih sedikit jumlahnya 2. Lebih besar ukurannya. 3. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler. b. Sistem persyarafan 1. Cepatnya menurun hubungan persarafan. 2. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres. 3. Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. c. Sistem pendengaran 1. Presbiakus (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara/nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia di atas umur 65 tahun. 2. Membran tympany menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis. 3. Terjadinya pengumpalan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin. d. Sistem penglihatan 1. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar 2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola) 3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) 4. Meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam kegelapan. 5. Hilangnya daya akomodasi. 6. fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi menurun) 7. Lever (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan dan berkurangnya tempat aliran darah.

IV.

e. Sistem genito urinaria 1) Ginjal Mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50& fungsi tubulus berkurang akibatnya : kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urine, BJ urine menurun, proteinuria (biasanya + 1), BUN meningkat sampai 21 mg %, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. 2) Vesika urinaria (kandung kemih) : otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin. 3) Pembesaran prostat 75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun. 4) Vagina : Selaput lendir menjadi kering dan elastisitas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali, terjadi perubahan-perubahan warna. 5) Daya seksual : Orang-orang yang makin menua masih juga membutuhkannya tidak ada batasan umur tertentu dimana fungsi seseorang berhenti : frekuensi seksual intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun, tetapi kapasitasnya untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua. f. Sistem endokrin 1) Produksi dari hampir semua hormon menurun 2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah. 3) Pituitari : Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah; berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH. 4) Menurunnya aktivitas tiroid, Menurunnya BMR (basal metababolic rate) dan menurunnya daya pertukaran zat. 5) Menurunnya produksi aldosteron. 6) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, estrogen dan testeron. g. Sistem kulit 1) Kulit mengerut/keriput akibat kehilangan jaringan lemak. 2) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu. 3) Rambut dalam hidung dan telinga menebal. 4) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi.

5) Kuku jari menjadi keras dan rapuh. 6) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk. 7) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya. h. Sistem muskuloskeletal (musculosceletal system) 1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh. 2) Kifosis 3) Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbatas. 4) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang). 5) Persendian membesar dan menjadi kaku. 6) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis. 7) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban. Perubahan-perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental : 1. Pertama-tama perubahan fisik khususnya organ perasa 2. Kesehatan umum 3. Tingkat pendidikan 4. Keturunan (herediter) 5. Lingkungan Perubahan kepribadian yang drastis. Keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang ketakutan mungkin oleh faktor lain seperti penyakit. Kenangan (memori) Kenanangan lama tidak berubah 1. Kenangan jangka panjang Berjam jam sampai berhari hari yang lalu mencakup beberapa perubahan. 2. Kenangan jangka panjang 0 10 menit, kenangan buruk IQ (intelegency Quation) 1. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal 2. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor : terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan tekanan dai faktor waktu. Perubahan perubahan psikososial 1. Pensiun Nilai seseorang diukur oleh produktivitasnya, identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. 2. Merasakan atau sadar akan kematian

3. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit. 4. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan : Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan. 5. Penyakit kronis dan ketidakmampuan 6. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial 7. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian 8. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan 9. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman teman dan famili. 10. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik Perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri E. Pembengkakan kaki bagian bawah Dapat disebabkan : 1. Kaki yang lam digantung ( oedema gravitasi ) 2. Gagal jantung 3. Bendungan pada vena bagian bawah 4. Kekurangan vitamin B1 5. Gangguan penyakit hati 6. Penyakit ginjal 7. Kelumpuhan pada kaki ( kaki yang tidak aktif ) F. Nyeri pinggang atau punggung Dapat disebabkan : 1. Gangguan sendi, sendi atau susunan sendi pada susunan tulang belakang ( osteomalasia, osteoporosis, osteoantrosis ) 2. Gangguan pangkreas 3. Kelainan ginjal 4. Gangguan pada rahim 5. Gangguan pada kelenjar prostat 6. Gangguan pada otot otot badan G. Sulit menahan buang air seni ( sering ngompol ) Dapat disebabkan : 1. Obat obat pencahar perut 2. Keadaan diare 3. Kelainan pada usus besar 4. Kelainan pada ujung saluran pencernaan ( pada rektum usus ) H. Gangguan pada ketajaman penglihatan Dapat disebabkan : 1. Presbiop

2. Kelainan lensa mata ( refleksi lensa mata kurang ) 3. Kekeruhan pada lensa ( katarak ) 4. Tekanan bola mata yang meningkat ( glaukoma ) 5. Radang saraf mata I. Gangguan pada pendengaran ( presbiakusis ) Dapat disebabkan oleh : Kelainan degeneratif ( otosklerosis ) Kelainan pada lanjut usia, seringkali dapat menimbulkan kekacauan mental J. Gangguan tidur ( sulit tidur ) Dapat disebabkan : 1. Faktor ekstrinsik ( luar ), misalnya : lingkungan yang kurang tenang 2. Faktor intrinsik ( dalam ), ini bisa organik dan bisa psikogenik. a. Organik berupa : Nyeri, gatal gatal, dan penyakit tertentu untuk membuat gelisah dan lain lain. b. Psikogenik, misalnya :depresi, kecemasan dan irritabilitas K. Keluhan pusing pusing dan sakit kepala. Dapat disebabkan oleh : 1. Gangguan lokal, misalnya : migrain ( sakit kepala sebelah ), mata glaukoma ( tekanan dalam bola mata meninggi ), sinusitis furunkel, sakit gigi dan lain lain. 2. Penyakit sistemik yang menimbulkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah) 3. Psikologik : perasaan cemas, depresi, kurang tidur, kekacauan pikiran, dan lain lain. L. Mudah gatal-gatal Dapat disebabkan karena : 1. Kelainan kulit kering, degeneratif (exim kulit) 2. Penyakit sistemik : DM, gagal ginjal, (penyakit hati) hepetitis kronis, keadaan alergi, dan lain-lain. V. TUGAS DAN PERKEMBANGAN PADA LANSIA Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Usia tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai akhir kehidupan. Usia lanjut merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia , penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan regeneratife

yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, teradapat berbagai perbedaan teori, namun para pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan oleh faktor gen. Penelitian telah menemukan bahwa tingkat sel, umur sel manusia ditentukan oleh DNA yang disebut telomere, yang beralokasi pada ujung kromosom. Ketentuan dan kematian sel terpicu ketika telomere berkurang ukuranya pada ujung kritis tertentu. Tugas Perkembangan Lansia a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan. Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam mendukung kesejahteraan lansia misal perpindahan tempat tinggal lansia. b. Penyesuaian terhadap pendapatan menurun. Ketika lansia memasuki pensiun, pendapatan menurun secara tajam dan semakin tidak memadai, karena biaya hidup terus meningkat, sementara tabungan atau pendapatan berkurang. c. Mempertahankan hubungan perkawinan. Hal ini menjadi penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga. Perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang berlangsung dari pasangan. Contoh mitos tentang aseksualitas. d. Penyesuaian terhadap kehilangan pasangan. Tugas perkembangan ini secara umum adalah tugas yang paling traumatis. Lansia menyadari bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan kematian tidak ada. Hal ini akan berdampak pada reorganisasi fungsi keluarga secara total. e. Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi. Ada kecenderungan lansia untuk menjauhkan diri dari hubungan sosia, namun keluarga menjadi fokus interaksi lansia dan sumber utama dukungan sosial. VI. TUGAS-TUGAS PERAWAT DALAM SETIAP TEORI PENUAAN 1. Tugas Perawat dalam Teori Biologi Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadiankejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian yakni : a. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri. b. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya

mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama halhal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Disamping itu kemunduran kondisi fidik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan temopat tidur serta posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan. Dari hasil rangkuman Pertemuan Kesehatan persiapan Usia Lanjut oleh Depkes (1995) ditetapkan Penjaringan Kesehatan Lansia dengan cara sebagai berikut : GIZI a. Pengamatan D = disease E = eating poorly T = tooth loss E = economic hardship R = reduced social contact M = Multiple medicine I = involuntary weight loss and gains N = need assistance in self care E = elder years b. Pendidikan gizi dan konseling diet c. Prinsip gizi yang harus diikuri oleh lansia: o Kecukupan kalori 5 10 % kurang dari usia 20 25 tahun o Kecukupan lemak maksimak 25 % diutamakan lemak tak jenuh o Protein normal 10 12 % dari kecukupan energi, 10 % berasal dari hewani o Hidrat arang, gula murni dikurangi

o Vitamin dan mineral harus cukup terutama vitamin B, Vitamin C, asam folat, kalsium dan Fe OLAHRAGA Latihan olahraga yang baik dan benar serta teratur harus memenuhi komponan sebagai berikut: 1. Peregangan dan pemanasan 10 15 menit 2. Latihan initi 15 60 menit 3. Pendinginan 10 15 menit Faktor yang diperhatikan : 1. Intensitas latihan pra usia lanjut 60 % - 80 % DNM DNM (Denyut Nadi Maksimal ) : 220 usia x menit Contoh : Bila usia 40 tahun DNM = 220 40 = 180 x / mnt Batas atas 85 % = 85 % -x 180 x/mnt = 153 x/mnt Batas bawah 60 % = 60 % x 180 x/mnt = 108 x/mnt 2. Frekuensi latihan --------------------3 5 x seminggu 3. Lamanya latihan -------------------- 30 45 menit, tidak termasuk waktu pemanasan dan pendinginan. Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada klien lansia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan cara posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan makan terlalu banyak, jangan melakukan gerak badan yang berlebihan dan sebagainya. Seorang perawat harus dapat memotifasi para klien lansia agar mau dan menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi, serta suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan sesuai diet yang dianjurkan. Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan terutama pada klien lansia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala dilakukan bila terdapat kelainan tertentu misalnya batuk-batuk, pilek, (terutama klien lansia yang tinggal di panti Werda ). Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, mengkaji penyebab keluhan, kemudian mengkomunikasikan dengan klien tentang cara pemecahannya. Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lansia, membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah diminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dan sebagainya. Sentuhan ( misalnya genggaman tangan ) terkadang sangat berarti bagi mereka.

2. Tugas Perawat Dalam Teori Sosial Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara werda dengan werda maupun werda dengan perawat sendiri. Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia. Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam Perawatan mengatakan : tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka untuk antara lain ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan dengan dunia luar. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara mereka (terutama bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak sesama mereka, makan dan duduk nbersama, menanamkan rasa kesatuan dan persatuan, senasib dan sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien lansia di panti werda. 3. Tugas Perawat dalam Teori Psikologi Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima

berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas. Pada dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobby yang dimilikinya. Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan psikologi terjadi bersama dengan makin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala seperti menurunnya dayaingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang dan pergeseran libido. Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi bila klien lansia lupa atau bila melakukan kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai tingkah laku mereka dan kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu. Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawatbisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka ke arah pemuasan pribadi sehingga pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lansia ini mereka tetap merasa puas dan bahagia.

VII.

PATOFISIOLOGI
Proses menua : a. Penurunan/kehilangan indra pengecap dan penciuman b. Penyakit periodental dan kehilangan gigi c. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencernaan d. Gangguan kemampuan motorik e. Tulang kehilangan densitasnyadan rapuh f. Tendon mengkerut dan atropi serabut otot g. Penurunan mobilitas saluran pencernaanl/peristaltik melemah Penyakit infeksi Keganasan Mekanisme Inflamasi Akibat : a. Anorexia b. Kesulitan makan c. Mengganggu penyerapan Ca, Fe, Protein, lemak, dan Vitamin d. Susah BAB, wasir e. Nafsu kaman menurun f. Kerusakan kartilago dan tulang g. Inflamasi sendi sinovial

Asupan makan kurang Osteoporosis Subluksasi/dislokasi

Diagnosa Keperawatan : a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b. Resiko tinggi infeksi c. Kerusakan mobilitas fisik d. Nyeri e. Resiko cedera

You might also like