You are on page 1of 45

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan post partum. Dari gejala-gejala klinik pre eklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan preklamsia berat. Pembagian preeklamsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan preeklamsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma. (Sarwono, 2010) Preeklampsia (dahulu disebut gestosis) merupakan hipertensi yang dipicu oleh kehamilan dan terjadi pada 5-20% perempuan khususnya primigravida, ibu hamil dengan kehamilan kembar, ibu yang menderita diabetes mellitus, dan hipertensi essensial. Bahaya dari preeklampsia meliputi solutio placenta, kegagalan ginjal dan jantung, hemorargi serebral, insupisiensi placenta, dan gangguan pertumbuhan janin (Denis Tiran, 2006). Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Mereka diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Sedangkan eklampsia ditandai oleh adanya koma dan/atau kejang di samping ketiga tanda khas PEB. Di negara berkembang, AKI sebesar 585/100.000 kelahiran hidup. Di Asia AKI terjadi 323/100.000 kelahiran hidup setiap tahunnya. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia pada tahun 2007 adalah 228/100.000 kelahiran hidup. Penyebab AKI diantaranya Pendarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), komplikasi masa puerperium (8%), abortus (5%), partus lama (5%), emboli obstetri (3%), dan lain-lain (11%) (Depkes RI, 2006). Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian pre-eklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan preeklampsia dan eklampsia di negara berkembang masih tinggi (Amelda, 2008). Tingginya kejadian preeklamsia-eklamsia di negara-negara berkembang

dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap

berbagai informasi/masalah kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya (Zuhrina, 2010). Untuk itu, penulis tertarik untuk mendapatkan gambaran mengenai kasus tersebut di atas dengan melakukan asuhan pada ibu bersalin dengan preeklampsia berat.

1.2. TUJUAN 1.2.1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklampsia berat dengan pendekatan manajemen kebidanan dan mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP 1.2.2. Tujuan Khusus A. B. C. Memahami konsep asuhan kebidanan pada ibu dengan preeklampsia berat Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif Menganalisa data untuk menentukan diagnosa aktual dan diagnosa potensial serta masalah potensial yang mungkin timbul D. E. F. Membuat rencana asuhan Melakukan asuhan kebidanan sesai dengan rencana yang telah disusun Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang dilaksanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI Preeklampsia (PE) adalah gangguan yang terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan dan ditandai dengan hipertensi dan proteinuria (Silasi Michele, 2010) Preeklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2009) Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. (Sujiyatini, 2009) Preeklamsia dapat dideskripsikan sebagai kondisi yang tidak dapat diprediksi dan progresif serta berpotensi mengakibatkan disfungsi dan gagal multi organ yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan berdampak negative pada lingkungan janin. (Boyle M, 2007) Pre-eklampsia Berat ditandai satu atau lebih dari ciri berikut ini Tekanan darah lebih dari 160 mmHg sistolik atau lebih dari sama dengan 110 mmHg diastolik pada dua kesempatan setidaknya 6 jam terpisah sementara pasien tirah baring Proteinuria 5 gram atau lebih tinggi dalam spesimen urin 24 jam atau +3 atau lebih pada dua sampel urin secara acak dikumpulkan setidaknya 4 jam terpisah Oliguria kurang dari 500 mL dalam 24 jam Cerebral atau visual gangguan Edema paru atau sianosis Epigastrium atau kuadran kanan atas-nyeri Gangguan fungsi hati Trombositopenia Pertumbuhan janin pembatasan (David A Miller, 2010) Preeklampsia Berat ditandai dengan tekanan darah sistol/diastol lebih dari sama dengan 160/110 mmHg, protein urin lebih dari sama dengan +3, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium. Oliguri, trombositopenia, dan edema paru (Cunningham, 2010)

Tanda dan gejala preeklampsia berat adalah tekanan diastol > 110 mmHg, terjadi pada kehamilan > 20 minggu, proteinurin >+3, hiperrefleksia, nyeri kepala, penglihatan kabur, oliguri, ngeri abdomen atas, dan edema paru (Saifuddin, 2010) Jadi, pre eklamsia berat adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg disertai proteinuria > 5 gr/24 jam atau oedem yang terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

2.2. ETIOLOGI Tulisan-tulisan yang menggambarkan eklampsia telah ditelusuri sejauh 2200 SM (Lindheimer dan rekan, 2009). Dan dari semua mekanisme yang telah diusulkan untuk menjelaskan penyebabnya. Tidak satupun bisa dikatakan menjadi

"penyebab". Munculnya preeklamsia menjadi puncak dari faktor-faktor yang kemungkinan melibatkan sejumlah faktor ibu, plasenta, dan janin. Di bawah ini merupakan beberapa hal yang dapat membantu menegakkan preeklampsia meliputi: Implantasi plasenta dengan invasi trofoblas abnormal dari pembuluh rahim Imunologi maladaptif antara jaringan ibu, plasenta, dan janin Maternal maladaptation, perubahan kardiovaskular atau inflamasi dari kehamilan normal Faktor genetik termasuk gen predisposisi diwariskan serta pengaruh epigenetik

A. Abnormal Invasi trofoblas Dalam implantasi normal, arteri spiralis rahim mengalami remodeling yang luas karena mereka diinvasi oleh trofoblast endovascular. Sel-sel ini

menggantikan lapisan endotel dan otot pembuluh darah untuk memperbesar diameter pembuluh. Sedangkan pada preeklamsia, invasi trofoblas tidak terjadi.Sehingga arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi, akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi, dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. B. Faktor Imunologi Pada perempuan hamil normal, respons imun tidak menolak adanya hasil konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respons imun sehingga si ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natular Killer (NK) ibu.

Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel Natural Killer. Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta,

menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Sedangkan invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan terjadinaya reaksi inflamasi. C. Iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel 1. Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas. Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis, dengan akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima elektron atau atom/molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah, maka dulu hipertensi dalam kehamian disebut toxaemia. Radikal hidroksil akan merusak membrane sel, yang

mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membrane sel, juga akan merusak nucleus, dan protein sel endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi anti oksidan. 2. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan. Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan, khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, misal vitamin E pada hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak yang relative tinggi. Peroksidan lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida lemak, karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh

sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak. 3. Disfungsi sel endotel Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Maka akan terjadi: a. Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya produksi prostasiklin (PGE2): suatu vasodilatator kuat. b. Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi sel trombosit ini adalah untuk menutup tempattempat di lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan (TXA2): suatu vasokonstriktor kuat Dalam keadaan normal kadar prostasiklin lebih lebih tinggi. Pada terjadi

preeklampsia vasokontriksi. c.

kadar

tromboksan

tinggi.

Sehingga

Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus

d. Peningkatan permeabilitas kapiler e. Peningkatan faktor koagulasi f. Peningkatan produksi bahan-bahan vasopressor.

D. Faktor Nutrisi John dan rekan kerja (2002) menunjukkan bahwa pada populasi umum diet tinggi buah-buahan dan sayuran yang memiliki aktivitas antioksidan dikaitkan dengan penurunan tekanan darah. Zhang dan rekan (2002) melaporkan bahwa kejadian preeklampsia dua kali lipat pada wanita yang sehari-hari asupan asam askorbatnya adalah kurang dari 85 mg. Studi ini diikuti oleh uji acak untuk mempelajari suplemen makanan. Villar dan rekan (2006) menunjukkan bahwa suplementasi kalsium pada populasi dengan asupan kalsium yang rendah makanan memiliki efek yang kecil untuk menurunkan angka kematian perinatal, namun tidak berpengaruh pada kejadian preeklampsia. (Cunningham, 2010) Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan termasuk minyak hati halibut, dapat mengurangi risiko preeklampsia. Karena minyak ikan mengandung bahan asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit dan mencegah vasokontriksi pembuluh darah (Sarwono, 2010)

E. Faktor Genetik Preeklamsia adalah suatu gangguan, multifaktorial poligenik. Dalam review komprehensif mereka, Ward dan Lindheimer (2009) menyebutkan risiko insiden untuk preeklamsi 20 sampai 40 persen untuk anak perempuan dari ibu preeklampsia, 11 sampai 37 persen untuk saudara perempuan preeklampsia, dan 22 menjadi 47 persen dalam studi kembar (Cunningham, 2010). Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia 26% anak

perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia (Sarwono, 2010).

2.3. PATOFISIOLOGI A. Sistem Kardiovaskuler Gangguan berat fungsi kardiovaskular yang normal umum terjadi pada preeklamsia atau eklamsia. Ini terkait dengan: 1. Afterload jantung meningkat yang disebabkan oleh hipertensi 2. Preload jantung, yang secara substansial dipengaruhi oleh hipervolemia pada kehamilan 3. Aktivasi endotel dengan ekstravasasi cairan intravaskular ke ruang ekstraseluler, dan yang terpenting, ke dalam paru-paru. Selama kehamilan normal, terjadipeningkatan masa ventrikel, tetapi tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa terjadi perubahan struktural tambahan yang disebabkan oleh preeklamsia (Hibbard dan rekan, 2009)

B. Perubahan Hemodinamik Penyimpangan kardiovaskular yang berhubungan dengan gangguan hipertensi pada kehamilan bervariasi, tergantung pada sejumlah faktor. Ini diakibatkan oleh penyimpangan afterload yang meningkat, adanya penyakit kronis yang mendasari, kehadiran preeklampsia, dan tahap perjalanan klinis lainnya. Ada klaim bahwa pada beberapa wanita perubahan ini bahkan mungkin mendahului timbulnya hipertensi (Bosio, 1999; De Paco, 2008; Easterling, 1990; Hibbard, 2009, dan semua rekan-rekan mereka). Namun demikian, dengan onset klinis preeklampsia, ada penurunan curah jantung mungkin karena resistensi perifer meningkat. penyelidikan Studi fungsi ventrikel bahwa wanita preeklampsia fungsi dari jantung sejumlah adalah

memperlihatkan

meskipun

hiperdinamik pada semua wanita, tekanan bergantung pada infus cairan intravena. Secara khusus, hidrasi agresif mengakibatkan hiperdinamikventrikel

pada sebagian besar wanita. Ini juga disertai dengan peningkatan tekanan kapiler pulmonal. Dalam beberapa wanita, edema paru dapat berkembang meskipun fungsi ventrikel normal karena kebocoran endotel-epitel alveolar yang diperparah oleh tekanan oncotic menurun dari konsentrasi albumin serum yang rendah (American College of Obstetricians dan Gynecologists, 2002a). Nilai yang sama dari fungsi jantung dilaporkan sebelumnya oleh Lang dan rekan kerja (1991) dan baru-baru Tihtonen dan rekan (2006), yang menggunakan kardiografi impedansi noninvasif. Dengan demikian, fungsi ventrikel

hiperdinamik sebagian besar merupakan hasil dari tekanan wedge rendah dan bukan akibat dari kontraktilitas miokard augmented yang diukur seperti stroke ventrikel kiri indeks kerja. Sebagai perbandingan, wanita yang diberikan lebih banyak volume cairan umumnya telah memiliki tekanan yang melebihi normal, namun fungsi ventrikel mereka tetap hiperdinamik karena curah jantung meningkat. C. Volume Darah Telah diketahui selama hampir 100 tahun, hemokonsentrasi merupakan ciri dari eklampsia. Zeeman dan rekan (2009) memperluas pengamatan

sebelumnya Pritchard dan rekan kerja (1984). Mereka menemukan bahwa pada wanita eklampsia, yang biasanya diharapkan hipervolemia, bahkan tidak ada. Volume darah rata-rata pada wanita hampir 5000 mL selama beberapa minggu terakhir dari kehamilan normal, dibandingkan dengan sekitar 3500 mL pada saat tidak hamil. Dengan eklampsia, bagaimanapun, antisipasi atas pertambahan volume darah tersebut, hilang. Seperti hemokonsentrasi yang merupakan hasil dari vasokonstriksi umum yang mengikuti aktivasi endotel dan kebocoran plasma ke ruang interstitial karena permeabilitas meningkat. Pada wanita dengan preeklamsia, dan tergantung pada tingkat keparahannya,

hemokonsentrasi biasanya tidak ditandai. Wanita dengan hipertensi gestasional, tapi tanpa preeklamsia, biasanya memiliki volume darah normal (Silver dan rekan, 1998). Untuk wanita dengan hemokonsentrasi parah, didapat bahwa penurunan akut hematokrit menjadi penyebab preeklampsia. Dalam hal ini, hemodilusi mengikuti pembentukan endotel dengan kembalinya cairan interstitial ke dalam ruang intravaskular. Sehingga, penting untuk mengenali bahwa penyebab substantif ini (preeklampsi) jatuh di hematokrit, biasanya akibat kehilangan darah saat melahirkan. Hal ini juga mungkin sebagian hasil dari jumlah eritrosit yang meningkat pada kehamilan.

Vasospasme dan kebocoran plasma dapat bertahan hingga waktu setelah melahirkan. Dengan meningkatnya volume darah, hematokrit biasanya jatuh. Dengan demikian, wanita dengan eklampsia: 1. Apakah sensitif terhadap terapi cairan yang diberikan dalam upaya untuk memperluas volume darah dikontrak ke tingkat kehamilan normal. 2. Apakah sensitif terhadap jumlah kehilangan darah saat melahirkan yang dianggap normal.

D. Darah dan Koagulasi Kelainan hematologi berkembang pada beberapa wanita dengan preeklamsia. Di antara mereka yang sering diidentifikasi adalah trombositopenia, yang kadang-kadang bisa menjadi begitu parah dan mengancam nyawa. Selain itu, beberapa faktor pembekuan plasma mungkin akan menurun, dan eritrosit dapat menampilkan bentuk aneh dan menjalani hemolisis yang cepat. 1. Trombositopenia Trombositopenia dengan eklampsia telah dijelaskan setidaknya sejak tahun 1922 oleh Stancke. Pada umumnya, jumlah trombosit secara rutin diukur pada wanita dengan bentuk hipertensi gestasional. Frekuensi dan intensitas keparahan trombositopenia dan durasi bervariasi sindrom dan tergantung pada serta tingkat frekuensi

dari

preeklampsia

pemeriksaan jumlah trombosit yang dilakukan (Heilmann dan rekan, 2007; Hupuczi dan rekan kerja, 2007). Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit <100.000/uL. Semakin rendah jumlah trombosit, semakin tinggi tingkat morbiditas dan mortalitas ibu dan janin (Leduc dan rekan kerja, 1992). Dalam kebanyakan kasus, penanganan rujukan sangat dianjurkan karena trombositopenia biasanya terus memburuk. Setelah melahirkan, jumlah platelet akan terus menurun untuk hari pertama atau lebih. Kemudian biasanya meningkat secara progresif untuk mencapai tingkat yang normal biasanya dalam 3 sampai 5 hari. Dalam beberapa kasus, misalnya, dengan sindrom HELLP, jumlah trombosit terus turun setelah melahirkan. Pada beberapa wanita yang jumlah trombosit tidak meningkat hingga 48 sampai 72 jam, sindrom preeklamsia dikaitkan sebagai kemungkinan microangiopathies trombotik. 2. Hemolisis Preeklamsia berat sering disertai dengan hemolisis, yang semiquantified oleh peningkatan kadar laktat dehidrogenase serum. Bukti lain berasal dari schizocytosis, spherocytosis, dan retikulositosis dalam darah perifer. Ini

hasil derangements sebagian dari hemolisis mikroangiopati disebabkan oleh gangguan endotel dan deposisi fibrin. Fluiditas membran eritrosit meningkat dengan sindrom HELLP, perubahan ini disebabkan oleh perubahan lipid serum. Perubahan membran erythrocytic, kelengketan meningkat, dan agregasi juga dapat memfasilitasi keadaan hiperkoagulasi. 3. Koagulasi Perubahan konsistensi koagulasi intravaskular, dan kurang seringnya penghancuran eritrosit, biasanya ditemukan pada preeklamsia dan eklamsia (Kenny dan rekan, 2009). Beberapa perubahan ini dikarenakan adanya peningkatan tingkat fibrinopeptides A dan B dan produk degradasi fibrin, dan penurunan tingkat protein peraturan-antithrombin III dan protein C dan S. E. Ginjal Selama kehamilan normal, aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus meningkat. Dengan adanya preeklamsia, terdapat beberapa perubahan anatomi dan patofisiologi reversibel, yang mengakibatkan perfusi ginjal dan filtrasi glomerular berkurang. Filtrasi glomerulus yang berkurang mungkin akibat dari volume plasma yang berkurang. Sebagian besar penurunan ini mungkin dari resistensi arteriolar meningkat ginjal aferen yang mungkin meningkat hingga lima kali lipat (Conrad dan rekan kerja, 2009). Ada juga perubahan morfologi ditandai dengan endotheliosis glomerular, memblokir penghalang filtrasi. Kemampuan filtrasi yang berkurang ini menyebabkan nilai kreatinin serum naik, yaitu, 1 mg/mL, tapi kadang-kadang bahkan lebih tinggi (Lindheimer dan rekan, 2008a). Pada wanita preeklampsia, konsentrasi natrium urin tinggi. Osmolaritas urin, rasio kreatinin plasma, dan pecahan ekskresi natrium juga menunjukkan bahwa melibatkan mekanisme prerenal. Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut 1. Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia sehingga terjadi oliguri bahkan anuri 2. Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan proteinuria. Proteinuria terjadi jauh pada akhir kehamilan, sehingga sering dijumpai preeklampsia tanpa proteinuria, karena janin lebih dulu lahir. 3. Terjadi glomerular capillary endotheliosis akibat sle endotel glomerular membengkak disertai deposit fibril 4. Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila sebagian besar kedua korteks ginjal mengalami nekrosis, maka terjadi nekrosis korteks ginjal yang bersifat ireversibel

10

5. Dapat terjadi kerusakan instrinsik jaringan ginjal akibat vasospasme pembuluh darah. Dapat diatasi dengan pemberian dopamin agar terjadi vasodilatasi pembuluh darah ginjal. F. Protein Urin Setidaknya beberapa derajat proteinuria akan menetapkan diagnosis

preeklampsia-eklampsia. Proteinuria muncul terlambat, dan beberapa wanita dapat eklampsia atau memiliki kejang-sebelum muncul hasilnya. Misalnya, Sibai (2004) melaporkan bahwa 10 sampai 15 persen dari wanita dengan sindrom HELLP tidak memiliki proteinuria pada awal kedatangannya. Zwart dan rekan (2008) melaporkan bahwa 17 persen wanita eklampsia tidak memiliki proteinuria pada saat kejang. Masalah lain adalah bahwa metode optimal membangun baik tingkat abnormal protein urin atau albumin masih harus didefinisikan. Chen dan rekan kerja (2008) telah menunjukkan bahwa cleancatch dan catheterized spesimen urin berkorelasi dengan baik. Tapi dipstick penentuan kualitatif tergantung pada konsentrasi kemihdan terkenal karena hasil positif palsu dan negatif. Untuk spesimen 24 jam kuantitatif, standar "konsensus" nilai ambang yang digunakan adalah>300mg/24 jam-atau ekuivalen diekstrapolasi dalam koleksi pendek. Yang penting, hal ini belum terbantahkan. Penentuan protein urin: atau albumin: kreatinin rasio dapat menggantikan kuantifikasi 24 jam rumit (Kyle dan rekan, 2008). Dalam review sistematis barubaru ini, Papanna dan rekan (2008) menyimpulkan bahwa protein urin acak: rasio kreatinin yang berada di bawah 130-150 mg/g-0.13 sampai 0,15 menunjukkan bahwa kemungkinan proteinuria melebihi 300 mg/hari. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengukur proteinuria, dan tidak ada mendeteksi semua berbagai protein biasanya diekskresikan. Sebuah metode yang lebih akurat melibatkan pengukuran ekskresi albumin. Filtrasi Albumin melebihi globulin, dan dengan penyakit glomerular seperti preeclampsia, protein yang banyak dalam urin adalah albumin. Sehingga memungkinkan pengukuran lebih cepat pada tes albumin dan kreatinin rasio dalam pengaturan rawat jalan (Kyle dan rekan kerja, 2008).

2.4. GAMBARAN KLINIS Gambaran klinik preeklampsia bervariasi luas dan sangat bervariasi luas dan sangat individual. Kadang-kadang sukar untuk menentukan gejala preeklampsia mana yang timbul lebih dulu. Secara teoritik urutan gejala-gejala yang timbul pada preeklampsia ialah edema, hipertensi, dan terakhir proteinuria; sehingga bila gejalagejala ini timbul tidak dalam urutan diatas dapat dianggap bukan preeklampsia.

11

Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang sangat penting. Namun, sayangnya penderita sering kali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.

2.5. DIAGNOSA Diagnosa preeklamsia berat dapat ditegakkan jika menemukan satu atau lebih tanda dan gejala sebagai berikut: 1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg. Tekanan darah tidak akan menurun meskipun ibu sudah dirawat di RS dan sudah menjalani tirah baring. 2. Proteinuria > 5 g / 24 jam atau +3 dalam pemeriksaan kualitatif. 3. Oliguria, yaitu produksi urin < 500 cc / 24 jam. 4. Kenaikan kadar kreatinin plasma. 5. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur. 6. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula Glisson). 7. Edema paru-paru dan sianosis. 8. Hemolisis mikroangiopatik. 9. Trombositopenia < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat. 10. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan aspirate aminotransferase. 11. Pertumbuhan janin intra uterin terhambat. 12. Sindrom HELLP. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk penegakan diagnosa adalah: 1. Darah rutin (Eritrosit, leukosit, trombosis, Hb, Ht, LED) 2. Fungsi hati (SGOT/SGPT, bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase 3. Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin) 4. Rontgen atau CT scan otak untuk mengetahui sudah terdapat edema atau tidak

2.6. KOMPLIKASI Preeklampsia adalah penyakit kompleks yang dapat menyebabkan komplikasi pada sistem organ multiple.

12

Central komplikasi sistem saraf termasuk eklampsia (umum tonik klonik kejang), yang terjadi sekitar 2% dari kasus preeklampsia di Amerika Serikat. Meskipun kebanyakan kasus eklampsia terjadi sebagai perkembangan dari preeklampsia, hal ini bisa terjaditanpa bukti hipertensi atau proteinuria. Sampai sepertiga kasus eklampsia terjadi pada saat postpartum, bahkan berhari-hari sampai berminggu-minggu setelah delivery.

Gagal ginjal akut, gagal hati,edema paru, dan sindrom HELLP adalah komplikasi tambahan. HELLP sindrom ini ditandai dengan hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombosit yang rendah. Hal ini dianggap sebagai varian parah preeklampsia, dan berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi dari ibu dan hasil yang merugikan neonatal dibandingkan preeklampsia saja. Baru-baru ini telah terkumpul literatur tentang konsekuensi jangka panjang dari preeklampsia termasuk peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, dan stroke. Sekitar 20% dari wanita dengan PE mengembangkan hipertensi atau mikroalbuminuria dalam waktu 7 tahun, dibandingkan dengan hanya 2% dari wanita dengan tekanan darah normal. Jangka panjang risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular dua kali lipat terjadi pada wanita dengan preeclampsia dan hipertensi gestasional

dibandingkan dengan usia Preeklampsia berulang Komplikasi janin sekunder untuk preeklampsia termasuk pembatasan

pertumbuhan intrauterin, prematuritas, plasenta abruption, dan peningkatan risiko kematian perinatal. Preeklampsia adalah penyebab utama kelahiran prematur iatrogenik dan memberikan kontribusi signifikan terhadap biaya kesehatan meningkatberhubungan dengan prematuritas. (Silasi Michelle, 2010)

2.7. PENATALAKSANAAN A. Terhadap Kehamilan Berdasarkan William Obstetrics, Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala gejala preeclampsia berat selama perawatan, maka sikap terhadap kehamilannya dibagi menjadi: 1. Aktif (Aggressive management) yang berarti kehamilan segera diakhiri atau diterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa. Indikasi perawatan aktif ialah:

13

a. Ibu c. Umur kehamilan 37 minggu. Lockwood dan Paidas mengambil batasan > 37 minggu untuk PER dan 37 minggu untuk PEB. Adanya tanda dan gejala Impending Eclampsia Kegagalan terapi pada perawatan konservatif yaitu keadaan klinik dan laboratorik memburuk Diduga terjadi solusio plasenta Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan.s Adanya tanda tanda fetal distress Adanya tanda tanda Intra Uterine Growth retriction (IUGR) NST non reaktif dengan profil biofisik abnormal Terjadinya oligohidramnion Adanya tanda tanda HELLPs Syndrome khususnya penurunan trombosit yang cepat Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan) dilakukan berdasarkan keadaan obstetrik pada waktu itu, apakah sudah inpartu atau belum. 2. Konservatif (expectative management) yang berarti kehamilan tetap

b. Janin

Laboratorik

dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa. Indikasi perawatan konservatif adalah bila kehamilan preterm 37 minggu tanpa disertai Impending eclampsia dengan keadaan janin baik. Pengobatan yang diberikan sama dengan medikamentosa pada pengelolaan aktif. Selama perawatan konservatif, sikap terhadap kehamilannya ialah hanya observasi dan evaluasi, sama seperti pengelolaan aktif namun kehamilan tidak diterminasi. Magnesium Sulfat dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda tanda preeclampsia ringan (PER), selambat lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan medikamentosa dan kehamilan harus di terminasi. Klien dapat dipulangkan bila penderita kembali ke gejala gejala PER. a. Penyulit Ibu System saraf pusat Perdarahan intracranial, thrombosis vena, hipertensi ensefalopati, edema selebri, edema retina, macular atau retina detachment dan kebutaan korteks.

14

Gastrointestinal-hepatik : subskapular hematoma hepar, rupture kapsula hepar. Ginjal: gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut. Hematologic: DIC, trombositopenia dan hematoma luka operasi. Kardiopulmonar: edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik, depresi atau arrest pernafasan, kardiak arrest, iskemia miokardium. Lain lain: asites, edema laring, hipertensi yang tidak terkendali.

b. Penyulit Janin Intrauterine fetal growth retriction (IUGR), solusio plasenta, prematuritas, sindroma distress napas, intra uterine fetal death (IUFD), kematian neonatal akibat perdarahan intraventrikular, necrotizing enterocolitis, sepsis, cerebral palsy, dll.

B. Penanganan pasien dengan preeklampsia berat di RSUD Cianjur Menurut Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Cianjur, dikatakan preeklampsia berat jika: Tekanan darah lebih dari 160 mm Hg sistolik atau lebih dari sama dengan 110 mmHg untuk diastolik pada dua kesempatan setidaknya 1 jam terpisah sementara pasien tirah baring Proteinuria lebih dari sama dengan 2 gram atau +2 Oliguria kurang dari 500 mL dalam 24 jam Cerebral atau visual gangguan Edema paru atau sianosis Epigastrium atau kuadran kanan atas-nyeri

1. Pengelolaan Umum a. Rawat di ruang tenang, tidak terlalu terang di kamar isolasi (tidak dicampur dengan pasien lainnya). Minimalkan rasa tidak nyaman pada ibu. Minimalkan rangsangan untuk mencegah kejang pada ibu. b. Tirah baring miring ke satu sisi (kiri) c. Diet cukup protein rendah karbohidrat, lemak dan garam

d. Pasang dower catheter bertujuan untuk menghitung balance cairan (keseimbangan cairan masuk dan cairan keluar) e. Cairan masuk (input) dihitung dari jumlah penggunaan infus, tranfusi, minum. Sedangkan cairan keluar dihitung dari jumlah produksi urine, insenssible water loss (IWL) yaitu cairan tubuh yang hilang yang tidak

15

terlihat yang keluar lewat keringat, pernapasan dan feses. Kelebihan cairan dapat meningkatkan resiko oedem paru yang dapat

membahayakan ibu maupun janin yang dikandungnya.

2. Pengelolaan Khusus a. Resusitasi cairan dengan infus RL 500 ml 20 tetes/menit, maksimum 2000 ml dalam 24 jam , jika berlebihan dapat terjadi oedem paru b. Diberikan obat anti kejang MgSO4: Dosis Awal : 2-4 gr MgSO4 20% intravena bolus diberikan dalam waktu lebih dari 3 menit bahkan dianjurkan lebih dari 5 menit. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi komplikasi dalam pemberian MgSO4 yang dapat

membahayakan jiwa pasien seperti depresi pernapasan, paralisis, toksisitas jantung. Atau dengan drip 10cc MgSO4 40% dimasukan ke dalam 100cc cairal RL dihabiskan dalam waktu 15 menit.

Dosis Maintenance : Dilanjutkan dengan drip/syringe pump MgSO4 20% 1-2 gr/jam . Jika drip menggunakan infus RL (25cc MgSO4 40% dimasukan ke dalam 500cc RL). Dapat dilanjutkan lagi setiap 4 jam bila syarat masih memenuhi antara lain : Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu Calcium glukonas 10% 1 gr (10% dalam 10cc) diberikan intravena dalam waktu 3 menit Reflek patella (+) Frekwensi pernapasan lebih dari 16x / menit dan tidak ada tanda tanda distress napas c. Produksi urine lebih dari 100 cc dalam 4 jam sebelumnya

Pemberian terapi anti hipertensi, bertujuan : Meminimalkan resiko CVA pada ibu Memaksimalkan kondisi ibu untuk persalinan aman Mendapatkan waktu untuk penilaian lebih lanjut : Memfasilitasi persalinan pervaginam bila mungkin Memperpanjang kehamilan bila tepat

Nefedipine 5-10 mg setiap 8 jam, dapat diberikan bersama sama methyldopa 250-500mg setiap 8 jam. Nifedipine dapat diberikan ulang

16

sublingual 5-10mg dalam waktu 30 menit pada keadaan tekanan sistolik 180 mmHg dan diastolik 110 mmHg (cukup sekali saja) d. Pemeriksaan EKG e. Diberikan antibiotika profilaksis Ampicillin 1 gr / 6 jam f. Pemeriksaan laboratorium (penilaian keadaan ibu) Hb, leukosit, trommbosit, protein urin, SGOT, SGPT, gula darah, LDH, asam urat, ureum, creatinin, HbsAg

3. Monitoring a. Penilaian keadaan janin (USG dan KTG) Gerakan janin Penilaian denyut jantung janin Ultrasonografi untuk perkembangan Profil biofisik Indeks cairan amnion

b. Monitoring keadaan ibu : Keadaan umum Tingkat kesadaran Tanda-tanda vital : tekanan darah sistole dan diastole, nadi, pernapasan, temperatur Diuresis (produksi urine) : untuk mengetahui produksi urine ibu karena bila diuresis kurang dari 100 cc dalam 4 jam sebelumnya dapat terjadi intoksikasi MgSO4 Reflek patella : normal (+) kuat : jika reflek patella menghilang berarti kadar magnesium sulfat dalam plasma sudah tinggi dan dapat mengakibatkan depresi pernapasan Index gestosis : tekanan darah, proteinuria, edema Balance cairan : untuk mengetahui keseimbangan cairan masuk da cairan keluar. Jika balance cairan (+) hati-hati resiko oedem paru Tanda-tanda impending eklampsia : nyeri kepala hebat, gangguan visus (mata kabur), muntah-muntah, nyeri epigastrium, kenaikan progresif dari tekanan darah. Tanda tanda HELLP Syndrome (Hemolysis, Elevated Liver Enzim and Low Platelet) Tanda tanda oedem pulmonum Laboratorium memburuk : peningkatan asam urat, proteinuria, trombositopenia

17

4. Terminasi Kehamilan a. 37 minggu : segera terminasi b. 34 - 37 minggu : setelah 24 jam jika pengobatan tidak respon atau ada tanda-tanda impending eklampsia c. < 34 minggu dengan : 1) Tekanan darah yang sulit dikontrol 2) Dugaan gawat janin 3) Kejang tidak terkontrol 4) Tidak respon terhadap terapi yang sesuai 5) Bukti lab adanya kerlibatan multi organ yang memburuk (ada tanda HELLP Syndrom) d. Jika terdapat gejala/tanda impending eklampsia / HELLP Syndrome : segera terminasi tanpa memandang umur kehamilan 5. Cara terminasi kehamilan / persalinan: a. Belum Inpartu 1) Induksi persalinan Amniotomi + oksitosin drip ; dengan syarat Bishop score 8 2) Seksio Sesarea, bila: Syarat oksitosin drip tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi oksitosin drip 12 jam sejak dimulainya oksitosin drip belum masuk fase aktif

b. Sudah Inpartu 1) Kala I Fase latent Fase aktif : 6 jam tidak masuk fase aktif dilakukan SC :

Dilakukan amniotomi Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap , dilakukan SC

2) Kala II Pada persalinan pervaginam, kala II diselesaikan dengan partus buatan

18

2.8. PENCEGAHAN A. Non medical 1. Melakukan tirah baring 2. Konsumsi suplemen yang mengandung minyak ikan yang kaya dengan asm lemak tidak jenuh, antioksidan seperti vitamin C, Vit.E, beta-karoten, Nasetilsistein, asam lipoik. Dan elemen logam berat :zink, magnesium, kalsium. 3. Medikal a. Pemberian kalsium : 1500-2000 mg /hari dapat dipake sebagai suplemen pada risiko tinggi terjadinya preeklapsi. Lalu diberikan Zinc 200 mg/hari, magnesium 365 mg/hari. b. Obat antitrombotik mencegah preeklampsi: aspirin dosisi rendah ratarata dibawah 100 mg/hari c. Diberikan antioksidan, misalnya vitamin C,dll.

2.9. KONSEP ASUHAN Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Pre Eklamsia Berat 2.9.1. Pengkajian Data

A. Data Subjektif 1. Identitas a. Nama Ibu dan Suami Untuk membedakan atau menetapkan identitas pasien karena mungkin memiliki nama yang sama. b. Umur Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. c. Agama Dalam hal ini berhubungan dengan tingkat penderitaan sesuai dengan keyakinan d. Pendidikan Mengetahui tingkat intelektual e. Pekerjaan Mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi dan apakah pekerjaannya berdampak buruk untuk bayinya atau tidak. f. Alamat Untuk mengetahui ibu tinggal dimana bila ada kunjungan rumah

19

2. Keluhan Utama Pasien dengan preeklamsia berat biasanya datang dengan keluhan nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan perut, gangguan penglihatan (skotoma atau penglihatan yang berkabut), nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan pemberian anlgetika biasa (Paket Pelatihan, 2008)

3. Riwayat Kehamilan Sekarang a. Jumlah kehamilan ke. Biasanya sering terjadi pada primigravida . b. HPHT c. TP

d. Usia kehamilan Preeklamsi terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu. Keluhan : 1) TM I : mual muntah, perubahan payudara yang membesar, nocturia, letih, lesu, lemah, hipersalivasi, hidung tersumbat, keputihan, dan mengidam. 2) TM II : hiperpigmentasi, timbul jerawat, pruritus, palpitasi, pusing 3) TM III : sering kencing, oedema pada ekstremitas bawah. e. Gerakan janin pertama yang dirasakan Ibu primigravida mulai merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 1920 minggu. Sedangkan ibu multigravida mulai merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 16 minggu. f. Imunisasi TT Imunisasi TT lengkap dilakukan sebanyak 5 kali. g. Pemeriksaan ANC

4. Riwayat Obstetri Yang Lalu Persalinan No Penolong Jenis Tempat Penyulit Penyulit JK BB PB ASI Nifas Anak KB Ket

20

Preeklamsi berat banyak terjadi pada primigravida terutama pada primigravida muda dan timbul sesudah usia kehamilan 20 minggu. Riwayat ibu hamil dengan preeklamsi yang lalu meningkatkan resiko terjadinya preeklamsi pada hamil ini. 5. Riwayat Kesehatan Klien/Keluarga Dikaji untuk mengetahui keadaan atau riwayat penyakit sistemik yang pernah dimiliki klien. Ibu dengan preeklamsi berat biasanya diikuti dengan penyakit diabetes mellitus, kegemukan, hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit menurun 6. Riwayat Psikososial Ditanyakan bagaimana respon dan dukungan ibu dan keluarga terhadap kehamilan dan persalinan ini. Siapa pengambil keputusan. Dan adakah kecemasan tertentu dari ibu mengenai keadaannya. 7. Pola Kehidupan Sehari-hari Dikaji pola kehidupan sebelum hamil dan selama hamil, seperti pola nutrisi, pola eliminasi,pola aktivitas, serta pola istirahat Pola Kebiasaan Selama Hamil Merokok : ya / tidak Alkohol : ya / tidak Obat-obatan Jamu-jamuan Binatang peliharaan : ya / tidak : ya / tidak : ada / tidak

Narkoba : ya / tidak B. Data Objektif 1. Pemeriksaan Umum a. Keadaan Umum : baik/lemah.

b. Kesadaran : composmentis, sopor, somnolen, apatis, koma. Ibu dengan preeklamsi berat kesadarannya bisa composmentis bahkan bisa sampai koma. c. Tanda-Tanda Vital 1) Tekanan darah : eklamsia dengan tekanan darah

Pre eklamsia berat adalah pre

sistolik 160 mmHg dan diastolik 110 mmHg (Sarwono, 2010). 2) Nadi, normalnya 80-100x/mnt 3) RR, normalnya 16-24x/mnt Preeklamsia berat juga terkadang ditemui edema paru (nafas pendek) 4) Suhu, nilai normal adalah 36,5 -37,5 C. Pada penderita preeklamsi berat suhu tubuh tidak berbeda dengan kondisi normal. 2. Pemeriksaan Khusus Inspeksi
o o

21

a. Muka : apakah muka ibu pucat, oedema, terjadi cloasmagravidarum. Ibu dengan preeklamsi diikuti adanya oedema pada muka. b. Mata : perlu dikaji yaitu daerah sklera kanan dan kiri apakah berwarna putih(normal) atau kuning. Warna kuning menandakan bahwa ibu mengalami kegagalan fungsi hatinya. Konjungtiva kanan dan kiri apakah berwarna merah muda (normal), pucat (anemis). Kelopak mata apakah oedema atau tidak. Ibu dengan preeklamsi berat diikuti oedema pada kelopak mata. c. Leher : perlu dikaji apakah terjadi pembengkakan pada kelenjar tyroid dan limfe. Jika terjadi pembengkakan dapat sebagai indikasi bahwa ibu mengalami infeksi. Adakah bendungan vena jugularis. Jika ada bendungan vena jugularis menandakan bahwa kerja jantung ibu mengalami gangguan. d. Dada : payudara :perlu dikaji tentang kebersihan, kondisi puting susu, hiperpigmentasi areola. e. Abdomen : dikaji adanya luka bekas SC, adanya linea nigra/alba, strie livide/albican. Ibu dengan perut bekas luka SC tidak dianjurkan biasa lahir normal. Bisa lahir normal jika bayi tidak terlalu besar dan perlu ddikaji pula alasan dilakukan SC pada persalinan yang lalu. f. Ekstremitas atas dan bawah : dikaji adakah oedema dan kecacatan. Pada ibu dengan preeklamsi berat yang terjadi pada trimester tua biasanya terjadi oedema kaki/oedem pretibia. Palpasi a. Leher : perlunya dikaji adakah pembesaran kelenjar limfe dan tyroid, adakah bendungan vena jugularis. Jika terjadi pembengkakan dapat sebagai indikasi bahwa ibu mengalami infeksi. Jika ada bendungan vena jugularis menandakan bahwa kerja jantung ibu mengalami gangguan. b. Dada : payudara : kaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara, dan apakah kolostrum sudah keluar. Kolostrum dapat keluar setelah usia kehamilan 32 minggu. c. Abdomen : maksudnya periksa raba ialah untuk menentukan besarnya rahum dan dengan ini menentukan tuanya kehamilan serta menentukan letaknya anak dalam rahim. Selain itu juga harus diraba apakah ada masa abnormal lain. Pengukuran TFU dengan Mc. Donald Umur Kehamilan TFU (diukur dari atas symphisis)

22

22-28 mgg 28 mgg 30 mgg 32 mgg 34 mgg 36 mgg 38 mgg 40 mgg

24-25 cm 26 cm 29,5-30 cm 29,5-30 cm 31 cm 32 cm 33 cm 37 cm Tinggi Fundus Uteri 3 jari di atas sympisis pusat sympisis 3 jari dibawah pusat setinggi pusat 3 jari diatas pusat pusat processus xypoideus 3 jari di bawah processus xypoideus pusat processus xypoideus

Usia Kehamilan 12 minggu 16 minggu 20 minggu 24 minggu 28 minggu 32 minggu 36 minggu 40 minggu

Cara melakukan palpasi ialah menurut leopold, sebagai berikut : Leopold I : berfungsi untuk menentukan tinggi fundus uteri dan menentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus. Sifat kepala ialah keras, bundar, dan melenting. Sifat bokonh yaitu lunak, kurang bundar, dan kurang melenting. Pada letak lintang fundus uteri teraba kosong. Leopold II : terutama untuk menentukan letak punggung anak dan letak bagian-bagian kecil. Punggung janin terdapat di pihak yang memberikan rintangan yang terbesar, teraba keras rata seperti papan. Bagian-bagian kecil janin biasanya bertentangan degan pihak yang memberi rintangan terbesar Leopold III : untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah bagian terendah janin sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul. Leopold IV : untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.

23

Auskultasi Denyut jantung janin normal berkisar antara 120-160 kali per menit, dikaji teratur/tidak. Punctum maximum atau bunyi jantung paling jelas terdengar di daerah punggung anak dekat kepala. Perkusi Dilakukan pemeriksaan reflek patela. Reflek patela normal adalah positif, dimana ekstrimitas bawah ibu akan bergerak ketika diketuk. Pada

Preeklamsia, untuk pemberian MgSO4 salah satu syarat pemberiannya adalah reflek patela positif. 3. Pemeriksaan Penunjang Tes Darah Lengkap Pada penderita PEB biasanya SGOT dan SGPT naik, trombosit kurang dari 100.000/mm. Tes Urine Pada PEB didapatkan : Protein urine 5 gr/24 jam atau kualitatif +3 Oliguria (jumlah produksi urine 500 cc/24 jam) atau disertai kenaikan kadar kreatinin darah. C. Analisa Diagnosa ditegakkan berdasarkan pengkajian data yang diperoleh: G...P.......... uk.......mg, Tunggal/Ganda, Hidup/Mati, Intrauterine/Ekstrauterine, Letak Janin (Jika kepala, sudah masuk PAP atau belum), Keadaan jalan lahir normal/tidak, k/u ibu dan janin baik atau tidak dengan Preeklamsia Berat Diagnosa Potensial : eklampsi Antisipasi Masalah/Diagnosa Potensial: pemberian MGSO4 D. Penatalaksanaan 1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan keluarga. Rasional : Klien dan keluarga mengetahui kondisi janin dan dirinya 2. Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi. Rasional : melaksanakan fungsi interdependent. 3. Lakukan informed consent Rasional : sebagai bukti tertulis bagi bidan jika terjadi sesuatu yang tidakdiinginkan 4. Anjurkan pasien tirah baring miring ke satu sisi Rasional : mencegah terjadinya ablatio retina 5. Pasang infus RL Rasional : memenuhi kebutuhan cairan tubuh ibu

24

6. Berikan Anti konvulsan Anti konvulsan terpilih adalah MgSO4. Alternatif lain adalah diazepam, dengan resiko terjadinya depresi neonatal. Pemberian MgSO4 Dosis Awal Dosis Ulangan Syarat Pemberian : Reflek patela (+) RR > 16x/mnt Produksi urine 150 cc/6jam Harus tersedia Calcium Gluconas 1 gr 10% (diberikan i.v pelanpelan pada intoksikasi MgSO4) Rasional : PEB beresiko jatuh menjadi eklamsia 7. Pasang dower kateter Rasional : observasi balance cairan 8. Berikan obat antihipertensi Antihipertensi terpilih adalah Nifedipine 5-10mg tiap 8 jam, atau Methyldopa 250 mg tiap 8 jam Rasional : antihipertensi menyababkan vasodilator pembuluh darah

25

BAB III TINJAUAN KASUS

Hari/tanggal pengkajian Waktu pengkajian Tempat pengkajian Pengkaji

: Sabtu/17 November 2012 : 13.00 : R.Isolasi R.Delima RSUD Cianjur : Elly Numa Zahroti

Pukul 08.00 A. Data Subjektif 1. Identitas Klien Nama Usia Alamat Pendidikan Pekerjaan Golongan Darah Agama No. HP : : : : : : : : Ny. L 35 Tn. N 37 Suami Klien

Kampung Kaum Kulon Desa Sukagalih 06/03 Kecamatan Cikalong Kulon SMA Ibu Rumah Tangga AB Islam 0819-1225-0957 SMA Wiraswasta Tidak tahu Islam

2. Keluhan Ibu datang ke RS Cianjur dirujuk oleh bidan di Puskesmas DTP Cikalong Kulon karena tekanan darah tinggi dengan protein urin +2 jam 04.45. Ibu hamil anak ketiga, merasa hamil 9 bulan. Mengaku keluar air-air banyak pukul 23.00 tanggal 16 November 2012, berbau anyir dan berwarna seperti air kencing. Terasa mules serta ada keluaran berupa lendir dan sedikit darah dari jalan lahir sejak pukul 03.30. Ibu mengatakan tidak merasa pusing, pandangan kabur, dan nyeri ulu hati serta gerakan janin masih dirasakan. Ibu mengaku telah mendapatkan terapi antikejang di Instalasi Gawat Darurat RSUD Cianjur, dan telah meminum obat antihipertensi.

26

3. Riwayat Kehamilan Sekarang a. Status kehamilan b. HPHT c. TP : G3P2A0 : 25-02-2012 : 02-12-2012 : 37-38 minggu : dirasakan ibu beberapa saat lalu

d. Usia kehamilan

e. Gerakan janin terakhir f. Imunisasi TT

: lengkap : ibu melakukan pemeriksaan sebulan sekali sejak usia 5

g. Pemeriksaan ANC

bulan. Pernah melakukan USG pada bulan ke 8 dengan hasil baik dan taksiran persalinan tanggal 6-12-2012.

4. Riwayat Obstetri Yang Lalu Persalinan No Tahun Penolong Jenis Tempat Penyulit Tekanan 1 2000 Dokter Spontan Klinik darah tinggi 2 2006 Bidan Spontan Rumah Tidak ada Penyulit JK BB PB ASI Nifas Bayi KB Ket

Tidak ada Tidak ada

2,7

Lupa

Ya

Suntik

Hidup

2,9

Lupa

Ya

Suntik

Hidup

Kehamilan ini

5. Riwayat Kesehatan Klien/Keluarga Ibu mengaku memiliki riwayat tekanan darah tinggi pada kehamilan anak pertama, tidak memiliki riwayat penyakit diabetes, jantung, asma, ginjal, dan penyakit menular seksual. Namun di keluarganya, orang tua klien memiliki penyakit tekanan darah tinggi, kakak klien juga memiliki tekanan darah tinggi.

6. Riwayat Psikososial Ibu dan keluarga mendukung kehamilan dan persalinan anak ini. Pengambil keputusan adalah ibu dan suami. Ibu memiliki kekhawatiran mengenai seberapa lama lagi bayinya akan lahir, karena mulesnya tidak dirasakan begitu sering dan kuat seperti pada saat mau melahirkan anak sebelumnya.

27

7. Aktivitas a. Makan terakhir : jam 07.00, dengan porsi cukup dan ibu tidak

merasakan keluhan apapun

b. Minum terakhir c. BAB terakhir

: beberapa saat lalu : kemarin pagi, tidak ada keluhan

B. Data Objektif 1. Keadaan umum 2. Kesadaran 3. Tanda-Tanda Vital a. Tekanan darah b. Nadi c. RR : 170/110 mmHg : 82x/menit : 22x/menit : 37,2C : baik : composmentis

d. Suhu 4. Pemeriksaan fisik a. b. Muka Mata Sklera Kongjungtiva c. Leher dan tiroid d. Abdomen

: tidak ada oedem : : Putih : Merah muda

: tidak ada massa dan pembesaran pada kelenjar getah bening

Tidak ada luka bekas operasi dan terdapat striae TFU Palpasi Leopold I : 34cm : : Teraba agak bulat, lunak dan tidak melenting

Leopold II : Teraba tahanan terbesar di kanan dan bagian kecil janin di kiri Leopold III : Teraba keras Leopold IV : Konvergen Penurunan kepala DJJ : 4/5

: 132x/menit, regular

Kontraksi : 2x/10 menit, 30 detik TBF : 3410 gram

e. Ekstremitas Tidak terdapat pembengkakan di kedua lengan ibu.

28

Pada lengan kanan ibu telah terpasang infus cairan RL dengan maintenance MGSO4 Terdapat pembengkakan di kedua tungkai ibu, refleks patella tungkai kanan dan kiri ibu positif. f. Genitalia Tidak ada lecet atau luka, massa atau benjolan dan pembesaran abnormal pada vulva. Pun demikian dengan varises. Tidak ada pembengkakan pada kelenjar skene dan bartolin Pengeluaran dari vagina berupa lendir dan sedikit darah Ibu telah dipasang kateter dan terdapat urin sebanyak + 300cc Pemeriksaan dalam Portio Pembukaan Ketuban Presentasi : tebal kaku : 3-4cm : tidak ada : kepala

Penurunan kepala : stasion -4 5. Pemeriksaan Penunjang Hasil konfirmasi USG : janin dalam keadaan baik : normal

Tes darah lengkap Tes Urine Protein urine +2

C. Analisa G3P2A0 parturient aterm kala I fase laten janin tunggal hidup intra uterin dalam keadaan baik dengan ibu mengalami preeklampsia berat dan ketuban pecah dini 8 jam Diagnosa Potensial : eklampsi dan infeksi intrapartum Antisipasi Masalah/Tindakan segera: kolaborasi dengan dokter, melakukan observasi intake ouput, observasi janin, ibu dan kemajuan persalinan.

D. Penatalaksanaan 1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan keluarga. E: klien dan keluarga mengetahui klien dalam keadaan preeklampsia berat dan ketuban pecah dini dengan keadaan janin baik

29

2. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi. E: dokter menganjurkan untuk memberhentikan dahulu pemberian MGSO4 dan melakukan induksi persalinan untuk terminasi kehamilan mengingat usia kehamilan ibu 37-38 minggu. 3. Melakukan informed consent untuk melakukan induksi persalinan E: ibu menyetujui, drip oksi 5 IU telah terpasang dengan tetesan 20gtt 4. Anjurkan pasien tirah baring miring ke satu sisi E: ibu miring ke kiri 5. Meminta keluarga untuk mendampingi ibu E: Ibu ditemani 6. Meminta keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu E: ibu makan dan minum dengan baik 7. Memberitahu teknik relaksasi pada ibu dan pain relief pada keluarga E: ibu sedikit terlihat nyaman dan tidak tegang 8. Melakukan observasi intake output cairan ibu E: intake ibu kini berupa cairan RL 500cc dengan drip oksi dan output urin + 300cc 9. Melakukan observasi janin dan ibu serta kemajuan persalinan setiap sejam sekali E: janin dan ibu dalam keadaan baik serta mulai terjadi peningkatan kekuatan kontraksi 10. Tidak melakukan pemeriksaan dalam terlalu sering pada ibu untuk menghindari infeksi E: Ibu tidak memperlihatkan tanda-tanda infeksi

Pukul 10.10 A. Data Subjektif Ibu gelisah, merasa mulesnya semakin kuat dan sering, sudah mulai ada perasaan ingin mengedan.

B. Data Objektif 1. Keadaan umum 2. Tanda-tanda vital Tekanan Darah Nadi 3. Abdomen DJJ Penurunan kepala : baik : : 150/100 mmHg : 80x/menit : : 138x/menit, regular : 2/5 Respirasi Suhu : 20x/menit : 37,0C

30

Kontraksi 4. Genitalia Pemeriksaan dalam Portio Pembukaan Ketuban Presentasi Molase

: 4x/10 menit, 45 detik :

: tipis lunak : 7-8cm : negatif : kepala : tidak ada

Tali pusat menumbung : tidak ada Bagian kecil janin lain yang teraba Penurunan kepala : stasion 0 : tidak ada

C. Analisa G3P2A0 parturient aterm kala I fase aktif dengan preeklampsia berat dan ketuban pecah dini, janin hidup intrauterin dalam keadaan baik. Diagnosa potensial : eklampsia dan infeksi intrapartum Antisipasi tanda infeksi : Observasi ibu, janin, dan kemajuan persalinan serta tanda-

D. Penatalaksanaan 1. Memberitahu klien dan keluarga tentang hasil pemeriksaan E: klien dan keluarga mengetahui keadaan ibu dan janin baik 2. Meminta keluarga untuk mempersiapkan perlengkapan persalinan E: Perlengkapan persalianan telah siap 3. Mempersiapkan alat persalinan E: Alat persalinan telah siap 4. Memantau keadaan ibu dan janin serta kemajuan persalinan setiap 30 menit sekali E: tercatat di partograf

Pukul 11.00 A. Data Subjektif Ibu merasa ingin mengedan

B. Data Objektif 1. Keadaan umum 2. Tanda-tanda vital : baik :

31

Nadi 3. Abdomen DJJ Penurunan kepala Kontraksi 4. Genitalia

: 86x/menit : : 142x/menit, regular : 0/5 : 5x/10 menit, 45 detik :

Terlihat adanya tekanan pada anus, perineum menonjol dan vuvla membuka Pemeriksaan dalam Portio Pembukaan Ketuban Presentasi Molase Penurunan kepala Urin : tidak teraba : 10cm : negatif : kepala : tidak ada : stasion +4 : + 150cc

C. Analisa G3P2A0parturient aterm kala II dengan preeklampsia berat dan ketuban pecah dini, janin hidup intrauterin dalam keadaan baik Diagnosa potensial Antisipasi : perdarahan dan infeksi intrapartum : mempersiapkan keperluan penanganan perdarahan

D. Penatalaksanaan 1. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaan E: Klien mengetahui bahwa ibu siap untuk mengedan 2. Memposisikan ibu dan meminta keluarga untuk menunggu di luar E: ibu mengambil posisi litotomi 3. Mendekatkan alat dan perlengkapan persalinan E: alat dan perlengkapan persalinan terjangkau 4. Memimpin persalinan His (+) ibu mengedan dengan mengangkat sedikit kepalanya, melihat ke arah perut, menarik kakinya ke belakang dan mengedan seperti ingin buang air besar His (-) ibu istirahat E: Ibu mengedan dengan benar dan efektif

32

5. Menolong persalinan dengan langkah asuhan persalinan normal E: bayi lahir spontan dengan mekonial langsung menangis pukul 11.15. Jenis Kelamin: perempuan BB: 3100 gram PB: 47. Kulit kemerahan. Tonus otot baik. Apgar scor 5/7 6. Mengecek janin kedua E: tidak ada janin kedua 7. Menyuntikkan oksitosin E: oksitosin sebanyak 10 IU telah diberikan, kontraksi baik 8. Mengeringkan dan memotong tali pusat bayi E: bayi kering dan tali pusat telah terpotong 9. Melakukan alih rawat bayi E: bayi dialihrawatkan kepada perawat

Pukul 11.15 A. Data Subjektif Ibu merasa lega telah melahirkan bayinya

B. Data Objektif 1. Keadaan umum 2. Tanda-tanda vital Tekanan darah Nadi Respirasi 3. Abdomen TFU : Sepusat : 140/100 mmHg : 88x/ menit : 26x/menit : baik

Uterus globular 4. Genitalia Terdapat semburan darah dari jalan lahir dan pemanjangan tali pusat di depan vulva

C. Analisa P3A0 parturient kala III dengan preeklampsia berat D. Penatalaksanaan 1. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaan E: klien mengetahui bahwa klien siap untuk melahirkan plasenta

33

2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali E: tali pusat teregang dan terjadi pemanjangan tali pusat 3. Melahirkan plasenta E: plasenta lahir pukul 11.25 4. Melakukan masase uterus E: kontraksi baik 5. Melakukan pengecekan kelengkapan plasenta E: selaput tidak lengkap 6. Melakukan eksplorasi rahim E: sisa selaput terambil Pukul 11.25 A. Data Subjektif Ibu merasa agak nyeri di bekas jalan lahir. Ibu mengaku tidak merasakan pusing. Hanya agak lemas.

B. Data Objektif 1. Keadaan umum 2. Tanda-tanda vita l Tekanan darah Nadi Respirasi 3. Abdomen TFU Kontraksi 4. Genitalia Terdapat perdarahan aktif di bekas jalan lahir Estimasi perdarahan + 200cc Terdapat luka robek di mukosa vagina, kulit dan otot perineum : sepusat : Baik : Baik : : 130/90 mmHg : 80x/menit : 24x/menit

C. Analisa P3A0parturient kala IV dengan preeklampsia berat dan laserasi perineum derajat 2 D. Penatalaksanaan 1. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaan E: Klien mengetahui terdapat luka pada bekas jalan lahir 2. Meminta persetujuan ibu untuk dilakukan penjahitan E: ibu menyetujui

34

3. Mempersiapkan alat penjahitan E: alat terjangkau 4. Melakukan penjahitan E: penjahitan dilakukan dengan jahitan jelujur di dalam dan single di luar 5. Mengecek perdarahan dan mengecek jahitan E: tidak ada sumber perdarahan dan jahitan telah baik 6. Membereskan alat, ibu dan lingkungan E: ibu telah nyaman 7. Melakukan observasi kala IV E: tercatat dalam partograf

KUNJUNGAN RUMAH

Hari/tanggal Waktu Tempat

: Selasa/27 November 2012 : 09.15 : Rumah mertua klien Kampung Ngantai Kecamatan Cikalong Kulon

Klien

: Ibu

A.

DATA SUBJEKTIF 1. Keluhan Ibu mengatakan sedang batuk sejak kemarin dan kemarin lusa sempat didatangi bidan, didapat tekanan darah ibu tinggi. Ibu tidak merasakan pusing, nyeri ulu hati, dan pandangan kabur. Ibu mengaku pulang dari RSUD Cianjur 3 hari pasca bersalin dengan hasil tes darah baik dan protein urin negatif.

2. Konsumsi obat-obatan dan tablet Fe Ibu mengkonsumsi laserin dan mengkonsumsi tablet Fe

3. Pemberian ASI Frekuensi Durasi Keluhan : sering : 5 menit di masing-masing payudara : tidak ada

4. Rencana KB Ibu berencana ingin menggunakan implan

35

5. Aktifitas sehari-hari a. Aktivitas : sejak bersalin aktivitas ibu adalah merawat bayinya.

Untuk pekerjaan rumah sehari-hari dilakukan oleh mertua dan dibantu suami. b. Nutrisi dan hidrasi : 1) Makan Frekuensi Porsi Jenis Keluhan : 3x/hari ditambah camilan : Cukup : Sayur setiap hari dengan daging, telur dan tahu tempe : Tidak ada

2) Minum Frekuensi Jumlah

: : Sering : + 2 liter/hari

c.

Istirahat Malam : ibu mengaku istirahat malamnya berkurang, sering

terbangun untuk menyusui bayinya, jika diakumulasikan istirahat malam ibu + 4-6 jam Siang : ibu jarang tidur siang, ibu mengaku jika tidur siang

malah pusing, dan terdapat kepercayaan dari mertua dan orang-orang sekitar untuk tidak tidur siang ketika masih ada pengeluaran darah. Namun ibu tidak begitu menghiraukannya, jika lelah ibu akan tidur.

d. Eliminasi BAB pasca bersalin BAK : sering dan tidak ada keluhan : 3x/hari, tidak ada keluhan, ibu sudah mulai BAB sehari

B.

DATA OBJEKTIF 1. Keadaan umum 2. Tanda-tanda vital Tekanan darah Nadi Respirasi Suhu : 160/110 mmHg : 86x/menit : 22x/menit : 36,8C : baik

36

3. Pemeriksaan fisik a. Wajah b. Mata Sklera Konjungtiva c. Leher bening dan tiroid d. Payudara : tidak ada lecet dan tidak ada pembesaran atau massa : putih : merah muda : tidak ada pembesaran dan massa pada kelenjar getah : tidak ada bengkak

abnormal pada kedua belah payudara ibu. Kedua puting menonjol dan terdapat pengeluaran berupa air susu ibu. e. Abdomen TFU : tidak teraba : 2 jari

Diastasis recti f. Ekstremitas

Tidak ada pembengkakan di kedua lengan dan tungkai ibu g. Genitalia Tidak ada massa dan benjolan pada vulva Tidak ada pembesaran pada kelenjar skene dan bartolin Keadaan luka jahitan Lokhea 4. Pemeriksaan penunjang Tidak dilakukan : masih belum kering dan tidak berbau : coklat kekuningan (serosa)

C.

ANALISA P3A0 postpartum 10 hari dengan tekanan darah tinggi Diagnosa potensial Antisipasi tes urin dan darah : hipertensi menetap, preeklampsia postpartum : kontrol dan melakukan pemeriksaan penunjang seperti

D.

PENATALAKSANAAN 1. Memberitahu klien hasil pemeriksaan E: Klien mengetahui klien dalam keadaan darah tinggi 2. Memberitahu ibu untuk melakukan pemeriksaan ibu nifas ke bidan pada usia 2 minggu untuk mengetahui perkembangan kondisi ibu terutama tekanan darahnya E: ibu menetapkan tanggal

37

3. Memberitahu ibu untuk menjaga istirahatnya E: ibu perlu istirahat yang cukup untuk menjaga kondisinya dalam mengasuh bayinya 4. Memberitahu ibu untuk menjaga nutrisi dan hidrasinya E: ibu mengetahui bahwa asupan ibu setelah bersalin perlu ditingkatnya karena ibu menyusui bayinya 5. Memberitahu ibu mengenai perawatan luka E: ibu mengetahui untuk menjaga kebersihan genitalianya dengan baik dengan cara cebok yang baik dan mengganti pembalut dengan sering serta banyak makan-makanan yang mengandung protein. 6. Memberitahu dan membimbing ibu melakukan perawatan payudara E: ibu mengetahui bahawa penting melakukan perawatan payudara dengan rutin untuk menghindari lecet pada puting dan memelihara kesehatan payudara dengan langkah-langkah yang dapat ibu peragakan kembali 7. Memberitahu ibu mengenai alat kontrasepsi yang dapat digunakan E: jika disesuaikan dengan usia ibu dan jumlah paritas yang telah diperoleh, ibu memerlukan kontrasepsi yang tidak begitu berpengaruh terhadap tubuhnya, terutama dikarenakan ibu memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Jadi dianjurkan penggunaan alat kontrasepsi yang tidak mengandung hormon, seperti IUD, MOW dan MOP 8. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya ibu nifas E: ibu dapat mengulan tanda-tanda bahaya ibu nifas 2-6 minggu adalah, payudara bengkak dan atau memerah, nyeri pada betis, ibu merasa tidak ingin menyusui bayinya 9. Dokumentasi E: tecatat dengan SOAP

Hari/tanggal Waktu Tempat

: Selasa/27 November 2012 : 09.15 : Rumah mertua klien Kampung Ngantai Kecamatan Cikalong Kulon

Klien

: Bayi Ny.Lani

A.

DATA SUBJEKTIF 1. Keluhan Ibu mengaku tidak ada keluhan atas bayinya

38

2. Identitas anak a. Nama b. Tanggal Lahir c. Usia : Bayi Ny. Lani : 17 November 2012 : 10 hari : Perempuan : 3100 gram : 47 cm

d. Jenis Kelamin e. BB Lahir f. PB Lahir

3. Faktor Genetik Di keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC dan Hepatitis serta tidak ada yang memiliki riwayat penyakit kelainan jiwa.

4. Faktor Lingkungan a. Kondisi lingkungan tempat tinggal ibu dan bayi saat ini Lingkungan tempat tinggal ibu (rumah mertua) terletak di dekat jalan, cukup besar dan dapat dilalui mobil namun tidak sebagai jalan lalu lalang angkot. Termasuk ke dalam pemukiman yang padat, tidak dekat dengan pabrik dan tempat pembuangan sampah. b. Kondisi rumah tinggal Ruang tamu, kamar, ruang TV dan dapur terpisah Pencahayaan dan sirkulasi udara baik c. Kondisi air Baik, bersih dan layak pakai

5. Faktor Sosial Bayi diasuh oleh ibu, mertua dan suami ibu. Keluarga menerima dan mendukung kelahiran anak ini. ayah dari bayi merokok, namun tidak di dalam rumah.

6. Faktor ibu dan perinatal Hubungan ibu dan bayi baik. Aktivitas menyusui baik. Tidak ada keluhan ibu terhadap bayinya

7. Eliminasi BAB BAK : sering, tidak ada keluhan : sering, tidak ada keluhan

39

8. Aktivitas menyusui Frekuensi sering, tidak diberikan minuman dan makanan lain selain ASI Bayi menyusu dengan kuat Tidak ada keluhan

9. Riwayat imunisasi HB0

B.

DATA OBJEKTIF 1. Keadaan umum 2. Tanda-tanda vital BJA Respirasi Suhu 3. Antropometri BB PB 4. Pemeriksaan fisik a. Kepala Ubun-ubun Lingkar kepala b. Telinga Sedikit lebih bawah dari mata dan tidak terdapat pengeluaran c. Mata Sklera Konjungtiva d. Hidung Tidak ada pernafasan cuping hidung Tidak ada pengeluaran abnormal e. Mulut Tidak ada palato dan labioskiziz Refleks rooting, sucking, swallowing baik f. Leher Pergerakan aktif Tidak terdapat massa atau pembengkakan abnormal g. Dada Tidak ada tarikan nafas dada ke dalam : putih : merah muda : datar : 33 cm : 3400 gram : 47 cm : 130x/menit, regular : 48x/menit : 37,0C : baik

40

Puting simetris Tidak terdengar kelainan bunyi jantung dan suara pernafasan lain h. Abdomen Perut dalam keadaan lembek Tali pusat telah puput dari 2 hari lalu, tidak terdapat bau atau kemerahan i. Punggung Tidak ada spina bifida j. Ekstremitas Ektremitas atas pergerakan aktif Ekstremitas bawah pergerakan aktif k. Genitalia Terdapat klitoris, lubang uretra dan vagina, tidak ada pengeluaran abnormal. l. Anus Bayi buang air besar : jumlah jari normal, terdapat refleks babinski, : jumlah jari normal, terdapat refleks grasping,

C.

ANALISA Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilanusia sepuluh hari dengan keadaan baik

D.

PENATALAKSANAAN 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan E: ibu mengetahui keadaan bayinya dalam keadaan baik 2. Mendukung ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif E: ibu berencana akan tetap memberikan ASI ekslusif 3. Memberitahu tanda-tanda bahaya pada bayi E: ibu mengetahui tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir adalah demam, nafas lebih dari 60, sesak atau pernafasan cuping hidung, diare, 4. Memberitahu ibu untuk melakukan kontrol di puskesmas mengenai perkembangan dan pertumbuhan bayi serta untuk mendapatkan imunisasi BCG dan Polio 1 E: ibu menetapkan tanggalnya 5. Dokumentasi E: tercatat dengan SOAP

41

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. PENGKAJIAN Pengkajian pada kasus preeklampsia berat harus diidentifikasi berdasarkan faktor pencetus atau predisposisinya, seperti usia, usia kehamilan, jumlah kehamilan, riwayat kesehatan, dan status sosial ekonominya serta hasil

pemeriksaan fisik dan penunjangnya berupa hasil tes urin dan darah lengkap klien. Pada kasus ini, setelah dilakukan pengkajian subjektif terhadap klien, didapat yang menjadi faktor pencetus klien adalah riwayat penyakit hipertensi dalam kehamilan di kehamilan pertamanya dan keluarga yaitu ibu dan kakaknya sendiri memiliki penyakit tersebut. Ibu mengaku pada kehamilan pertamanya juga ditemukan tekanan darahnya naik pada saat menjelang persalinan. Sedangkan pada pengkajian data objektifnya ditemukan, walau ibu tidak mengalami pusing atau nyeri kepala hebat, nyeri ulu hati dan pandangan kabur. Didapat hasil pemeriksaan fisik berupa tekanan darah yang tinggi dan pada ektremitas bawah didapat oedema yang menurut ibu oedem di kedua tungkainya tidak hilang ketika diistirahatkan dan telah menetap selama kurang lebih 8 hari. Dan untuk pemeriksaan penunjangnya, didapat hasil tes protein urin klien yang menyatakan klien memiliki kadar protein urin yaitu sebesar +2, sesuai dengan protap RSUD Cianjur, bahwa kadar protein urin lebih dari atau sama dengan 3 gram atau +2 adalah merupakan preeklampsia berat Pengkajian data subjektif dan objektif ibu sudah cukup menunjang untuk menetapkan diagnosa. Namun terdapat beberapa hal yang kurang dikaji, seperti bagaimana riwayat pemeriksaan kehamilan klien dan bagaimana asupan nutrisi klien, mengingat faktor nutrisipun menjadi salah satu penyebab timbulnya preeklampsi. Yaitu jika ibu kekurangan asupan buah dan sayur sebagai antioksidan dan mengantisipasi oksidan nitrat di tubuh klien. Dan hal tersebut seharusnya bisa diantisipasi pada saat kehamilannya dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang sesuai. Selain itu, seharusnya bidan, tempat ibu biasa melakukan pemeriksaan, dapat memperhatikan riwayat dan kemungkinan akan terjadinya preeklampsia lagi, sehingga pemcegahan mungkin dapat dilakukan. Ibu tidak jatuh dalam keadaan yang lebih parah selama persalinan dan sepanjang kala IV, ataupun selama 3 hari pasca salin di RS, namun setelah melakukan kunjungan rumah. Ternyata tekanan darah ibu didapat 2 hari lalu oleh bidan dan oleh pengkaji tidak turun. Keadaan ibu tersebut tidak diikuti oleh keluhan lain seperti pusing, nyeri kepala, nyeri ulu hati dan pandangan kabur. Mengingat preeklampsia dapat berlanjut hingga sampai 6 minggu postpartum dan atau

42

memungkinkan menjadikan hipertensi menetap (Al-Safi Z dkk:2011). Sehingga ibu perlu mencegah keadaan tersebut dengan melakukan kontrol dan pemeriksaan penunjang serta menjaga pola makannya. Pengkaji dalam hal ini kurang mengkaji ibu selama di RSUD Cianjur. Pengkaji tidak mengetahui bagaimana ibu dapat pulang dan apa saja yang telah diberikan oleh RSUD Cianjur untuk ibu. Berdasarkan hasil konfirmasi setiap pasien PEB pulang akan diberikan obat bagi ibu dan bayinya. Bagi ibu, diberikan obat berupa Cefadroxil 2x1, Asam Mefenamat 3x1, SF 1x1, Metildopa 3x2, dan Nefidipine 3x10mg. Sehingga kurang dalam memfollow up ibu dan bayi. Ibu mengatakan berencana menggunakan KB implan, padahal jika dilihat dari usia ibu, rencana ibu yang tidak ingin memiliki anak lagi, dan adanya riwayat penyakit tekanan darah tinggi, baiknya ibu tidak menggunakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon, dan membuat perubahan pada tubuh ibu. Sehingga alat kontrasepsi seperti IUD, MOW dan MOP dianjurkan.

4.2. PENEGAKAN DIAGNOSA Penegakkan diagnosa digunakan sebagai bahan dalam penentuan diagnosa potensial yang mungkin terjadi serta untuk melakukan antisipasi masalah serta rencana asuhan. Penegakkan diagnosa preeklampsia berat pada kasus ini didasari atas hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik seperti tekanan darah tinggi, oedema menetap pada ektremitas bawah yang tidak hilang ketika diistirahatkan, dan protein urin +2. Begitupun dengan diagnosa ketuban pecah dini pada ibu, dari data subjektifnya ibu mengatakan telah keluar air-air dan banyak serta tidak dapat di tahan dengan hasil pemeriksaan pembukaan masih 3-4cm (belum lengkap). Diagnosa potensial dari kasus ini adalah eklampsi dan infeksi intrapartum. Sehingga penanganan segera dengan memberikan terapi antikejang serta pemberian antibiotik untuk ibu dilakukan.

4.3. PENGELOLAAN PERSALINAN Pengelolaan persalinan klien pada kasus ini adalah penanganan aktif dengan terminasi kehamilan dengan melakukan induksi persalinan berupa drip oksitosin mengingat usia kehamilan ibu sudah > 37 minggu dan keadaan ibu serta janin baik. 4.4. DOKUMENTASI Pendokumentasian asuhan merupakan hal yang sangat penting dalam memberikan asuhan. Asuhan yang telah digunakan hendaknya didokumentasikan dengan lengkap, benar, dan informatif. Hal ini sangat penting sebagai bahan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan. Dalam hal ini pengkaji mendokumentasikannya dalam bentuk soap dan partograf yang dilampirkan.

43

BAB V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN Dalam melakukan asuhan pada ibu dengan preeklampsia berat hendaknya dipahami terlebih dahulu mengenai konsep dari kasus tersebut. Setelah itu, melakukan pengkajian data subjektif dan objektif untuk memastikan diagnosa dan perencanaan asuhan yang akan diberikan. Pada kasus ini, pengkajian data sudah cukup menunjang untuk penetapan diagnosa preeklampsia berat. Penetapan diagnosa diperoleh dari hasil subjektif dan objektif. Hanya terdapat kekurangan dalam pengkajian konsumsi obat ibu dan penatalaksanaan di rumah sakit setelah ibu melahirkan hingga ibu pulang. Sehingga penatalaksanaan kasus dengan penanganan preeklampsia berat pada usia cukup bulan sejak bersalin hingga postpartumnya hanya sesuai ketika melakukan terminasi kehamilan dan observasi, tidak untuk penatalaksanaan postpartumnya. Evaluasi telah dilaksanakan terhadap semua asuhan yang telah diberikan.

5.2. SARAN A. Pengkaji Dalam melakukan asuhan pada ibu dengan preeklampsia berat hendaknya dipahami terlebih dahulu mengenai konsep dari kasus tersebut. Setelah itu, melakukan pengkajian data subjektif dan objektif untuk memastikan diagnosa dan perencanaan asuhan yang akan diberikan. B. Institusi Pendidikan Bimbingan langsung terhadap asuhan pengkaji dengan kliennya diharapkan dapat membantu pengkaji dalam melakukan dan menetapkan asuhan. C. Rumah Sakit Meningkatkan kembali pemberian informasi dan konseling terhadap pasien pulang mengenai obat-obatan dan motivasi KB, dan memastikan ibu benar-benar pahan apa yang telah diberikan rumah sakit sehingga ibu mengetahui apa yang harus dia perhatikan selama kembali ke rumah.

44

DAFTAR PUSTAKA

Al-Safi Z,

dkk. 2011. Delayed postpartum preeclampsia and eclampsia:

demographics, clinical course, and complications. ________.________


Arinda Anggara. 2010. Pengaruh Preeklamsia Berat Pada KehamilanTerhadap Keluaran Maternal Dan Perinatal Di Rsup Dr Kariadi Semarang Tahun. www.eprints.undip.ac.id. 22 November 2012. 19.56 Cunningham F G., et al. 2010. Williams Obstetrics 23rd Ed. McGraw-Hill, Medical Publishing Division Goodwin, T. Murphy, et al. 2010. Management of Common Problems in Obstetrics and Gynecology.Blackwell Publishing Ltd Lia Yuliani. 2012. Pre-Eklampsia Berat Di Rsud Bayu Asih Purwakarta.

www.jurnalkesmas.org. 22 November 2012. 19.54 Saifudin A B., 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sarwono Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Silasi, Michelle. 2010. An Issue of Obstetrics and Gynecology Clinics. Elsevier Inc. T.W. Kusuma. 2009. Manajemen Risiko Dalam Pelayanan Pasien Preeklampsia Berat/Eklampsia Di Instalasi Gawat Darurat Rsupncm. www.isjd.pdii.lipi.go.id. 19.36 Wahyuny Langelo. 2012. Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Di Rskd. Ibu Dan Anak Siti Fatimah Makassar www.pasca.unhas.ac.id. 8 November 2012. 16.15 Wiknjosastro H., 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo.

45

You might also like