You are on page 1of 9

Judul : Mobility and Active Ageing in Suburban Environments: Findings from InDepth Interviews and Person-Based GPS Tracking

Peneliti : Elisabeth Zeitler, Laurie Buys, Rosemary Aird, and EvonneMiller Tujuan : meninjau jika dan bagaimana lingkungan pinggiran kota mempengaruhi mobilitas lansia dan penggunaan moda transport yang berbeda. Metode : data didapat dari GPS tracking, catatan perjalanan, brief questionnaires, dan interview semistruktur dari 13 orang berusia 56 sampai 87 tahun, yang tinggal di lingkungan kepadatan rendah di Brisbane, Australia. Hasil : lingkungan pinggiran kota mempengaruhi pilihan transportasi dan mobilitas keluar rumah. Baik berjalan dan transportasi umum (akses dan penggunaan) mempengaruhi pilihan transportasi lansia. Ketidakbergunaan aktif dan transportasi umum dalam lingkungan pinggiran kota menciptakan ketergantungan mobil pada lansia. Kesimpulan : lingkungan pinggiran kota sering menciptakan halangan dalam mobilitas, yang menghalangi pergerakan lansia dalam komunitas luas dan kemampuan secara aktif di tempat mereka. Introduction Kebanyakan populasi lansia di Australia (64%) tinggal di area kota, dengan karakteristik dominan lingkungan pinggir kota kepadatan rendah. Mobilitas didefinisikan sebagai kapasitas fisik dasar untuk berpindah yang penting untuk penuaan aktif. Kesehatan dan kehidupan aktif pada lansia dikonseptualisasikan sebagai hasil dari proses penuaan yang menyediakan kesempatan yang sama dan penangananannya bagi setiap orang pada setiap tahap kehidupan, tanpa mempedulikan karakteristik personal mereka. Lingkungan komunitas harus memungkinkan setiap orang untuk tinggal aktif dan terlibat, tanpa mempedulikan kebutuhan bervariasi dan kapasitasnya. Lingkungan merupakan aspek kritis bagi penuaan aktif di mana hal itu menghambat atau memungkinkan integrasi aktifitas fisik dalam rutinitas sehari-hari dan mendorong interaksi dengan orang lain. Penggunaan pilihan transportasi umum ditemukan sulit pada lansia karena desain servis dan ketersediaan, akses kendaraan, ketersediaan informasi, orang lain dan mobilitas personal. Ide bahwa lingkungan komunitas mempengaruhi mobilitas keluar rumah pada lansia berdasarkan asumsi antara kompetensi individu dan karakteristik lingkungan yang membedakan fungsi optimal individu. Penggunaan pilihan transportasi berbeda antara lingkungan pedesaan dengan kota dan di antara bangsa. Di mana orang lebih banyak berjalan, khususnya pada kombinasi dengan pelayanan, transportasi umum digunakan sedikit di wilayah pedesaan dan lebih banyak di

perkotaan. Lansia yang tinggal di pinggiran kota mengubah rutinitas sehari-hari mereka (secara tidak sadar). Metode Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif yang menginvestigasi hubungan antara penuaan aktif, mobilitas, pilihan tranportasi dan lingkungan yang membangun. Instrumen digunakan untuk mengumpulkan data untuk eksplorasi analisis mendalam dari efek lingkungan komunitas pada perilaku travel lansia. Paper ini berfokus pada aspek mobilitas dengan data kasus (n=13) termasuk karakteristik sosiodemografi, lokasi dan karakter penduduk, ketersediaan pilihan travel, lingkungan yang membangun baik yang disukai ataupun yang tidak dan pengukuran realtime perilaku travel. Sampel : studi ini berfokus pada pengalaman dan perilaku travel lansia Australia yang tinggal di 11 pinggiran kota kepadatan rendah di seberang Brisbane (ibu kota Queensland) dengan jarak 5.05 sampai 27.74 orang perhektar. Partisipan studi ini berusia 57-87 tahun. Pengumpulan data : data partisipan dikumpulkan tahun 2010 dalam dua fase, sebagai proyek lebih besar dengan fokus pada penuaan dan kemampuan hidup di pedesaan, regional dan perkotaan. Pertama, catatan perjalanan (termasuk brief quistionnaire) dibagikan dengan kombinasi GPS tracking device untuk mengumpulkan data tentang perilaku travel dan aktivitas di luar rumah lebih dari tujuh hari berturut-turut. Kedua, interview semistruktur dilakukan. Mereka dibantu dengan Google Earth Maps, yang menunjukkan aktifitas dan pilihan transportasi yang digunakan selama seminggu pelacakan. Peta dibuat sebelumnya untuk interview dengan menggunakan catatan perjalanan dan data GPS. Penggunaan pilihan transportasi dikode dalam warna yang berbeda. Fokus utama interview adalah untuk mengeksplor bagaimana partisipan dikonseptualisasikan kemampuan hidup dari komunitas masing-masing. Semua interview direkam audionya. Brief quistionnaire dalam catatan perjalanan mengkaji karakteristik sosiodemografi dan refleksi partisipan mengenai aktifitas mereka. Sumber eksternal digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik penduduk, seperti jarak ke CBD, kepadatan populasi dan ketersediaan transportasi dalam lima sampai tujuh menit berjalan. Pengukuran : lokasi dan karakteristik penduduk dan ketersediaan pilahan transportasi. Jarak ke CBD dan transportasi umum diwakili dalam kilometer dan kepadatan populasi sebagai jumlah orang per hektar. Partisipan ditanyai saat interview masing-masing apa yang akan mereka lakukan jika mereka tidak dapat lagi mengemudi atau jika mereka tidak dapat mempertahankan cara mereka bergerak ketika perjalanan keluar rumah. Lima kategori dikembangkan dari respon partisipan pada pertanyaan akan membutuhkan relokasi ke suatu

tempat, dapat tinggal dengan bantuan dari keluarga, dapat tinggal dengan perubahan moda transportasi sekarang, dapat tinggal dengan menggunakan pelayanan lokal, tidak memikirkan tentang hal itu. Pengukuran : aspek yang disukai ataupun tidak disukai lingkungan yang membangun. Pada kuisioner, partisipan ditanyakan tentang komunitas lokal mereka : mengapa mereka hidup di sana, apakah mereka suka dan berapa lama mereka berpikir mereka akan tinggal di sana. Analisis tematik transkrip interview dieksplorasi mendalam apek yang disukai maupun tidak disukai partisipan dalam komunitas mereka, berfokus pada karakterisitik lingkungan yang membangun, pilihan transportasi, penggunaan dan desain tanah. Pengukuran : perilaku travel. Data pada perilaku travel partisipan dikumpulkan menggunakan GPS tracking dan sebuah kuisioner yang ditanyakan pada partisipan Bagaimana anda bepergian? (Pilhan: Saya berjalan, Saya menggunakan sepeda, Saya mengemudi : mobil, motor, kursi roda bermotor, skuter, Seseorang mengemudikan untuk saya : pasangan saya, anak/ cucu saya, anggota komunitas, pelayanaan sosial atau senior, Saya menggunakan transportasi umu : bus, kereta, taksi, feri, Saya suka menggunakan transportasi umum tetapi : tidak terdapat dalam komunitas kami, kendaraan itu tidak datang ke tempat saya, terlalu jauh dari rumah saya, terlalu mahal, saya tidak merasa aman, terlalu sulit untuk digunakan). Peta, catatan perjalanan dan respon interview digunakan untuk kode data GPS. Dua kategori utama dimunculkan : perjalanan dengan transportasi (dengan mobil sebagai pengemudi, dengan mobil sebagai penumpang, bus, kereta, berjalan, bersepeda, feri) dan aktifitas di luar rumah yang diklasifikan sebagai aktifitas sehari-hari (misal : berbelanja, kesehatan) dan aktifitas sosial (misal : bertemu teman, sukarelawan). Paper ini berfokus pada data tentang perjalanan menggunakan transportasi. Analisis data data GPS setiap individu dianalisa untuk menentukan jarak perjalanan per moda penggunaan transportasi (dalam kilometer) dan tujuan yang dicapai (mewakili aktifitas). Semua audio interview ditranskrip dengan verbatim. Semua pengukuran dikelompokkan oleh partisipan dan jumlah penggunaan mobil untuk transportasi (100% mobil, 90-99% mobil, 75-77% mobil dan 0% mobil). Kelompok ini dibandingkan satu sama lain untuk mengkaji karakteristik demografi, lokasi dan karakteristik penduduk, serta fitur yang disukai dan tidak disukai dari lingkungan yang membangun yang mempengaruhi perilaku travel. Hasil Karakteristik demografi, lokasi dan karakter penduduk dan pilihan perjalanan. Banyak faktor seperti karakter sosiodemografi, lokasi dan karakter penduduk dan ketersediaan pilihan

perjalanan, mungkin mempengaruhi mobilitas. Dalam penelitian ini, mobil merupakan pilhan transportasi dominan, lima lansia mengendarai mobil untuk semua perjalanan selama dimonitor seminggu dan empat lansia menggunakan mobil antara 90-99% transportasi mereka. Orang dengan dua kelompok ini lebih tua yang berkendara sekitar 75-55% jaraj atau tidak sama sekali. Tiga belas partisipan, tujuh menikah dan seorang janda, kedelapannya melakukan perjalanan 90-99% atau 100% dengan mobil. Tujuh partisipan tinggal kurang dari 10 kilometer dan enam lainnya tinggal 10 sampai 20 kilometer dari CBD. Beberapa orang mempunyai akses ke mobil dan transportasi umum dalam lima samapi tujuh menit berjalan. Walaupun begitu, frekuensi ketersediaan pilhan transportasi bermacam-macam. Orang yang tinggal dekat dengan CBD cenderung menggunakan pelayanan bus lebih sering daripada orang yang tinggal jauh. Hanya empat partisipan yang mempunyai akses ke pelayanan kuartalper jam (tiga di antaranya tinggal sekitar enam kilometer dari CBD), sembilan partisipan mempunyai akses hanya setengah jam atau kurang sering dalam pelayanan bus. Pelayanan lebih sering selama jam sibuk untuk partisipan dalam kelompok ini. Frekuensi pelayanan lebih rendah untuk orang yang berkendara 100% kilometer dengan mobil. Dari sembilan partisipan yang berkendara 90-99% atau 100% dengan mobil, lima menyatakan mereka akan pindah jika mobilitas fisik mereka berkurang. Dari seluruh sampel, empat orang mengatakan bahwa mereka membutuhkan untuk mengubah moda transportasi saat ini, di mana dua yang lain mengatakan mereka akan tinggal di lokasi saat ini dengan bantuan dari keluarga ataupun teman. Fitur yang disukai dan tidak disukai dari lingkungan yang membangun. Fitur lingkungan yang membanguun, yang disukai dan tidak disukai juga mempengaruhi kemampuan hidup dan perilaku travel. Partisipan menggambarkan kedekatan kepada keluarga dan teman yang signifikan di mana mereka tinggal : tetapi, itu merupakan hal penting di mana kami tinggal, yang mempunyai akses beralasan untuk anak-anakmu. (P12). Kedekatan ke toko dan pelayanan juga kebanyakan menjadi alasan untuk tinggal dalam lingkungan saat ini : Kami selalu berkata semakin kita bertambah tua, kita mungkin akan kembali ke kota, di mana kamu bisa mendapatkan pelayanan. (P6) Kebanyakan partisipan mengatakan mereka suka tinggal dalam komunitas mereka selama mereka mampu hidup mandiri. Semua partisipan yang menyatakan ini dalam interview bahwa mereka akan pindah jauh dari lingkungan saat ini ketika mobilitas fisik mereka menurun dengan menggunakan mobil untuk 90-99% atau 100% perjalanan mereka. Seorang partisipan menyatakan Ketika mobilitas kami berjalan lambat menuju poin di mana kami

mungkin tidak dapat berkendara, yang memungkinkan hanya tentang waktu (yang berjalan). (P2). Kebanyakan orang yang dicintai komunitas atau menemukan bahwa merka baik-baik saja di sana, walaupun satu partisipan menyatakan dia membenci di mana dia tinggal. Partisipan yang berkendara kemana pun dengan mobil menyatakan bahwa tempat di mana mereka tinggal itu baik-baik saja, sementara beberapa partisipan yang menggunakan mobil 90-99% semua jarak menyatakan bahwa mereka menyukai di mana mereka tinggal. Aspek utama yang disukai dari lingkungan yang membangun oleh partisipan termasuk kedekatan, suasana, akses ke tranportasi umum. Pernyataan interview berkaitan dengan faktor ini termasuk : Semua dalam jangkauan dan itu bagus. (P10) dan Kamu dapat menaiki bus di manapun di sana. (P9). Namun, sebagian besar fitur yang tidak disukai dalam lingkungan mereka saat ini yang terkait dengan transportasi (akses ke transportasi umum, bikeability, dan walkability). Keselamatan adalah masalah utama yang menghalangi peserta saat menggunakan transportasi aktif, peserta menggambarkan bagaimana trotoar terbatas dan kecepatan lampu pejalan kaki terbatas mobilitas mereka: "Orang tidak bisa benar-benar melangkah dari jalan dengan akses yang aman (kedua sisi jalan di beberapa bagian)." (P7) dan "Ada lampu di sudut penyeberangan pejalan kaki. Saya mencoba untuk menyebrang secepat yang saya bisa dan saya tidak bisa melakukannya dalam satu perubahan lampu. " Lingkungan berbukit Brisbane dan kurangnya terawatnya jalan setapak atau jalan bersepeda juga dianggap sebagai hambatan untuk berkomunikasi aktif dalam suatu komunitas. Peserta menjelaskan "Saya akan melakukan banyak berjalan jika aku bisa berjalan menanjak dan menurun." (P6), "Untuk dapat melewati jalan bersepeda, Anda masih harus bersepeda di tanah." (P3) dan "Anda mungkin melihat beberapa lubang di jalan setapak dan orang-orang bisa melaukan perjalanan. "(P13) Akses transpotasi publik merupakan topik besar dari kebanyakan orang (90-100%) dari total jarak perjalanan mereka. Beberapa partisipan melaporkan mendapatkan pelayanan transportasi publik yang baik dalam lingkungan mereka. Didalam grup yang sama, namun, hanya partisipan yang mulai transportasi yang tidak dapat mereka akses dimana mereka tinggal. Sementara keterjangkauan adalah salah satu alasan yang peserta berikan untuk hidup di lingkungan mereka saat ini. Di semua kelompok, kedekatan (dengan layanan, kota, temanteman dan keluarga) adalah alasan utama yang diberikan oleh mayoritas penduduk tua yang melalui (lebih dari 90%) dari jarak mereka bepergian selama seminggu dipantau. 3.3 mode transportasi yang digunakan dan jarak bepergian untuk keluar dari aktivitas rumah.

Sistem transportasi dan pembangunan lingkungan juga berpengaruh pada perilaku bepergian. Banyak partisipan emgatakan bahwa mereka dapat menggunakan mobil, berjalan dan menggunakan bis. Hanya sedikit jumlah dalam sampel pernah menggunakan sepeda, kereta, atau kapal laut. Namun, sekitar setengah dari partisipan melaporkan bahwa mereka suka menggunakan transportasi umum tapi itu jauh dari rumah atau tidak mengantarkan ketempat dimana mereka ingin pergi. Satu orang diidentifikasi mengatakan bus itu sesak dan layanannya jarang. Sedangkan data kuesioner menunjukkan bahwa orang menggunakan berbagai bentuk transportasi, GPS pelacakan selama seminggu dipantau menunjukkan bahwa mobil itu digunakan untuk sebagian besar jarak yang ditempuh oleh semua kecuali dua peserta. Kedua orang tidak mengendarai sama sekali, sementara peserta lain bepergian dengan mobil selama antara 75% dan 100% dari semua jarak antara rumah dan berbagai tujuan mereka. Peserta, untuk siapa mobil menyumbang 100% dari jarak tempuh lebih dari tujuh hari, telah melakukan perjalanan rata-rata 27,3 kilometer lebih jauh dari sisa peserta yang mengundurkan diri. Keterlibatan dalam mode transportasi aktif seperti berjalan dan bersepeda bervariasi dalam sampel. Delapan orang yang terlibat dalam transportasi aktif. Lima dari mereka berjalan 14% dari total jarak mereka, satu berjalan 5% dan bersepeda 8% dari total jarak yang dilacak, satu berjalan di mana-mana dan satu lagi bekerja paruh waktu dan bercampur menggunakan kereta api (60% dari kilometer perjalanan) dan sepeda (40% dari kilometer perjalanan), sebagian besar untuk perjalanan terkait dengan pekerjaan. Peserta tertentu bepergian dengan sepeda sebanyak karak peserta lain lakukan dengan mobil dan secara keseluruhan, berwisata jarak kedua terbesar dari seluruh sampel. Peserta yang berjalan 100% menyatakan bahwa ia biasanya akan mengendarai mobil sendiri tetapi tidak bisa mengemudi sementara karena masalah kesehatan. Data GPS menunjukkan bahwa hanya lima dari tiga belas peserta menggunakan transportasi umum dan tingkat penggunaan bervariasi. Jarak ke CBD dan frekuensi layanan tampaknya mempengaruhi penggunaannya. Transportasi umum digunakan oleh tiga peserta, tinggal 9-10 kilometer jauhnya dari CBD, untuk 5% sampai 6% dari jarak yang ditempuh. Hanya satu dari mereka menggunakan layanan bus seperempat-jam tersedia. Peserta lain, dengan layanan bus seperempat-jam yang tersedia, tinggal lebih dekat dengan CBD dan menggunakan transportasi umum untuk sampai pada 18% dari perjalanannya. Perjalanan yang umumnya dibuat 7:00-21:00. Hanya empat orang yang melakukan berjalan kaki atau bersepeda saat kegiatan rekreasi selama minggu dilacak.

Diskusi Penelitian ini memberikan beberapa wawasan yang signifikan mengenai dampak lingkungan pinggiran kota pada penggunaan pilihan transportasi yang berbeda di usia yang lebih tua. Penelitian kualitatif telah memberikan sebuah gambaran dari perilaku perjalanan dari tiga belas orang lansia, yang diperoleh dengan kombinasi wawancara kualitatif, buku harian wisata, dan GPS dari perjalanan satu minggu. Temuan menyoroti bagaimana lingkungan pinggiran kota di Brisbane mempengaruhi perilaku perjalanan orang tua itu. Kunci dari tiga temuan menjamin perhatian khusus. Pertama, lingkungan pinggiran kota dengan kepadatan yang kurang, tidak praktis untuk berjalan atau bersepeda untuk lansia. Faktor-faktor seperti kurangnya jalan setapak atau jalan bersepeda dan lingkungan berbukit menciptakan kesulitan bagi lansia yang ingin menggunakan bentuk-bentuk transportasi. Konsisten dengan penelitian sebelumnya, temuan pada jurnal ini juga menunjukkan bahwa desain pinggiran kota mencegah lansia dari menggabungkan aktivitas fisik ke dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini menimbulkan dua aspek penting dalam kaitannya dengan penuaan aktif: pentingnya untuk kegiatan fisik di usia tua untuk kesehatan dan keterlibatan dalam pertemuan sosial dalam masyarakat [12]. Orang-orang yang berjalan atau bersepeda mungkin menjadi lebih terlibat dalam komunitas mereka, karena tindakan berjalan dalam masyarakat setempat membantu untuk menumbuhkan apresiasi itu [10, 12]. Temuan ini memberikan dukungan untuk Alley et al. [10] proposisi bahwa penciptaan berjalan yang aman dan lingkungan bersepeda memiliki kapasitas untuk meningkatkan kualitas hidup lansia tidak hanya dengan mendorong aktivitas fisik tetapi juga memfasilitasi keterlibatan dengan dan apresiasi masyarakat lokal seseorang. Kedua, lingkungan pinggiran kota dengan kepadatan penduduk yang kurang, sering cenderung membuat penggunaan transportasi umum tidak praktis. Temuan kami menunjukkan bahwa sebagian besar peserta (di sebelas pinggiran kota) memiliki akses ke transportasi umum dalam waktu berjalan dari 5 sampai 7 menit, tetapi hanya sejumlah kecil menggunakan transportasi umum. Meskipun jarak antara rumah dan halte bus mungkin dapat dijangkau, kualitas infrastruktur pejalan kaki mungkin mengecilkan hati lansia untuk menggunakan transportasi umum [14]. Jika jalan lingkungan tidak mendukung berjalan ke dan dari angkutan umum, kemungkinan untuk menghambat penggunaannya oleh lansi. Penjadwalan frekuensi yang jarang atau rendah mungkin juga menjadi faktor berdampak pada tidak digunakannya oleh lansia [14]. Temuan kami menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan dan perencana transportasi mempromosikan penuaan aktif mungkin ingin meningkatkan penggunaan angkutan umum oleh lansia. Hal ini penting karena transportasi

umum memungkinkan transportasi mobil mandiri dalam masyarakat luas. Strategi perlu dikembangkan untuk mendorong penggunaan angkutan umum melalui penyediaan frekuensi wajar transportasi sepanjang hari dan infrastruktur yang ramah pejalan kaki di semua tahapan perjalanan antara rumah, transit dan tujuan. Ketiga, penelitian ini menyoroti bahwa lingkungan yang tingkat kepadatan penduduknya rendah cenderung menciptakan ketergantungan mobil pada lansia. Ini bukan masalah lansia bisa mengemudi. Tapi, mobil bukanlah pilihan transportasi yang dapat dipertahankan. Namun, tidak mungkin bahwa orang tua mulai menggunakan transportasi umum ketika mereka pensiun, terutama jika mereka tidak pernah menggunakan transportasi umum sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan pinggiran kota menempatkan lansia di tempat beresiko jika mengemudi tidak lagi menjadi pilihan. Menariknya, Tuhan et al. menemukan bahwa orang tua mengubah gaya hidup mereka agar tetap di komunitas mereka dengan bertambahnya usia mereka. akibatnya, proses adaptasi juga menghasilkan perubahan perilaku perjalanan dan pengurangan keterpisahan ruang tindakan dalam masyarakat. Hal ini memiliki implikasi untuk lansia aktif, sebagian mobilitas berkurang dapat menyebabkan penurunan partisipasi dalam masyarakat. Penguatan lingkungan, dalam kombinasi dengan berbagai pengembangan kebijakan dan program, sebuah cara yang mungkin untuk mengurangi mobilitas yang berkurang untuk orang tua yang sudah menua di tempat. Sementara di satu sisi yang seharusnya menjadi sasaran membuat lingkungan pinggiran kota yang kurang tergantung dengan mobil, juga berarti menjaga orang tua mengemudi dengan aman selama mungkin. Akhirnya, ini adalah studi kualitatif dengan ukuran sampel yang kecil yang dilakukan di Brisbane, Australia, yang tentu menghalangi temuannya secara umum untuk orang tua yang hidup dalam konteks pinggiran kota lainnya. Perlu juga diakui bahwa kombinasi dari iklim subtropis Brisbane dan topografi berbukit mungkin membuat penggunaan transportasi aktif dan publik yang lebih sulit di lokasi tertentu dan pada waktu tertentu dalam setahun (misalnya, kelembaban dan badai di musim panas). Cara data GPS disiapkan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah mungkin tidak layak untuk digunakan pada sampel besar. Namun, pengumpulan data dari sumber yang berbeda memungkinkan para peneliti untuk menangkap efek lingkungan pinggiran kota dapat menggunakan pilihan transportasi di usia tua. Mengingat sifat dari temuan, mereka juga mungkin relevan dengan lingkungan pinggiran tempat lain. Tentu saja, penelitian lebih lanjut (dengan besar, sampel lebih beragam dalam konteks yang berbeda) diperlukan untuk lebih memahami karakteristik desain "ramah usia" lingkungan dan hubungan antara mobilitas dan aktivitas dalam lingkungan pinggiran kota.

Kesimpulan Lansia aktif adalah sebuah konsep yang mencakup kesehatan preventif, partisipasi sosial, dan kesejahteraan secara keseluruhan selama proses penuaan. Temuan kami menunjukkan bahwa lingkungan yang mendukung mode transportasi aktif tidak hanya memberi kesempatan orang tua untuk memaksimalkan aktivitas fisik mereka, tetapi juga penggunaan transportasi umum dan, pada gilirannya, keterlibatan mereka dalam masyarakat luas. Pemerintah perlu memprioritaskan bentuk pembangunan perkotaan yang menciptakan kondisi dimana orang tua mampu untuk berjalan dan bersepeda dengan aman dan mendapatkan akses mudah ke transportasi umum. Namun, seperti orang tua berpotensi secara fisik dapat mengendarai mobil lebih lama daripada mereka mampu menggunakan transportasi aktif dan umum, lingkungan juga perlu memfasilitasi transportasi yang aman dengan mobil di usia tua. Mengingat bahwa penduduk Australia adalah lansia, dan bahwa mobilitas keluar rumah sangat penting untuk lansia aktif dalam masyarakat, ada kebutuhan mendesak untuk memberikan perhatian lebih harus dibayar dengan dampak karakteristik lingkungan dibangun dan pilihan transportasi yang tersedia untuk mendorong orang tua itu mobilitas. Hal ini penting bagi para pembuat kebijakan dan perencana harus lebih banyak informasi mengenai pengembangan strategi disesuaikan yang akan membantu memastikan bahwa orang dapat tetap aktif dan terlibat dalam masyarakat dengan bertambahnya usia mereka.

You might also like