You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme (bakteri dan virus) kedalam organ pernafasan yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2002). Penyakit ISPA mencakup penyakit saluran napas bagian atas dan

saluran napas bagian bawah beserta adneksanya. Saluran napas atas meliputi mulai dari hidung, laring, termasuk sinus paranasalis dan telinga tengah. Sedangkan saluran napas bawah meliputi trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveolus (Simoes et al., 2005). Pada ISPA atas jarang menimbulkan kematian walaupun insidennya jauh lebih tinggi daripada ISPA bawah (Said, 1994). akut (Sharma et al., 1998) Antibodi seseorang yang rendah sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Dampaknya yaitu akan lebih cepat terkontaminasi penyakit,

khususnya penyakit yang ditimbulkan oleh virus contohnya ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Penderita ISPA ini akan lebih meningkat pada musim pancaroba yang sedang saat ini terjadi,karena berbagai faktor salah satunya karena cuaca panas yang mengakibatkan lingkungan menjadi berdebu dan ketahanan seseorang(antibodi) akan menurun. (kompas, minggu 7 februari 2010).

WHO melaporkan bahwa ISPA mortalitas pada 5000 orang, dan suatu Global Health Issue

secara global

mengakibatkan

anak setiap harinya. Hal ini merupakan

yang memerlukan perhatian, pengawasan dan

penanganan serius baik secara nasional, regional, dan global (WHO, 2009). Sedangkan untuk angka kematian akibat ISPA dan Pneumonia pada tahun 1999 untuk negara Jepang yaitu 10%, Singapura sebesar 10,6 %, Thailand sebesar 4,1%, Brunei sebesar 3,2 % dan Philipina tahun 1995 sebesar 11,1% (SEAMIC Health Statistic, 2000). Menurut data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Indonesia menunjukkan kasus ISPA di masyarakat sebanyak 10% dari populasi. Depkes (2009) menyebutkan bahwa tingginya angka kejadian ISPA di masyarakat (Puskesmas) meningkat berkisar anatara 40-60% dan sisanya kunjungan ke rumah sakit sebanyak 15-30% yang diakibatkan oleh ISPA. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dari jumlah 100.000 penduduk yang menderita ISPA sekitar 74,4 persen dan yang tertinggi terjadi di wilayah Kabupaten Pekalongan, sedangkan yang terendah di Kota Magelang sekitar 20,6 persen. Kasi Manajemen Informasi dan Pengembangan Kesehatan (Misbangkes) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Taufik Kurrachman mengatakan, untuk data tahun 2012 belum bisa dipublikasikan karena masih tahun berjalan. Sebanyak 40%-60% kunjungan di Puskesmas dan 15%-30% kunjungan dirawat jalan dan rawat inap rumah sakit. Sedangkan di kabupaten Banyumas angka kejadian ISPA di Asrama Tentara Sokanegara tahun 2004 sebanyak 2652.

Selain itu faktor pengetahuan yang dimiliki setiap manusia menjadi faktor yang sangat penting dalam menjaga kesehatannya. Sehingga masyarakat awam hanya mengenal ISPA sebagai flu biasa. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2005) mengemukakan bahwa perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan dapat menjadi motivasi utama untuk melaksanakan tindakan pencegahan baik secara individu maupun secara kelompok. Sebagian besar penyebab kegagalan dalam pencegahan penyakit lebih banyak disebabkan oleh faktor ketidaktahuan mengenai penyakit tersebut (Depkes RI, 1996).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan data Pusat Kesehatan Desa Dawuhan 2013, prevalensi ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) menempati urutan tertinggi diantara penyakit yang menyerang pekerja pengrajin bata. Sejak 2010-2013, ISPA merupakan penyakit terbanyak di wilayah Pusat Kesehatan Dawuhan. Wilayah desa Dawuhan. Salah satu faktor terjadinya penyakit pada pekerja pengrajin bata adalah kurangnya pengetahuan dan sikap untuk memakai APD. Telah terjadi peningkatan prevalensi ISPA pada pengrajin bata yang terkena ISPA 20 % pada bulan juni 2013, dan 35 % pada bulan Agustus 2013.

C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap terkait dengan kejadian ISPA.

b. Tujuan Khusus 1. Mengetahui hubungan ketahanan fisik/antibodi masyarakat awam dalam

melawan penyakit.
2. Mengetahui hubungan seberapa besar tingkat pengetahuan masyarakat

terhadap ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :


1. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai hubungan antibodi dan pengetahuan masyarakat terkait meningkatnya penderita ISPA.
2. Bagi Responden

Masyarakat dapat menambah pengetahuan tentang ISPA .


3. Bagi Institusi

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat sebagai acuan bagi adik kelas yang ingin mempelajari lebih dalam dan ingin meneliti mengenai hubungan antibodi dengan pengetahuan.
4. Bagi Ilmu pengetahuan

Penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat dan menjadi kajian bagi peneliti selanjutnya.

E. Penelitian Terkait 1. Rasmaliah,2004 dalam penelitiannya Infeksi Saluran Pernapasan Akut

dan cara penaggulangannya. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena

penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita yang dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan.

2. Pedoman Interim WHO,2006 dalam penelitiannya Pencegahan dan

pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan didalam penelitian menyebutkan cara pencegahannya yaitu :
A. Masker Bedah

Masker bedah atau masker operasi yang melindungi keluarga yang merawat terhadap patogen yang ditularkan melalui droplet dan/atau sebagai bagian dari pelindung wajah bagi kegiatan pelayanan pasien yang mungkin menimbulkan percikan atau cipratan darah, cairan tubuh, sekret, atau ekskresi.
B. Pengendalian sumber infeksi

Cara mengurangi emisi droplet saat pasien ISPA batuk atau bersin, seperti menutup mulut dan hidung dengan tangan atau dengan cara lain (misalnya, menggunakan tisu, saputangan, masker kain, atau masker bedah), untuk mengurangi penyebaran droplet dari pasien yang terinfeksi/terkolonisasi. Pembersihan tangan harus dilakukan segera setelah kontak dengan sekresi pernapasan.
C. Ruang untuk satu orang dengan ventilasi yang memadaiRuang untuk

satu orang, atau ruang dekat dinding di bangsal, dengan pertukaran udara per jam (ACH) 12 tanpa kontrol arah aliran udara.
3. Syahrani,dkk

(2011) dalam penelitiannya

Pengaruh pendidikan

kesehatan tentang penatalaksanaan ISPA terhadap pengetahuan dan

keterampilan Ibu merawat balita ISPA dirumah dengan mentode eksperimen didalam penelitiannya bahwa Pengetahuan Ibu tentang penatalaksanaan ISPA dari hasil penelitian diperoleh hasil kelompok perlakuan pre test hasilnya adalah tidak ada ibu yang masuk dalam kategorik baik yaitu dengan presentase 0%, dalam kategori cukup sebanyak 1 ibu dengan presentase 6,3 %, dan dalam kategori yang kurang yaitu sebanyak 15 ibu (93,8%). Sedangkan pada post test pengetahuan ibu meningkat menjadi 10 ibu (62,5%) dalam kategori yang baik,tetapi ada 6 ibu yang termasuk dalam kategori cukup yaitu dengan presentase 37,5% dan tidak ada yang masuk dalam kategori kurang (0%) jadi pada kelompok ini perlakuan terjadi perubahan yang signifikan antara pre test dengan post test. Sedangkan pada kelompok kontrol dipaparkan bahwa pada hasil pre test maupun post test pengetahuan ibu mengalami perubahan tetapi tidak signifikan,yaitu pada pre test tidak ada yang masuk dalam kategori baik.

Daftar Pustaka Arikunto,S (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rieneka Cipta Gupte,S Ed Ketiga (1990). Mikrobioligi Dasar.Jakarta Barat :Binarupa Aksara I Dewa Nyoman Supariasa dkk. 2001. Penilaian Status Gizi.Jakarta : EGC

WHO. (2003). Penenganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Pedoman untuk Dokter dan Petugas Kesehatan Senior. Jakarta: EGC.

Jujun S. Suryasumantri.1985. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer . (cetakan ke 2). Jakarta: Sinar Harapan Juli Soemirat,S. 2000. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Kertasapoetra,G dan Marsetyo, 2002. Ilmu Gizi, Korelasi Gizi, Kesehatan dan Prosuktivitas Kerja. Jakarta : Rineka Cipta Kurrachman,T. 2012. Kasi Manajemen Informasi dan Pengembangan Kesehatan (Misbangkes) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, http://www.jatengtime.com/2012/interaksi/musimkemaraudatang-waspada-terkena-penyakit-ispa/Sabtu, 20 Oktober 2012 | 14.05WIB. Notoatmodjo,S. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta : PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rieneka Cipta Selamet Ibrahim. S. DEA. 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan (online). http://download. fa.itb.ac.id/ incl/libfile.filsafat_ilmu.pdf. Srikandi,Fardiaz. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

You might also like